Pelaksanaan Penelitian Data Kesimpulan

38 BAB IV DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2016. Responden penelitian berjumlah empat siswa dari tiga SMA yang berada di Yogyakarta. Peneliti tidak memberikan penjelasan materi terlebih dahulu kepada responden. Peneliti meminta responden untuk langsung mengerjakan soal yang telah disiapkan. Proses pengambilan data dilakukan dengan metode think aloud. Peneliti meminta responden untuk mengungkapkan secara lisan apa yang sedang dipikirkan ketika proses pengerjaan soal berlangsung. Metode wawancara digunakan setelah responden selesai mengerjakan soal. Wawancara bersifat konfirmasi untuk mengungkap cara berpikir siswa yang belum sempat diungkapkan ketika mengerjakan soal.

B. Data

Data berupa lembar pengerjaan responden dan transkrip think aloud dan wawancara. Untuk setiap responden, transkrip think aloud dan wawancara disajikan dalam satu naskah. Transkrip terdiri dari dua bagian. Bagian I berisi data yang diambil saat responden mengerjakan soal sampai akhir think aloud . Bagian II berisi data yang diambil saat peneliti meminta responden menjelaskan ulang alur pengerjaan dari awal sampai akhir wawancara. Transkrip terlampir pada lampiran VII, VIII, IX, dan X. 39

C. Analisis Data dan Pembahasan

1. Responden A Tabel 4.1 Coding tahapan problem solving responden A A: Responden A P: Peneliti No. Kutipan Pernyataan Gambar Pengerjaan Responden Kode Tahapan Problem Solving 1 I A : {responden A membaca soal tanpa bersuara} P : ”Menurutmu, bagaimana maksud soalnya itu?” A : ”Eee… jadi ini pake asas black ngerjainnya” P : ”Peristiwanya apa itu?” A : ”Pencampuran. Es bersuhu -5 C, ini kan dicampur sama air yang lebih panas, berarti es nya nanti suhunya pasti naik sampai 0 C kemudian diubah, kalau kalornya diserap, diubah jadi air. Sedangkan yang air ini dari 6 C kan dicampur sama yang lebih dingin, es, jadi suhunya nanti turun.” Gambar 4.1Pola grafik perubahan wujud 1.4 1.1 2.1 II A : ”Dari soal yang pertama tadi, ada es 245 kg suhunya -5 C dicampur dengan air 5,6 kg suhunya 6 C.” 2 II A : ”Diminta untuk menyelidiki wujud akhir campuran es dan air, terus suhu akhir campuran .” 1.3 40 3 I A : ”Jadi misalnya, {sambil menulis persama.an seperti gambar 4.2} ini kalor es. Ini berarti , kalor yang dibutuhkan es untuk mencapai suhu 0 C itu sama dengan 612,5 kal.” Gambar 4.2 Perhitungan panas perubahan suhu untuk es 2.4 3.2 4 I A : ”Terus kalau yang kalor dari air {sambil menulis persamaan seperti gambar 4.3}. Massanya 5,6 kali 1 kali ∆T nya 6 sama dengan 33,6 kal.” Gambar 4.3 Perhitungan panas perubahan suhu untuk air 2.4 3.2 5 I A : ”Ini berarti kalor yang diperlukan es untuk menurunkan suhu dari -5 C sampe 0 C itu lebih banyak dari kalor yang dilepaskan air untuk menurunkan suhu dari 6 C ke 0 C. Berarti yang berubah wujud menjadi es itu yang air. Soalnya kalor yang dibutuhkan es itu masih lebih banyak dari pada yang dil epaskan si air.” 41 6 I P : ”Kemudian pengerjaannya?” A : ”Berarti coba kalor yang dilepaskan air untuk berubah jadi es seluruhnya {sambil menulis persamaan seperti gambar 4.4} . . Massanya 5,6 kali 80 sama dengan 448.” A : ”Berarti kalor yang harus dilepaskan dari air untuk berubah jadi es itu sebesar 448 kal.” P : ”Itu kalor yang diapakan oleh air?” A : ”Kalor yang dilepas air” P : ”Supaya?” A : ”Supaya berubah jadi es. Terus ini kan 448 ditambah 33,6 itu masih kurang dari ini {menunjuk yang nilainya 612,5 kal} .Berarti suhu campurannya kurang dari 0 C.” Gambar 4.4 Perhitungan panas perubahan wujud air menjadi es 2.4 3.2 7 I A : ”Berarti yang melepaskan air kan, 5,6.” A :{berhenti sejenak dan baru menyadari bahwa satuannya belum sesuai}. A : ”Oh… satuannya. Ini harusnya kilogram diubah ke gram.” 4.2 4.3 II A : ”Tadi di sini salah satuan. Tadi di sini kg, ini pake kalgram, jadi kurang nol nol nya.” 8 I A : {memperbaiki nilai hasil akhir . Semula 612,5 menjadi 612500 seperti pada gambar 4.5} Gambar 4.5 Perbaikan perhitungan panas perubahan suhu untuk es 2.4 3.2 9 I A : {memperbaiki nilai perhitungan . Semula 33,6 kal menjadi 5600 kal seperti gambar 4.6} Gambar 4.6 Perbaikan perhitungan panas perubahan suhu untuk air 2.4 3.2 42 10 . I A : {memperbaiki nilai perhitungan pembekuan. Semula 448 kal menjadi 448000 kal seperti gambar 4.7} Gambar 4.7 Perbaikan perhitungan panas perubahan wujud air menjadi es 2.4 3.2 11 II A : ”Jadi karena yang dibutuhkan tadi lebih banyak dari yang dilepaskan, berarti ini yang air harus melepaskan lebih banyak. Berarti airnya harus berubah jadi es. Terus karena setelah melepas sejumlah kalor untuk jadi es juga masih kurang, jadi air yang jadi es tadi itu turun lagi” 12 . I A : {kemudian responden lanjut masuk ke persamaan seperti gambar 4.8} A : ”Q dari 6 C sampe 0 C ditambah Q laten ditambah lagi Q yang dari 0 C sampe T sama dengan Q es yang dari T sampe -5 C. Ini tambah tambah sama dengan . Ini massanya 5600, c nya 1, nya 6 ditambah 5600 kali 80 ditambah massanya 5600 kali ½ kali nya 0-T sama dengan massanya 245 kali ½ kali nya T-5.” Gambar 4.8 Perhitungan dengan asas black 3.1 3.2 3.3 3.4 4.1 4.4 13 . I A : {responden A meninjau kembali pengerjaan yang semula dikerjakan} A : ”O…Kok salah. Oh.. ini belum tak kali 6 {sambil menunjuk perhitungan yang diawal}. ” A : ”Ini. Eh.. ulangi wae lah mas hehehe.” 