Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan maupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui kegiatan jasmani yang intensif dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan ketrampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak Abdul Gofur, 1983:6. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktifitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh. Namun perolehan keterampilan dan perkembangan lain yang bersifat jasmani itu sekaligus sebagai tujuan. Melalui pendidikan jasmani, seseorang disosialisasikan kedalam aktifitas jasmani termasuk keterampilan berolahraga. Oleh karena itu bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan menyeluruh, dan sekaligus memiliki potensi yang strategis untuk mendidik Adang Suherman, 2000:1. Penyelenggaraan pendidikan jasmani di sekolah diwujudkan dalam latihan jasmani, dengan berbagai macam bentuk kegiatan seperti atletik, permainan, renang, beladiri, dan senam Sumanto dan Sukiyo, 1992:10. Senam merupakan aktivitas jasmani yang efektif untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Gerakan-gerakan senam sangat sesuai untuk mengisi program pendidikan jasmani, gerakannya merangsang 2 perkembangan komponen kebugaran jasmani, seperti kekuatan dan daya tahan otot dari seluruh bagian tubuh. Disamping itu senam juga berpotensi mengembangkan keterampilan gerak dasar, sebagai landasan penting bagi penguasaan keterampilan teknik suatu cabang olahraga Agus Mahendra, 2003:1. Pelaksanaan senam disuatu sekolah adalah relevan dengan isi silabus pada suatu jenjang pendidikan. Program kegiatan dalam Silabus Sekolah Menengah Atas meliputi kegiatan pokok dan kegiatan pilihan. Kegiatan pokok adalah kegiatan yang wajib dilaksanakan di suatu sekolah yang meliputi: atletik, senam, permainan dan pendidikan kesehatan. Sedang kegiatan pilihan meliputi: renang, pencak silat, tenis meja, sepak takraw dan olahraga tradisional yang dapat di pilih sesuai dengan situasi dan kondisi suatu sekolah atau daerah. Sesuai dengan isi silabus Sekolah Menengah Atas, materi senam yang diajarkan meliputi: Senam dasar, senam lantai, dan senam irama. Sesuai dengan istilah “ lantai “ maka gerakan-gerakan senam lantai dilakukan diatas lantai beralaskan matras atau permadani yang merupakan alat yang di pergunakan. Senam lantai sering juga disebut dengan istilah latihan bebas, sebab pada waktu melakukan gerakan atau latihannya, pesenam tidak membawa atau menggunakan alat. Apabila ada seorang pesenam pada senam lantai yang memakai atau membawa alat, itu hanya merupakan suatu media untuk meningkatkan fungsi gerakan kelentukan, pelemasan, kekuatan, keterampilan, penguluran dan keseimbangan saja, bukan merupakan keharusan untuk digunakan pada gerakan senam lantai Mahmudi Sholeh, 1992:23. 3 Sukar atau mudahnya bentuk latihan atau gerakan senam yang dilakukan adalah tergantung pada besar kecilnya unsur kekuatan, kelemasan, keseimbangan dan ketangkasan yang terdapat pada bentuk latihan atau gerakan itu sendiri. Sedang yang menyebabkan sukar atau mudahnya melakukan bentuk latihan atau gerakan adalah tergantung pada tingkat kemampuan sipelaku itu sendiri Mahmudi Sholeh, 1992:25. Bentuk Senam lantai dapat dibagi dalam beberapa kelompok, ditinjau dari tempat diam di tempat dan gerak. Kelompok yang bergerakpun dapat dibagi lagi: bergerak ke muka, bergerak ke belakang dan bergerak ke samping. Di bawah ini dapat dilihat beberapa contoh bentuk latihan senam lantai yang dimaksud. Tabel 1 Bentuk latihan senam lantai Imam Soejoedi, 1978:13 Guling belakang adalah bentuk gerakan mengguling kebelakang teknik pelaksanaan dimulai dari tengkuk atau kuduk, punggung, pinggang, panggul bagian belakang, dan yang terakhir kaki Sumanto dan Sukiyo, 1992:101. Menurut Suyati dkk, guling roll belakang berarti menggulung kebelakang, gerakan roll belakang sama dengan roll depan, yaitu bentuk badan Di tempat Gerak ke muka Gerak ke belakang 1. Sikap lilin 2. Jembatan 3. Setimbang balance 4. Splits 5. Hand stand 1. Rolguling 2. Lompat harimau dan macam-macam loncat. 3. Handspring 4. Macam-macam kip 5. Walk over 6. Round off 1. Rolguling 2. Stut 3. Walk over 4. Handspring 4 harus dibulatkan, kaki dilipat lutut tetap melekat di dada, kepala ditundukkan sampai dagu melekat di dada 1993:4. Senam khususnya guling belakang di sekolah sangat penting karena merupakan salah satu bentuk latihan jasmani dan juga sebagai bidang studi yang wajib dipelajari diseluruh gerakan yang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor kondisi fisik seperti: keseimbangan, kekuatan, kelentukan, daya ledak dan koordinasi. Melalui latihan gerakan guling belakang siswa dapat meningkatkan kondisi fisik agar kemampuan fisiknya meningkat ke kondisi puncak dan berguna untuk melakukan aktivitas olahraga dan mencapai prestasi yang maksimal, selain itu melalui gerakan guling belakang siswa mempunyai kesempatan untuk belajar bergerak secara terampil dan cekatan. SMA Kartika III-1 Banyubiru adalah sekolah swasta dibawah naungan yayasan Kartika Jaya cabang III daerah Diponegoro, yang terletak di daerah pedesaan tepatnya di desa Kebondowo Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang. Sekolah ini diresmikan oleh Jendral TNI Feisal Tanjung pada tanggal 16 Desember 1995. SMA Kartika III-1 Banyubiru merupakan salah satu sekolah yang bernaung di yayasan Kartika Jaya cabang III daerah Diponegoro yang mana sekolah ini menerapkan prinsip-prinsip kedisiplinan dalam proses belajar mengajar, hal ini bertujuan agar output dari SMA Kartika III-1 Banyubiru menjadi pribadi yang berguna bagi nusa dan bangsa. 5 Senam adalah salah satu mata pelajaran penjasorkes yang diajarkan di SMA Kartika III-1 Banyubiru, yang mana di sekolah ini sudah mempunyai fasilitas untuk olahraga senam yang lengkap. Berdasarkan survei pengamatan proses pembelajaran di SMA KARTIKA III-1 Banyubiru senam kurang begitu diminati, terbukti dengan kemauan dan semangat siswa dalam mengikuti pelajaran Penjasorkes khususnya guling belakang, dimana siswa cenderung kurang aktif dalam pembelajaran, malas untuk melaksanakan tugas yang diperintahkan guru, dan terkesan takut untuk melakukan gerak guling belakang. Dalam proses pembelajaran guru tidak mengajarkan variable-variabel diluar ,metodik senam, missal: adanya unsurelemen kekuatan, kelenturan, daya ledak, kecapatan gerak yang kesemuanya sangat diperlukan dalam penguasaan teknik gerak senam khususnya guling belakang bulat dan lurus. Dalam pembelajaran guru harus mampu memberikan pembelajaran yang dapat memacu semangat dan keberanian siswa dalam mengikuti pembelajaran penjasorkes, khususnya guling belakang. Dalam penyampaian materi guru hendaknya memahami karakteristik siswa dan dalam pembelajarannya harus fariatif, tidak monoton membosankan dan memasukkan unsur-unsur permainan. Selain itu pemberian contoh dan atau pemberian teknik bantuan sangat dibutuhkan bagi siswa yang baru mengenal gerak guling belakang. Agar siswa mampu berprestasi dengan baik, sehingga mencapai taraf prestasi belajar yang tinggi demi penghargaan kepada diri. 6 Akibat pemahaman yang kurang dan tidak adanya pertolongan pada saat mempraktekkan gerak guling belakang akibatnya muncul rasa kurang percaya diri dan perasaan takut untuk mencoba. Dengan kata lain kondisi siswa dalam melakukan guling belakang belum baik karena belum memiliki pemahaman tentang teknik dasar guling belakang yang benar. Dengan melihat kondisi yang demikian, agar kemampuan dalam melakukan guling belakang bisa dilakukan dengan baik maka perlu diadakan penelitian dengan judul “PERBEDAAN PENDEKATAN MENGAJAR GULING BELAKANG BULAT DAN LURUS TERHADAP HASIL BELAJAR GULING BELAKANG SISWA PUTRA KELAS X SMA KARTIKA III-1 BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG TAHUN AJARAN 2010-2011”

