diperkirakan terdapat 25 juta persalinan per tahun dimana 17 diantaranya adalah BBLR dan hampir semua terjadi di Negara berkembang.
11
Berdasarkan hasil pengumpulan data indikator kesehatan propinsi yang berasal dari fasilitas pelayanan kesehatan, proporsi BBLR pada tahun 2000 berkisar
antara 0,91 Gorontalo dan 18,89 Jawa Tengah, sedangkan pada tahun 2001 berkisar antara 0,54 NAD dan 6,90 Sumatra Utara. Angka tersebut belum
mencerminkan kondisi sebenarnya yang ada di masyarakat karena belum semua berat badan bayi yang dilahirkan dapat dipantau oleh petugas kesehatan, khususnya yang
ditolong oleh dukun atau tenaga non kesehatan lainnya.
12
Angka kematian bayi di Indonesia tercatat 51,0 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2003, masih terbilang tinggi bila di bandingkan dengan Negara
–negara di bagian ASEAN. penyebab kematian bayi terbanyak adalah karena gangguan
perinatal. Dari seluruh kematian perinatal sekitar 2 – 27 disebabkan karena
kelahiran bayi BBLR. Sementara itu prevalensi BBLR pada saat ini diperkirakan 7 –
14 yaitu sekitar 459.200 – 900.000 bayi.
12
2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Kematian Bayi BBLR
Terjadinya BBLR merupakan hasil interaksi antara usia pertumbuhan dengan usia kandungan serta kemampuan janin untuk mencapai berat optimal saat lahir dan
ditentukan oleh adanya persediaan zat-zat gizi yang cukup dalam arti kuantitas serta kualitas untuk kelanjutan tumbuh kembang anak dalam kandungan serta kemampuan
ibu memelihara kehamilan sehingga cukup bulan.
18
Secara garis besar kejadian BBLR maupun usia belum sesuai dengan masa gestasinya adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
a. Umur Ibu
Tinggi rendahnya resiko dalam proses kehamilan dan persalinan sangat bergantung pada faktor usia ibu. Usia reproduksi yang optimal bagi seorang ibu
adalah usia 20-35 tahun, dibawah dan diatas usia tersebut akan terjadi peningkatan resiko kehamilan dan persalinan.
7
Pada usia yang muda, rahim dan panggul ibu seringkali belum tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya keselamatan dan kesehatan janin dalam
kandungan dapat terganggu. Keadaan mental ibu juga dinilai belum cukup dewasa sehingga belum mampu merawat diri dan kandungannya. Sementara itu, pada usia
yang terlalu tua telah terjadi perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi. Di sisi lain, ada kecendrungan ditemukan penyakit lain dalam
tubuh ibu yang dapat mempengaruhi kehamilan.
13
Menurut Manik yang dikuti oleh Jumirah, dkk 2001 usia ibu 20 tahun beresiko 14 kali lebih besar dan usia 35 tahun beresiko 4 kali lebih besar
melahirkan bayi BBLR dibandingkan usia 20-35 tahun.
19
b. Suku Ras
Perbedaan kejadian BBLR pada suku bangsa lebih dikaitkan dengan kebiasaan dan pola makan yang telah dianut oleh masing-masing suku bangsa
tersebut. Hal ini sangat berpengaruh pada kondisi gizi ibu yang kemudian berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan janin.
20
c. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan ibu dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan bayi. Dengan berbekal pendidikan yang cukup, seorang ibu dinilai lebih
Universitas Sumatera Utara
banyak memperoleh informasi yang dibutuhkan. Selain itu, ibu dengan tingkat pendidikan yang relatif tinggi labih mudah menyerap informasi atau himbauan yang
diberikan. Dengan demikian mereka dapat memilih serta menentukan alternatif terbaik dalam melakukan perawatan dan pemeriksaan kehamilan sehingga dapat
melahirkan bayi dengan berat badan lahir normal.