5.2 5.3 {Responden mengulangi pekerjaan dari awal pada lembar baru} 14 . I A : {Responden menuliskan kembali perhitungan pada lembar baru seperti pada gambar 4.9} A : ” . Massanya 245000, c nya ½, nya 0--5. Ini… 245000 kali 2,5. Hasilnya 612500 kal.” 2.4 3.2 43 II A : ”Jadi yang es itu kalau mau dinaikkan suhunya dari -5 C sampai ke 0 C, butuh panas 612500 kal…” Gambar 4.9 Perhitungan ulang panas perubahan suhu untuk es 15 . I A : ”Terus ini yang {Responden menuliskan kembali perhitungan seperti pada gambar 4.10} .” A : ” . Massanya 5600, c nya 1, nya 6. Hasilnya 33600 kal.” Gambar 4.10 Perhitungan ulang panas perubahan suhu untuk air 2.4 3.2 II P : ”Terus kok ini bisa 6 itu nilainya dapat dari mana?” A : ”6-0” A : ”… Sedangkan kalau air dari 6 C turun ke 0 C ini butuhnya…” P : ”Butuh atau?” A : ”Melepas kalor sebanyak 33600 kal.” 16 . I A : ”Terus yang Q air jadi es {Responden menuliskan kembali perhitungan seperti gambar 4.11} .” Gambar 4.11 Perhitungan ulang panas perubahan wujud air menjadi es 2.4 3.2 44 17 . I A : {Responden menuliskan perhitungan seperti gambar 4.12} A : ”5600 kali 1 kali 6 tambah 5600 kali 80 terus tambah lagi 5600 kali c nya ½ kali ∆T nya 0-- T, T nya kan negatif.” P : ”Kenapa negatif itu? {peneliti menanyakan T yang bernilai negatif}” A : ”Soalnya suhunya nanti kan di bawah 0 C.” P : ”Suhu apanya? Suhu yang mana?” A : ”Suhu akhirnya.” A : ”Terus sama dengan 24500 kali ½ kali -5--T” Gambar 4.12 Perhitungan ulang dengan asas black 3.1 3.2 3.3 3.4 4.1 4.4 18 . I A : ”Loh? Salah?” P : ”Salahnya dimana? Dapatnya berapa itu? Coba ditulis aja jawaban yang didapat itu A : ”91,40” P : ”Kok tau salah itu dari mana?” A : ”Harusnya suhu campurannya antara -5 C sampai 6 C…” 5.2 19 . I P : ”Ternyata didapat 91,4. Salahnya dimana itu?” A : {Responden tampak mulai melakukan perhitungan ulang angka dengan kalkulator} A : ”Kok salah ya?” P : ”Di mana kira-kira kelirunya? Sudah ditemukan?” A : {responden tampak melihat kembali pengerjaannya} A : ”Emmm… salah positif negatif di ∆T nya.” A :{responden mencoba mengubah-ub ah tanda positif dan negatif pada ∆T} Gambar 4.13 Rentang kemungkinan letak suhu akhir campuran 5.3 II A : ”Terus disini salah. Suhunya di sini harusnya ini tadi dari T sampai -5 C berarti T--5 C {sambil menuliskan rentang suhu seperti gambar 4.13} .” 45 20 I A :{setelah menunggu cukup lama, peneliti mencoba membantu dengan pertanyaan pancingan} P : ”Kalau arti ∆T itu menurut kamu apa?” A : ”Perubahan T.” P : ”Jadi kalau dimatematiskan?” A : ”Yang lebih besar dikurangi yang lebih kecil.” P : ”Apakah selalu demikian? Yang besar dikurangi yang kecil?” A : ”{responden kebingungan} akhir dikurangi awal, awal dikurangi akhir?” P : ”Akhir dikurangi awal, atau awal dikurangi akhir, atau yang besar dikurangi yang kecil?” A : {mencoba mengotak-atik pemikiran dalam waktu yang cukup lama} A : ”Ah jadi bingung hehehe.” 21 . I A : {setelah mencoba-coba cukup lama, responden mulai melakukan pembenaran seperti pada gambar 4.14} Gambar 4.14 Perhitungan nilai suhu akhir campuran 4.1 4.4 II P : ”Ini bisa dapat T+5 tadi gimana mikirnya?” A : ”Ini tadi T dikurangi -5 C.” P : ”T –-5 itu artinya apa sih?” A : ”Suhu yang lebih tinggi dikurangi suhu yang lebih rendah.” 22 . I P : ”Gimana? Sudah yakin dengan jawaban itu?” A : ”Insya Allah hehehe.” P : ”Salahnya di bagian mana tadi?” A : ”Ini di positif negatif {sambil menunjuk perhitungan ∆T}.” 5.2 5.4 46 Tabel 4.2 Kategori kognitif responden A A: Responden A P: Peneliti No. Pernyataan Responden Keterangan Proses Kognitif Kategori Kognitif 1 Gambar 4.15 Persamaan panas perubahan suhu untuk es - Responden A menuliskan dengan benar persamaan panas perubahan suhu untuk es. Mengingat kembali Mengingat Gambar 4.16 Persamaan panas perubahan suhu untuk air - Responden A menuliskan dengan benar persamaan panas perubahan suhu untuk air. Gambar 4.17 Persamaan panas perubahan wujud air menjadi es - Responden A menuliskan dengan benar persamaan panas perubahan wujud air menjadi es. Gambar 4.18 Persamaan asas black - Responden A menuliskan dengan benar persamaan asas black. Gambar 4.19 Pemberian nilai besaran pada persamaan panas perubahan suhu untuk air - Responden A menuliskan simbol yang sesuai untuk besaran-besaran yang diketahui dari soal Mengenali 47 2 A : ”Pencampuran. Es bersuhu -5 C, ini kan dicampur sama air yang lebih panas, berarti