6 inovasi-inovasi baru yang diberikan Nestle pada saat meluncurkaan produk-
produknya. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh dari variabel-variabel
slogan “Good Food,Good Life”, Harga, dan Kualitas Produk pada PT Nestle Indonesia terhadap Minat Beli Konsumen di Medan. Studi Kasus di Kecamatan
Medan Helvetia.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian pada latar belakang di atas maka dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana pengaruh slogan “good food, good life”, harga, dan kualitas
produk pada PT. Nestle Indonesia terhadap minat beli konsumen di Medan Studi
Kasus di Kecamatan Medan Helvetia?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah mengetahui dan menganalisis pengaruh slogan “good food, good life”, harga, dan kualitas produk pada PT. Nestle
Indonesia terhadap minat beli konsumen di Medan. Studi Kasus di Kecamatan Medan Helvetia.
7
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah: 1.
Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada perusahaan
agar lebih meningkatkan mutu, kualiatas produk yang dihasilkan oleh PT. Nestle Indonesia secara konsisten dan terus menerus. Dan juga dapat sebagai informasi
yang berguna bagi perusahaan dalam mengimplementasikan strategi pemasarannya agar dapat mempertahankan pelanggannya.
2. Bagi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara Sebagai menambah khasanah dan memperkaya penelitian ilmiah di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, khususnya program studi Manajemen.
3.Bagi Peneliti Dengan penelitian ini peneliti berkesempatan untuk mengetahui dan
menggunakan teori-teori yang di dapat selama mengikuti perkuliahan. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat memperluas pengetahuan serta dapat menambah wawasan mengenai manajemen pemasaran bagi peneliti selanjutnya tentang
Slogan “Good Food,Good Life”, Harga, dan Kualitas Produk terhadap Minat Beli Konsumen di Medan. Studi Kasus di Kecamatan Medan Helvetia.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Teori Tentang Slogan
2.1.1.1 Pengertian Slogan
Menurut Moeliono dalam Sartika 2007: 117 slogan adalah kalimat yang menarik, mencolok dan mudah diingat untuk menyampaikan sesuatu. Slogan
dibuat untuk memberitahu, mengajak atau mempengaruhi pembacanya. Dari pengertian para pakar diatas, dapat disimpulkan bahwa slogan adalah perkataan
atau kalimat yang menarik, mencolok yang dipakai sebagai ekspresi ide atau tujuan yang mudah diingat untuk menyampaikan sesuatu sehingga orang yang
membaca slogan dapat mengetahui maksud penulisan sebuah slogan.
2.1.1.2 Tujuan Slogan
Tujuan dari slogan yaitu agar pembaca tahu, mengerti, tertarik atau bertindak sesuai dengan pesan yang ditampilkan Nurhadi, dkk. Slogan juga dapat
berfungsi untuk pendidikan masyarakat, memacu semangat, cita-cita, iklan komersil atau propaganda politik. Penggunaan slogan yang berhasil, terlihat dari
seberapa jauh masyarakat mengenal slogan tersebut.
2.1.1.3 Ciri-Ciri Bahasa Slogan
Menurut Hartistik, dalam Sartika 2007: 119. Ciri-ciri bahasa slogan
dapat dilihat dibawah ini:
1. Isinya singkat dan jelas
2. Kalimatnya pendek, menarik, dan mudah diingat
3. Menjelaskan visi, misi, dan tujuan.
9
2.1.2 Teori Tentang Harga 2.1.2.1 Pengertian Harga
Harga memiliki peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli produk, sehingga sangat menentukan
keberhasilan pemasaran suatu produk. Pengertian harga menurut Kotler dan Armstrong 2001: 439 adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk
atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut.
Harga merupakan salah satu penentu pemilihan produk yang nantinya akan berpengaruh terhadap minat pembelian. Bila suatu produk mengharuskan
konsumen mengeluarkan biaya yang lebih besar dibandingkan dengan manfaat yang diterima, maka yang terjadi adalah bahwa produk tersebut memiliki nilai
negatif. Sebaliknya, apabila konsumen menganggap bahwa manfaat yang diterima lebih besar, maka yang terjadi adalah produk tersebut memiliki nilai yang positif.
