BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli 2007 sampai dengan bulan Desember 2007, dengan lokasi penelitian untuk melakukan pengamatan, dan
pengambilan data di daerah kejadian longsor Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor. Sedangkan untuk mengolah dan menganalisa data dilakukan di
Laboratorium Remote Sensing and Geographic Information System, Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
3.2 Peralatan dan Data yang Digunakan
Peralatan yang digunakan adalah Perangkat Keras hardware terdiri dari personal computer dan printer. Perangkat lunak software terdiri dari ArcView
3.2, Mapsource, dan Ms-Office, selain itu dalam pengambilan data bio-fisik lapangan juga digunakan suunto clinometer, meteran, GPS Global Positioning
System Garmin 12 XL, kamera digital, kalkulator, dan alat tulis. Sedangkan bahan-bahan yang diperlukan diantaranya adalah peta digital
Kabupaten Bogor hasil Interpretasi Citra satelit landsat SPOT 5 tahun 2005 berbagai layer dan Peta Geologi Lembar Bogor Skala 1: 100.000
3.3 Pengumpulan Data 3.3.1 Pengumpulan Data Peta
Data yang dikumpulkan berupa data spatial dan data atribut data curah hujan yang diperoleh dari beberapa instansi terkait. Juga dilakukan pengamatan
di lokasi longsor pada daerah penelitian. Adapun data peta yang dikumpulkan
adalah sebagai berikut :
a. Peta digital Wilayah Administratif Kabupaten Bogor Tahun 2005 skala 1:25.000 diperoleh dari Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bogor.
b. Peta digital Jenis Tanah Kabupaten Bogor Tahun 2005 Skala 1: 25000 yang diperoleh dari Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bogor.
c. Peta digital Geologi Kabupaten Bogor Tahun 2005 Skala 1: 25000 yang diperoleh dari Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bogor.
d. Peta Geologi Lembar Bogor Skala 1 : 100.000 yang diperoleh dari Pusat Penelitian Tanah
e. Peta digital Penutupan Lahan Kabupaten Bogor Tahun 2005 Skala 1: 25000 yang diperoleh dari Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bogor.
f. Peta digital Landuse Penggunaan Lahan Kabupaten Bogor Tahun 2005 Skala 1: 25000 yang diperoleh dari Badan Perencanaan Daerah Kabupaten
Bogor. g. Peta digital Kemampuan Lahan Kabupaten Bogor Tahun 2005 yang
diperoleh dari Laboratorium Inventarisasi Hutan Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB
h. Peta digital Curah Hujan Kabupaten Bogor Tahun 2005 yang diperoleh dari Laboratorium Inventarisasi Hutan Departemen Manajemen Hutan
Fakultas Kehutanan IPB i. Peta digital Kelas Lereng Kabupaten Bogor Tahun 2005 skala 1:25.000
diperoleh dari Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bogor. j. Data Atribut Curah Hujan Kabupaten Bogor Tahun 1994-2007 diperoleh
dari Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Bogor k. Data Atribut Kejadian Longsor di Kawasan Hutan Kecamatan Babakan
Madang pada Februari 2007 diperoleh dari KPH Bogor l. Peta Titik Lokasi Kejadian Longsor Hasil Pengolahan Data Pemetaan di
Lapangan dengan Menggunakan GPS.
3.3.2 Pengumpulan Data Bio-Fisik Lapangan
Pengumpulan data di lapangan dilakukan secara langsung melalui kegiatan survey dan pengamatan langsung observasi, wawancara, dan dokumentasi yang
bertujuan mencatat sifat-sifat fisik di lapangan. Pengamatan dan pengumpulan data lapangan dilakukan setelah faktor-faktor penyebab terjadinya tanah longsor
dapat teridentifikasi. Proses identifikasi dan pemilihan parameter yang diamati berdasarkan atas kondisi wilayah penelitian dan hasil kajian pustaka. Dalam hal
ini pertimbangan teoritis hasil studi pustaka dan faktor kondisi fisik wilayah
penelitian menjadi acuan dalam menetapkan berbagai faktor penyebab tanah longsor. Kondisi wilayah yang menjadi pertimbangan untuk menetapkan suatu
parameter antara lain : 1 Kondisi Longsor landslide, yaitu : tipe longsor, kondisi zona wilayah di
sekitar lokasititik longsor, dan luasan area kejadian longsor. 2 Keadaan vegetasi, yaitu : jenis vegetasi tutupan lahan land cover dan
jenis tanaman. 3 Karakteristik fisik tanah, yaitu : ketebalan tanah solum, tekstur tanah,
dan struktur tanah pada lokasi kejadian longsor 4 Kelerengan yaitu slope kemiringan lereng
5 Bentang Lahan landform, yaitu : material longsor, bentang lahan bentuk lahan
6 Penggunaan lahan landuse, yaitu : kebun campuran, tegakan campuran, semak belukar, dan ladangtegalan.
7 Usaha Konservasi, yaitu : upaya yang dilakukan dalam rangka mencegah terjadinya bahaya longsor : pembuatan teras, pembuatan saluran air, dan
pembangunan bronjong.
