2.8 Kerangka Berpikir
Pembelajaran matematika mempunyai beberapa tujuan yang harus dicapai, diantaranya adalah meningkatkan prestasi belajar. Sejauh ini pembelajaran
matematika lebih didominasi oleh guru yang sifatnya monoton, sedangkan saat ini dibutuhkan peserta didik yang aktif dalam pembelajaran. Peserta didik
diposisikan sebagai objek, sementara guru memposisikan sebagai satu-satunya sumber informasi bagi peserta didik, dimana semua pengetahuan dipelajari
berasal dari guru.
Berdasarkan pengalaman di lapangan, sebagian besar peserta didik beranggapan bahwa matematika itu sulit untuk dipelajari. Citra tentang sulitnya
matematika mempengaruhi pembelajaran matematika di sekolah, yang dalam penelitian ini akan diukur melalui tingkat kemampuan berpikir kritis peserta didik.
Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu kemampuan untuk menyelesaikan soal-soal non-rutin, dan soal-soal bentuk ini merupakan tingkatan
soal yang paling tinggi dalam soal-soal matematika.
Dimensi tiga merupakan salah satu materi pokok geometri yang objek materinya bersifat abstrak sehingga untuk mempermudah pembelajarannya
memerlukan visualisasi. Berkaitan dengan hal tersebut, CD Pembelajaran dihadirkan untuk membantu memvisualisasikan objek-objek geometri khususnya
sub materi pokok jarak dalam ruang dimensi tiga. Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektivitas dan
efisiensi pembelajaran. Pembelajaran perlu dilakukan dengan sedikit ceramah dan metode-metode yang berpusat pada guru, serta lebih menekankan pada interaksi
peserta didik. Penggunaan metode yang bervariasi akan sangat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran Mulyasa, 2009: 107.
Model pembelajaran CPS merupakan variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah melalui teknik sistematik dalam mengorganisasikan gagasan
kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Sintaksnya adalah: mulai dari fakta aktual sesuai dengan materi bahan ajar melalui tanya jawab lisan,
identifikasi permasalahan dan fokus-pilih, mengolah pikiran sehingga muncul gagasan orisinil untuk menentukan solusi, presentasi dan diskusi.
Peran guru dalam model pembelajaran CPS adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Pembelajaran
CPS tidak dapat dilaksanakan tanpa guru mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara terbuka. Secara garis besar
pembelajaran CPS terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat menggali ide-ide serta pengetahuan mereka
untuk memberikan kemudahan untuk melakukan penyelidikan dan menemukan penyelesaian dari permasalahan tersebut.
Berdasarkan argumentasi tersebut, penulis menyatakan bahwa jika terdapat dua kelas berbeda, yaitu kelas yang diajar dengan model pembelajaran CPS
berbantuan CD pembelajaran dan kelas yang diajar dengan pembelajaran ekspositori maka diduga hasil belajar peserta didik pada materi tersebut dengan
model pembelajaran CPS berbantuan CD pembelajaran lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar peserta didik yang diajar dengan pembelajaran ekspositori,
dengan ketercapaian KKM pada kelas dengan pembelajaran CPS berbantuan CD
Efektif Kemampuan berpikir kritis peserta didik rendah.
Hasil belajar peserta didik SMA Negeri 1 Sulang pada materi dimensi tiga masih belum memuaskan.
Model pembelajaran CPS
CD Pembelajaran Model pembelajaran kooperatif
Kemampuan berpikir kritis peserta didik tinggi. Hasil belajar peserta didik SMA 1 Sulang pada materi
dimensi tiga mencapai ketuntasan individu dan klasikal. pembelajaran lebih dari atau sama dengan 75 dari banyaknya peserta didik di
kelas tersebut. Untuk memperjelas kerangka berpikir penelitian ini berikut disajikan bagan
kerangka berpikir.
Gambar 2.32 Bagan kerangka berpikir
2.9 Hipotesis Penelitian