2.1.2.2 Penetapan Harga
Suatu perusahaan harus menetapkan harga untuk pertama kali ketika perusahaan mengembangkan atau memperoleh suatu produk baru, ketika
perusahaan memperkenalkan produk regulernya ke saluran distribusi atau daerah baru, dan ketika perusahaan akan mengikuti lelang atas suatu kontrak kerja baru.
Prosedur enam langkah untuk menetapkan harga: 1.
Memilih tujuan penetapan harga 2.
Menentukan permintaan
10 3.
Memperkirakan biaya 4.
Menganalisis biaya, harga dan penawaran pesaing 5.
Memilih metode penetapan harga 6.
Memilih harga akhir
2.1.2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepekaan Harga Costumer Price Sensitivity
Langkah pertama dalam memperkirakan permintaan adalah memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kepekaan harga pembeli. Kotler 2003: 111
mengidentifikasikan tujuh faktor: 1.
Pengaruh nilai unik: pembeli kurang peka terhadap harga jika produk tersebut lebih langka.
2. Pengaruh kesadaran atas produk pengganti: pembeli semakin kurang peka
terhadap harga jika mereka tidak menyadari adanya produk pengganti. 3.
Pengaruh perbandingan yang sulit: pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika mereka tidak dapat dengan mudah membandingkan kualitas
barang pengganti. 4.
Pengaruh pengeluaran total: pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika pengeluaran tersebut semakin rendah dibandingkan total
pendapatannya. 5.
Pengaruh manfaat akhir: pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika pengeluaran tersebut semakin kecil dibandingkan biaya total produk
akhirnya. 6.
Pengaruh biaya yang dibagi: pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika sebagian biaya ditanggung pihak lain.
11 7.
Pengaruh investasi tertanam: pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika produk tersebut semakin digunakan bersama dengan produk yang
telah dibeli sebelumnya.
2.1.2.4 Pendekatan-Pendekatan Umum Dalam Penetapan Harga
Harga yang akan dibebankan oleh perusahaan pada produk dan jasanyaakan berada pada kisaran mulai dari terlalu rendah untuk menciptakan laba
sampai terlalu tinggi untuk menimbulkan permintaan Kotler dan Amstrong 2001: 162. Tiga pendekatan yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk menetapkan
harga:
1. Penetapan Harga Berdasarkan Biaya Metode penetapan harga yang paling
sederhana adalah penetapan harga biaya-plus cost-plus pricing. Penetapan harga biaya-plus memiliki pengertian menambahkan markup
standar pada biaya produk. Menambahkan markup standar memiliki pengertian penetapan harga dengan menambahkan biaya pokok produk
dengan semua biaya operasional dan perolehan laba yang diinginkan.: 2.
Penetapan Harga Berdasarkan Nilai Metode penetapan harga berdasarkan nilai memiliki pengertian menetapkan harga berdasarkan persepsi pembeli
atas nilai, bukannya atas biaya yang ditanggung oleh penjual. Ada aspek psikologis terkait pada penetapan harga berdasarkan nilai, karena minat
konsumen akan produk atau jasa menjadi faktor yang harus diperhatikan oleh perusahaan.
12 3.
Penetapan Harga Berdasarkan Pesaing Metode penetapan harga berdasarkan pesaing, memiliki pengertian bahwa perusahaan menetapkan
harga produknya dengan berpatokan pada harga yang ditawarkan oleh pesaing produk sejenis. Dengan cara ini, peritel tidak akan segera
mengubah harga jualnya meskipun ada perubahan harga pokok produk atau ada permintaan konsumen.
2.1.2.5 Implementasi Harga 1 Penetapan Harga secara customary dan variable
Cystomary pricing adalah harga yang tetap, tidak akan berubah untuk periode tertentu.Variable pricing adalah harga yang ditetapkan secara variatif
sesuai dengan fluktuasi tingkat permintaan konsumen. 2 Penetapan Harga Ganjil odd pricing
Odd pricing adalah penetapan harga yang ganjil. Dasar dari penetapan harga ganjil adalah bahwa secara psikologis para konsumen mudah tertarik
dengan harga yang dirasakan murah. 3 Leader Pricing
Penetapan harga dimana profit margin lebih rendah daripada tingkat yang biasanya diraih. Leader pricing digunakan untuk menarik lebih banyak konsumen.
Penetapan harga yang lebih rendah karena profit margin yang ditekan diberlakukan pada sebagian item sementara lainnya dijual dengan harga normal.
