Pengaruh Slogan “Good Food, Good Life”, Harga, Dan Kualitas Produk Pada Pt. Nestle Indonesia Terhadap Minat Beli Konsumen Di Medan (Studi Kasus Di Kecamatan Medan Helvetia)

(1)

SKRIPSI

PENGARUH SLOGAN “GOOD FOOD, GOOD LIFE”, HARGA, DAN KUALITAS PRODUK PADA PT. NESTLE INDONESIA

TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN DI MEDAN

(Studi Kasus di Kecamatan Medan Helvetia)

OLEH:

ARI MULYANA PRATAMA NIM: 110502235

PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

i

ABSTRAK

PENGARUH SLOGAN “GOOD FOOD, GOOD LIFE”, HARGA, DAN KUALITAS PRODUK PADA PT. NESTLE INDONESIA

TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN DI MEDAN

(Studi Kasus di Kecamatan Medan Helvetia)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh slogan “good food, good life”, harga, dan kualitas produk terhadap minat beli konsumen pada studi kasus di Kecamatan Medan Helvetia, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara.

Jenis penelitian ini adalah penelitian dekriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen di Kecamatan Medan Helvetia, dengan jumlah sampel sebanyak 40 responden yang diambil dengan menggunakan teknik Roscoe dalam penelitian. Pengumpulan data primer menggunakan kuisioner dan pengunpulan data sekunder menggunakan studi pustaka. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan analisis kuantitatif yaitu dengan menggunakan analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa koefisien determinasi (Adjusted R Square) sebesar 0,723 yang berarti 72,3% variabel minat beli konsumen dapat dijelaskan oleh variabel slogam, harga, dan kualitas produk, sedangkan sisanya sebesar 27,7% dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Dengan α= 5% maka dapat disimpulkan bahwa slogan, harga, dan kualitas produk secara serempak berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli konsumen pada PT. Nestle Indonesia di Medan. Hasil Uji-t menunjukkan bahwa secara parsial variabel slogan, harga, dan kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli konsumen pada PT. Nestle Indonesia di Medan. Variabel yang dominan mempengaruhi minat beli konsumen pada PT. Nestle Indonesia di Medan adalah kualitas produk.


(3)

ii

ABSTRACT

THE INFLUENCE SLOGAN “GOOD FOOD, GOOD LIFE”, PRICE, AND QUALITY PRODUCT ON PT. NESTLE INDONESIAN OF

CONSUMER BUYING INTEREST IN MEDAN

(A Case Study In The District Medan Helvetia)

The purpose of this study was to determine and analyze the influence slogan “good food, good life”, price, and quality product on PT. Nestle Indonesian of consumer buying interest on a case study in the District Medan Helvetia, Medan City, North Sumatra Province.

This type of research is descriptive quantitative research. The population in this research is that consumers in the District Medan Helvetia, with a total sample of 40 respondents were taken using techniques Rosque in research. Primary data collection using questionnaires and secondary data collection using literature. The analytical method used is descriptive analysis method and quantitative analysis with multiple linear regression analysis.

The results of this study indicate that the coefficient of determination (Adjusted R Square) of 0,723, which means that 72,3% of consumer buying interest variables can be explained by the variable slogan, price, and quality product the remaining 27,7% can be explained by other variables not examined in this study. With α= 5%, it can be concluded that the slogan, price, and quality product positive and significant effect on the consumer buying interest at PT. Nestle Indonesian in Medan. T-test showed that in partial slogan, price, and quality product positive and significant influence on the consumer buying interest at PT. Nestle Indonesian in Medan. Dominant variable affecting the consumer buying interst at PT. Nestle Indonesian in Medan is quality product.


(4)

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan karunia-Nya kepada penulis serta shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang kewajiban dan salah satu syarat dalam memenuhi dan melengkapi Program Studi Strata Satu di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen.

Penulis mempersembahkan skripsi ini kepada keluarga tercinta serta mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua saya, Ayahanda Tri Mulyo Indianto dan Ibunda tercinta Gustina Kurniasari, serta adik saya Diva Indinasari yang telah memberikan cinta, kasih sayangnya, serta dukungan materi dan non materi, dan do’a yang tiada hentinya kepada penulis, serta segala nasihat yang menjadi penyemangat dan dorongan dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis juga menyadari bahwa segala kegiatan ini tidak akan berjalan lancar tanpa adanya bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menghanturkan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penelitian hingga penulisan skripsi ini, kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum,S.E, M.Ec, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, S.E, M.E, dan Ibu Dra. Marhayanie M.Si, selaku Ketua dan Sekertaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(5)

iv 3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, S.E, M.Si, dan Ibu Dra. Friska Sipayung, M.Si

selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S-1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara .

4. Ibu Prof. Dr. Rismayani, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan, ilmu pengetahuan, motivasi, masukan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si selaku dosen pembaca penilai saya yang telah

memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Kepada Bapak dan Ibu dosen serta seluruh staf dan pegawai atas segala jasa-jasanya.

7. Sahabat-sahabat terbaik penulis Karina Dwi Astari, Wirga, Wahyu, Raja, Azmy, Dhana, Indra, Rizal, Ridho, Mar’ie, Bagus, Wan Arief, Masruri, Umay dan Sausan. Terima kasih buat do’a, dukungan, dan persahabatannya.

8. Kepada kawan-kawan di Departemen Manajemen Stambuk 2011 yang telah membantu dan memberi banyak dukungan.

Medan, 21 Juni 2015 Penulis,


(6)

v

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Uraian Teoritis... 8

2.1.1 Teori Tentang Slogan... 8

2.1.1.1 Pengertian Slogan... 8

2.1.1.2 Tujuan Slogan... 8

2.1.1.3 Ciri-Ciri Slogan... 8

2.1.2 Teori Tentang Harga…………... 9

2.1.2.1 Pengertian Harga………... 9

2.1.2.2 Penetapan Harga…... 9

2.1.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Harga…... 10

2.1.2.4 Pendekatan Penetapan Harga………....…... 11

2.1.2.5 Implementasi Harga………... 12

2.1.2.6 Perubahan Harga Pesaing………... 13

2.1.3 Teori Tentang Kualitas Produk……... 14

2.1.3.1 Konsep Produk……….. ... 14

2.1.3.2 Kualitas Produk…... 15

2.1.3.3 Dimensi Kualitas Produk………….…... 19

2.1.4 Teori Tentang Minat Beli……... 20

2.1.4.1 Indikator Minat Beli……….. ... 23

2.1.4.2 Model Perilaku Konsumen…... 25

2.1.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen. 26 2.2 Penelitian Terdahulu... 31

2.3 Kerangka Konseptual... 34

2.4 Hipotesis Penelitian ... 37

BAB III METODE PENELITIAN... 38

3.1 Jenis Penelitian... 38

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian... 38


(7)

vi

3.3.1 Populasi... 38

3.3.2 Sampel... 39

3.4 Batasan Operasional Variabel Penelitian... 40

3.5 Definisi Operasional Variabel Penelitian... 40

3.6 Metode Pengumpulan Data... 43

3.6.1 Wawancara (Interview)... 43

3.6.2 Daftar Pertanyaan (Questionaire)... 43

3.6.3 Studi Dokumentasi... 43

3.7 Jenis dan Sumber Data... 43

3.7.1 Data Primer... 43

3.7.2 Data Sekunder... 43

3.8 Skala Pengukuran Variabel... 44

3.9 Uji Validitas dan Realibilitas... 44

3.9.1 Uji Validitas... 44

3.9.2 Uji Realibilitas... 46

3.10 Metode Analisis Data... 47

3.10.1 Metode Analisis Deskriptif... 47

3.10.2 Analisis Statistik (Analisis Regresi Berganda)... 47

3.11 Uji Asumsi Klasik... 48

3.11.1 Uji Normalitas... 48

3.11.2 Uji Heterosketadastisitas... 48

3.11.3 Uji Multikolinieritas... 49

3.12 Uji Hipotesis... 49

3.12.1 Uji Signifikan Simultan (Uji-F)... 49

3.12.2 Uji Signifikan Parsial (Uji-t)... 50

3.13 Koefisien Determinasi (R2)... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 52

4.1 Sejarah Singkat Perusahaan... 52

4.1.1 Visi dan Misi... 54

4.1.2 Logo Perusahaan... 54

4.1.3 Produk Nestle Indonesia... 55

4.2 Hasil Analisis Deskriptif... 56

4.2.1 Karakteristik Responden... 57

4.2.2 Distribusi Jawaban Responden... 58

4.3 Analisis Regresi Linier Berganda... 64

4.4 Uji Asumsi Klasik... 66

4.4.1 Uji Normalitas... 66

4.4.2 Uji Heteroskedastisitas... 70

4.4.3 Uji Multikolinieritas... 72

4.5 Uji Hipotesis... 73

4.5.1 Uji Signifikan Parsial (Uji-t)... 73

4.5.2 Uji Signifikan Simultan (Uji-F)... 75

4.6 Pengujian Koefisien Determinasi (R2)... 77

4.7 Pembahasan... 78


(8)

vii

4.7.2 Pengaruh Harga Terhadap Minat Beli... 78

4.7.3 Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Minat Beli... 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 80

5.1 Kesimpulan... 80

5.2 Saran... 81

DAFTAR PUSTAKA... 82


(9)

viii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu... 31

3.1 Operasional Variabel... 42

3.2 Instrumen Skala Likert... 44

3.3 Uji Validitas... 46

3.4 Uji Reliabilitas... 47

4.1 Karakteristik Berdasarkan Responden... 57

4.2 Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin... 57

4.3 Karakteristik Berdasarkan Status... 58

4.4 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Slogan ... 58

4.5 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Harga ... 60

4.6 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Kualitas Produk ... 61

4.7 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Minat Beli... 62

4.8 Variables Entered/Removeda... 64

4.9 Analisis Linier Berganda... 64

4.10 Uji Kolmogorv-Smirnov... 69

4.11 Uji Glejser... 72

4.12 Uji Multikolinieritas... 73

4.13 Uji Signifikan Parsial (Uji-t)... 74

4.14 Uji Signifikan Simultan (Uji-F)... 76


(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

2.1 Kerangka Konseptual Penelitian... 37

4.1 Logo Perusahaan... 54

4.2 Pengujian Normalitas Histogram... 67

4.3 Pengujian Normalitas P-P Plot... 68


(11)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Kuesioner Penelitian... 85

2 Output Uji Validitas & Reliabilitas... 88

3 Daftar Distribusi Jawaban Responden... 89

4 Output Analisis Linier Berganda... 93


(12)

i

ABSTRAK

PENGARUH SLOGAN “GOOD FOOD, GOOD LIFE”, HARGA, DAN KUALITAS PRODUK PADA PT. NESTLE INDONESIA

TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN DI MEDAN

(Studi Kasus di Kecamatan Medan Helvetia)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh slogan “good food, good life”, harga, dan kualitas produk terhadap minat beli konsumen pada studi kasus di Kecamatan Medan Helvetia, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara.