13
d. Paritas
Paritas merupakan jumlah persalinan yang pernah dialami ibu sebelum kehamilanpersalinan tersebut. Kejadian BBLR yang tinggi pada kelompok ibu
dengan paritas rendah dihubungkan dengan faktor umur ibu yang masih terlalu muda, dimana organ-organ reproduksi ibu belum tumbuh secara sempurna dan kondisi
psikis ibu yang belum siap. Sedangkan pada ibu dengan paritas tinggi, hal yang mungkin terjadi adalah gangguan-gangguan kesehatan seperti anemia, kurang gizi
ataupun gangguan pada rahim. Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan janin sehingga meningkatkan resiko terjadinya BBLR.
13
e. Jarak Kehamilan
Ibu hamil dengan jarak kelahiran dari anak terkecil 2 tahun akan meningkatkan risiko terjadinya BBLR. Dalam kondisi seperti ini, ibu masih
membutuhkan waktu untuk memulihkan kesehatan fisik dan rahimnya. Jarak kehamilan yang dekat dapat mempengaruhi daya tahan dan gizi ibu sehingga
berpengaruh pula terhadap janin.
13
f. Usia Kehamilan
Pada kongres
European Perinatal Medicine
ke II disepakati ketentuan untuk keseragaman mengenai usia kehamilan yaitu: bayi kurang bulan
preterm
adalah
Universitas Sumatera Utara
bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu, bayi cukup bulan
aterm
adalah bayi dengan masa kehamilan 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dan bayi lebih
bulan
postterm
adalah bayi dengan masa kehamilan lebih dari 42 minggu.
10
g. Riwayat Kehamilan Terdahulu
23
Riwayat kehamilan dan persalinan seorang ibu memberikan gambaran tentang keadaan bayi yang sedang dikandungnya. Angka lahir mati atau krjadian BBLR
cenderung meningkat pada ibu-ibu yang mempunyai riwayat kehamilan yang buruk. Saraswati, dkk 1998 menyebutkan bahwa ibu yang pernah mengalami
keguguran akan berisiko 2,81 kali lebih besar untuk melahirkan bayi BBLR di bandingkan ibu yang tidak pernah mengalami keguguran. Sedangkan pada ibu yang
pernah melahirkan bayi lahir mati beresiko 4,35 kali melahirkan bayi BBLR dibanding ibu yang tidak pernah melahirkan bayi lahir mati.
h. Komplikasi Kehamilan
Beberapa komplikasi kehamilan yang sering terjadi seperti hiperemesis gravidarum, preeklamsi dan eklamsi, kehamilan ektopik, kelainan plasenta previa,
solusio plasenta, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini,anemia, malaria, kardiovaskular dsb dapat menggangu kesehatan ibu dan pertumbuhan janin dalam
kandungan sehingga meningkatkan resiko bayi lahir dengan BBLR.
14
i. Pemeriksaan Antenatal
Antenatal Care
Semua ibu hamil diharapkan mendapatkan perawatan kehamilan oleh tenaga kesehatan. Untuk mendeteksi secara dini faktor resiko, maka semua ibu hamil perlu
melakukan pemeriksaan antenatal. Pemerikasaan kehamilan paling sedikit harus dilakukan sebanyak empat kali selama masa kehamilan, yaitu satu kali pada triwulan
Universitas Sumatera Utara
I, satu kali pada triwulan II, dan dua kali pada triwulan III. Tidak hanya sabagai upaya deteksi dini, pemeriksaan antenatal melalui konseling dan penyediaan
pelayanan juga merupakan medium yang mempromosikan perilaku kesehatan dan gizi yang baik selama hamil.
13
j. Status Gizi
Bila makanan ibu selama hamil tidak tercukupi baik secara kuantitas maupun kualitas, maka akan berakibat pada kemunduran kesehatan janin.
k. Kehamilan Kembar
Adanya dua janin atau lebih dalam kandungan dapat meningkatkan resiko hambatan pertumbuhan pada salah satu atau kedua janin bila dibandingkan dengan
kehamilan tunggal.
15
2.3. Penatalaksanaan Bayi BBLR