4 Penetapan Harga Paket Penetapan harga paket adalah harga yang di diskon atau diberi nilai yang
lebih rendah bila konsumen membeli produk lebih dari satu item atau membeli
13 dalam jumlah banyak. Selain paket dalam bentuk jumlah itu, juga dapat
diterapkan paket dalam bentuk pasangan atau dalam bentuk kelompok. 5 Penetapan Harga Murah Setiap Hari
Penetapan harga murah setiap hari atau yang lebih sering disebut every day low pricing EDLP, ini merupakan salah satu jenis penetapan harga berdasarkan
nilai. EDLP biasanya terjadi pada tingkat eceran pengecer yang berpegang pada pada kebijakan penetapan harga EDLP mengenakan harga yang murah terus-
menerus dengan sedikit atau sama sekali tidak ada promosi harga dan penjualan khusus.
2.1.2.6 Menanggapi Perubahan Harga Pesaing
Reaksi para peritel terhadap pesaing mereka yang mengadakan perubahan harga cukup beragam. Reaksi tersebut diantaranya:
1. Mempertahankan Harga
Perusahaan mempertahankan harga dan margin labanya karena yakin bahwa perusahaannya tidak akan kehilangan laba yang terlalu besar karena
harga diturunkan dan perusahaan meyakini tidak akan kehilangan banyak pangsa pasarnya.
2. Mempertahankan Harga dan Menambah Nilai
Perusahaan lebih memilih meningkatkan produk, layanan dan komunikasinya.
Perusahaan berpersepsi lebih murah nila mereka mempertahankan harga dan mengeluarkan uang untuk meningkatkan mutu dari
pada menurunkan harga dan bekerja dengan margin yang kecil.
14 3.
Menurunkan Harga Perusahaan menurunkan harga produknya untuk menyaingi harga yang
ditetapkan oleh pesaing. Perusahaan menurunkan harga produknya dikarenakan nilai produk turun karena volume meningkat, perusahaan
berpersepsi bahwa mereka akan kehilangan pangsa pasar bila tidak menurunkan harga karena pasar peka terhadap harga, dan sulitnya membangun
kembali pangsa pasar yang telah hilang. 4.
Menaikan Harga dan Meningkatkan Mutu Perusahaan menaikan harga produk disertai dengan peningkatan mutu
produk dan memperkenalkan merek-merek baru untuk menyaingi produk pesaing.
5. Meluncurkan Lini Penyerang Harga Murah
Perusahaan mungkin menambahkan barang yang herganya lebih murah ke lini tersebut atau menciptakan lini terpisah berharga murah.
2.1.3 Teori Tentang Kualitas Produk
2.1.3.1 Konsep Produk
Konsep produk adalah saah satu konsep bisnis tertua. Konsep produk berpendapat bahwa konsumen akan lebih menyukai produk yang tersedia secara
luas dan murah. Para menajer perusahaan yang berorientasi produk berkonsentrasi untuk mencapai efisiensi produksi yang tinggi, biaya rendah, dan distribusi secara
masal. Mereka mengasumsikan bahwa konsumen terutama tertarik pada ketersediaan produk dan harga yang rendah. Orientasi itu dapat sangat cocok di
15 negara-negara berkembang dimana konsumen lebih tertarik untuk mendapatkan
produk daripada fiturnya. Orientasi itu juga berguna ketika perusahaan ingin memperluas pasar.
Perusahaan-perusahaan lain dipandu oleh konsep produk yang berpendapat bahwa konsumen akan menyukai produk-produk yang menawarkan fitur yang
paling bermutu, berkinerja atau inovatif. Para manajer organisasi memusatkan perhatian untuk menghasilkan produk yang unggul dan senantiasa memperbaiki
mutunya dari waktu ke waktu. Mereka mengasumsikan bahwa para pembeli mengagumi produk yang dibuat dengan baik serta dapat menilai mutu dan kinerja.