Jenis penelitian ini adalah penelitian dekriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen di Kecamatan Medan Helvetia, dengan jumlah sampel sebanyak 40 responden yang diambil dengan menggunakan teknik Roscoe dalam penelitian. Pengumpulan data primer menggunakan kuisioner dan pengunpulan data sekunder menggunakan studi pustaka. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan analisis kuantitatif yaitu dengan menggunakan analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa koefisien determinasi (Adjusted R Square) sebesar 0,723 yang berarti 72,3% variabel minat beli konsumen dapat dijelaskan oleh variabel slogam, harga, dan kualitas produk, sedangkan sisanya sebesar 27,7% dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Dengan α= 5% maka dapat disimpulkan bahwa slogan, harga, dan kualitas produk secara serempak berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli konsumen pada PT. Nestle Indonesia di Medan. Hasil Uji-t menunjukkan bahwa secara parsial variabel slogan, harga, dan kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli konsumen pada PT. Nestle Indonesia di Medan. Variabel yang dominan mempengaruhi minat beli konsumen pada PT. Nestle Indonesia di Medan adalah kualitas produk.


(13)

ii

ABSTRACT

THE INFLUENCE SLOGAN “GOOD FOOD, GOOD LIFE”, PRICE, AND QUALITY PRODUCT ON PT. NESTLE INDONESIAN OF

CONSUMER BUYING INTEREST IN MEDAN

(A Case Study In The District Medan Helvetia)

The purpose of this study was to determine and analyze the influence slogan “good food, good life”, price, and quality product on PT. Nestle Indonesian of consumer buying interest on a case study in the District Medan Helvetia, Medan City, North Sumatra Province.

This type of research is descriptive quantitative research. The population in this research is that consumers in the District Medan Helvetia, with a total sample of 40 respondents were taken using techniques Rosque in research. Primary data collection using questionnaires and secondary data collection using literature. The analytical method used is descriptive analysis method and quantitative analysis with multiple linear regression analysis.

The results of this study indicate that the coefficient of determination (Adjusted R Square) of 0,723, which means that 72,3% of consumer buying interest variables can be explained by the variable slogan, price, and quality product the remaining 27,7% can be explained by other variables not examined in this study. With α= 5%, it can be concluded that the slogan, price, and quality product positive and significant effect on the consumer buying interest at PT. Nestle Indonesian in Medan. T-test showed that in partial slogan, price, and quality product positive and significant influence on the consumer buying interest at PT. Nestle Indonesian in Medan. Dominant variable affecting the consumer buying interst at PT. Nestle Indonesian in Medan is quality product.


(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perkembangan dunia usaha saat ini telah membawa para pelaku dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan konsumen. Berbagai pendekatan dilakukan untuk mendapatkan simpati masyarakat baik melalui peningkatan sarana dan prasarana berfasilitas teknologi tinggi maupun dengan pengembangan sumber daya manusia. Persaingan untuk memberikan yang terbaik kepada konsumen telah menempatkan konsumen sebagai pengambil keputusan. Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan semakin gencar dalam pemasarannya untuk menarik dan mempertahankan konsumennya. Semakin banyaknya perusahaan sejenis yang beroperasi dengan berbagai produk/jasa yang ditawarkan, membuat masyarakat dapat menentukan pilihan sesuai dengan kebutuhannya. Berbagai cara ditempuh oleh perusahaan agar produknya tetap diminati oleh konsumen. Perusahaan dapat menciptakan permintaan konsumen dengan memotivasi konsumen untuk membeli produknya, dalam hal ini perusahaan perlu menarik minat konsumen melalui penciptaan kualitas prima, promosi yang menarik dan harga yang bersaing.

Kualitas produk, harga dan promosi seringkali menjadi pertimbangan utama konsumen dalam membeli dan menggunakan suatu produk. Kualitas yang baik, harga yang wajar serta promosi yang gencar merupakan syarat utama yang harus dipenuhi perusahaan jika ingin produknya laku di pasaran. Dengan meningkatnya persaingan, konsumen dihadapkan pada banyaknya produk yang


(15)

2 sejenis namun berbeda dalam kualitas, harga dan promosi. Apabila kompetisi berlangsung gencar, perbedaan yang sedikit sekalipun jauh lebih berarti daripada memberikan produk tanpa nilai tambah apapun.

Identitas perusahaan begitu penting, sehingga perusahaan rela untuk mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk mengubah identitasnya. Hal ini disebabkan banyak orang melakukan kontak pertama kali dengan suatu perusahaan melalui identitas perusahaan yang mereka miliki, yaitu melalui iklan, kemasan, dan sebagainya. Sebagai bagian dari penerapan identitas perusahaan, logo perusahaan menjadi peletak dasar yang vital fungsinya. Logo sebagai bagian dari identitas perusahaan, dirancang terutama sebagai simbol pembeda untuk memberikan ciri khas suatu perusahaan atau merek tertentu. Bentuknya dapat berupa lambang, gambar, bentuk, huruf khusus, atau untaian kata, yang membentuk nama yang di tulis dengan cara khusus. Perusahaan memerlukan identitas yang dapat membedakannya dengan perusahaan lain untuk membentuk citra merek perusahaan tersebut. Identitas perusahaan mewakili karakter perusahaan yang dapat menciptakan citra di benak masyarakat yang melihat. Identitas perusahaan itu sendiri adalah semua perwakilan atau perwujudan media visual dan fisik yang menampilkan suatu jati diri organisasi, sehingga dapat membedakan organisasi tersebut dengan organisasi lainnya.

Pengukuran kualitas pelayanan merupakan elemen penting dalam menyediakan pelayanan yang lebih baik, lebih efesien dan lebih efektif. Penggunaan dimensi kualitas pelayanan sebagai alat ukur yang di harapkan sebuah perusahaan untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggannya. Dengan


(16)

3 diketahuinya hasil pengukuran kepuasan pelanggan perusahaan bisa mempersiapkan strategi yang nantinya akan diterapkan dalam rangka menciptakan loyalitas pelanggan. Kepuasan pelanggan sangat mempengaruhi perilaku pelanggan khususnya loyalitas pelanggan yang terwujud dalam keinginan membeli ulang serta merekomendasikan pada orang lain. Beberapa perusahaan berupaya memberikan pelayanan yang baik dan berkualitas melalui beberapa cara misalnya dengan mendesain proses pelayanan yang berbeda dengan pesaing, menciptakan suasana yang menjamin kenyamanan pengunjung, menjaga kebersihan, menetapkan harga yang sesuai, menciptakan kesan yang ramah melalui pelayanan karyawan, memperhatikan kebutuhan pelanggan dan mendesain interior yang menarik. Upaya-upaya ini dirancang agar pelanggan memperoleh gambaran tentang penciptaan nilai dari perusahaan dibandingkan dengan pesaing, dengan harapan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan dan memiliki ikatan emosional yang tinggi terhadap perusahaan, sehingga perusahaan akan dapat membangun loyalitas sejati pada diri pelanggan.

Minat beli digambarkan sebagai situasi seseorang sebelum melakukan tindakan pembelian, tetapi menunjukkan keinginan orang tersebut untuk melakukan pembelian. Semakin tinggi keyakinan konsumen terhadap produk yang ditawarkan, maka semakin meningkat pula minat beli konsumen terhadap produk tersebut. Sebaliknya, semakin rendah kepercayaan konsumen terhadap produk yang ditawarkan maka semakin rendah pula minat beli konsumen terhadap produk tersebut. Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk menggunakan strategi yang


(17)

4 jitu guna meningkatkan minat beli konsumen terhadap produk yang ditawarkan perusahaan.

Di negara-negara maju, seperti Amerika Serikat dan umumnya Eropa Barat (Inggris, Jerman, Perancis, Spanyol, dsb.), urusan kesehatan telah menjadi cita-cita, bahkan telah bersifat ideologis. Dalam artian, kesehatan telah menjadi budaya dan keyakinan masyarakat, sehingga mayoritas orang, selalu berupaya untuk memakan makanan yang sehat. Jadi, tidak mengherankan orang Barat selalu tampak segar-bugar. Sisi positif lain yang juga sangat menentukan, bahwa pemerintah juga sangat berperan aktifdalam membuat kebijakan terkait pembuatan standarisasi makanan sehat yang beredar di pasaran. Karena itu, budaya sehat selalu menjadi orientasi utama setiap orang. Pembangunan kesehatan masyarakat merupakan salah satu hal terpenting yang tidak bisa ditawar dengan apapun. Secara konseptual, kesehatan masyarakat menunjukkan kombinasi teori (ilmu) dan praktik yang bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpanjang usia hidup, dan meningkatkan kesehatan masyarakat. (Soekidjo Notoatmodjo, 2011: 15).

Nestle merupakan produsen makanan terkemuka di dunia. Hal ini dibuktikan dengan penjualan produk Nestle di seluruh dunia sebesar 60,8 juta kemasan pada tahun 2013. “Good Food, Good Life” merupakan slogan Nestle yang menggambarkan komitmen Nestle sebagai produsen makanan yang peduli akan kesehatan umat manusia dengan menghasilkan makanan yang sehat, bermutu, aman, berkualitas, bergizi, dan menyenangkan untuk di konsumsi demi mewujudkan kehidupan yang lebih bai


(18)

5 Nestle Indonesia adalah anak perusahaan Nestle SA, perusahaan yang terdepan dalam bidang gizi, kesehatan dan keafiatan, yang berkantor pusat di Vevey, Swiss. Nestle SA didirikan lebih dari 140 tahun lalu oleh Henri Nestle, seorang ahli farmasi yang berhasil meramu bubur bayi guna membantu seorang ibu menyelamatkan bayinya yang sedang sakit dan tidak mamberi susu. Nestle telah beroperasi di Indonesia sejak tahun 1971, dan pada saat ini telah mempekerjakan lebih dari 2.600 karyawan untuk menghasilkan beragam produk Nestle di tiga pabrik: Pabrik Kejayan, Pasuruan, Jawa Timur untuk mengolah produk susu seperti DANCOW, BEAR BRAND, dan NESTLE DANCOW IDEAL; Pabrik Panjang di Lampung untuk mengolah kopi instan NESCAFE serta Pabrik Cikupa di Banten untuk memproduksi produk kembang gula FOX'S dan POLO. Telah dibangun pabrik ke-empat di Karawang dan beroperasi sejak tahun 2013 untuk memproduksi DANCOW, MILO, dan bubur bayi Nestle CERELAC. Moto Nestle “Good Food, Good Life” menggambarkan komitmen perusahaan yang berkesinambungan untuk mengkombinasikan ilmu dan teknologi guna menyediakan produk-produk yang mampu memenuhi kebutuhan dasar manusia akan makanan dan minuman bergizi, serta aman untuk dikonsumsi serta lezat rasanya.