es nya nanti suhunya pasti naik sampai 0 C kemudian diubah, kalau kalornya diserap, diubah jadi air. Sedangkan yang air ini dari 6 C kan dicampur sama yang lebih dingin, es, jadi suhunya nanti turun.” Gambar 4.1Pola grafik perubahan wujud - Responden A mampu mengubah informasi yang dideskripsikan dalam soal ke bentuk grafik seperti gambar 4.1. Menafsirkan Memahami A : ”Jadi yang es itu kalau mau dinaikkan suhunya dari -5 C sampai ke 0 C, butuh panas 612500 kal…” Gambar 4.9 Perhitungan ulang panas perubahan suhu untuk es A : ”…Sedangkan kalau air dari 6 C turun ke 0 C ini butuhnya.” P : ”Butuh atau?” A : ”Melepas kalor sebanyak 33600 kal.” Gambar 4.10 Perhitungan ulang panas perubahan suhu untuk air - Responden A menafsirkan arti dari angka hasil perhitungan angka menjadi kata-kata A : ”Q dari 6 C sampe 0 C ditambah Q laten ditambah lagi Q yang dari 0 C sampe T sama dengan Q es yang dari T sampe -5 C. Ini tambah - Responden A mampu mengelompokkan persamaan panas Mengklasifikasikan 48 tambah sama dengan . Ini massanya 5600, c nya 1, nya 6 ditambah 5600 kali 80 ditambah massanya 5600 kali ½ kali nya 0-T sama dengan massanya 245 kali ½ kali nya T-5.” Gambar 4.8 Perhitungan dengan asas black mana saja yang termasuk Q lepas dan Q terima. A: Ini berarti kalor yang diperlukan es untuk menurunkan suhu dari -5 C sampe 0 C itu lebih banyak dari kalor yang dilepaskan air untuk menurunkan suhu dari 6 C ke 0 C. Berarti yang berubah wujud menjadi es itu yang air. Soalnya kalor yang dibutuhkan es itu masih lebih banyak dari pada yang dilepaskan si air. - Responden A menyimpulkan bahwa air akan membeku . Menyimpulkan A : ”Ini berarti kalor yang diperlukan es untuk menurunkan suhu dari -5 C sampe 0 C itu lebih banyak dari kalor yang dilepaskan air untuk menurunkan suhu dari 6 C ke 0 C. Berarti yang berubah wujud menjadi es itu yang air. Soalnya kalor yang dibutuhkan es itu masih lebih banyak dari pada yang dile paskan si air.” - Responden A membandingkan perolehan nilai panas yang dilepas air untuk menurunkan suhu dari 6 C ke C dengan nilai panas yang dibutuhkan es untuk menurunkan suhu dari -5 C sampe 0 C. Membandingkan A : ”… Es bersuhu -5 C, ini kan dicampur sama air yang lebih panas, berarti es nya nanti suhunya pasti naik sampai 0 C kemudian diubah, kalau kalornya diserap, diubah jadi air. Sedangkan yang air ini dari 6 C kan dicampur sama yang lebih dingin, es, jadi suhunya nanti turun.” - Responden A menjelaskan konsep kalor bahwa kalor mengalir dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah Menjelaskan 49 3. Gambar 4.2 Perhitungan panas perubahan suhu untuk es Gambar 4.3Perhitungan panas perubahan suhu untuk air - Responden A menuliskan persamaan dan melakukan perhitungan yang familiar tanpa perlu modifikasi persamaan. Mengeksekusi Mengaplikasikan A : ”Q dari 6 C sampe 0 C ditambah Q laten ditambah lagi Q yang dari 0 C sampe T sama dengan Q es yang dari T sampe -5 C. Ini tambah tambah sama dengan . Ini massanya 5600, c nya 1, nya 6 ditambah 5600 kali 80 ditambah massanya 5600 kali ½ kali nya 0-T sama dengan massanya 245 kali ½ kali nya T-5.” Gambar 4.8 Perhitungan dengan asas black - Responden A melakukan prosedur substitusi empat persamaan panas ke persamaan asas black sesuai konteks yang tepat Mengimplementasikan 50 4. Gambar 4.2 Perhitungan panas perubahan suhu untuk es Gambar 4.3Perhitungan panas perubahan suhu untuk air Gambar 4.4 Perhitungan panas perubahan wujud air menjadi es - Responden A memilih melakukan perhitungan panas satu per satu seperti gambar 4.2 dan 4.4 untuk pertama- tama mengetahui wujud akhir sistem. - Setelah mengetahui wujud akhir sistem, selanjutnya menghitung panas perubahan wujud seperti gambar 4.3 Membedakan Menganalisis Gambar 4.8 Perhitungan dengan asas black - Responden A memadukan empat jenis panas ke persamaan asas black dengan benar Mengorganisasi 51 5. A : ”Loh? Salah?” P : ”Salahnya dimana? Dapatnya berapa itu? Coba ditulis aja jawaban yang didapat itu A : ”91,40” P : ”Kok tau salah itu dari mana?” A : ”Harusnya suhu campurannya antara -5 C sampai 6 C. {sambil menunjukkan gambar 4.13}” Gambar 4.13 Rentang kemungkinan letak suhu akhir campuran P : ”Ternyata didapat 91,4. Salahnya dimana itu?” A : {Responden tampak mulai melakukan perhitungan ulang angka dengan kalkulator} A : ”Kok salah ya?” P : ”Di mana kira-kira kelirunya? Sudah ditemukan?” A : {responden tampak melihat kembali pengerjaannya} A : ”Emmm… salah positif negatif di ∆T nya.” A :{responden mencoba mengubah- ubah tanda positif dan negatif pada ∆T} A : ”Terus disini salah. Suhunya di sini harusnya ini tadi dari T sampai -5 C berarti T--5 C {sambil menuliskan rentang suhu seperti gambar 4.13} .” - Responden A menyadari bahwa hasil suhu akhir yang di dapat tidak masuk akal. Responden menyebutkan seharusnya suhu campuran berada di antara -5 C sampai 6 C. - Responden A menyadari bahwa kesalahan hasil terletak pada tanda positif negatif ∆T Memeriksa Mengevaluasi Tahapan Problem Solving dan Proses Kognitif Responden A Tahapan problem solving responden A dapat diidentifikasi mencakup tahap-tahap: 1 fokus pada masalah, 2 deskripsi secara fisika, 3 merencanakan solusi, 4 mengeksekusi rencana, dan 5 mengevaluasi. Beberapa subtahapan problem solving model Minnesota tidak terindentifikasi di tahapan problem solving responden A. Susunan subtahapan problem solving responden A juga ada yang tidak berurutan sesuai model tersebut. Alur tahapan problem solving responden A secara keseluruhan disajikan dalam bentuk flowchart seperti pada gambar 4.20 di akhir pembahasan responden A ini. Responden A mampu berpikir tingkat tinggi high order thinking skills ketika mengerjakan soal. Kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dapat teridentifikasi meliputi kategori menganalisis dan mengevaluasi. Kategori menganalisis yang terlibat meliputi proses kognitif membedakan dan mengorganisasi . Kategori mengevaluasi yang terlibat meliputi proses kognitif memeriksa . Kemampuan berpikir tingkat rendah low order thinking skills responden A juga berhasil teridentifikasi. Kemampuan berpikir tingkat rendah yang dimaksud meliputi kategori mengingat, memahami, dan mengaplikasikan. Kategori mengingat meliputi proses kognitif mengingat kembali dan mengenali. Kategori memahami meliputi proses kognitif menafsirkan, mengklasifikasikan, menyimpulkan , membandingkan, dan menjelaskan. Kategori mengaplikasikan meliputi proses kognitif mengeksekusi dan mengimplementasikan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Responden A membaca soal tanpa bersuara. Kemudian, responden A langsung menyebutkan bahwa asas black akan dipakai untuk mengerjakan soal. Pernyataan ini menunjukkan bahwa responden A memilih pendekatan yang mengarah pada solusi. Pernyataan tersebut dapat dikategorikan tahapan problem solving kode 1.4. Responden A mengkonstruksi soal sebagai proses pencampuran es dan air. Responden A dapat menjelaskan akibat dari pencampuran tersebut, yaitu es akan mendapat panas dari air karena suhu air lebih tinggi. Pernyataan ini sesuai dengan teori Surya, 2010: 13. Responden A tampak memahami konsep kalor. Proses kognitif tersebut masuk dalam kategori memahami khususnya proses kognitif menjelaskan . Saat awal mengerjakan soal, responden A tidak menggambarkan grafik seperti gambar 4.1. Gambar 4.1 digambar setelah peneliti, di akhir pengerjaan, meminta responden A mengkonfirmasi alur berpikirnya. Dengan kata lain, responden A mampu mengimajinasi gambar tersebut dalam pikiran tanpa perlu menggambarkannya secara tertulis. Responden A mampu mengubah informasi yang dideskripsikan dalam soal ke dalam bentuk grafik seperti gambar 4.1. Proses ini termasuk dalam kategori memahami khususnya proses kognitif menafsirkan. Di bawah ini ditampilkan kutipan dan gambar 4.1 yang dibuat responden A. Kutipan di bawah menunjukkan bahwa responden A menempuh tahapan problem solving kode 1.1 yaitu mengkonstruksi gambaran mental urutan kejadian yang dideskripsikan dalam soal. A : {responden A membaca soal tanpa bersuara} P : ”Menurutmu, bagaimana maksud soalnya itu?” A : ”Eee… jadi ini pake asas black ngerjainnya” P : ”Peristiwanya apa itu?” A : ”Pencampuran. Es bersuhu -5 C, ini kan dicampur sama air yang lebih panas, berarti es nya nanti suhunya pasti naik sampai 0 C kemudian diubah, kalau kalornya diserap, diubah jadi air. Sedangkan yang air ini dari 6 C kan dicampur sama yang lebih dingin, es, jadi suhunya nanti turun.” Gambar 4.1Pola grafik perubahan wujud Responden A tidak menuliskan besaran-besaran yang diketahui dari soal. Responden A hanya menyebutkan beberapa besaran yang diketahui seperti massa es, suhu es, massa air, suhu air. Besaran-besaran tersebut disebutkan setelah peneliti mengkonfirmasi di akhir pengerjaan. Informasi besaran panas jenis air, panas jenis es, dan panas peleburan tidak dituliskan dan tidak disebutkan oleh responden A seperti tampak pada kutipan di bawah. A : ”Dari soal yang pertama tadi, ada es 245 kg suhunya -5 C dicampur dengan air 5,6 kg suhunya 6 C.” Responden A tidak memerlukan pembuatan gambar yang realistik untuk mengkonstruksi maksud soal. Responden A hanya menggunakan gambar grafik yang merepresentasikan keadaan yang dideskripsikan di soal. Ini menunjukkan bahwa tahapan problem solving kode 1.2 tidak teridentifikasi. Tahapan problem solving kode 1.2 yaitu membuat sketsa gambar yang mewakili gambaran mental urutan kejadian termasuk informasi yang diberikan. Menurut model Minnesota, sketsa tersebut bersifat realistik supaya mempermudah visualisasi. Responden A tidak membuat sketsa tersebut. Responden A langsung menempuh tahapan problem solving kode 2.1 yaitu mengkonstruksi diagram