Dalam penentuan kelas tekstur dan struktur tanah di lokasi penelitian dilakukan pengambilan contoh tanah terganggu atau tidak utuh disturbed soil
sample. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut Sitorus, et al, 1980 : 1 Gali tanah sampai kedalaman yang diinginkan, misalnya kedalaman 0-20
cm; 0-30 cm; 0-40 cm; dan sebagainya. 2 Ambil dan masukkan contoh tanah ke dalam kantong plastik. Beri nomor
pada label, bungkus lebel dengan plastik kecil, masukkan ke dalam kantong plastik lalu diikat.
Pemerian kelas tekstur tanah dilakukan dengan metode uji rasa rabaan dengan tahapan sebagai berikut :
1 Mengambil setengah genggam contoh tanah dan membuang benda asing, misalnya akar, biji, binatang tanah, mineral dan batu sehingga menyisakan
pisahan tanah halus
2 Menambah sedikit air dari botol air jika tanahnya kering, membiarkannya terserap tanah, dikepal-kepal dan diuli dengan jari
telunjuk dan ibu jari sampai kebasahannya merata dan hancur menjadi individu-individu jarah tanah contoh tanah yang banyak lempungnyadan
awalnya kering membutuhkan pengulian lebih intensif 3 Menambahkan massa tanah atau air, dilakukan pengulian sampai contoh
tanah tersebut berada pada titik lekatnya yaitu suatu keadaan tanah jika ditingkatkan kebasahaannya akan menempel pada jari-jari tangan
4 Menetapkan kelas tekstur tanah kategori detil dan kategori semi detil. 5 Membuang contoh tanah yang diuji dan membersihkan sisa-sisanya yang
menempel di tangan sebelum melakukan pemerian pada contoh tanah lainnya.
Adapun cara pemerian kelas tekstur tanah kategori semi detil dengan teknik uji rasa rabaan terlampir dalam panduan pada Tabel 4.
Tabel 4. Panduan pemerian kelas tekstur tanah kategori semi detil dengan teknik uji rasa rabaan Penciri
Kelas Tekstur
Semi Detil Galir dan berwujud butir-butir tunggal yang dapat dikenali dan dipisahkan segera
Perepihan massa tanah kering menyebabkan pisahan pasirnya mudah runtuh Perepihan massa tanah lembab merangsang terbentuknya panduan tanah yang
lemah dan jika dikenai tekanan ringan akan tercerai berai Pasir
Massa tanahnya banyak mengandung pisahan pasir tetapi kandungan pisahan lempungnya masih cukup banyak untuk dapat memberikan sensasi kelekatan
Butir-butir pasirnya dapat dikenali dan dipisahkan segera Perepihan massa tanah lembab akan merangsang terbentuknya paduan tanah
tanpa memperlihatkan keretakan kecuali jika dikenai tekanan Geluh
pasiran
Massa tanahnya mengandung campuran pisahan pasir, debu, dan lempung yang memberikan sensasi rasa agak kasar, cukup halus, dan agak plastis
Peepihan massa tanah kering merangsang terbentuknya paduan tanah cukup mantap dan jika diuli tidak menyebabkan kehancuran
Geluh
Massa tanahnya mengandung pisahan pasir halus dalam jumlah cukup dan sedikit pisahan lempung
Massa tanah kering membentuk gumpalan yang mudah diremukkan dengan Geluh
debuan
remukannya terasa gembur dan lembut serupa tepung Massa tanah kering atau lembab dapat membentuk paduan tanah yang dapat diuli
leluasa tanpa meremukkannya Peremasan massa tanah basah dapat membentuk pita tanah
– pita tanah panjangtidak terputus
Massa tanah keringnya keras dan jika dihancurkan membentukgumpal Pengulian massa tanah lembab akan membentuk pita tanh mudah hancur
Pengulian massa tanah basah akan plastis, membentuk paduan tanah mantap, dan jika ditekan cenderung membentuk massa pejalpadat
Geluh lempungan
Massa tanah kering membentuk bungkahgumpal sangat keras Pengulian massa tanah lembab akan membentuk pita tanah lentur dan panjang
Pengulian massa tanah basah akan agak plastis dan lekat Lempung
Sumber : Soil Survey Staff 1975 dalam Purwowidodo 2003
3.4 Pengolahan dan Analisa Data.