2.1.3.2 Kualitas Produk
Saat ini semua produsen memahami begitu pentingnya peranan dan arti kualitas produk yang unggul untuk memenuhi harapan pelanggan pada semua
aspek produk yang dijual ke pasar. Para petinggimanajemen puncak perusahaan juga umumya semakin menyadari dan mempercayai adanya hubungan langsung
antara kualitas produk terhadap customer satisfaction kepuasan pelanggan yang pada akhirnya akan meningkatkan raihan pangsa pasar market share di pasar
sasaran. Keberadaan kepuasan pelanggan pada perusahaan merupakan sebuah variabel yang sangat penting dan menentukan keberhasilan sutu perusahaan. Salah
satu tolak ukurnya adalah kualitas. Namun yang menjadi pertanyaan besar adalah kualitas seperti apa yang sesunguhnya diinginkan oleh konsumen. Menyangkut
apa saja, dan apa parameternya. Bukankah produk dengan reliability dan performa tinggi sudah cukup memuaskan konsumen.Banyak lembaga konsultan ternama
mempublikasikan hasil penelitiaanya dengan sinyal yang sangat jelas bahwa
16 customer satisfaction dengan indeks kepuasan tinggi mengalami peningkatan
pertumbuhan penjualan dalam periode tertentu. Sebaliknya produk dengan level indeks kepuasan rendah, pertumbuhan penjualannya cenderung minus. Tren
volume penjualan yang terus menurun adalah awal kehancuran dan telah dialami banyak perusahaan. Temuan ini tentu sangat mengagetkan dan menjadi tantangan
besar khusunya para jajaran manajemen puncak. Merancang dan mengembangkan produk dengan fokus pada keinginan dan kepuasan pelanggan nampaknya sesuatu
yang tidak dapat ditawar-tawar lagi.
Menurut Kotler 2003: 162 arti kata kualitas dalam The American Society for Quality Control diartikan sebagai totalitas fitur dan karakteristik produk atau
jasa yang memiliki kemampuan untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan maupun implisit. Hal ini berarti fitur produk yang ditawarkan juga menentukan
mutu yang akan mempengaruhi kepuasan konsumen. Produsen dikatakan telah menyampaikan mutu jika produk atau yang ditawarkannya sesuai atau melampaui
ekspektasi pelanggan. Sementara dalam mendifinisikan kualitas produk para ahli dalam
manajemen mutu terpadu total quality management mengungkapkan pengertiannya yang saling berbeda pendapat tetapi dari perbedaan tersebut
sebenarnya memiliki tujuan yang sama, adapun beberapa definisi yang
dikemukakan diantaranya adalah:
Pengertian kualitas produk menurut Taufik, 2005: 40, kualitas produk adalah kecocokan penggunaan produk fitness for use untuk memenuhi
17 kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Kecocokan penggunaan itu didasarkan atas
lima ciri utama, yaitu:
1. Teknologi, yaitu kekuatan atau daya tahan
2. Psikologis, yaitu citra rasa atau status
3. Waktu, yaitu kehandalan
4. Kontraktual, yaitu adanya jaminan
5. Etika, yaitu sopan santun, ramah dan jujur
Menurut Taufik 2005: 40, Kecocokan dalam menggunakan suatu produk adalah apabila produk mempunyai daya tahan penggunaannya yang lama, produk
yang digunakan akan meningkatkan citra atau status konsumen yang menggunakannya, produk tidak mudah rusak, adanya jaminan kualitas quality
assurance dan sesuai etika bila digunakan. Kecocokan penggunaan produk seperti dikemukakan di atas memiliki dua aspek utama, yaitu ciri-ciri produknya
memenuhi tuntutan penggunaan dan tidak memiliki kelemahan. Adapun aspek tersebut diantaranya adalah:
1. Ciri-ciri produk yang memenuhi permintaan pelanggan
Produk berkualitas, memiliki ciri yang khusus atau istimewa, berbeda dari produk pesaing dan dapat memenuhi harapan atau tuntutan sehingga dapat
memuaskan pelanggan. Kualitas yang lebih tinggi memungkinkan perusahaan meningkatkan kepuasan pelanggan, membuat produk laku terjual, dapat bersaing
dengan pesaing, meningkatkan pangsa pasar dan volume penjualan serta dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi.
18 2.
Bebas dari kelemahan Suatu produk dapat dikatakan berkualitas tinggi apabila di dalam suatu
produk serta unsur yang terdapat didalamnya tidak terdapat kelemahan, tidak terdapat cacat sedikitpun. Kualitas yang tinggi menyebabkan perusahaan dapat
mengurangi tingkat kesalahan, mengurangi pengerjaan kembali dan pemborosan, mengurangi pembiayaan terhadap klaim garansi, mengurangi ketidakpuasan
pelanggan, mengurangi inspeksi dan pengujian, mengurangi waktu pengiriman produk ke pasar, meningkatkan hasil yield dan meningkatkan utilisasi kapasitas
produksi, serta memperbaiki kinerja penyampaian produk. Crosby, dalam M. Nasution 2004: 41, menyatakan bahwa kualitas adalah
conformance to requirement, yaitu sesuai dengan yang diisyaratkan atau di standarkan. Suatu produk memiliki kualitas apabila sesuai dengan standar kualitas
yang telah ditentukan. Standar kualitas meliputi bahan baku, proses produksi, dan produk jadi.
