Latar Belakang Identifikasi Kejadian Longsor dan Penentuan Faktor-Faktor Utama Penyebabnya di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bencana alam merupakan peristiwa alam yang dapat terjadi setiap saat dimana saja dan kapan saja, yang menimbulkan kerugian material dan imaterial bagi kehidupan masyarakat. Tanah longsor merupakan salah satu bencana alam yang umumnya terjadi di wilayah pegunungan mountainous area, terutama di musim hujan, yang dapat mengakibatkan kerugian harta benda maupun korban jiwa dan menimbulkan kerusakan sarana dan prasarana lainnya seperti perumahan, industri, dan lahan pertanian yang berdampak pada kondisi sosial masyarakatnya dan menurunnya perekonomian di suatu daerah. Menurut Goenadi et al. 2003 dalam Alhasanah 2006, faktor penyebab tanah longsor secara alamiah meliputi morfologi permukaan bumi, penggunaan lahan, litologi, struktur geologi, dan kegempaan. Selain faktor alamiah, juga disebabkan oleh faktor aktivitas manusia yang mempengaruhi suatu bentang alam, seperti kegiatan pertanian, pembebanan lereng, pemotongan lereng, dan penambangan. Bencana tanah longsor dampaknya bersifat lokal dibandingkan dengan gempa bumi dan letusan gunung api, sering terjadi dan dapat mematikan manusia karena kejadiannya yang tiba-tiba. Kejadian tanah longsor di Indonesia sejak tahun 1994-1998 terjadi di 410 lokasi, tersebar di beberapa propinsi. Kejadian tersebut mengakibatkan 597 korban jiwa, 3400 rumah rusak sampai hancur, 1003 ha lahan pertanian, dan 7483,5 m jalan rusak dan terancamnya saluran irigasi. Lokasi yang tertimpa bencana umumnya tergolong sebagai desa tertinggal. Sutikno, 1997. Sedangkan sejak tahun 2003-2005 sedikitnya telah terjadi 103 kejadian longsor yang tersebar di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, dan Papua. Kejadian tersebut mengakibatkan 411 korban meninggal, 149 korban luka-luka, 4608 rumah rusak dan hancur, 751 ha lahan pertanian rusak, dan 920 m jalan rusak. DVMBG, 2007. Jawa Barat termasuk salah satu daerah yang paling rawan tanah longsor di Indonesia. Selain kondisi alamnya yang rusak, banyaknya gunung api dan posisi Propinsi Jawa Barat yang berada di sekitar tumbukan Lempeng Australia dan Eurasia menjadikan Pulau Jawa sebagai wilayah yang rawan tanah longsor dan gempa bumi. Menurut Direktorat Geologi dan Tata Lingkungan Tahun 2005 diketahui bahwa kawasan rawan longsor di Provinsi Jawa Barat menyebar di sepuluh kabupatenkota antara lain Bandung, Cianjur, Bogor, Sukabumi, Majalengka, Sumedang, Ciamis, Tasikmalaya, Kuningan dan Purwakarta. Di Jawa Barat, Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah yang merupakan titik rawan longsor. Bencana longsor yang terjadi di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor pada awal Februari 2007 telah menyita banyak perhatian dan menyebabkan banyak kerugian. Jumlah korban mengungsi dalam peristiwa longsor ini sebanyak 7.200 jiwa terdiri dari 3.912 jiwa dari Desa Bojong Koneng dan 3.288 jiwa dari Desa Karang Tengah. Di Desa Bojong Koneng kerusakan bangunan yang tergolong berat sejumlah 161 unit, kerusakan sedang 216 unit, dan kerusakan ringan 546 unit yang terdiri dari rumah tinggal, masjidmusholla, pondok pesantren, dan bangunan sekolah SDMI. Sedangkan di Desa Karang Tengah kerusakan bangunan yang tergolong berat 187 unit, sedang 124 unit, dan ringan 420 unit yang terdiri dari rumah tinggal, masjidmusholla, dan pondok pesantren. Mengingat dampak yang dapat ditimbulkan oleh bencana tanah longsor tersebut, maka identifikasi daerah kejadian tanah longsor penting untuk dilakukan agar dapat diketahui penyebab utama longsor dan karakteristik dari tiap kejadian longsor pada daerah-daerah di Indonesia serta sebagai langkah awal pencegahan kejadian longsor nantinya dan merupakan langkah pertama dalam upaya meminimalkan kerugian akibat bencana tanah longsor. Identifikasi daerah kejadian longsor juga penting untuk mengetahui hubungan antara lokasi kejadian longsor dengan faktor persebaran geologi batuan, patahan, lipatan dan penggunaan lahan di daerah terjadinya longsor, sehingga dapat diketahui penggunaan lahan apa yang sesuai pada setiap karakteristik lahan dan geologinya.

1.2 Tujuan Penelitian