Fenomena yang muncul saat ini adalah semakin banyaknya jumlah produsen yang muncul dengan mengeluarkan produk yang sama dan dengan harga yang bersaing, tetapi Nestle sanggup menjaga pangsa pasarnya dan tetap masih bisa bersaing dengan produk-produk yang baru. Hal ini juga dibarengi dengan


(19)

6 inovasi-inovasi baru yang diberikan Nestle pada saat meluncurkaan produk-produknya.

Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh dari variabel-variabel slogan “Good Food,Good Life”, Harga, dan Kualitas Produk pada PT Nestle Indonesia terhadap Minat Beli Konsumen di Medan. (Studi Kasus di Kecamatan Medan Helvetia).

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian pada latar belakang di atas maka dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana pengaruh slogan “good food, good life”, harga, dan kualitas produk pada PT. Nestle Indonesia terhadap minat beli konsumen di Medan (Studi Kasus di Kecamatan Medan Helvetia)?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah mengetahui dan menganalisis pengaruh slogan “good food, good life”, harga, dan kualitas produk pada PT. Nestle Indonesia terhadap minat beli konsumen di Medan. (Studi Kasus di Kecamatan Medan Helvetia).


(20)

7

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada perusahaan agar lebih meningkatkan mutu, kualiatas produk yang dihasilkan oleh PT. Nestle Indonesia secara konsisten dan terus menerus. Dan juga dapat sebagai informasi yang berguna bagi perusahaan dalam mengimplementasikan strategi pemasarannya agar dapat mempertahankan pelanggannya.

2. Bagi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

Sebagai menambah khasanah dan memperkaya penelitian ilmiah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, khususnya program studi Manajemen.

3.Bagi Peneliti

Dengan penelitian ini peneliti berkesempatan untuk mengetahui dan menggunakan teori-teori yang di dapat selama mengikuti perkuliahan.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat memperluas pengetahuan serta dapat menambah wawasan mengenai manajemen pemasaran bagi peneliti selanjutnya tentang Slogan “Good Food,Good Life”, Harga, dan Kualitas Produk terhadap Minat Beli Konsumen di Medan. (Studi Kasus di Kecamatan Medan Helvetia).


(21)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Teori Tentang Slogan 2.1.1.1 Pengertian Slogan

Menurut Moeliono dalam Sartika (2007: 117) slogan adalah kalimat yang menarik, mencolok dan mudah diingat untuk menyampaikan sesuatu. Slogan dibuat untuk memberitahu, mengajak atau mempengaruhi pembacanya. Dari pengertian para pakar diatas, dapat disimpulkan bahwa slogan adalah perkataan atau kalimat yang menarik, mencolok yang dipakai sebagai ekspresi ide atau tujuan yang mudah diingat untuk menyampaikan sesuatu sehingga orang yang membaca slogan dapat mengetahui maksud penulisan sebuah slogan.

2.1.1.2 Tujuan Slogan

Tujuan dari slogan yaitu agar pembaca tahu, mengerti, tertarik atau bertindak sesuai dengan pesan yang ditampilkan Nurhadi, dkk. Slogan juga dapat berfungsi untuk pendidikan masyarakat, memacu semangat, cita-cita, iklan komersil atau propaganda politik. Penggunaan slogan yang berhasil, terlihat dari seberapa jauh masyarakat mengenal slogan tersebut.

2.1.1.3 Ciri-Ciri Bahasa Slogan

Menurut Hartistik, dalam Sartika (2007: 119). Ciri-ciri bahasa slogan dapat dilihat dibawah ini:

1. Isinya singkat dan jelas

2. Kalimatnya pendek, menarik, dan mudah diingat 3. Menjelaskan visi, misi, dan tujuan.


(22)

9

2.1.2 Teori Tentang Harga 2.1.2.1 Pengertian Harga

Harga memiliki peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli produk, sehingga sangat menentukan keberhasilan pemasaran suatu produk. Pengertian harga menurut Kotler dan Armstrong (2001: 439) adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut.

Harga merupakan salah satu penentu pemilihan produk yang nantinya akan berpengaruh terhadap minat pembelian. Bila suatu produk mengharuskan konsumen mengeluarkan biaya yang lebih besar dibandingkan dengan manfaat yang diterima, maka yang terjadi adalah bahwa produk tersebut memiliki nilai negatif. Sebaliknya, apabila konsumen menganggap bahwa manfaat yang diterima lebih besar, maka yang terjadi adalah produk tersebut memiliki nilai yang positif.

2.1.2.2 Penetapan Harga

Suatu perusahaan harus menetapkan harga untuk pertama kali ketika perusahaan mengembangkan atau memperoleh suatu produk baru, ketika perusahaan memperkenalkan produk regulernya ke saluran distribusi atau daerah baru, dan ketika perusahaan akan mengikuti lelang atas suatu kontrak kerja baru. Prosedur enam langkah untuk menetapkan harga:

1. Memilih tujuan penetapan harga 2. Menentukan permintaan


(23)

10 3. Memperkirakan biaya

4. Menganalisis biaya, harga dan penawaran pesaing 5. Memilih metode penetapan harga

6. Memilih harga akhir

2.1.2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepekaan Harga (Costumer Price Sensitivity)

Langkah pertama dalam memperkirakan permintaan adalah memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kepekaan harga pembeli. Kotler (2003: 111) mengidentifikasikan tujuh faktor:

1. Pengaruh nilai unik: pembeli kurang peka terhadap harga jika produk tersebut lebih langka.

2. Pengaruh kesadaran atas produk pengganti: pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika mereka tidak menyadari adanya produk pengganti. 3. Pengaruh perbandingan yang sulit: pembeli semakin kurang peka terhadap

harga jika mereka tidak dapat dengan mudah membandingkan kualitas barang pengganti.

4. Pengaruh pengeluaran total: pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika pengeluaran tersebut semakin rendah dibandingkan total pendapatannya.

5. Pengaruh manfaat akhir: pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika pengeluaran tersebut semakin kecil dibandingkan biaya total produk akhirnya.

6. Pengaruh biaya yang dibagi: pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika sebagian biaya ditanggung pihak lain.


(24)

11 7. Pengaruh investasi tertanam: pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika produk tersebut semakin digunakan bersama dengan produk yang telah dibeli sebelumnya.

2.1.2.4 Pendekatan-Pendekatan Umum Dalam Penetapan Harga

Harga yang akan dibebankan oleh perusahaan pada produk dan jasanyaakan berada pada kisaran mulai dari terlalu rendah untuk menciptakan laba sampai terlalu tinggi untuk menimbulkan permintaan Kotler dan Amstrong (2001: 162). Tiga pendekatan yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk menetapkan harga:

1. Penetapan Harga Berdasarkan Biaya Metode penetapan harga yang paling sederhana adalah penetapan harga biaya-plus (cost-plus pricing). Penetapan harga biaya-plus memiliki pengertian menambahkan markup standar pada biaya produk. Menambahkan markup standar memiliki pengertian penetapan harga dengan menambahkan biaya pokok produk dengan semua biaya operasional dan perolehan laba yang diinginkan.: 2. Penetapan Harga Berdasarkan Nilai Metode penetapan harga berdasarkan

nilai memiliki pengertian menetapkan harga berdasarkan persepsi pembeli atas nilai, bukannya atas biaya yang ditanggung oleh penjual. Ada aspek psikologis terkait pada penetapan harga berdasarkan nilai, karena minat konsumen akan produk atau jasa menjadi faktor yang harus diperhatikan oleh perusahaan.


(25)

12 3. Penetapan Harga Berdasarkan Pesaing Metode penetapan harga

berdasarkan pesaing, memiliki pengertian bahwa perusahaan menetapkan harga produknya dengan berpatokan pada harga yang ditawarkan oleh pesaing produk sejenis. Dengan cara ini, peritel tidak akan segera mengubah harga jualnya meskipun ada perubahan harga pokok produk atau ada permintaan konsumen.

2.1.2.5 Implementasi Harga

1) Penetapan Harga secara customary dan variable

Cystomary pricing adalah harga yang tetap, tidak akan berubah untuk

periode tertentu.Variable pricing adalah harga yang ditetapkan secara variatif sesuai dengan fluktuasi tingkat permintaan konsumen.

2) Penetapan Harga Ganjil (odd pricing)

Odd pricing adalah penetapan harga yang ganjil. Dasar dari penetapan

harga ganjil adalah bahwa secara psikologis para konsumen mudah tertarik dengan harga yang dirasakan murah.

3) Leader Pricing

Penetapan harga dimana profit margin lebih rendah daripada tingkat yang biasanya diraih. Leader pricing digunakan untuk menarik lebih banyak konsumen. Penetapan harga yang lebih rendah karena profit margin yang ditekan diberlakukan pada sebagian item sementara lainnya dijual dengan harga normal. 4) Penetapan Harga Paket

Penetapan harga paket adalah harga yang di diskon atau diberi nilai yang lebih rendah bila konsumen membeli produk lebih dari satu item atau membeli


(26)

13 dalam jumlah banyak. Selain paket dalam bentuk jumlah itu, juga dapat diterapkan paket dalam bentuk pasangan atau dalam bentuk kelompok.

5) Penetapan Harga Murah Setiap Hari

Penetapan harga murah setiap hari atau yang lebih sering disebut every day

low pricing (EDLP), ini merupakan salah satu jenis penetapan harga berdasarkan

nilai. EDLP biasanya terjadi pada tingkat eceran pengecer yang berpegang pada pada kebijakan penetapan harga EDLP mengenakan harga yang murah terus-menerus dengan sedikit atau sama sekali tidak ada promosi harga dan penjualan khusus.

2.1.2.6 Menanggapi Perubahan Harga Pesaing

Reaksi para peritel terhadap pesaing mereka yang mengadakan perubahan harga cukup beragam. Reaksi tersebut diantaranya:

1. Mempertahankan Harga

Perusahaan mempertahankan harga dan margin labanya karena yakin bahwa perusahaannya tidak akan kehilangan laba yang terlalu besar karena harga diturunkan dan perusahaan meyakini tidak akan kehilangan banyak pangsa pasarnya.

2. Mempertahankan Harga dan Menambah Nilai

Perusahaan lebih memilih meningkatkan produk, layanan dan

komunikasinya. Perusahaan berpersepsi lebih murah nila mereka

mempertahankan harga dan mengeluarkan uang untuk meningkatkan mutu dari pada menurunkan harga dan bekerja dengan margin yang kecil.