yang menunjukkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI hubungan penting dari objek. Menurut model Minnesota, diagram tersebut bersifat ideal. Diagram ideal adalah diagram yang hanya menggunakan simbol- simbol tertentu untuk merepresentasikan objek atau kejadian sesungguhnya. Responden A memahami pertanyaan dari soal. Responden A menyebutkan bahwa soal meminta untuk menyelidiki wujud akhir campuran es dan air. Kemudian, nilai suhu akhir campuran dicari, seperti tampak pada kutipan di bawah. Kutipan di bawah menunjukkan bahwa responden A menempuh tahapan problem solving kode 1.3. Jadi, dapat dikatakan bahwa responden A menjalankan tahapan problem solving 1 fokus pada masalah untuk kode 1.1, 1.3, dan 1.4. A : ”Diminta untuk menyelidiki wujud akhir campuran es dan air, terus suhu akhir campuran .” Responden A menggambar sebuah grafik seperti gambar 4.1 tanpa menuliskan keterangan terkait. Proses mengkonstruksi diagram ini menurut teori masuk pada tahapan problem solving kode 2.1. Responden A tidak mendefinisikan simbol besaran-besaran lebih dulu pada tempat terpisah. Responden A langsung menggunakan simbol besaran-besaran tersebut bersamaan dengan proses perhitungan. Tahapan problem solving kode 2.2 tidak tampak. Responden A tidak menuliskan simbol besaran yang ditanya sehingga tahapan problem solving kode 2.3 tidak tampak. Responden A tidak menghimpun secara khusus persamaan-persamaan yang nantinya akan digunakan. Responden A menyatakan hubungan matematis dari konsep-konsep dasar tentang panas saat hendak mencari nilai panas tersebut. Hubungan matematis tersebut ditunjukkan pada gambar 4.2, 4.3, dan 4.4 di bawah. Langkah ini menunjukkan tahapan problem solving kode 2.4. Jadi, dapat dikatakan bahwa tahapan problem solving PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 deskripsi soal secara fisika yang dilakukan responden A yaitu kode 2.1, 2.2, dan 2.4. Tahapan kode 2.1 itu pun dilakukan bersamaan dengan tahapan problem solving 1 fokus pada masalah sebagai pengganti tahapan kode 1.2. Perhitungan matematis pertama yang dilakukan responden A adalah menghitung panas yang dibutuhkan es untuk menaikkan suhunya dari -5 C ke 0 C seperti tampak pada gambar 4.2. Kemudian, respoden A menghitung panas yang dilepaskan air untuk menurunkan suhunya dari 6 C ke 0 C seperti tampak pada gambar 4.3. Langkah responden A ketika menuliskan persamaan matematis dari konsep dasar panas perubahan suhu seperti pada gambar 4.2 dan gambar 4.3 dapat dikategorikan dalam tahapan problem solving kode 2.4. Ketika persamaan dituliskan seperti tampil pada gambar 4.2 dan gambar 4.3, menunjukkan bahwa responden A memilih sebuah persamaan baru. Memilih persamaan baru dapat dikategorikan ke dalam tahapan problem solving kode 3.2. Menurut model Minnesota, tahapan problem solving 3 merencanakan solusi yaitu membentuk beberapa persamaan menjadi satu persamaan yang langsung menjawab besaran yang ditanya. Namun, yang terjadi sembari memilih persamaan baru seperti gambar 4.2 dan 4.3, responden A langsung memasukkan angka dan mengeksekusi perhitungan. Tahapan memasukkan angka dan mengeksekusi perhitungan, menurut model Minnesota masuk dalam tahapan problem solving 4 mengeksekusi rencana. Peneliti mengkategorikan langkah seperti gambar 4.2 dan 4.3 tersebut ke dalam tahapan problem solving kode 3.2 karena paling mendekati. Perhitungan matematis oleh responden A tentang panas perubahan suhu untuk es maupun air ditampilkan di bawah ini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI A : ”Jadi misalnya, {sambil menulis persama.an seperti gambar 4.2} ini kalor es. Ini berarti , kalor yang dibutuhkan es untuk mencapai suhu 0 C itu sama dengan 612,5 kal.” Gambar 4.2 Perhitungan panas perubahan suhu untuk es A : ”Terus kalau yang kalor dari air {sambil menulis persamaan seperti gambar 4.3} . Massanya 5,6 kali 1 kali ∆T nya 6 sama dengan 33,6 kal. ” Gambar 4.3 Perhitungan panas perubahan suhu untuk air Dengan membandingkan dua nilai panas tersebut, responden A mendapat informasi bahwa es tidak akan melebur. Air yang akan membeku. Kutipan di bawah ini menunjukkan hal tersebut. Proses membandingkan dua nilai panas dan menarik informasi penting tersebut termasuk dalam kategori memahami khususnya proses kognitif membandingkan dan menyimpulkan. A : ”Ini berarti kalor yang diperlukan es untuk menurunkan suhu dari -5 C sampe 0 C itu lebih banyak dari kalor yang dilepaskan air untuk menurunkan suhu dari 6 C ke 0 C. Berarti yang berubah wujud menjadi es itu yang air. Soalnya kalor yang dibutuhkan es itu masih lebih banyak dari pada yang dilepaskan si air. ” Proses ketika responden A menuliskan persamaan dan melakukan perhitungan seperti gambar 4.2 dan 4.3 termasuk dalam kategori mengaplikasikan khususnya proses kognitif mengeksekusi. Proses memasukkan angka ke persamaan dan