Desain atau Pola Penelitian Metode Pengumpulan Data

29

BAB III METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan syarat mutlak dalam suatu penelitian. Tergantung pada metodenya. Maka penggunaan metode penelitian dalam suatu penelitian ilmiah harus tepat dan mengarah pada tujuan. Dalam metode ini menggunakan metode eksperimen, metode eksperimen menggunakan dan memberikan suatu gejala yang disebut dengan perlakuan. Menurut Sutrisno Hadi bahwa metode eksperimen merupakan salah satu metode yang tepat untuk meneliti hubungan sebab akibat 2004:465.

3.1 Desain atau Pola Penelitian

Desain atau pola yang digunakan dalam penelitian ini adalah Matched Subject Design atau pola M-S, dengan pengertian : “Matched Subject Design, yaitu eksperimen yang menggunakan dua kelompok yang sudah disamakan subjek demi subjek sebelum diberikan perlakuan. Adapun yang disamakan adalah satu variabel atau lebih yang telah diketahui mempunyai pengaruh terhadap hasil eksperimen yaitu variabel di luar variabel atau faktor yang dieksperimenkan Sutrisno Hadi, 2004:511. Guna menyamakan atau menyeimbangkan kedua kelompok tersebut dengan cara subject matching ordinal pairing yaitu subjek yang hasilnya sama atau hampir sama dengan tes awal kemudian dipasangkan dengan rumus AB BA, sehingga didapat dua kelompok yaitu kelompok A dan kelompok B yang memiliki tingkat kemampuan seimbang. Selanjutnya kedua kelompok yang memiliki tingkat kemampuan yang seimbang tersebut di undi dengan bertujuan 30 memberikan kesempatan yang sama pada kedua kelompok untuk menjadi kelompok eksperimen 1 maupun kelompok eksperimen 2, sehingga subjektifitas dari peneliti tidak akan masuk di dalamnya. Lebih jelasnya berikut ini disajikan gambar desain dalam penelitian ini. Keterangan : E1 : Kelompok eksperimen 1 E2 : Kelompok eksperimen 2 O1 dan O2 : Pre test kselompok eksperimen 1 dan eksperimen 2 X1 : Perlakuan pada kelompok eksperimen 1 X2 : Perlakuan pada kelompok eksperimen 2 O3dan O4 : Tes akhir kelompok eksperimen 1 dan eksperimen 2

3.2 Variabel Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian 2006:118. Sedangkan menurut Margono variabel adalah pengelompokan yang logis dari dua atribut atau lebih 2005:133.

3.2.1 Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau variabel penyebab atau independent variable X.Dalam penelitian ini ada dua variabel bebas yaitu : 1 Latihan teknik guling belakang bulat 2 Latihan teknik guling belakang lurus 31

3.2.2 Variabel terikat

Variabel terikat disebut juga variabel tergantung atau variabel akibat atau dependent variable Y. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah penilaian guling belakang.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Menurut Suharsimi Arikunto Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian 2006:130. Sedangkan Margono menyatakan bahwa populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan 2005:118. Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah siswa kelas X di SMA Kartika III-1 Banyubiru sebanyak 67 siswa putra.