(27)

14 3. Menurunkan Harga

Perusahaan menurunkan harga produknya untuk menyaingi harga yang ditetapkan oleh pesaing. Perusahaan menurunkan harga produknya dikarenakan nilai produk turun karena volume meningkat, perusahaan berpersepsi bahwa mereka akan kehilangan pangsa pasar bila tidak menurunkan harga karena pasar peka terhadap harga, dan sulitnya membangun kembali pangsa pasar yang telah hilang.

4. Menaikan Harga dan Meningkatkan Mutu

Perusahaan menaikan harga produk disertai dengan peningkatan mutu produk dan memperkenalkan merek-merek baru untuk menyaingi produk pesaing.

5. Meluncurkan Lini Penyerang Harga Murah

Perusahaan mungkin menambahkan barang yang herganya lebih murah ke lini tersebut atau menciptakan lini terpisah berharga murah.

2.1.3 Teori Tentang Kualitas Produk 2.1.3.1 Konsep Produk

Konsep produk adalah saah satu konsep bisnis tertua. Konsep produk berpendapat bahwa konsumen akan lebih menyukai produk yang tersedia secara luas dan murah. Para menajer perusahaan yang berorientasi produk berkonsentrasi untuk mencapai efisiensi produksi yang tinggi, biaya rendah, dan distribusi secara masal. Mereka mengasumsikan bahwa konsumen terutama tertarik pada ketersediaan produk dan harga yang rendah. Orientasi itu dapat sangat cocok di


(28)

15 negara-negara berkembang dimana konsumen lebih tertarik untuk mendapatkan produk daripada fiturnya. Orientasi itu juga berguna ketika perusahaan ingin memperluas pasar.

Perusahaan-perusahaan lain dipandu oleh konsep produk yang berpendapat bahwa konsumen akan menyukai produk-produk yang menawarkan fitur yang paling bermutu, berkinerja atau inovatif. Para manajer organisasi memusatkan perhatian untuk menghasilkan produk yang unggul dan senantiasa memperbaiki mutunya dari waktu ke waktu. Mereka mengasumsikan bahwa para pembeli mengagumi produk yang dibuat dengan baik serta dapat menilai mutu dan kinerja.

2.1.3.2 Kualitas Produk

Saat ini semua produsen memahami begitu pentingnya peranan dan arti kualitas produk yang unggul untuk memenuhi harapan pelanggan pada semua aspek produk yang dijual ke pasar. Para petinggi/manajemen puncak perusahaan juga umumya semakin menyadari dan mempercayai adanya hubungan langsung antara kualitas produk terhadap customer satisfaction (kepuasan pelanggan) yang pada akhirnya akan meningkatkan raihan pangsa pasar (market share) di pasar sasaran. Keberadaan kepuasan pelanggan pada perusahaan merupakan sebuah variabel yang sangat penting dan menentukan keberhasilan sutu perusahaan. Salah satu tolak ukurnya adalah kualitas. Namun yang menjadi pertanyaan besar adalah kualitas seperti apa yang sesunguhnya diinginkan oleh konsumen. Menyangkut apa saja, dan apa parameternya. Bukankah produk dengan reliability dan performa tinggi sudah cukup memuaskan konsumen.Banyak lembaga konsultan ternama mempublikasikan hasil penelitiaanya dengan sinyal yang sangat jelas bahwa


(29)

16

customer satisfaction dengan indeks kepuasan tinggi mengalami peningkatan

pertumbuhan penjualan dalam periode tertentu. Sebaliknya produk dengan level indeks kepuasan rendah, pertumbuhan penjualannya cenderung minus. Tren volume penjualan yang terus menurun adalah awal kehancuran dan telah dialami banyak perusahaan. Temuan ini tentu sangat mengagetkan dan menjadi tantangan besar khusunya para jajaran manajemen puncak. Merancang dan mengembangkan produk dengan fokus pada keinginan dan kepuasan pelanggan nampaknya sesuatu yang tidak dapat ditawar-tawar lagi.

Menurut Kotler (2003: 162) arti kata kualitas dalam The American Society

for Quality Control diartikan sebagai totalitas fitur dan karakteristik produk atau

jasa yang memiliki kemampuan untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan maupun implisit. Hal ini berarti fitur produk yang ditawarkan juga menentukan mutu yang akan mempengaruhi kepuasan konsumen. Produsen dikatakan telah menyampaikan mutu jika produk atau yang ditawarkannya sesuai atau melampaui ekspektasi pelanggan.

Sementara dalam mendifinisikan kualitas produk para ahli dalam manajemen mutu terpadu (total quality management) mengungkapkan pengertiannya yang saling berbeda pendapat tetapi dari perbedaan tersebut sebenarnya memiliki tujuan yang sama, adapun beberapa definisi yang dikemukakan diantaranya adalah:

Pengertian kualitas produk menurut Taufik, (2005: 40), kualitas produk adalah kecocokan penggunaan produk (fitness for use) untuk memenuhi


(30)

17 kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Kecocokan penggunaan itu didasarkan atas lima ciri utama, yaitu:

1. Teknologi, yaitu kekuatan atau daya tahan 2. Psikologis, yaitu citra rasa atau status 3. Waktu, yaitu kehandalan

4. Kontraktual, yaitu adanya jaminan

5. Etika, yaitu sopan santun, ramah dan jujur

Menurut Taufik (2005: 40), Kecocokan dalam menggunakan suatu produk adalah apabila produk mempunyai daya tahan penggunaannya yang lama, produk yang digunakan akan meningkatkan citra atau status konsumen yang menggunakannya, produk tidak mudah rusak, adanya jaminan kualitas (quality

assurance) dan sesuai etika bila digunakan. Kecocokan penggunaan produk

seperti dikemukakan di atas memiliki dua aspek utama, yaitu ciri-ciri produknya memenuhi tuntutan penggunaan dan tidak memiliki kelemahan. Adapun aspek tersebut diantaranya adalah:

1. Ciri-ciri produk yang memenuhi permintaan pelanggan

Produk berkualitas, memiliki ciri yang khusus atau istimewa, berbeda dari produk pesaing dan dapat memenuhi harapan atau tuntutan sehingga dapat memuaskan pelanggan. Kualitas yang lebih tinggi memungkinkan perusahaan meningkatkan kepuasan pelanggan, membuat produk laku terjual, dapat bersaing dengan pesaing, meningkatkan pangsa pasar dan volume penjualan serta dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi.


(31)

18 2. Bebas dari kelemahan

Suatu produk dapat dikatakan berkualitas tinggi apabila di dalam suatu produk serta unsur yang terdapat didalamnya tidak terdapat kelemahan, tidak terdapat cacat sedikitpun. Kualitas yang tinggi menyebabkan perusahaan dapat mengurangi tingkat kesalahan, mengurangi pengerjaan kembali dan pemborosan, mengurangi pembiayaan terhadap klaim garansi, mengurangi ketidakpuasan pelanggan, mengurangi inspeksi dan pengujian, mengurangi waktu pengiriman produk ke pasar, meningkatkan hasil (yield) dan meningkatkan utilisasi kapasitas produksi, serta memperbaiki kinerja penyampaian produk.

Crosby, dalam M. Nasution (2004: 41), menyatakan bahwa kualitas adalah

conformance to requirement, yaitu sesuai dengan yang diisyaratkan atau di

standarkan. Suatu produk memiliki kualitas apabila sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan. Standar kualitas meliputi bahan baku, proses produksi, dan produk jadi.

Deming, dalam M. Nasution (2004: 41), menyatakan bahwa kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar. Apabila Juran mendefinisikan kualitas sebagai fitness for use dan crosby sebagai conformance to requirement, deming mendefinisikan kualitas sebagai kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen. Perusahaan harus benar-benar dapat memahami apa yang dibutuhkan oleh konsumen atas suatu produk yang akan dihasilkan.

Feigenbaum, dalam M. Nasution (2004: 41), menyatakan bahwa kualitas adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full customer satisfaction). Suatu produk


(32)

19 berkualitas apabila dapat memberikan kepuasan sepenuhnya kepada konsumen, yaitu sesuai dengan apa yang diharapakan konsumen atas suatu produk.

Garvin dan Davis, dalam M. Nasution (2004: 41), menyatakan bahwa kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia/tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen.

Meskipun tidak ada definisi kualitas yang diterima secara universal, namun pengertian kualitas di atas terdapat beberapa persamaan, yaitu sebagai berikut:

1. Kuallitas mencakup usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. 2. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah.

Setelah melihat definisi di atas, maka kualitas produk mengacu pada bagaimana produk tersebut menjalankan fungsinya yang mencakup keseluruhan dari produk, yaitu berupa ketahanan, kehandalan, ketepatan, kemudahan dalam pengoperasian, dan kemudahan dalam perbaikan serta atribut-atribut nilai lainnya. Penetapan kualitas merupakan salah satu cara untuk memenangkan persaingan di pasar, karena mutu merupakan salah satu cara penempatan suatu produk di benak pelanggan.

2.1.3.3 Dimensi Kualitas Produk

Terdapat delapan dimensi kulitas yang dikemukakan oleh Garvin dalam Nasution (2004: 55) yang dapat digunakan sebagai variabel kualitas suatu produk yang diukur dan digunakan sebagai kerangka perencanaan strategis. Adapun dimensi kualitas yang dikemukakan yaitu sebagai berikut:


(33)

20 1. Performance (Kinerja), karakteristik operasi pokok dari produk inti (core

product).

2. Features (Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan), yaitu karakteristik sekunder

atau pelengkap.

3. Reliability (Kehandalan), kemampuan perusahaan dalam memberikan kualitas

produk yang sesuai dengan harapan konsumen.

4. Conformance to specification (Kesesuaian dengan spesifikasi), yaitu sejauh

mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya.

5. Durability (Daya tahan), berkaitan dengan berapa lama suatu produk dapat

terus digunakan.

6. Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah

direparasi, serta penangan keluhan yang memuaskan.

7. Aesthetics (Estetika), daya tarik produk terhadap panca indera, seperti bentuk

fisik, warna, dan sebagainya.

8. Perceived quality (Kualitas yang dipersepsikan), yaitu citra dan reputasi

produk serta tanggungjawab perusahaan terhadapnya. Biasanya karena kurangnya pengetahuan pembeli akan atribut / ciri-ciri produk yang akan dibeli, maka pembeli mempersepsikan kualitasnya dari aspek harga, nama merek, iklan, dan reputasi perusahaan.