melakukan perhitungan tanpa perlu memodifikasi persamaan termasuk dalam tugas yang familiar. Responden A menuliskan persamaan panas seperti tampak pada gambar 4.2 dan 4.3 dengan benar. Ketika responden A menuliskan persamaan panas tersebut mengartikan bahwa responden A mengambil pengetahuan tentang persamaan panas dari memori jangka panjangnya karena menyadari bahwa pengetahuan ini akan dipakai dalam pengerjaan soal. Proses ini termasuk kategori mengingat khususnya proses kognitif mengingat kembali. Proses kognitif ini juga dipakai saat menuliskan persamaan panas perubahan wujud dan persamaan asas black. Pada gambar 4.2 dan 4.3, responden A tampak langsung memasukkan nilai besaran yang diketahui saat proses perhitungan. Responden A menempatkan nilai besaran tersebut sesuai dengan simbol besaran dengan tepat. Proses ini menunjukkan bahwa responden A membandingkan informasi besaran yang diketahui dari soal dengan pengetahuan tentang simbol besaran yang sudah dimiliki di memori jangka panjangnya. Proses ini termasuk kategori mengingat khususnya proses kognitif mengenali. Selanjutnya, responden A menghitung panas pembekuan air seperti tampak pada kutipan dan gambar 4.4 di bawah ini. Sama seperti sebelumnya, tahapan ini menunjukkan tahapan problem solving kode 2.4 dan 3.2. P : ”Kemudian pengerjaannya?” A : ”Berarti coba kalor yang dilepaskan air untuk berubah jadi es seluruhnya {sambil menulis persamaan seperti gambar 4.4}. . Massanya 5,6 kali 80 sama dengan 448.” A : ”Berarti kalor yang harus dilepaskan dari air untuk berubah jadi es itu sebesar 448 kal .” PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI P : ”Itu kalor yang diapakan oleh air?” A : ”Kalor yang dilepas air” P : ”Supaya?” A : ”Supaya berubah jadi es. Terus ini kan 448 ditambah 33,6 itu masih kurang dari ini {menunjuk yang nilainya 612,5 kal} .Berarti suhu campurannya kurang dari 0 C. ” Gambar 4.4 Perhitungan panas perubahan wujud air menjadi es Responden A baru menyadari bahwa ada besaran yang satuannya belum sesuai. Bagian ini menunjukkan bahwa responden A melakukan tahapan problem solving kode 4.2. Responden A memperbaiki dengan mengubah satuan yang sesuai. Langkah ini dapat diidentifikasi ke dalam tahapan problem solving kode 4.3. Kutipan yang menunjukkan bahwa responden A menyadari ketidaksesuaian satuan ditampilkan di bawah ini. A : ”Berarti yang melepaskan air kan, 5,6.” A :{berhenti sejenak dan baru menyadari bahwa satuannya belum sesuai}. A : ”Oh… satuannya. Ini harusnya kilogram diubah ke gram.” A : ”Tadi di sini salah satuan. Tadi di sini kg, ini pake kalgram, jadi kurang nol nol nya. ” Responden A memperbaiki perhitungan , , dan pembekuan, seperti tampak pada gambar 4.5, 4.6, dan 4.7. Dengan kata lain, responden A mengulangi tahapan problem solving kode 2.4 dan 3.2. A : {memperbaiki nilai hasil akhir . Semula 612,5 menjadi 612500 seperti pada gambar 4.5} PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Gambar 4.5 Perbaikan perhitungan panas perubahan suhu untuk es A: {memperbaiki nilai perhitungan . Semula 33,6 kal menjadi 5600 kal seperti gambar 4.6} Gambar 4.6 Perbaikan perhitungan panas perubahan suhu untuk air A: {memperbaiki nilai perhitungan pembekuan. Semula 448 kal menjadi 448000 kal seperti gambar 4.7} Gambar 4.7 Perbaikan perhitungan panas perubahan wujud air Dari perhitungan seperti pada gambar 4.5, 4.6, dan 4.7, responden A mempertegas kesimpulannya bahwa bukan es yang berubah wujud tetapi justru air yang berubah wujud. Pernyataan responden A tersebut ditampilkan pada kutipan di bawah ini. A : ”Jadi karena yang dibutuhkan tadi lebih banyak dari yang dilepaskan, berarti ini yang air harus melepaskan lebih banyak. Berarti airnya harus berubah jadi es. Terus karena setelah melepas sejumlah kalor untuk jadi es juga masih kurang, jadi air yang jadi es tadi itu turun lagi ” Jika dicermati kembali langkah kerja yang ditempuh responden A di atas, tampak bahwa responden A membagi urutan pengerjaannya menjadi bagian per bagian. Untuk bisa mengerjakan soal ini, harus diselidiki lebih dulu wujud akhir PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI sistem. Oleh sebab itu, responden A memecah permasalahan dengan pertama- tama mencari kalor yang dilepas air dari 6 C ke 0 C. Kemudian, mencari panas yang dibutuhkan es untuk menaikkan suhu dari -5 C ke 0 C. Dengan membandingkan kedua panas tersebut, responden A dapat mengetahui wujud akhir campuran, yaitu beku. Selanjutnya, responden A mencari panas pembekuan air. Proses memecah permasalahan menjadi bagian-bagian kecil yang relevan ini masuk ke dalam kategori menganalisis khususnya proses kognitif membedakan. Kategori menganalisis termasuk kemampuan berpikir tingkat tinggi high order thinking skills Winarti et al, 2015: 66. Kemampuan menganalisis seperti ini adalah kunci penting agar bisa menyelesaikan