3.3.2 Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti 2006:131. Sedangkan Margono menyatakan bahwa sampel adalah sebagai bagian dari populasi sebagai contoh yang diambil dengan menggunakan cara tertentu 2005:121. Sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 30 siswa putra. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah teknik random sampling atau sampel acak. Sampel acak dilakukan dengan cara mencampur 32 subyek-subyek didalam populasi sehingga semua subyek dianggap sama Suharsimi Arikunto, 2006:134. Pengambilan sampel dilakukan dengan mempertimbangkan kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana, sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti dan ketersediaan sarana dan prasarana.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data juga merupakan faktor yang penting dalam penelitian, karena berhubungan langsung dengan data yang diperoleh. Data yang sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian diperoleh dengan metode eksperimen. Metode eksperimen merupakan salah satu metode yang paling tepat untuk menyelidiki hubungan sebab-akibat. Metode eksperimen menggunakan dan memberikan suatu gejala yang disebut dengan perlakuan. Surisno Hadi menyatakan bahwa metode eksperimen merupakan salah satu metode yang paling tepat untuk meneliti hubungan sebab akibat 2004:465. Berdasarkan uraian tersebut diatas, penggunaan metode eksperimen adalah kegiatan percobaan yang meliputi tes pendahuluan, pelajaran inti, dan ditutup dengan tes akhir untuk menguji kebenarannya. Jelas bahwa penelitian ini cocok dengan menggunakan metode eksperimen dengan pola matching by subject design yang disebut pola M.S.Menurut Sutrisno Hadi matching by subject sudah tentu sekaligus berarti juga group matching karena hakikat subject matching adalah sedemikian rupa sehingga pemisahan pasangan – pasangan subyek masing-masing ke group eksperimen dan ke group 33 control secara otomatis akan menyeimbangkan kedua group itu Sutrisno Hadi, 2004:511-512. Adanya kelompok-kelompok tersebut penting untuk mendapatkan kesimpulan dari penelitian secara benar. Sampel dalam penelitian ini dibagi dua kelompok bedasarkan hasil tes awal pre eksperimen tes. Pembagian dua kelompok ini diperoleh dari hasil matching test awal atau pre eksperimen tes dengan cara subyek matching ordinal pairing yaitu anak coba yang tingkat kemampuan awal melakukan guling belakang setingkat dipasangkan. Kemudian anggota-anggota tiap pasang dipisah ke kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 jadi kedua kelompok tersebut berangkat dari titik tolak yang sama Sutrisno Hadi, 2004:512. Secara keseluruhan prosedur yang dilakukan dalam penelitian eksperimen ini dapat dibagi menjadi empat tahapan, yaitu : 1 persiapan penelitian, 2 Pre test tes awal, 3 Treatment atau pemberian perlakuan, 4 tes akhir. 3.4.1 Tahap persiapan Hal yang perlu dipersiapkan dalam penelitian ini adalah usaha dalam menyiapakan subjek, penentuan tempat dan waktu penelitian, persiapan alat dan perlengkapan penelitian, persiapan petugas pembantu penelitian. 3.4.2 Pre test tes awal Pelaksanaan tes awal dimaksudkan untuk mengukur kemampuan sampel dalam melakukan gerakan guling belakang. Pelaksanaan pre test tes awal juga sebagai dasar dalam pembagian kelompok menggunakan pola AB BA. 34 Pengambilan nilai dalam pre test penelitian ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu sikap awal, intigerakan guling belakang dan sikap akhir. Adapun langkah-langkah tes awal adalah sebagai berikut : Setiap anak coba dipanggil satu persatu menurut daftar nama yang telah disusun dari nomor 1 sampai 30, kemudian anak coba melakukan gerakan guling belakang sebanyak 2 kali sesuai ketentuan yang telah dijelaskan sebelumnya. 3.4.3 Treatment atau pemberian perlakuan Setelah tes awal selesai dilakukan, maka anak coba dipisahkan ke dalam 2 kelompok yaitu kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2, pemisahan 2 kelompok tersebut menggunakan cara subject matching ordinal pairing yaitu memisahkan dua kelompok yang memiliki kemampuan seimbang. Setelah didapat dua kelompok yang mempunyai tingkat kemampuan sama dilakukan tos atau pengundian menggunakan koin. Hasilnya kelompok eksperimen 1 memperoleh latihan menggunakan guling belakang lurus dan kelompok eksperimen 2 diberi latihan guling belakang bulat. Pada prinsipnya bentuk-bentuk latihan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam melakukan gerakan guling belakang. Pemberian perlakuan dalam penelitian ini sebanyak 12 kali pertemuan dalam kurun waktu 1 bulan dengan Frekuensi 3 kali dalam seminggu.. Pemberian latihan makin lama makin meningkat dengan penambahan porsi latihan meningkat setiap minggu . Minggu pertama sampel diberi pemanasan inti yang menunjang gerakan guling belakang lurusbulat. Minggu ke- 2 latihan guling belakang lurusbulat sebanyak 12 set, tiap-tiap set 3 repetisi 36 X 35 sampel melakukan latihan guling belakang . Minggu ke-3 12 set, dengan latihan tiap repetisi sebanyak 5 repetisi 65 X. Minggu ke-4 12 set , dengan latihan tiap set sebanyak 7 repetisi 84 X. Dalam pelaksanaan treatment jumlah atau porsi latihan guling belakang lurus dan bulat tiap sampel sama. Pemberian latihan ini sesuai dengan pendapat Tohar yaitu : training sebagai suatu proses kerja harus dilakukan secara sistematis, berulang-ulang, berkesinambungan, dan makin lama jumlah beban yang diberikan makin bertambah 1992:155. 3.4.4 Tes akhir Setelah anak coba melakukan latihan selama 12 kali pertemuan, maka diadakan tes akhir. Prosedur pengambilan nilai sama seperti tes awal yaitu melakukan gerakan guling belakang, penilaian ini diambil dengan anak coba melakukan praktik guling belakang dengan baik dan benar. Anak coba diberikan keleluasan menggunakan teknik guling belakang lurus atau teknik guling belakang bulat. Nilai sampel didapat dengan mengambil nilai terbaik dari 2 kali tes yang dilakukan. Kemudian nilai terbaik dari 2 penilai dirata-rata. Tes ini bertujuan untuk memperoleh data akhir sebagai hasil dari penelitian, sehingga dapat diketahui perbedaan hasil yang dicapai setelah melakuakan latihan selama 12 kali. Dari hasil tes akhir ini dapat diketahui peningkatan keterampilan anak coba dalam melakukan gerakan guling belakang lurus untuk kelompok eksperimen 1 dan gerakan guling belakang bulat untuk kelompok eksperimen 2. 36