(34)

21

2.1.4 Teori Tentang Minat Beli

Minat beli adalah sesuatu diperoleh dari proses belajar dan proses pemikiran yang yang membentuk suatu persepsi. Minat beli ini menciptakan suatu motivasi yang terus terekam dalam benaknya dan menjadi suatu keinginan yang sangat kuat yang pada akhirnya ketika seorang konsumen harus memenuhi kebutuhannya akan mengaktualisasikan apa yang ada didalam benaknya itu Oliver (2006: 66). Menurut Durianto, dkk (2003: 109) niat untuk membeli merupakan sesuatu yang berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli produk tertentu, serta berapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada periode tertentu. Niat beli merupakan pernyataan mental konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan merek tertentu. Pengetahuan akan niat beli sangatdiperlukan para pemasar untuk mengetahui niat konsumen terhadap suatu produk maupun untuk memprediksikan perilaku konsumen pada masa yang akan datang. Minat membeli terbentuk dari sikap konsumen terhadap produk dari keyakinan konsumen terhadap kualitas produk. Semakin rendah keyakinan konsumen terhadap suatu produk akan menyebabkan menurunnya minat beli konsumen. Minat (interest) digambarkan sebagai suatu situasi seseorang sebelum melakukan suatu tindakan, yang dapat dijadikan dasar untuk memprediksi perilaku atau tindakan tersebut. Minat beli merupakan perilaku yang muncul sebagai respon terhadap objek yang menunjukkan keinginan pelanggan untuk melakukan pembelian Kotler (2002: 15). Beberapa pengertian dari minat beliadalah sebagai berikut:


(35)

22 1. Minat dianggap sebagai sebuah ‘perangkap’ atau perantara antara

faktor-faktor motivasional yang mempengaruhi perilaku.

2. Minat juga mengindikasikan seberapa jauh seseorang mempunyai

kemampuan untuk mencoba.

3. Minat menunjukkan pengukuran kehendak seseorang. 4. Minat berhubungan dengan perilaku yang terus-menerus.

Terdapat perbedaan antara pembelian aktual yang benar-benar dilakukan oleh konsumen dengan minat beli. Minat beli adalah kecenderungan pembelian untuk melakukan pembelian pada masa yang akan datang, namun pengukuran terhadap kecenserungan terhadap pembelian umumnya dilakukan guna memaksimumkan prediksi terhadap pembelian aktual itu sendiri. Uraian mengenai pengertian minat beli diatas maka dapat disimpulkan bahwa minat beli adalah tahap kecenderungan perilaku membeli dari konsumen pada suatu produk barang atau jasa yang dilakukan pada jangka waktu tertentu dan secara aktif menyukai dan mempunyai sikap positif terhadap suatu produk barang/jasa, didasarkan pada pengalaman pembelian yang telah dilakukan pada masa lampau.

Minat beli merupakan bagian dari komponen perilaku dalam sikap mengkonsumsi. Menurut Kinnear dan Taylor dalam Tjiptono (2003), minat beli adalah tahap kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan. Menurut Oliver (2006) efek hierarki minat beli digunakan untuk menggambarkan urutan proses munculnya keyakinan (beliefs). Sikap (attitudes) dan perilaku pengetahuan kognitif yang dimiliki


(36)

23 konsumen dengan mengaitkan atribut, manfaat, dan obyek (dengan mengevaluasi informasi), sementara itu sikap mengacu pada perasaan atau respon efektifnya. Sikap berlaku sebagai acuan yang mempengaruhi dari lingkungannya.

Perilaku menurut Oliver (2006) adalah segala sesuatu yang dikerjakan konsumen untuk membeli, membuang, dan menggunakan produk dan jasa. Secara teoritis urutan ketiga komponen efek hierarki bisa berbeda‐beda bergantung pada tingkat involvement‐nya, atau bahkan masing‐masing unsur bisa berbentuk secara parsial namun dalam penelitian ini bahwa ketiga komponen bergerak dalam formasi standar, yakni kognisi, sikap, dan perilaku. Munculnya ketiga komponen tersebut tidak lepas dari informasi yang diterima konsumen.

Minat beli diperoleh dari suatu proses belajar dan proses pemikiran yang yang membentuk suatu persepsi. Minat beli ini menciptakan suatu motivasi yang terus terekam dalam benaknya dan menjadi suatu keinginan yang sangat kuat yang pada akhirnya ketika seorang konsumen harus memenuhi kebutuhannya akan mengaktualisasikan apa yang ada didalam benaknya itu, efek hierarki minat beli digunakan untuk menggambarkan urutan proses munculnya keyakinan (beliefs). Sikap (attitudes) dan perilaku pengetahuan kognitif yang dimiliki konsumen dengan mengaitkan atribut, manfaat, dan objek (dengan mengevaluasi informasi), sementara itu sikap mengacu pada perasaan atau respon efektifnya. Sikap berlaku sebagai acuan yang mempengaruhi dari lingkungannya.

Oliver (2006) menyatakan bahwa suatu merek yang dikenal oleh pembeli akan menimbulkan minatnya untuk mengambil keputusan pembelian. Dampak dari simbol suatu produk memberikan arti didalam pengambilan keputusan


(37)

24 konsumen sebab simbol dan image merupakan hal penting dalam periklanan dan mempunyai pengaruh dalam minat untuk membeli.

2.1.4.1 Indikator Minat Beli

Menurut Ferdinand (2002: 129), minat beli dapat diidentifikasi melalui indikator-indikator sebagai berikut:

a. Minat transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk membeli produk.

b. Minat refrensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk kepada orang lain.

c. Minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang memiliki prefrensi utama pada produk tersebut. Preferensi ini hanya dapat diganti jika terjadi sesuatu dengan produk prefrensinya.

d. Minat eksploratif, minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut.

Minat beli (willingness to buy) merupakan bagian dari komponen perilaku dalam sikap mengkonsumsi. Menurut Kinnear dan Taylor (2011) dalam Rizky (2012), minat beli adalah tahap kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan. Suatu produk dapat dikatakan telah dikonsumsi oleh konsumen apabila produk tersebut telah diputuskan untuk dibeli. Keputusan untuk membeli dipengaruhi oleh nilai produk yang dievaluasi. Bila manfaat yang dirasakan lebih besar dibandingkan pengorbanan untuk mendapatkannya, maka dorongan untuk membelinya semakin


(38)

25 tinggi. Sebaliknya bila manfaatnya lebih kecil dibandingkan pengorbanannya maka biasanya pembeli akan menolak untuk membeli dan pada umumnya beralih mengevaluasi produk lain yang sejenis. Pada kebanyakan orang, perilaku pembelian konsumen seringkali diawali dan dipengaruhi oleh banyaknya rangsangan dari luar dirinya, baik berupa rangsangan pemasaran maupun rangsangan dari lingkungannya. Rangsangan tersebut kemudian diproses dalam diri seusai dengan karakteristik pribadinya, sebelum akhirnya diambil keputusan pembelian. Karakteristik pribadi konsumen yang dipergunakan untuk memproses rangsangan tersebut sangat komplek dan salah satunya adalah motivasi untuk membeli. Minat beli bukanlah merupakan pembelian dimasa sekarang dan belum tentu juga konsumen akan melakukan tindakan pembelian pada masa yang akan mendatang.

2.1.4.2Model Perilaku Konsumen

Menurut Kotler (2003: 223) titik tolak memahami pembeli adalah model rangsangan-rangsangan. Rangsangan pemasaran dan lingkungan masuk ke dalam kesadaran pembelian. Karakteristik dan proses pengambilan keputusan pembeli menghasilkan keputusan pembelian tertentu. Tugas manajer adalah memahami apa yang terjadi dalam kesadaran pembelian antara datangnya stimuli luar dan keputusan pembelian. Rangsangan pemasaran (marketing stimuli) terdiri dari: 1. Produk (product) yaitu produk apa yang secara tepat diminati oleh konsumen,

baik kualitas maupun kuantitasnya.

2. Harga (price) yaitu seberapa besar harga sebagai pengorbanan konsumen dalam memperoleh manfaat produk yang diinginkan.


(39)

26 3. Distribusi (place) yaitu bagaimana pendistribusian barang sehingga produk

dapat sampai ke tangan konsumen dengan mudah.

4. Promosi (promotion) yaitu pesan-pesan yang dikomunikasikan sehingga keunggulan produk dapat disampaikan kepada konsumen.

2.1.4.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Menurut Setiadi (2008: 11), faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah:

a. Faktor-faktor Kebudayaan

1) Kebudayaan

Kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Bila mahkluk-mahkluk lainnya bertindak berdasarkan naluri, maka perilaku manusia umumnya dipelajari. Seorang anak yang sedang tumbuh mendapatkan seperangkat nilai, persepsi, preferensi, dan perilaku melalui suatu proses sosialisasi yang melibatkan keluarga dan lembaga-lembaga sosial penting lainnya.

2) Sub-Budaya

Setiap kebudayaan terdiri dari sub-budaya – sub-budaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya. Sub-budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis: kelompok nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok ras, area geografis.


(40)

27 3) Kelas Sosial

Kelas-kelas sosial adalah kelompok-kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat, dan perilaku yang serupa.

b. Faktor-faktor Sosial

1) Kelompok Referensi

Kelompok referensi seseorang terdiri dari seluruh kelompok yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Para pemasar berusaha mengidentifikasikan kelompok-kelompok referensi dari konsumen sasaran mereka. Orang umumnya sangat dipengaruhi oleh kelompok referensi mereka pada tiga cara. Pertama, kelompok referensi memperlihatkan pada seseorang perilaku dan gaya hidup baru. Kedua, mereka juga mempengaruhi sikap dan konsep jati-diri seseorang karena orang tersebut umumnya ingin “menyesuaikan diri”. Ketiga, mereka menciptakan tekanan untuk menyesuaikan diri yang dapat mempengaruhi pilihan produk dan merek seseorang.

2) Keluarga

Kita dapat membedakan antara dua keluarga dalam kehidupan pembeli. Pertama adalah keluarga orientasi, yang merupakan orangtua seseorang. Keluarga prokreasi, yaitu pasangan hidup anak-anak sesseorang keluarga merupakan organisasi pembeli dan konsumen yang paling penting dalam suatu masyarakat dan telah diteliti secara intensif.


(41)

28

c. Faktor Pribadi

1) Umur dan Tahapan Dalam Siklus Hidup

Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga. Beberapa penelitian terakhir telah mengidentifikasi tahapan-tahapan dalam siklus hidup psikologis. Orang-orang dewasa biasanya mengalami perubahan atau transformasi tertentu pada saat mereka menjalani hidupnya.

2) Pekerjaan

Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok-kelompok pekerja yang memiliki minat di atas rata-rata terhadap produk dan jasa tertentu.