soal. Analisis seperti ini akan membuka jalan untuk melakukan langkah-langkah berikutnya. Apabila responden A tidak bisa menganalisis seperti ini, sangat kecil kemungkinan untuk bisa mengerjakan soal. Kemampuan menganalisis seperti ini tidak akan terjadi jika responden A tidak memiliki pemahaman konsep yang baik tentang perubahan wujud. Senanda dengan Serway dan John 2010 dan Santrock 2009 yang mengatakan bahwa pemahaman konsep menjadi sangat penting dalam membantu memecahkan soal. Selanjutnya, responden A mensubstitusikan persamaan , , dan untuk pembekuan ke persamaan asas black seperti tampak pada gambar 4.8 di bawah. Langkah responden A memilih salah satu persamaan asas black yang melibatkan besaran yang ditanya suhu akhir T masuk dalam tahapan problem solving kode 3.1. Empat persamaaan panas yang ditulis responden A pada gambar 4.8 termasuk persamaan baru karena untuk konteks yang baru juga. Persamaan panas tersebut berbeda tujuannya dengan persamaan pada gambar 4.5, 4.6, dan 4.7 sebelumnya, walaupun simbol yang digunakan sama. Perbedaannya terletak pada yang digunakan. Langkah responden A menuliskan empat persamaan panas yang baru tersebut masuk dalam tahapan problem solving kode 3.2. Langkah responden A menyelesaikan empat persamaan panas tersebut dan mensubstitusikan ke persamaan asas black seperti gambar 4.8 dapat dikategorikan ke dalam tahapan problem solving kode 3.3. A : {kemudian responden lanjut masuk ke persamaan seperti gambar 4.8} A : ”Q dari 6 C sampe 0 C ditambah Q laten ditambah lagi Q yang dari C sampe T sama dengan Q es yang dari T sampe -5 C. Ini tambah tambah sama dengan . Ini massanya 5600, c nya 1, nya 6 ditambah 5600 kali 80 ditambah massanya 5600 kali ½ kali nya 0-T sama dengan massanya 245 kali ½ kali nya T-5.” Gambar 4.8 Perhitungan dengan asas black Responden A menurunkan persamaan tersebut sampai didapat besaran yang ditanya yaitu suhu akhir campuran T. Langkah ini masuk dalam tahapan problem solving kode 3.4. Responden A memasukkan nilai dari masing-masing besaran. Langkah ini mencerminkan tahapan problem solving kode 4.1. Responden A menghitung nilai-nilai tersebut. Langkah menghitung ini masuk tahapan problem solving kode 4.4. Gambar 4.8 menunjukkan bahwa responden A melakukan tahapan problem solving 3 merencanakan solusi kode 3.1, 3.2, 3.3, dan 3.2 walaupun disertai dengan tahapan problem solving 4 mengeksekusi rencana kode 4.1 dan 4.4. Persamaan asas black adalah persamaan umum. Namun, jenis persamaan panas apa saja yang terlibat dan bagaimana letak substitusinya ke dalam persamaan asas black adalah tidak sembarang. Permasalahan asas black yang digunakan untuk mengerjakan soal ini termasuk dalam kategori soal yang tidak familiar. Alasannya adalah karena konteks soal bersifat khusus yaitu air yang membeku. Ada empat persamaan panas yang harus disubstitusikan ke persamaan asas black. Proses melakukan prosedur substitusi empat persamaan panas yang terlibat ke persamaan asas black dengan tepat menunjukkan kategori mengaplikasikan khususnya proses kognitif mengimplementasikan. Gambar 4.8 menunjukkan bahwa responden A mengidentifikasi empat persamaan panas yang terlibat dan mengetahui cara memadukan empat persamaan panas itu agar membentuk sebuah struktur yang saling terkait lewat persamaan asas black. Proses responden A memadukan empat persamaan panas ke persamaan asas black termasuk kategori menganalisis untuk proses kognitif mengorganisasi . Proses substitusi persamaan-persamaan panas ke ruas persamaan asas black yang sesuai juga dapat dimasukkan ke dalam kategori memahami khususnya proses kognitif mengklasifikasikan. Jadi, tampak bahwa pemahaman konsep yang baik menunjang kemampuan menganalisis. Responden A mendapatkan nilai suhu akhir campuran suhu setimbang sistem tidak masuk akal dan terlampau besar. Nilai tersebut tidak responden A PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI tulis di lembar kerja tetapi terlihat di kalkulator. Responden A menyadari bahwa terdapat kesalahan. Responden A meninjau kembali perhitungan. Langkah ini menunjukkan tahapan problem solving kode 5.2. Responden A menyadari bahwa terjadi salah perhitungan pada . Ada angka yang belum ikut dikalikan. Langkah ini menunjukkan bahwa responden A menempuh tahapan problem solving kode 5.3. Responden A memutuskan untuk mengulangi perhitungan dari awal agar tidak membingungkan. A : {responden A meninjau kembali pengerjaan yang semula dikerjakan} A : ”O…Kok salah. Oh.. ini belum tak kali 6 {sambil menunjuk perhitungan yang diawal}. ” A : ”Ini. Eh.. ulangi wae lah mas hehehe.” Responden A kembali melakukan perhitungan nilai , , dan pembekuan pada lembar baru. Langkah ini mengulangi tahapan problem solving kode 2.4 dan 3.2. Responden A bisa membahasakan ulang arti fisis dari setiap perolehan angka hasil perhitungan panas