Teori Belajar Bruner Teori Belajar

3 Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda. Oleh karena itu harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas yang terdiri dari individu- individu ke dalam bentuk kelompok-kelompok kecil siswa daripada aktivitas dalam bentuk klasikal. Hal ini sesuai dengan pendekatan konstruktivis dalam pembelajaran khas menerapkan pembelajaran kooperatif secara ekstensif Sugandi 2007: 35-36. Jadi menurut Piaget pembelajaran itu berpusat pada proses berfikir siswa dan peran siswa dalam proses pembelajaran itu sangat diutamakan. Oleh karena itu dengan pembelajaran yang menyenangkan dengan adanya diskusi kelompok saat pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pembelajaran CPS yang mengajak siswa berdiskusi untuk menemukan konsep serta memecahkan masalah.

2.2.3 Teori Belajar Bruner

Menurut Jerome Bruner sebagaimana dikutip oleh Suherman 2003:170, dengan mengenal konsep dan struktur yang tercakup dalam bahan yang sedang dibicarakan, anak akan memahami materi yang harus dikuasainya itu. Ini menunjukkan bahwa materi yang mempunyai suatu pola tertentu akan lebih mudah dipahami dan diingat anak. Jadi, di sini siswa belajar aktif untuk menemukan prinsip-prinsip dan mendapatkan pengalaman, guru mendorong siswa melakukan aktivitasnya. Implikasi teori yang dikemukakan oleh Bruner dalam pembelajaran adalah sebagai berikut. 1 Guru perlu memperlihatkan fenomena atau masalah kepada anak. Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan wawancara atau pengamatan terhadap objek. 2 Anak akan belajar dengan baik apabila mereka memanipulasi objek yang dipelajari, misalnya dengan melihat, merasakan, mencium dan sebagainya. Pendekatan pembelajaran diskoveri atau pendekatan pembelajaran induktif lainnya akan lebih efektif dalam proses pembelajaran anak. 3 Pengalaman baru yang berinteraksi dengan struktur kognitif dapat menarik minat dan mengembangkan pemahaman anak. Oleh karena itu pengalaman baru yang dipelajari anak harus sesuai dengan penge tahuan yang telah dimiliki anak Rifa’i Anni, 2009:33. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Bruner bahwa saat proses pembelajaran siswa harus aktif untuk menemukan prinsip-prinsip dan mendapatkan pengalaman, guru mendorong siswa melakukan aktivitasnya. Ini sesuai dengan pembelajaran yang mengajak siswa menemukan konsep-konsep menemukan jarak dalam ruang dimensi tiga dan merupakan pengalaman yang menarik bagi siswa. 2.3 Pembelajaran Matematika Menurut Sugandi et al. 2007: 9, pembelajaran merupakan suatu kumpulan proses yang bersifat individual, yang merupakan stimuli dari lingkungan seseorang ke dalam sejumlah informasi, yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang. Selain itu definisi lain dari pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan peserta didik serta antarpeserta didik Suyitno, 2004: 2. Menurut Suyitno 2004: 2 pembelajaran matematika adalah suatu proses atau kerja guru mata pelajaran matematika dalam mengajarkan matematika kepada peserta didiknya, yang didalamnya terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan tentang matematika yang sangat beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan peserta didik serta antarpeserta didik dalam mempelajari matematika. 2.4 Model Pembelajaran CPS Model pembelajaran CPS merupakan variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah melalui teknik sistematik dalam mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Sintaksnya adalah: mulai dari fakta aktual sesuai dengan materi bahan ajar melalui tanya jawab lisan, identifikasi permasalahan dan fokus-pilih, mengolah pikiran sehingga muncul gagasan orisinil untuk menentukan solusi, presentasi dan diskusi. Peran guru dalam model pembelajaran CPS adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Pembelajaran CPS tidak dapat dilaksanakan tanpa guru mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara terbuka. Secara garis besar pembelajaran CPS terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri untuk kemudian secara kreatif menemukan penyelesaian