3) Keadaan Ekonomi

Yang dimaksud dengan keadaan ekonomi seseorang adalah terdiri dari pendapatan yang dibelanjakan (tingkatnya, stabilitasnya, dan polanya), tabungan dan hartanya (termasuk persentase yang mudah dijadikan uang), kemampuan untuk meminjam.

4) Gaya Hidup

Gaya hidup seseorang adalah pola hidup dunia yang diekspresikan oleh kegiatan, minat dan pendapat seseorang. Gaya hidup menggambarkan “seseorang secara keseluruhan” yang berinteraksi dengan lingkungan. Gaya hidup juga mencerminkan sesuatu dibalik kelas sosial seseorang.

5) Kepribadian dan Konsep Diri

Yang dimaksud dengan kepribadian adalah karakteristik psikologis yang berbeda dari setiap orang yang memandang responnya terhadap lingkungan yang


(42)

29 relatif konsisten. Kepribadian dapat merupakan suatu variabel yang sangat berguna dalam menganalisis perilaku konsumen.

d. Faktor-faktor Psikologis

1) Motivasi

Beberapa kebutuhan bersifat biogenik. Kebutuhan ini timbul dari suatu keadaan fisiologis, seperti rasa lapar, rasa haus, rasa tidak nyaman. Sedangkan kebutuhan-kebutuhan lain yaitu kebutuhan yang timbul dari keadaan fisiologis tertentu, seperti kebutuhan untuk diakui, kebutuhan harga diri atau kebutuhan diterima.

2) Persepsi

Persepsi didefinisikan sebagai proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti dari dunia ini. Orang dapat memiliki persepsi yang berbeda dari objek yang sama karena adanya tiga proses persepsi yaitu perhatian yang selektif, gangguan yang selektif, dan mengingat kembali yang selektif. Faktor-faktor persepsi ini yaitu perhatian, gangguan, dan mengingat kembali yang selektif berarti bahwa para pemasar harus bekerja keras agar pesan yang disampaikan diterima.

3) Proses Belajar

Secara rinci tahap-tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : a. Pengenalan Masalah

Proses pembelian diawali saat pembeli menyadari adanya masalah kebutuhan. Pembeli menyadari terdapat perbedaan antara kondisi sesungguhnya


(43)

30 dengan kondisi yang diinginkannya. Kebutuhan ini dapat disebabkan oleh rangsangan internal dalam kasus pertama dari kebutuhan normal seseorang, yaitu rasa lapar, dahaga atau seks meningkat dan berubah menjadi dorongan. Atau sebuah kebutuhan dapat timbul karena rangsangan eksternal seseorang yang melewati sebuah toko roti dan melihat roti yang baru selesai dibakar dapat merangsang rasa laparnya. Seorang konsumen yang mulai timbul minatnya akan terdorong untuk mencari informasi lebih banyak. Kita dapat membedakan dua tingkat yaitu keadaan tingkat pencarian informasi yang sedang-sedang saja yang disebut perhatian yang meningkat. Proses mencari informasi secara aktif dimana ia mencari bahan-bahan bacaan, menelepon teman-temannya, dan melakukan kegiatan-kegiatan mencari untuk mempelajari yang lain. Umumnya jumlah aktivitas pencarian konsumen akan meningkat bersamaan dengan konsumen berpindah dari situasi pemecahan masalah yang terbatas ke pemecahan masalah yang ekstensif. Salah satu faktor kunci bagi pemasar adalah sumber-sumber informasi utama yang dipertimbangkan oleh konsumen dan pengaruh relatif dari masing-masing sumber terhadap keputusan-keputusan membeli. Sumber-sumber informasi konsumen dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok:

1) Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan.

2) Sumber komersil : iklan, tenaga penjualan, penyalur, kemasan dan pameran. 3) Sumber umum : media massa, organisasi konsumen.


(44)

31

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. Peneliti

(Tahun)

Judul Penelitian Variable Penelitian

Hasil Penelitian

1 Grewal, Dhruv.,

Kent B. Monroe, and R.

Krishnan. (2012)

The Effects of Price‐Comparison

Advertising on Buyers’ Perception of Acquisition Value, Transaction Value, and Behavioral Intentions

Price Comparison Advertising on Buyers’ Perception of Acquisition Value, Transaction Value, Behavioral Intentions

Based on the results of the observation, obtained the following regression equation: Y=0.262 X1 + 0.339 X2 + 0.265 X3 + e. Based on statistical data analysis, the indicators in

thisresearch are valid and the variables are reliable. In testing the assumption of

classical, model free regression

multikolonierity, heteroscedasticity does not happen, and normally

distributed.0.339, then the price perception variable with regression coefficient of 0.265. While the variables that affect the lowest quality product with regression coefficient of 0.262. The model equation has a calculated F value of 47.692 and

asignificancelevel of 0,000. Where F count is greater than F table (3.09) and with a smaller significance levelof α (0.05). It shows that the


(45)

32

in this research is jointly influential to the dependent

variable is willingness to buy.

2 M.Nasution. (2004)

Pengaruhnya Iklan, Citra Merek, dan Kepuasan Konsumen terhadap Loyalitas Konsumen Dalam Menggunakan

Vaseline and Body Lotion Di Kota Padang

Iklan,

Citra Merek, dan Kepuasan

Konsumen Loyalitas Konsumen

Dari uji hipotesis yang dilakukan ditemukan bahwa iklan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas konsumen dalam menggunakan produk Vaseline Hand and Body Lotion di kota Padang. Iklan berpengaruh sebesar 0,425 terhadap loyalitas konsumen produk Vaseline Hand and Body lotion di kota padang, dimana iklan sebagai (X1) adalah nilai yang lumayan baik diantara tiga variabel bebas yang ada, diharapkan PT. Unilever harus mampu

meningkatkan nilai iklan sehingga lebih banyak konsumen yang tertarik, dan mau menggunakan produk.

3 Rizky. (2012) Analisis Pengaruh

Kualitas Produk, Daya Tarik Iklan,dan Persepsi Harga Terhadap Minat Beli Konsumen Pada Produk Ponsel Nokia

Kualitas Produk Daya Tarik Iklan Persepsi Harga Minat Beli Diperoleh tingkat signifikansi untuk variabel kualitas produk (X1) sebesar 0,012. Nilai

signifikansi tersebut lebih kecil dari α (0,05), hal ini menunjukan bahwa


(46)

33 secara individu variabel kualitas produk (X1) berpengaruh positif terhadap variabel dependen minat beli (Y). Selanjutnya, pada variabel daya tarik iklan (X2) diperoleh tingkat signifikansi sebesar 0,000. Nilai

signifikansi tersebut lebih kecil dari α(0,05), hal ini menunjukan bahwa secara individu variabel daya tarik iklan (X2)

berpengaruh positif terhadap variabel dependen minat beli. Pada variabel harga (X3) diperoleh tingkat signifikansi sebesar 0,018. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari α (0,05), hal ini menunjukan bahwa secara individu variabel harga (X3) berpengaruh positif terhadap variabel dependen minat beli (Y).

4 Sartika. (2007) Analisis Tentang

Perubahan Logo Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) kota Samarinda Dalam Mengkomunikasikan Budaya Perusahaan Perubahan logo Budaya perusahaan Hasil penelitian didapatkan dari divisi humas yang menjadi informan bahwa perubahan logo tidak serta merta dilakukan bukan tanpa alasan namun dengan tujuan ingin meningkatkan


(47)

34

image baik lagi terhadap masyarakat dan juga diikuti dengan

meningkatkan kinerja perusahaan serta menerapkan program – program baru untuk masyarakat dengan tujuan menjadi mitra setia masyarakat

Samarinda. Seluruh data diperoleh merupakan hasil dari observasi,

menganalisa, dan wawancara yang dilakukan di

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

2.3 Kerangka Konseptual

Kata slogan diambil dari istilah dalam bahasa Gaelik, sebuah bahasa dari Skotlandia kuno, yaitu slough-ghairm yang berarti teriakan bertempur. Menurut Widyatama sacara sederhana, slogan diartikan sebagai motto atau frasa yang dipakai sebagai ekspresi ide atau tujuan yang mudah diingat dan mengandung arti khusus. Di tengah masyarakat, slogan sering diartikan sebagai semboyan atau motto. Menurut Moeliono slogan adalah perkataan atau kalimat yang menarik, mencolok dan mudah diingat untuk menyampaikan sesuatu. Slogan dibuat untuk memberitahu, mengajak atau mempengaruhi pembacanya. Dari pengertian para pakar diatas, dapat disimpulkan bahwa slogan adalah perkataan atau kalimat yang menarik, mencolok yang dipakai sebagai ekspresi ide atau tujuan yang mudah


(48)

35 diingat untuk menyampaikan sesuatu sehingga orang yang membaca slogan dapat mengetahui maksud penulisan sebuah slogan.

Harga memiliki peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli produk sehingga sangat menentukan keberhasilan pemasaran suatu produk. Pengertian harga menurut Kotler dan Armstrong (2001: 439) adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut.

Harga merupakan salah satu penentu pemilihan produk yang nantinya akan berpengaruh terhadap minat pembelian. Bila suatu produk mengharuskan konsumen mengeluarkan biaya yang lebih besar dibandingkan dengan manfaat yang diterima, maka yang terjadi adalah bahwa produk tersebut memiliki nilai negatif. Sebaliknya, apabila konsumen menganggap bahwa manfaat yang diterima lebih besar, maka yang terjadi adalah produk tersebut memiliki nilai yang positif.

Konsep produk adalah salah satu konsep bisnis tertua. Konsep produk berpendapat bahwa konsumen akan lebih menyukai produk yang tersedia secara luas dan murah. Para menajer perusahaan yang berorientasi produk berkonsentrasi untuk mencapai efisiensi produksi yang tinggi, biaya rendah, dan distribusi secara masal. Mereka mengasumsikan bahwa konsumen terutama tertarik pada ketersediaan produk dan harga yang rendah. Orientasi itu dapat sangat cocok di negara-negara berkembang dimana konsumen lebih tertarik untuk mendapatkan produk daripada fiturnya. Orientasi itu juga berguna ketika perusahaan ingin memperluas pasar. suatu persepsi.


(49)

36 Minat beli menciptakan suatu motivasi yang terus terekam dalam benaknya dan menjadi suatu keinginan yang sangat kuat yang pada akhirnya ketika seorang konsumen harus memenuhi kebutuhannya akan mengaktualisasikan apa yang ada didalam benaknya itu Oliver (2006: 66). Menurut Durianto, dkk (2003: 109) niat untuk membeli merupakan sesuatu yang berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli produk tertentu, serta berapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada periode tertentu. Niat beli merupakan pernyataan mental konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan merek tertentu. Pengetahuan akan niat beli sangat diperlukan para pemasar untuk mengetahui niat konsumen terhadap suatu produk maupun untuk memprediksikan perilaku konsumen pada masa yang akan datang. Minat membeli terbentuk dari sikap konsumen terhadap produk dari keyakinan konsumen terhadap kualitas produk. Semakin rendah keyakinan konsumen terhadap suatu produk akan menyebabkan menurunnya minat beli konsumen. Minat (interest) digambarkan sebagai suatu situasi seseorang sebelum melakukan suatu tindakan, yang dapat dijadikan dasar untuk memprediksi perilaku atau tindakan tersebut. Minat beli merupakan perilaku yang muncul.