1.2 Permasalahan

Dokumen yang terkait

PERBEDAAN PENGARUH GAYA MENGAJAR RECIPROCAL TEACHING DAN COMMAND STYLES TERHADAP HASIL BELAJAR GERAK DASAR GULING BELAKANG PADA SISWA KELAS X TKJ DI SMK WIDYA YAHYA GADINGREJO

1 40 105

PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DRILL DAN BERMAIN TERHADAP HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA PUTRA KELAS X SMA NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010 2011

0 1 65

(ABSTRAK) PERBEDAAN PENDEKATAN MENGAJAR GULING BELAKANG BULAT DAN LURUS TERHADAP HASIL BELAJAR GULING BELAKANG SISWA PUTRA KELAS X SMA KARTIKA III-1 BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 0 2

(ABSTRAK) PERBEDAAN PENDEKATAN MENGAJAR GULING BELAKANG BULAT DAN LURUS TERHADAP HASIL BELAJAR GULING BELAKANG SISWA PUTRA KELAS X SMA KARTIKA III-1 BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 0 2

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GULING BELAKANG MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN TERBIMBING DAN MODIFIKASI SARANA PRASARANA PADA SISWA KELAS X RPL A SMK NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

0 2 19

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN BERUPA KARTU TUGAS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GULING BELAKANG PADA SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 1 JATEN TAHUN AJARAN 2015-2016.

0 0 16

TINGKAT KEMAMPUAN GULING DEPAN DAN GULING BELAKANG SISWA KELAS V SD NEGERI DI GUGUS GATOT SUBROTO KEC. BUKATEJA KAB. PURBALINGGA.

0 2 138

PENINGKATAN HASIL BELAJAR GULING BELAKANG MELALUI PENDEKATAN PAKEM PADA SISWA KELAS V SD NEGERI MINOMARTANI 1KECAMATAN NGAGLIK KABUPATEN SLEMAN.

0 1 112

TINGKAT KESULITAN BELAJAR GULING BELAKANG SISWA KELAS V SD NEGERI JAMBE WONOSARI GUNUNGKIDUL.

0 7 90

RPH PJ Tahun 3 - Sumber Pendidikan 6. Guling Belakang

0 0 1