dari permasalahan tersebut. a Ciri-ciri Model Pembelajaran CPS Ada lima ciri pembelajaran CPS sebagai berikut. a Pembelajaran dimulai dengan pemberian masalah Pemberian masalah bukan hanya mengorganisasikan prinsip- prinsip atau keterampilan akademik tertentu, pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang kedua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata yang autentik, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu. b Masalah memiliki konteks dengan dunia nyata Meskipun pembelajaran CPS mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu IPA, matematika, ilmu-ilmu sosial, masalah yang akan diselidiki telah dipilih yang benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran dan juga memiliki kaitan dengan kehidupan sehari-hari. c Siswa secara berkelompok aktif merumuskan masalah dan meng- identifikasi kesenjangan pengetahuan mereka. Pembelajaran CPS mengharuskan siswa melakukan kerjasama secara kelompok dalam merumuskan masalah dan mengidentifikasi penyelesaian dari masalah tersebut. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen jika diperlukan, membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan. Sudah barang tentu, metode penyelidikan yang digunakan bergantung pada masalah yang sedang dipelajari. d Mempelajari dan mencari sendiri materi yang terkait dengan masalah dan melaporkan solusi dari masalah. Pembelajaran CPS menuntut siswa untuk mencari sendiri materi yang terkait dengan masalah dan melaporkan solusi dari masalah tersebut. Menghasilkan produk tertentu dalam karya nyata dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk itu dapat berupa transkrip debat, laporan, model fisik, video atau program komputer. e Kolaborasi Pembelajaran CPS dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog untuk mengembangkan ketrampilan sosial dan ketrampilan berfikir Trianto, 2007: 69-70. Pembelajaran CPS dicirikan oleh siswa bekerja satu sama lain paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir. b Tujuan Pembelajaran CPS Pembelajaran CPS dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pembejaran berbasis masalah dikembangkan terutama untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual. c Tahapan Pembelajaran CPS Model pembelajaran CPS memiliki 4 tahapan utama yaitu sebagai berikut. 1 Klarifikasi Masalah Klarifikasi masalah meliputi pemberian penjelasan kepada peserta didik tentang masalah yang diajukan, agar peserta didik dapat memahami tentang penyelesaian yang diharapkan. 2 Pengungkapan Gagasan Brainstorming Peserta didik dibebaskan untuk mengungkapkan gagasan tentang berbagai macam strategi penyelesaian masalah. 3 Evaluasi dan Seleksi Setiap kelompok mendiskusikan pendapat-pendapat atau strategi-strategi yang cocok untuk menyelesaikan masalah. 4 Implementasi Peserta didik menetukan strategi yang dapat diambil untuk menyelesaikan masalah, kemudian menerapkannya sampai menemukan penyelesaian dari masalah tersebut Muslich M, 2007: 221. d Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran CPS Setiap model maupun metode pembelajaran tentu mempunyai kelebihan maupun kekurangan. Begitu juga model pembelajaran CPS. Adapun kelebihan model pembelajaran CPS diantaranya yaitu: 1 Melatih peserta didik untuk mendesain suatu penemuan. 2 Berpikir dan bertindak kreatif. 3 Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis. 4 Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan. 5 Menafsirkan dan mengevaluasihasil pengamatan. 6 Merangsang perkembangan kemajuan berpikir peserta didik untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat. Sedangkan kekurangan model pembelajaran CPS diantaranya yaitu: 1 Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan model pembelajaran ini, karena tidak semua materi pelajaran mengandung masalah. 2 Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain. 3 Memerlukan perencanaan pembelajaran yang yang teratur dan matang. Model pembelajaran ini tidak efektif jika terdapat beberapa peserta didik yang cenderung pasif Muslich M, 2007: 224. 