(50)

37

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual Penelitian

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan amsalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang dikemukakan oleh peneliti adalah: Slogan “good food, good life”, harga, kualitas produk pada PT. Nestle Indonesia berpengaruh terhadap minat beli konsumen di Medan. (Studi Kasus di Kecamatan Medan Helvetia).

HARGA (X2) SLOGAN “Good

Food, Good Life”

(X1)

MINAT BELI (Y)

KUALITAS PRODUK


(51)

38

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran dalam meneliti ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 2009).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Medan, Provinsi Sumatera Utara. (Studi Kasus di Kecamatan Medan Helvetia).

2. Waktu Penelitian

Penelitian direncanakan mulai bulan April-Juni 2015.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa objek, transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian (Kuncoro, 2009). Populasi dalam penelitian ini adalah


(52)

39 setiap masyarakat di Kota Medan yang sudah pernah membeli produk Nestle. Oleh karena itu populasi ini merupakan populasi yang tidak dapat diketahui secara pasti jumlah sebenarnya atau jumlah tidak teridentifikasi.

3.3.2. Sampel

Pada penelitian ini kriteria sampel yang ditentukan peneliti adalah masyarakat yang pernah menggunakan produk Nestle. Karena jumlah konsumen yang melakukan pembelian tidak diketahui maka peneliti mengambil rumus Roscoe pada tahun 1975, dalam penelitian multivariate (termasuk analisis regresi berganda), ukuran sampel sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian (Sekaran, 2006) :

N = Tidak Diketahui

n = Jumlah Variabel x 10

n = 4 x 10

n = 40 Dimana: n = Jumlah Sampel

Jumlah Variabel = 4, yaitu:

• Variabel X1 (Slogan)

• Variabel X2 (Harga)

• Variabel X3 (Kualitas Produk)


(53)

40

3.4 Batasan Operasional Variabel Penelitian

Batasan operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Independen adalah Slogan (X1), Harga (X2), Kualitas Produk (X3) 2. Variabel Dependen adalah Minat Beli (Y)

3.5 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional dari variabel-variabel yang diteliti adalah: 1. Slogan (X1)

Slogan diartikan sebagai motto atau frasa yang dipakai sebagai ekspresi ide atau tujuan yang mudah diingat dan mengandung arti khusus. Di tengah masyarakat, slogan sering diartikan sebagai semboyan atau motto.

2. Harga (X2)

Sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut.

3. Kualitas Produk (X3)

Konsep produk berpendapat bahwa konsumen akan lebih menyukai produk yang tersedia secara luas dan murah. Para menajer perusahaan yang berorientasi produk berkonsentrasi untuk mencapai efisiensi produksi yang tinggi, biaya rendah, dan distribusi secara masal.


(54)

41 4. Minat Beli (Y)

Minat beli menciptakan suatu motivasi yang terus terekam dalam benaknya dan menjadi suatu keinginan yang sangat kuat yang pada akhirnya ketika seorang konsumen harus memenuhi kebutuhannya akan mengaktualisasikan apa yang ada di dalam benaknya.


(55)

42

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel No. Variabel

Penelitian Definisi Variabel Indikator Skala Ukur

1. Slogan (X1)

Slogan diartikan sebagai motto atau frasa yang dipakai sebagai ekspresi ide atau tujuan yang mudah diingat dan mengandung arti khusus. Ditengah masyarakat, slogan sering diartikan sebagai semboyan atau motto.

1. Isinya singkat dan jelas 2. Kalimatnya pendek dan

menarik

3. Kalimatnya mudah dipahami dan mudah diingat

4. Menjelaskan visi, misi, dan tujuan

Skala likert

2. Harga (X2)

Sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau

menggunakan produk atau jasa tersebut.

1. Harga sesuai kualitas produk

2. Harga bersaing 3. Harga terjangkau 4. Harga yang ditawarkan

Skala likert

3. Kualitas Produk (X3)

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan.

1. Manfaat produk

2. Reliability (Kehandalan) 3. Perceived quality (Kualitas

yang dirasakan)

4. Keunggulan dari produk

lain Skala likert

4. Minat Beli (Y)

Minat beli adalah tahap kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan.

1 Minat transaksional 2. Minat refrensial 3. Minat preferensial 4 . Minat eksploratif


(56)

43

3.6 Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data secara terperinci dan baik, maka digunakan metode, yaitu:

3.6.1 Wawancara (Interview)

Wawancara (interview) dilakukan antara peneliti dengan responden

dengan tujuan memperoleh informasi yang relevan.

3.6.2 Daftar Pertanyaan (Questioneire)

Pengajuan daftar pertanyaan ini dilakukan dengan mengajukan daftar pertanyaan tertulis kepada responden.

3.6.3 Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data dan mempelajari data-data yang diperoleh dari buku, literatur, jurnal, situs internet yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.

3.7 Jenis dan Sumber Data 3.7.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden terpilih pada lokasi penelitian. Data primer di dalam penelitian ini berupa wawancara daftar pertanyaan (questionaire).

3.7.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dan disatukan oleh studi-studi sebelumnya yang diperoleh dari skripsi, buku, dan jurnal.


(57)

44

3.8 Skala Pengukuran Variabel

1. Skala likert

Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, atau persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Skala likert biasa 1, 2, 3, 4, 5 skala tergantung kebutuhan.

1 2 3 4 5

Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Kurang Setuju Setuju Sangat Setuju

Tabel 3.2

Instrument Skala Likert

3.9 Uji Validitas dan Realibilitas

Penelitian yang mengukur variabel dengan menggunakan instrumen kuesioner harus dilakukan pengujian kualitas terhadap data yang diperoleh. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan valid dan reliable sebab kebenaran data yang diolah sangat menentukan kualitas hasil penelitian.

3.9.1 Uji Validitas

Menurut Ghozali (2005), “Uji validitas dipergunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut”. Menurut Sugiyono (2010), “Jika nilai validasi setiap pertanyaan lebih besar dari nilai koefisien korelasi (r) 0,30 maka butir pertanyaan dianggap sudah valid”.


(58)

45 Validitas menunjuk kepada sejauh mana alat pengukur itu dapat melakukan fungsinya mengukur dengan cermat dan tepat sesuai yang diharapkan. Suatu skala pengukuran disebut valid bila ia melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur.

Uji validitas dilakukan dengan metode sekali ukur (one shoot method), dimana pengukuran dalam metode ini cukup dilakukan satu kali dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut :

Jika rhitung positif dan rhitung≥ rtabel, maka butir pertanyaan tersebut valid.

Jika rhitung negatif atau rhitung < rtabel, maka butir pertanyaan tersebut tidak valid.

Uji validitas dilakukan terlebih dahulu dengan melakukan pengamatan dan penelitian kepada responden yang diambil dari luar sampel penelitian yang dilakukan di Kecamatan Medan Helvetia di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara yang berjumlah 30 orang konsumen.

Nilai rtabel dengan ketentuan df= N-2 (30-2)= 28 dan tingkat signifikan

sebesar 5%, maka angka yang diperoleh= 0,361. Tabel 3.3 merupakan hasil pengolahan prasurvei yang telah dilakukan kepada 30 responden di luar sampel penelitian.


(59)

46

Tabel 3.3 Uji Validitas

Pernyataan rhitung rtabel Keterangan

VAR00001 ,785 ,361 Valid

VAR00002 ,573 ,361 Valid

VAR00003 ,719 , 361 Valid

VAR00004 ,573 , 361 Valid

VAR00005 ,668 , 361 Valid

VAR00006 ,785 , 361 Valid

VAR00007 ,719 , 361 Valid

VAR00008 ,823 , 361 Valid

VAR00009 ,387 , 361 Valid

VAR00010 ,785 , 361 Valid

VAR00011 ,823 , 361 Valid

VAR00012 ,823 , 361 Valid

VAR00013 ,785 , 361 Valid

VAR00014 ,573 , 361 Valid

VAR00015 ,750 , 361 Valid

VAR00016 ,748 , 361 Valid

VAR00017 ,748 , 361 Valid

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (Juni 2015)

Tabel 3.3 menunjukkan bahwa seluruh butir pertanyaan telah valid karena rhitung > rtabel. Dengan demikian, kuesioner dapat dilanjutkan pada tahap pengujian reliabilitas.

3.9.2 Uji Realibilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk melihat apakah alat ukur yang digunakan (kuesioner) menunjukkan konsistensi di dalam mengukur gejala yang sama (Sugiyono). Pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 for

windows, butir pertanyaan yang sudah dinyatakan valid dalam uji validitas

ditentukan reliabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut : Jika ralpha positif atau > rtabel maka pertanyaan reliable.


(60)

47

Tabel 3.4 Uji Reliabilitas

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,941 21

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (Juni 2015)

Pada 21 pernyataan dengan tingkat signifikansi 5% di ketahui bahwa koefisien aplha (Cronbach’s Alpha) adalah sebesar 0.941. Ini berarti 0.941 > 0.80 sehingga dapat dinyatakan bahwa kuesioner tersebut telah reliabel dan dapat disebarkan kepada responden untuk dijadikan sebagai intrumen penelitian.

3.10 Metode Analisis Data

3.10.1 Metode Analisis Deskriptif

Yaitu analisis yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpulkan sebagaimana adanya tanpa maksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum dan generalisasi.

3.10.2 Analisis Statistik (Analisis Regresi Berganda)

Metode ini merupakan perluasan dari analisis regresi sederhana. Analisis regresi liner berganda ditujukan untuk menujukkan hubungan linear antar berbagai variabel bebas (slogan, harga, kualitas produk) dan seterusnya dengan variabel terikat (minat beli konsumen di Medan). Hubungan fungsional antara variabel dan variabel bebas dibuat sebagai berikut :


(61)

48

Dimana : Y = Minat Beli

a = Konstanta

b1, b2, b3 = Koefisien Regresi

X1 = Slogan

X2 = Harga

X3 = Kualitas produk

e = Standar error

3.11 Uji Asumsi Klasik

Penelitian ini juga memakai beberapa pengujian asumsi klasik, yaitu :

3.11.1 Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data mendekati distribusi normal, yakni distribusi data yang berbentuk lonceng. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yakni distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri tidak menceng ke kanan (Situmorang, 2008). Dengan adanya uji normalitas maka hasil penelitian kita bisa digenaralisasikan pada populasi. Dalam pandangan statistik itu sifat dan karakteristik populasi adalah terdistribusi secara normal.

