BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Penyebaran Lokasi Kejadian Longsor
Kejadian longsor di Kecamatan Babakan Madang terjadi di 3 desa yaitu Desa Karang Tengah, Desa Bojong Koneng, dan Desa Cijayanti. Di Desa Karang
Tengah ditemukan 8 kasus kejadian longsor yaitu di Kp. Cilaya, Kp. Babakan Ngantai, Kp. Wangun Landeuh 2 kasus, Kp. Wangun 1, Kp. Wangun 2, Kp.
Wangun 3, dan Kp. Cimandala. Di Desa Bojong Koneng ditemukan 13 lokasi kejadian longsor yang tersebar di Kp. Garungsang Pasir, Kp. Gunung Batu
babakan, Kp. Gunung Batu Kidul 3 kasus, Kp. Curug 4 kasus, Kp. Gombong 2 kasus, dan Kp. Cikeas 2 kasus. Sedangkan di Desa Cijayanti kasus kejadian
longsor ditemukan di Kp. Cijayanti dan Kp. Legok Banteng 2 kasus.
Gambar 5. Longsor tipe nendatanslump kiri di Kp. Gombong 3 dan tipe amblesanpenurunan tanah kanan di Kp. Cikeas 1
5.2 Karakteristik Longsor pada Wilayah Penelitian
Berdasarkan hasil pengamatan pada 24 titik longsor, terdapat 2 karakteristik longsor yang ditemukan, yaitu 1 nendatan slump dan 2 penurunan tanah
amblesan subsidence. Rekapitulasi hasil pengamatan ke 24 titik longsor tersebut disajikan pada Tabel 23.
Tabel 23. Karakteristik Longsor dan Tutupan Lahannya Tipe Longsor
Penutupan Lahan Lokasi
Frekuensi Ditemukan
kasus Persentase
Nendatan Slump
Kebun campuran Kp. Cilaya, Kp. Wangun
Landeuh 1, Kp. Wangun 1, Kp. Cimandala, Kp. Cikeas
2, Kp. Legok Banteng 2 6
37,5
Lahan gundul Kp. Babakan Ngantai, Kp.
Gunung Batu Kidul 3, Kp. Curug 2 , Kp. Cijayanti
4 25
Alang-alang dan semak
Kp. Wangun Landeuh 2, Kp. Wangun 2, Kp. Wangun
3, Kp. Gombong 2 titik, Kp. Curug 1
6 37,5
Total 16
16 100
AmblesanPenur unan tanah
subsidence
Kebun campuran Kp. Garungsang Pasir, Kp.
Curug 3 2
25
Tegakan campuran
Kp. Gunung Batu Kidul 1, Kp. Gunung Batu Kidul 2,
Kp. Legok Banteng 1 Kp. Gunung Batu Babakan,
Kp. Curug 4, Kp. Cikeas 1 6
75
Total 8
8 100
Sumber : Data Primer Diolah
Tipe longsor nendatan slump merupakan tipe gerakan tanah luncuran ke bawah berupa perpindahan massa batuan atau material lepas dari tempat yang
tinggi ke tempat yang rendah melalui suatu bidang luncur yang umumnya berbentuk lengkung rotasional. Longsoran tipe ini berkomposisi material yang
kaya akan liat dan mengambang bila basah sehingga menyebabkan berkurangnya gaya kohesi antar butir tanah. Di samping itu, kondisi lokal penelitian yang
berbukit-bukit dan memiliki kelerengan terjal menyebabkan tanah longsor tipe ini banyak ditemukan. Di samping faktor tersebut, rusaknya vegetasi dan
pemanfaatan lahan yang tidak mengikuti kaidah konservasi tanah dan air menyebabkan resiko terjadinya tanah longsor setiap tahun terus meningkat.
Gambar 7. Longsor dengan penutupan lahan semak belukar di Kp. Gombong 4 kiri dan Longsor dengan penutupan kebun campuran pada tepi jalan di Kp. Cikeas 1
Nendatan slump ini disebabkan oleh peningkatan beban tanah yang terdapat pada lereng perbukitan yang terjal berupa pembukaan lahan untuk
bercocok tanam tanpa menerapkan upaya konservasi tanah, pembangunan infrastruktur berupa jalan dan rumah pemukiman yang memotongmemapas
lereng, serta kondisi penutupan lahan yang tidak mendukung stabilnya agregat tanah terutama terjadi saat hujan lebat yang relatif lama. Saat musim penghujan
tanah-tanah yang diolah ini tidak mampu lagi menahan beban yang terdapat di atasnya, di samping itu mekanisme dari dalam tanah ikut mendorong terjadinya
longsor, yaitu adanya lapisan tanah yang kedap air sehingga membuat badan lereng bergerak ke bawah akibat bertambahnya beban.
Tata guna lahan pada daerah kejadian longsor dengan karakteristik nendatan ini umumnya berupa kebun campuran, semak belukar, atau lahan kosong pada
lereng bagian atas sedangkan di bagian bawah tebing berupa bangunan infrastruktur baik berupa pemukiman ataupun jalan. Sedangkan daerah kejadian