Deming, dalam M. Nasution 2004: 41, menyatakan bahwa kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar. Apabila Juran mendefinisikan kualitas
sebagai fitness for use dan crosby sebagai conformance to requirement, deming mendefinisikan kualitas sebagai kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau
konsumen. Perusahaan harus benar-benar dapat memahami apa yang dibutuhkan oleh konsumen atas suatu produk yang akan dihasilkan.
Feigenbaum, dalam M. Nasution 2004: 41, menyatakan bahwa kualitas adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya full customer satisfaction. Suatu produk
19 berkualitas apabila dapat memberikan kepuasan sepenuhnya kepada konsumen,
yaitu sesuai dengan apa yang diharapakan konsumen atas suatu produk. Garvin dan Davis, dalam M. Nasution 2004: 41, menyatakan bahwa
kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusiatenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan pelanggan atau konsumen. Meskipun tidak ada definisi kualitas yang diterima secara universal,
namun pengertian kualitas di atas terdapat beberapa persamaan, yaitu sebagai berikut:
1. Kuallitas mencakup usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
2. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah.
Setelah melihat definisi di atas, maka kualitas produk mengacu pada bagaimana produk tersebut menjalankan fungsinya yang mencakup keseluruhan
dari produk, yaitu berupa ketahanan, kehandalan, ketepatan, kemudahan dalam pengoperasian, dan kemudahan dalam perbaikan serta atribut-atribut nilai lainnya.
Penetapan kualitas merupakan salah satu cara untuk memenangkan persaingan di pasar, karena mutu merupakan salah satu cara penempatan suatu produk di benak
pelanggan.
2.1.3.3 Dimensi Kualitas Produk
Terdapat delapan dimensi kulitas yang dikemukakan oleh Garvin dalam Nasution 2004: 55 yang dapat digunakan sebagai variabel kualitas suatu produk
yang diukur dan digunakan sebagai kerangka perencanaan strategis. Adapun
dimensi kualitas yang dikemukakan yaitu sebagai berikut:
20 1.
Performance Kinerja, karakteristik operasi pokok dari produk inti core product.
2. Features Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan, yaitu karakteristik sekunder
atau pelengkap. 3.
Reliability Kehandalan, kemampuan perusahaan dalam memberikan kualitas produk yang sesuai dengan harapan konsumen.
4. Conformance to specification Kesesuaian dengan spesifikasi, yaitu sejauh
mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
5. Durability Daya tahan, berkaitan dengan berapa lama suatu produk dapat
terus digunakan. 6.
Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah direparasi, serta penangan keluhan yang memuaskan.
7. Aesthetics Estetika, daya tarik produk terhadap panca indera, seperti bentuk
fisik, warna, dan sebagainya. 8.
Perceived quality Kualitas yang dipersepsikan, yaitu citra dan reputasi produk serta tanggungjawab perusahaan terhadapnya. Biasanya karena
kurangnya pengetahuan pembeli akan atribut ciri-ciri produk yang akan dibeli, maka pembeli mempersepsikan kualitasnya dari aspek harga, nama
merek, iklan, dan reputasi perusahaan.
21
2.1.4 Teori Tentang Minat Beli
Minat beli adalah sesuatu diperoleh dari proses belajar dan proses pemikiran yang yang membentuk suatu persepsi. Minat beli ini menciptakan suatu
motivasi yang terus terekam dalam benaknya dan menjadi suatu keinginan yang sangat kuat yang pada akhirnya ketika seorang konsumen harus memenuhi
kebutuhannya akan mengaktualisasikan apa yang ada didalam benaknya itu Oliver 2006: 66. Menurut Durianto, dkk 2003: 109 niat untuk membeli merupakan
sesuatu yang berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli produk tertentu, serta berapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada periode tertentu.