2.5 Kemampuan Berpikir Kritis Ada dua hal tanda utama berpikir kritis. Pertama adalah bahwa berpikir kritis adalah berpikir layak yang memandu ke arah berpikir deduksi dan pengambilan keputusan yang benar dan didukung oleh bukti-bukti yang benar. Kedua adalah bahwa berpikir kritis adalah berpikir reflektif yang menunjukkan kesadaran yang utuh dari langkah-langkah berpikir yang menjurus kepada deduksi-deduksi dan pengambilan keputusan-keputusan. Menurut Mayers Syukur, 2004: 25 pengembangan kemampuan berpikir kritis harus didukung oleh lingkungan kelas yang mendorong munculnya diskusi tanya jawab, penyelidikan dan pertimbangan. Lingkungan kelas yang demikian dapat dibuat melalui pengaturan waktu yang memungkinkan lebih banyak diskusi dan melalui pembuatan tugas-tugas yang efektif dan jelas. Sedangkan menurut Ennis 1996: 4 memberikan definisi, berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Reflektif artinya mempertimbangkan atau memikirkan kembali segala sesuatu yang dihadapinya sebelum mengambil keputusan. Beralasan artinya memiliki keyakinan dan pandangan yang didukung oleh bukti yang tepat, aktual, cukup, dan relevan. Ennis 1996:171 menjelaskan bahwa seseorang yang sedang berpikir kritis memiliki kecenderungan-kecenderungan sebagai berikut : a. Mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan, b. Mencari alasan, c. Berusaha mengetahui informasi dengan baik, d. Memakai sumber yang memiliki kredibilitas dan menyebutkannya, e. Memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan, f. Berusaha tetap relevan dengan ide utama, g. Mengingat kepentingan yang asli dan mendasar, h. Mencari alternatif, i. Bersikap dan berpikir terbuka, j. Mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan sesuatu, k. Mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan, l. Bersikap secara sistematis dan teratur dengan bagian-bagian dari keseluruhan masalah, dan m. Peka terhadap tingkat keilmuan dan keahlian orang lain. Berdasarkan penjelasan di atas, kemampuan berpikir kritis bukan berarti mengumpulkan informasi saja, akan tetapi terkadang seseorang yang mempunyai daya ingat yang baik dan mengetahui banyak akan informasi belum tentu baik dalam berpikir kritis. Hal ini dikarenakan seorang pemikir kritis seharusnya mempunyai kemampuan dalam membuat atau menarik kesimpulan dari segala informasi yang ia ketahui, ia pun dapat mengetahui bagaimana menggunakan informasi yang ia punya untuk menyelesaikan sebuah permasalahan, dan mencari sumber informasi yang relevan untuk membantunya menyelesaikan sebuah permasalahan. Menurut Ennis 2000: 97 tahap-tahap berpikir kritis yaitu dirinci sebagai berikut. 1 Klarifikasi Dasar Elementary Clarification Klarifikasi dasar terbagi menjadi tiga indikator yaitu 1 mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan, 2 menganalisis argumen, dan 3 bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi dan atau pertanyaan yang menantang. 2 Memberikan Alasan untuk Suatu Keputusan The Basis for The Decision Tahap ini terbagi menjadi dua indikator yaitu 1 mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber dan 2 mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi. 3 Menyimpulkan Inference Tahap menyimpulkan terdiri dari tiga indikator 1 membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi, 2 membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi, dan 3 membuat dan mempertimbangkan nilai keputusan. 4 Klarifikasi Lebih Lanjut Advanced Clarification Tahap ini terbagi menjadi dua indikator yaitu 1 mengidentifikasikan istilah dan mempertimbangkan definisi dan 2 mengacu pada asumsi yang tidak dinyatakan. 5 Dugaan dan Keterpaduan Supposition and Integration Tahap ini terbagi menjadi dua indikator 1 mempertimbangkan dan memikirkan secara logis premis, alasan, asumsi, posisi, dan usulan lain yang tidak disetujui oleh mereka atau yang membuat mereka merasa ragu-ragu tanpa membuat ketidaksepakatan atau keraguan itu mengganggu pikiran mereka, dan 2 menggabungkan kemampuan- kemampuan lain dan disposisi-disposisi dalam membuat dan mempertahankan sebuah keputusan.

2.6 Media Pembelajaran