tidak dapat mencapai tujuan atau targetnya. Dengan mengatur waktu sebaik-baiknya, seseorang dapat mencapai target atau tujuannya.
C. Pelatihan
1. Definisi Pelatihan
King 1964 berpendapat bahwa pelatihan merupakan sebuah kegiatan yang mengkondisikan individu untuk belajar, meningkatkan
pengetahuan knowledge, keterampilan skills dan kemampuan ability yang mereka miliki. Selain itu, pelatihan adalah sebuah
kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan perilaku baru berdasarkan pengalaman yang dialami oleh peserta pelatihan dan
perilaku baru yang dimiliki peserta tersebut diharapkan direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari Jewell dan Siegall dalam Hendrayani,
2008. Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pelatihan
merupakan kegiatan
yang dirancang
secara khusus
untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan dan kemampuan seseorang
yang nantinya akan berpengaruh dalam performansi kerja seseorang.
2. Tahapan Pelatihan
Rae 1990, Tracey dan Tews 1995 serta Goldstein 1986 mengungkapkan bahwa ada tiga tahapan dalam melakukan pelatihan,
yaitu:
a. Assesment Sebelum melakukan sebuah pelatihan ada hal penting
yang harus dilakukan terlebih dahulu, yaitu melakukan assesment untuk menganalisis kebutuhan peserta pelatihan. Hal ini sangat
diperlukan untuk mengetahui apa yang menjadi kebutuhan peserta pelatihan sehingga dapat menetapkan materi dan metode yang
cocok untuk pelatihan tersebut.
b. Training Performance
Performansi peserta saat mengikuti sebuah pelatihan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dari dalam diri
peserta dan faktor eksternal dari luar diri peserta. Tracey dan Tews 1995 mengemukakan ada beberapa faktor internal, yaitu:
1. Ability Kemampuan Peserta pelatihan perlu memiliki kemampuan untuk
mampu memahami isi pelatihan serta mampu untuk mempelajari keterampilan dan pengetahuan pada saat
pelatihan. 2. Attitude Sikap
Sikap merupakan pernyataan kejelasan terhadap sebuah objek atau peristiwa. Sikap yang dinilai pada pelatihan
manajemen waktu yaitu ketika peserta pelatihan memberikan sebuah respon yang nampak terhadap pelatihan. Sikap positif
ditunjukkan dengan perilaku yang kooperatif saat pelatihan dilaksanakan.
3. Motivasi Motivasi perlu dimiliki oleh individu saat mengikuti
pelatihan. Motivasi dapat terlihat dari perilaku verbal dan non-verbal, misalnya keaktifan individu saat mengikuti
pelatihan dan antusiasme peserta pelatihan. Motivasi merupakan faktor yang mendorong individu dalam proses
belajar dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Berikut ini merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi performansi peserta saat pelatihan :
1. Materi dan Metode Materi dan metode adalah sebuah faktor yang sangat
penting dalam sebuah pelatihan Nikandrou, et al, 2009; Kirkpatrick, 2009. Materi yaitu isi yang akan disampaikan sesuai
dengan kebutuhan peserta. Metode yaitu alat atau cara untuk mendukung materi dapat disampaikan kepada peserta pelatihan.
Materi dan metode yaitu sebuah kesatuan yang akan membuat pelatihan menjadi bermanfaat.
2. Fasilitator King 1964; Fecteau dalam Chiaburu dan Tekleab,
2005; Kirkpatrick 2009 ; Afsar, et al 2010 dan Soemarman
2010 mengemukakan bahwa fasilitator memiliki peran penting dalam
sebuah pelatihan.
Fasilitator bertugas
untuk menyampaikan, mendampingi dan memfasilitasi peserta supaya
materi pelatihan dapat diterima oleh peserta pelatihan dengan baik.
3. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana memiliki peran yang cukup penting
dalam pelatihan Kirkpatrick, 2009. Sarana dan prasarana merupakan alat-alat yang dipakai dan mendukung setiap kegiatan
pelatihan.
c. Evaluasi Tahap yang terakhir dalam sebuah pelatihan adalah evaluasi.
Evaluasi merupakan komponen dari sebuah pelatihan yang dianggap sangat penting. Evaluasi adalah proses penilaian dan peninjauan hasil
dari sebuah kegiatan yang telah dilakukan. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui hasil atau pencapaian yang telah dilakukan. Kirkpatrick
2009 mengemukakan ada empat level evaluasi pelatihan, yaitu: 1 Level I Reaction : Level ini mengukur kepuasan peserta
pelatihan terhadap proses pembelajaran atau pelatihan yang dilakukan.
2 Level II Learning : Level ini mengukur peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta pelatihan setelah
mengikuti proses pembelajaran atau pelatihan. 3 Level III Behavior: Level ini mengukur perubahan pada
performansi kerja peserta pelatihan setelah mengikuti proses pembelajaran atau pelatihan, yakni mengukur sejauh mana
peserta pelatihan mengaplikasikan keterampilan yang baru dipelajari dalam pekerjaannya. Evaluasi pada level ini
dilakukan dengan jangka waktu 3-6 bulan setelah pelatihan. 4 Level IV Result: Mengukur hasil akhir dari pelatihan,
misalnya dilihat dari keuntungan atau dampak bagi organisasi
setelah anggotanya
mengikuti proses
pembelajaran atau pelatihan. Evaluasi yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan
Level I dan Level II, yaitu evaluasi reaksi, skala kemampuan manajemen waktu pre-post test dan follow-up. Kirkpatrick 2009
mengemukakan bahwa evaluasi reaksi masuk dalam tahapan pembelajaran level I Reaction. Pada level pertama, peserta merespon
proses pembelajaran atau pelatihan yang mereka lakukan. Tahap ini mengukur kepuasan mereka terhadap materi dan metode, fasilitator,
sarana dan prasarana serta pelatihan secara keseluruhan yang mereka ikuti.
Skala pre-post test juga digunakan sebagai alat ukur evaluasi. Pada tahap ini, pemberian skala pre-post test kemampuan manajemen
waktu berada pada level II Learning. Level ini dapat melihat pengetahuan atau keterampilan individu setelah mengikuti proses
pembelajaran atau pelatihan. Peneliti melakukan perbandingan skala pre-test dan post-test untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki
subjek setelah mengikuti proses pelatihan manajemen waktu. Penelitian ini hanya menggunakan dua level yaitu level I dan
level II. Hal ini dilakukan karena pada penelitian kuasi eksperimen ini diasumsikan telah memenuhi kriteria. Untuk level III Behavior dan
level IV Result digunakan untuk pelatihan di bidang psikologi industri karena level III dan level IV menilai hasil pelatihan secara objektif dan
evaluasi jangka panjang.
3. Manfaat Pelatihan