Prognosis Bayi BBLR Upaya Penurunan Angka Kematian BBLR

2.4. Prognosis Bayi BBLR

Kematian perinatal pada bayi berat badan lahir rendah 8 kali lebih besar dari bayi normal pada umur kehamilan yang sama. Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah. Angka kematian yang tinggi terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi pneumonia, perdarahan intrakranial, dan hipoglikemia. Bila bayi ini selamat kadang-kadang dijumpai kerusakan pada syaraf dan akan terjadi gangguan bicara, IQ yang rendah, dan gangguan yang lainnya. 7 Bayi BBLR umumnya akan menemui masalah dalam proses pertumbuhannya. Kalaupun ada yang mulus, dalam arti tumbuh menjadi anak pintar, mungkin sifatnya kasuistik saja. Penelitian juga membuktikan, anak BBLR akan lebih rentan mengalami penyakit-penyakit kronis seperti diabetes atau jantung koroner ketika ia tumbuh dewasa kelak. Bayi yang lahir dengan BBLR memiliki risiko untuk mengalami hambatan pertumbuhan pada tahun pertama kehidupannya. 10-30 bayi yang bertahan hidup berberat badan kurang dari satu kg saat lahir, menderita cacat mental. Bayi yang ringan untuk umur kehamilan tidak berjalan sebaik bayi yang tumbuh tepat bagi masa kehamilannya. 12, 17 Lebih daripada itu, akibat status gizi yang rendah, bayi ini juga akan mudah mengalami penyakit infeksi dibanding bayi seumurnya yang lahir dengan berat badan normal. Apabila bayi mengalami penyakit infaksi seperti diare, maka kemungkinan penurunan berat badan dapat dengan mudah terjadi. Dapat diduga kemudian, bayi ini akan mempunyai berat badan yang sangat rendah atau mengalami gangguan pertumbuhan yang berat. 12 Universitas Sumatera Utara

2.5. Pencegahan BBLR

2.5.1. Pencegahan primer

Pencegahan primer meliputi segala bentuk kegiatan yang dapat menghentikan kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum sebelum hal itu terjadi. Upaya yang dapat dilakukan sebagai pencegahan primer terhadap kejadian BBLR adalah dengan mencegah kehamilan bagi ibu yang memiliki usia dan paritas resiko tinggi untuk melahirkan bayi dengan BBLR, memperhatikan jarak kehamilan, dan mencukupi asupan gizi ibu hamil baik secara kuantitas maupun kualitas, menghindari perilaku beresiko tinggi seperti merokokdan minum minuman yang mengandung alkohol karena dapat menghambat pertumbuhan janin.

2.5.2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan ini lebih ditujukan pada kegiatan skrining kesehatan dan deteksi untuk menemukan penyakit atau gangguan kesehatan setiap individu dalam populasi. Setiap ibu hamil disarankan agar melakukan pemeriksaan antenatal minimal sebanyak empat kali yaitu satu kali pada trisemester I, satu kali pada trisemester II dan dua kali pada trisemester III. Dengan melakukan pemeriksaan antenatal, segala bentuk kelainan ataupun gangguan pada ibu dan janin dapat di deteksi sedini mungkin. Sehingga jika didapati keadaan yang sifatnya patologis segera dapat diambil tindakan yang tepat untuk mengatasinya.

2.5.3. Pencegahan Tertier

Tujuan utama dari pencegahan tertier adalah mencegah cacat, kematian, serta usaha rehabilitasi. Karena jika dibadingkan dengan bayi berat badan normal, bayi Universitas Sumatera Utara yang dilahirkan dengan BBLR memiliki resiko tinggi untuk meninggal, mangalami hambatan pertumbuhan otak berupa gangguan psikomotorik, retardasi mental dll.

2.6 Upaya Penurunan Angka Kematian BBLR

Upaya menurunkan angka kejadian dan angka kematian BBLR akibat komplikasi seperti Asfiksia, Infeksi, Hipotermia, Hiperbilirubinemia yang masih tinggi terus dilangsungkan melalui berbagai kegiatan termasuk pelatihan tenaga- tenaga profesional kesehatan yang berkaitan. Dalam hal ini Departemen Kesehatan RI dan Unit Kerja Kelompok Perinatologi Ikatan Dokter Anak Indonesia UKK Perinatologi IDAI bekerjasama dengan beberapa Dinas Kesehatan Propinsi telah menyelenggarakan pelatihan manajemen BBLR bagi bidan, dokter serta dokter spesialis anak menurut tahapannya. 4 Di Jawa Timur sendiri telah secara intensif melakukan kegiatan pelatihan terhadap para profesional kesehatan. Para tenaga yang terlatih Manajemen BBLR di Propinsi Jawa Timur dalam kurun waktu hampir dua tahun 2006-2007 telah mencakup : Dokter Spesialis Anak : 38 orang 18,36; Dokter Puskesmas : 76 orang 5,32 dan Bidan : 76 orang 0,72. Melihat prosentase yang masih jauh dari jumlah keseluruhan tenaga profesional di Jawa Timur tentunya pelatihan-pelatihan manajemen BBLR di masa mendatang masih akan terus dibutuhkan. 4 Berbagai upaya dibidang pendidikan dan kemajuan teknologi telah diterapkan guna mempertahankan kelangsungan hidup BBLR dari berbagai tingkat perawatan. Meskipun kelangsungan hidup dapat dipertahankan, gangguan jangka pendek maupun jangka panjang masih sering ditemukan akibat komplikasi perawatan intensif ataupun karena morbiditas diderita. Pemantauan aktif dan terus menerus pada Universitas Sumatera Utara BKBBBLR yang dirawat atau pasca rawat di Unit perawatan intensif perlu dilakukan secara ketat. Hal ini sangat bermanfaat agar diagnosa dan tatalaksana dini dapat ditegakkan sehingga tumbuh kembang bayi selanjutnya dapat berjalan optimal. 4 Universitas Sumatera Utara

BAB 3 KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep

Karakteristik Kematian Bayi Berat Badan Lahir Rendah di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009

1. Sosiodemografi Ibu

- Umur - Suku - Agama - Pendidikan - Pekerjaan 2. Faktor Risiko Medis Kehamilan Ibu - Paritas - Jarak kehamilan - Riwayat persalinan - Umur kehamilan - Riwayat penyakit

3. Sosiodemografi Bayi

- Umur - Jenis Kelamin - Berat badan 4. Kelainan bawaan

5. Golongan BBLR 6. Asal Rujukan

7. Sumber Biaya 8. Lama Rawatan Rata-rata

3.2. Defenisi Operasional

3.2.1 Kematian Bayi BBLR adalah kematian bayi dengan berat badan rendah yang lahir di RSU Dr. Pirngadi. Universitas Sumatera Utara