Niat beli merupakan pernyataan mental konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan merek tertentu. Pengetahuan akan niat beli
sangatdiperlukan para pemasar untuk mengetahui niat konsumen terhadap suatu produk maupun untuk memprediksikan perilaku konsumen pada masa yang akan
datang. Minat membeli terbentuk dari sikap konsumen terhadap produk dari keyakinan konsumen terhadap kualitas produk. Semakin rendah keyakinan
konsumen terhadap suatu produk akan menyebabkan menurunnya minat beli konsumen. Minat interest digambarkan sebagai suatu situasi seseorang sebelum
melakukan suatu tindakan, yang dapat dijadikan dasar untuk memprediksi perilaku atau tindakan tersebut. Minat beli merupakan perilaku yang muncul
sebagai respon terhadap objek yang menunjukkan keinginan pelanggan untuk melakukan pembelian Kotler 2002: 15. Beberapa pengertian dari minat
beliadalah sebagai berikut:
22 1.
Minat dianggap sebagai sebuah ‘perangkap’ atau perantara antara faktor-
faktor motivasional yang mempengaruhi perilaku.
2. Minat juga mengindikasikan seberapa jauh seseorang mempunyai
kemampuan untuk mencoba. 3.
Minat menunjukkan pengukuran kehendak seseorang. 4.
Minat berhubungan dengan perilaku yang terus-menerus.
Terdapat perbedaan antara pembelian aktual yang benar-benar dilakukan oleh konsumen dengan minat beli. Minat beli adalah kecenderungan pembelian untuk
melakukan pembelian pada masa yang akan datang, namun pengukuran terhadap kecenserungan terhadap pembelian umumnya dilakukan guna memaksimumkan
prediksi terhadap pembelian aktual itu sendiri. Uraian mengenai pengertian minat beli diatas maka dapat disimpulkan bahwa minat beli adalah tahap kecenderungan
perilaku membeli dari konsumen pada suatu produk barang atau jasa yang dilakukan pada jangka waktu tertentu dan secara aktif menyukai dan mempunyai
sikap positif terhadap suatu produk barangjasa, didasarkan pada pengalaman pembelian yang telah dilakukan pada masa lampau.
Minat beli merupakan bagian dari komponen perilaku dalam sikap mengkonsumsi. Menurut Kinnear dan Taylor dalam Tjiptono 2003, minat beli
adalah tahap kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan. Menurut Oliver 2006 efek hierarki minat
beli digunakan untuk menggambarkan urutan proses munculnya keyakinan beliefs. Sikap attitudes dan perilaku pengetahuan kognitif yang dimiliki
23 konsumen dengan mengaitkan atribut, manfaat, dan obyek dengan mengevaluasi
informasi, sementara itu sikap mengacu pada perasaan atau respon efektifnya.
Sikap berlaku sebagai acuan yang mempengaruhi dari lingkungannya.
Perilaku menurut Oliver 2006 adalah segala sesuatu yang dikerjakan konsumen untuk membeli, membuang, dan menggunakan produk dan jasa. Secara
teoritis urutan ketiga komponen efek hierarki bisa berbeda‐beda bergantung pada tingkat involvement
‐nya, atau bahkan masing‐masing unsur bisa berbentuk secara parsial namun dalam penelitian ini bahwa ketiga komponen bergerak dalam
formasi standar, yakni kognisi, sikap, dan perilaku. Munculnya ketiga komponen
tersebut tidak lepas dari informasi yang diterima konsumen.
Minat beli diperoleh dari suatu proses belajar dan proses pemikiran yang yang membentuk suatu persepsi. Minat beli ini menciptakan suatu motivasi yang
terus terekam dalam benaknya dan menjadi suatu keinginan yang sangat kuat yang pada akhirnya ketika seorang konsumen harus memenuhi kebutuhannya akan
mengaktualisasikan apa yang ada didalam benaknya itu, efek hierarki minat beli digunakan untuk menggambarkan urutan proses munculnya keyakinan beliefs.
Sikap attitudes dan perilaku pengetahuan kognitif yang dimiliki konsumen dengan mengaitkan atribut, manfaat, dan objek dengan mengevaluasi informasi,
sementara itu sikap mengacu pada perasaan atau respon efektifnya. Sikap berlaku
sebagai acuan yang mempengaruhi dari lingkungannya.