3.11.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji seberapa besar peranan variabel bebas terhadap variabel terikat. Dalam setiap persamaan regresi pasti memunculkan residu. Residu yaitu variabel-variabel lain yang terlibat tetapi tidak termuat dalam model sehingga residu sebuah variabel tidak diketahui sehingga di asumsikan


(62)

49 bersifat acak. Karena diasumsikan acak, maka besar residu tidak terkait dengan besarnya nilai prediksi. Jika nilai residu tidak bersifat acak maka data bisa dikatakan terkena heteroskedasitas.

3.11.3 Uji Multikolinieritas

Multikolineritas menunjukkan kondisi dimana antar variabel penyebab terdapat hubungan linier yang sempurna, eksak, perfectly predicted atau

singularity. Asumsi multikolinieritas mengharuskan tidak adanya korelasi yang

sempurna atau besar diantara variabel-variabel independen. Nilai korelasi antara variabel observed yang tidak diperbolehkan adalah sebesar 0.9 atau lebih

Untuk memastikan ada tidaknya problem multikolinieritas adalah melalui pengamatan terhadap koefisien determinan (R2) matriks kovariansi dan atau

matriks korelasi data sampel. Multikolinieritas dapat dilihat melalui determinan matriks kovarians. Nilai determinan yang sangat kecil menunjukkan indikasi

terdapatnya masalah multikolinieritas atau singularitas sehingga data itu tidak dapat digunakan untuk penelitian .

3.12 Uji Hipotesis

3.12.1 Uji Signifikan Simultan (Uji-F)

Untuk menguji apakah hipotesis yang diuji diterima atau ditolak digunakan statistik f (uji F). Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima atau Ha ditolak

sedangkan jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak atau Ha diterima jika tingkat

signifikansi dibawah 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima (Situmorang, 2014 : 170). Hasil uji F dilihat dalam tabel ANOVA dalam kolom sig, jika probabilitas <


(63)

50 0,05, maka dapat dikatakan terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama variabel bebas terhadap variabel terikat dan model regresi bisa dipakai untuk memprediksi variabel terikat. Atau jika nilai signifikansi > 0,05 maka tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

Selain itu, ketentuan dari penerimaan atau penolakan hipotesis itu adalah bila Fstatistik > Ftabel, maka H0 ditolak. Sebaliknya bila Fstatistik < Ftabel, maka H0

diterima.

3.12.2 Uji Signifikan Parsial (Uji-t)

Uji ini adalah untuk mengetahui apakah pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat apakah bermakna atau tidak. Pengujian dilakukan dengan membandingkan antara nilai thitung masing-masing variabel bebas dengan

nilai ttabel dengan derajat kesalahan 5% dalam arti (α = 0.05). Apabila nilai thitung≥

ttabel, maka variabel bebasnya memberikan pengaruh bermakna terhadap variabel

terikat.

a. Bandingkan nilai thitung dengan ttabel. Jika nilai thitung > ttabel, maka H0 ditolak.

b. Bandingkan nilai probabilitas (dalam output SPSS tertulis Sig) dengan besarnya nilai alpha (α). Jika probabilitasnya lebih kecil daripada α, maka H0 ditolak.Apabila thitung> ttabel pada taraf uji 5%, berarti hipotesis no (H0)

ditolak.

Dengan demikian, secara parsial variabel-variabel independen mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Untuk menentukan variabel independen yang memiliki pengaruh dominan terhadap variabel dependen, maka


(1)

90

Variabel Harga (X2)

No. Pernyataan Jumlah

1 2 3 4

1 5 4 4 3 16

2 5 4 4 3 16

3 4 4 4 3 15

4 5 5 4 2 16

5 4 5 4 3 16

6 4 4 3 2 13

7 5 4 4 3 16

8 4 4 4 3 15

9 4 4 4 3 15

10 4 4 4 3 15

11 5 4 5 5 19

12 5 5 3 5 18

13 4 5 5 1 15

14 4 3 4 4 15

15 4 4 4 3 15

16 5 4 4 2 15

17 5 4 4 3 16

18 4 5 5 5 19

19 4 4 4 2 14

20 4 3 4 5 16

21 5 5 4 3 17

22 4 4 4 3 15

23 4 4 4 3 15

24 5 4 4 5 18

25 4 4 4 5 17

26 5 4 2 3 14

27 4 5 4 4 17

28 4 3 4 4 15

29 5 4 4 1 14

30 4 3 5 5 17

31 4 5 5 5 19

32 5 3 4 5 17

33 5 4 3 5 17

34 5 4 5 2 16

35 4 3 4 5 16

36 4 5 3 5 17

37 5 3 3 5 16

38 5 4 3 4 16

39 4 4 4 4 16


(2)

91

Variabel Kualitas Produk (X3)

No. Pernyataan Jumlah

1 2 3 4

1 2 2 2 3 9

2 5 5 5 5 20

3 5 5 5 5 20

4 5 4 5 5 19

5 5 4 5 5 19

6 4 4 4 1 13

7 4 2 2 1 9

8 3 2 2 2 9

9 5 5 5 5 20

10 4 4 4 4 16

11 2 2 2 3 9

12 5 5 4 5 19

13 5 1 4 1 11

14 5 5 4 2 16

15 1 1 1 1 4

16 4 4 1 1 10

17 4 5 5 5 19

18 4 4 4 4 16

19 1 1 1 1 4

20 5 5 5 5 20

21 4 5 5 1 15

22 4 5 5 5 19

23 5 5 3 2 15

24 5 5 5 2 17

25 5 5 4 5 19

26 4 5 5 5 19

27 2 2 2 2 8

28 4 3 3 4 14

29 5 5 5 5 20

30 5 4 4 5 18

31 4 4 4 3 15

32 4 4 5 4 17

33 5 5 4 2 16

34 5 4 4 5 18

35 4 5 5 5 19

36 5 5 5 5 20

37 4 4 2 1 11

38 4 4 5 4 17

39 5 5 5 5 20


(3)

92

Variabel Minat Beli (Y)

No. Pernyataan Jumlah

1 2 3 4

1 2 1 1 1 5

2 4 5 5 5 19

3 4 3 5 5 17

4 5 5 5 5 20

5 4 5 5 5 19

6 4 4 4 5 17

7 2 3 1 1 7

8 2 2 2 1 7

9 5 5 5 5 20

10 4 4 4 4 16

11 1 1 2 2 6

12 5 5 4 2 16

13 2 2 2 2 8

14 5 5 5 5 20

15 1 2 1 1 5

16 3 3 2 2 10

17 4 4 2 2 12

18 4 2 4 2 12

19 1 1 2 2 6

20 5 5 5 5 20

21 4 2 2 2 10

22 4 4 4 5 17

23 2 2 3 3 10

24 4 4 5 1 14

25 4 5 5 5 19

26 4 5 5 4 18

27 5 5 1 1 12

28 5 5 5 5 20

29 5 5 5 5 20

30 4 4 4 5 17

31 2 4 5 5 16

32 5 3 5 2 15

33 2 2 2 1 7

34 4 4 3 1 12

35 4 5 5 4 18

36 5 5 5 5 20

37 2 2 1 2 7

38 5 5 5 5 20

39 5 5 5 5 20


(4)

93

LAMPIRAN 4: Output Analisis Linier Berganda Analisis Linier Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 22,332 7,575 2,948 ,006

X1 ,506 ,238 ,188 2,128 ,040

X2 ,763 ,329 ,205 2,320 ,026

X3 ,957 ,100 ,842 9,532 ,000

a. Dependent Variable: Y

LAMPIRAN 5: Output Uji Asumsi Klasik

Uji Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 40

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 2.76556872

Most Extreme Differences Absolute .078

Positive .078

Negative -.066

Kolmogorov-Smirnov Z .495

Asymp. Sig. (2-tailed) .967

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(5)

94

Uji Glejser

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.873 4.654 .617 .541

Slogan .189 .146 .211 1.293 .204

Harga .109 .202 .088 .541 .592

Kualitas_Produk .047 .062 .125 .764 .450

a. Dependent Variable: absut

Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 22.332 7.575 2.948 .006

Slogan .506 .238 .188 2.128 .040 .982 1.018

Harga .763 .329 .205 2.320 .026 .983 1.017

Kualitas_Produ k

.957 .100 .842 9.532 .000 .984 1.016


(6)

95


Dokumen yang terkait

PENGARUH HARGA DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP MINAT BELI SAYURAN ORGANIK DI PASAR SAMBAS MEDAN.

8 19 27

Pengaruh Kualitas, Harga, dan Citra Merek produk terhadap Minat Beli Konsumen pada Produk iPhone.

0 1 23

Pengaruh Kualitas Produk dan Harga Produk terhadap Minat Beli (Studi Kasus pada Konsumen Martabak San Fransisco, Bandung).

0 0 21

Pengaruh Slogan “Good Food, Good Life”, Harga, Dan Kualitas Produk Pada Pt. Nestle Indonesia Terhadap Minat Beli Konsumen Di Medan (Studi Kasus Di Kecamatan Medan Helvetia)

0 0 11

Pengaruh Slogan “Good Food, Good Life”, Harga, Dan Kualitas Produk Pada Pt. Nestle Indonesia Terhadap Minat Beli Konsumen Di Medan (Studi Kasus Di Kecamatan Medan Helvetia)

0 0 2

Pengaruh Slogan “Good Food, Good Life”, Harga, Dan Kualitas Produk Pada Pt. Nestle Indonesia Terhadap Minat Beli Konsumen Di Medan (Studi Kasus Di Kecamatan Medan Helvetia)

0 0 7

Pengaruh Slogan “Good Food, Good Life”, Harga, Dan Kualitas Produk Pada Pt. Nestle Indonesia Terhadap Minat Beli Konsumen Di Medan (Studi Kasus Di Kecamatan Medan Helvetia)

1 1 30

Pengaruh Slogan “Good Food, Good Life”, Harga, Dan Kualitas Produk Pada Pt. Nestle Indonesia Terhadap Minat Beli Konsumen Di Medan (Studi Kasus Di Kecamatan Medan Helvetia)

0 0 3

Pengaruh Slogan “Good Food, Good Life”, Harga, Dan Kualitas Produk Pada Pt. Nestle Indonesia Terhadap Minat Beli Konsumen Di Medan (Studi Kasus Di Kecamatan Medan Helvetia)

0 0 11

ANALISIS PENGARUH HARGA DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP MINAT BELI PRODUK LAPTOP

0 0 128