3.5 Instrumen Penelitian

Dokumen yang terkait

PERBEDAAN PENGARUH GAYA MENGAJAR RECIPROCAL TEACHING DAN COMMAND STYLES TERHADAP HASIL BELAJAR GERAK DASAR GULING BELAKANG PADA SISWA KELAS X TKJ DI SMK WIDYA YAHYA GADINGREJO

1 40 105

PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DRILL DAN BERMAIN TERHADAP HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA PUTRA KELAS X SMA NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010 2011

0 1 65

(ABSTRAK) PERBEDAAN PENDEKATAN MENGAJAR GULING BELAKANG BULAT DAN LURUS TERHADAP HASIL BELAJAR GULING BELAKANG SISWA PUTRA KELAS X SMA KARTIKA III-1 BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 0 2

(ABSTRAK) PERBEDAAN PENDEKATAN MENGAJAR GULING BELAKANG BULAT DAN LURUS TERHADAP HASIL BELAJAR GULING BELAKANG SISWA PUTRA KELAS X SMA KARTIKA III-1 BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 0 2

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GULING BELAKANG MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN TERBIMBING DAN MODIFIKASI SARANA PRASARANA PADA SISWA KELAS X RPL A SMK NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

0 2 19

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN BERUPA KARTU TUGAS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GULING BELAKANG PADA SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 1 JATEN TAHUN AJARAN 2015-2016.

0 0 16

TINGKAT KEMAMPUAN GULING DEPAN DAN GULING BELAKANG SISWA KELAS V SD NEGERI DI GUGUS GATOT SUBROTO KEC. BUKATEJA KAB. PURBALINGGA.

0 2 138

PENINGKATAN HASIL BELAJAR GULING BELAKANG MELALUI PENDEKATAN PAKEM PADA SISWA KELAS V SD NEGERI MINOMARTANI 1KECAMATAN NGAGLIK KABUPATEN SLEMAN.

0 1 112

TINGKAT KESULITAN BELAJAR GULING BELAKANG SISWA KELAS V SD NEGERI JAMBE WONOSARI GUNUNGKIDUL.

0 7 90

RPH PJ Tahun 3 - Sumber Pendidikan 6. Guling Belakang

0 0 1