Oliver 2006 menyatakan bahwa suatu merek yang dikenal oleh pembeli akan menimbulkan minatnya untuk mengambil keputusan pembelian. Dampak
dari simbol suatu produk memberikan arti didalam pengambilan keputusan
24 konsumen sebab simbol dan image merupakan hal penting dalam periklanan dan
mempunyai pengaruh dalam minat untuk membeli.
2.1.4.1 Indikator Minat Beli
Menurut Ferdinand 2002: 129, minat beli dapat diidentifikasi melalui indikator-indikator sebagai berikut:
a. Minat transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk membeli
produk. b.
Minat refrensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk kepada orang lain.
c. Minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang
yang memiliki prefrensi utama pada produk tersebut. Preferensi ini hanya dapat diganti jika terjadi sesuatu dengan produk prefrensinya.
d. Minat eksploratif, minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang
selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut.
Minat beli willingness to buy merupakan bagian dari komponen perilaku dalam sikap mengkonsumsi. Menurut Kinnear dan Taylor 2011 dalam Rizky
2012, minat beli adalah tahap kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan. Suatu produk dapat
dikatakan telah dikonsumsi oleh konsumen apabila produk tersebut telah diputuskan untuk dibeli. Keputusan untuk membeli dipengaruhi oleh nilai produk
yang dievaluasi. Bila manfaat yang dirasakan lebih besar dibandingkan pengorbanan untuk mendapatkannya, maka dorongan untuk membelinya semakin
25 tinggi. Sebaliknya bila manfaatnya lebih kecil dibandingkan pengorbanannya
maka biasanya pembeli akan menolak untuk membeli dan pada umumnya beralih mengevaluasi produk lain yang sejenis. Pada kebanyakan orang, perilaku
pembelian konsumen seringkali diawali dan dipengaruhi oleh banyaknya rangsangan dari luar dirinya, baik berupa rangsangan pemasaran maupun
rangsangan dari lingkungannya. Rangsangan tersebut kemudian diproses dalam diri seusai dengan karakteristik pribadinya, sebelum akhirnya diambil keputusan
pembelian. Karakteristik pribadi konsumen yang dipergunakan untuk memproses rangsangan tersebut sangat komplek dan salah satunya adalah motivasi untuk
membeli. Minat beli bukanlah merupakan pembelian dimasa sekarang dan belum tentu juga konsumen akan melakukan tindakan pembelian pada masa yang akan
mendatang.
2.1.4.2 Model Perilaku Konsumen
Menurut Kotler 2003: 223 titik tolak memahami pembeli adalah model rangsangan-rangsangan. Rangsangan pemasaran dan lingkungan masuk ke dalam
kesadaran pembelian. Karakteristik dan proses pengambilan keputusan pembeli menghasilkan keputusan pembelian tertentu. Tugas manajer adalah memahami
apa yang terjadi dalam kesadaran pembelian antara datangnya stimuli luar dan keputusan pembelian. Rangsangan pemasaran marketing stimuli terdiri dari:
1. Produk product yaitu produk apa yang secara tepat diminati oleh konsumen,
baik kualitas maupun kuantitasnya.
2. Harga price yaitu seberapa besar harga sebagai pengorbanan konsumen
dalam memperoleh manfaat produk yang diinginkan.
26 3.
Distribusi place yaitu bagaimana pendistribusian barang sehingga produk dapat sampai ke tangan konsumen dengan mudah.
4. Promosi promotion yaitu pesan-pesan yang dikomunikasikan sehingga
keunggulan produk dapat disampaikan kepada konsumen.
2.1.4.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Menurut Setiadi 2008: 11, faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah:
a. Faktor-faktor Kebudayaan
1 Kebudayaan Kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari keinginan
dan perilaku seseorang. Bila mahkluk-mahkluk lainnya bertindak berdasarkan naluri, maka perilaku manusia umumnya dipelajari. Seorang anak yang sedang
tumbuh mendapatkan seperangkat nilai, persepsi, preferensi, dan perilaku melalui suatu proses sosialisasi yang melibatkan keluarga dan lembaga-lembaga sosial
penting lainnya. 2 Sub-Budaya
Setiap kebudayaan terdiri dari sub-budaya – sub-budaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para
anggotanya. Sub-budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis: kelompok nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok ras, area geografis.
27 3 Kelas Sosial
Kelas-kelas sosial adalah kelompok-kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan
keanggotaannya mempunyai nilai, minat, dan perilaku yang serupa.
b. Faktor-faktor Sosial