seperti pada kutipan di bawah. Proses mengubah angka menjadi kata-kata seperti ini termasuk dalam kategori memahami khususnya proses kognitif menafsirkan. Berikut langkah kerja yang responden A ulangi. A : {Responden menuliskan kembali perhitungan pada lembar baru seperti pada gambar 4.9} A : ” . Massanya 245000, c nya ½, nya 0--5. Ini… 245000 kali 2,5. Hasilnya 612500 kal. ” A : ”Jadi yang es itu kalau mau dinaikkan suhunya dari -5 C sampai ke C, butuh panas 612500 kal …” Gambar 4.9 Perhitungan ulang panas perubahan suhu untuk es PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI A : ”Terus ini yang {Responden menuliskan kembali perhitungan seperti pada gambar 4.10} .” P : ”Terus kok ini bisa 6 itu nilainya dapat dari mana?” A : ”6-0” A : ”… Sedangkan kalau air dari 6 C turun ke 0 C ini butuhnya…” P : ”Butuh atau?” A : ”Melepas kalor sebanyak 33600 kal.” Gambar 4.10 Perhitungan ulang panas perubahan suhu untuk air A : ”Terus yang Q air jadi es {Responden menuliskan kembali perhitungan seperti gambar 4.11} .” Gambar 4.11 Perhitungan ulang panas perubahan wujud air menjadi es Responden A mensubstitusi persamaan-persamaan panas di atas ke persamaan asas black. Langkah ini mengulangi tahapan problem solving kode 3.1, 3.2, 3.3, 3.4, 4.1, dan 4.4. Responden A mendapat nilai suhu akhir campuran sebesar seperti tampak pada gambar 4.12. A : {Responden menuliskan perhitungan seperti gambar 4.12} A : ”5600 kali 1 kali 6 tambah 5600 kali 80 terus tambah lagi 5600 kali c nya ½ kali ∆T nya 0--T, T nya kan negatif.” P : ”Kenapa negatif itu? {peneliti menanyakan T yang bernilai negatif}” A : ”Soalnya suhunya nanti kan di bawah 0 C .” P : ”Suhu apanya? Suhu yang mana?” A : ”Suhu akhirnya.” A : ”Terus sama dengan 24500 kali ½ kali -5--T” Gambar 4.12 Perhitungan ulang dengan asas black Responden A menyadari bahwa nilai ini salah karena tidak masuk akal sebab seharusnya nilainya berkisar antara -5 C sampai 6 C. Responden A menyadari bahwa letak kesalahan terjadi pada tanda positifnegatif ∆T. Responden A menyadari adanya kesalahan dan tahu alasannya. Proses seperti ini termasuk kategori mengevaluasi khususnya proses kognitif memeriksa. Kategori mengevaluasi juga termasuk kemampuan berpikir tingkat tinggi high order thinking skills Winarti et al, 2015: 66. Kriteria dan standar yang digunakan responden A untuk mengevaluasi jawaban yaitu bahwa nilai suhu akhir seharusnya berkisar antara -5 C sampai 6 C. Langkah meninjau kembali perhitungan ini menunjukkan bahwa responden A melakukan tahapan problem solving kode 5.2 dan 5.3. A : ”Loh? Salah?” P : ”Salahnya dimana? Dapatnya berapa itu? Coba ditulis aja jawaban yang didapat itu A : ”91,40” P : ”Kok tau salah itu dari mana?” A : ”Harusnya suhu campurannya antara -5 C sampai 6 C …” Gambar 4.13 Rentang kemungkinan letak suhu akhir campuran P : ”Ternyata didapat 91,4. Salahnya dimana itu?” A : {Responden tampak mulai melakukan perhitungan ulang angka dengan kalkulator} A : ”Kok salah ya?” P : ”Di mana kira-kira kelirunya? Sudah ditemukan?” A : {responden tampak melihat kembali pengerjaannya} A : ”Emmm… salah positif negatif di ∆T nya.” A :{responden mencoba mengubah-ubah tanda positif dan negatif pada ∆T} A : ”Terus disini salah. Suhunya di sini harusnya ini tadi dari T sampai - 5 C berarti T--5 C {sambil menuliskan rentang suhu seperti gambar 4.13} .” Responden A mencoba-coba kemungkinan perhitungan dan akhirnya mendapat nilai yang benar yakni . Gambar 4.14 menunjukkan bahwa responden melakukan pengerjaan ulang dengan memasukkan angka dan melakukan perhitungan. Langkah ini mengulang tahapan problem solving kode 4.1 dan 4.4. . A: {setelah mencoba-coba cukup lama, responden mulai melakukan pembenaran seperti pada gambar A.14} Gambar 4.14 Perhitungan nilai suhu akhir campuran PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Responden A menyakini bahwa jawaban ini sudah benar dan masuk akal. Langkah ini menunjukkan tahapan problem solving kode 5.4. Langkah memeriksa ulang untuk meninjau letak kesalahan pengerjaan menunjukkan bahwa responden A melalui tahapan problem solving 5 mengevaluasi jawaban khususnya kode 5.2, 5.3, dan 5.4. P : ”Gimana? Sudah yakin dengan jawaban itu?” A : ”Insya Allah hehehe.” P : ”Salahnya di bagian mana tadi?” A : ”Ini di positif negatif {sambil menunjuk perhitungan ∆T}.” Kelemahan utama responden A adalah tentang konsep perubahan wujud ∆T. Responden A mengalami kebingungan dalam pengoperasian tanda positifnegatif ∆T. Responden A menganggap operasi ∆T adalah nilai yang besar dikurangi nilai yang kecil. Padahal konsep perubahan dalam fisika adalah keadaan akhir dikurangi keadaan awal. Kendala inilah yang membuat responden A sering mengulangi pekerjaannya sehingga tidak efisien. Di samping itu, responden A lupa untuk mengkonversi satuan di awal pengerjaan. Konversi satuan baru dilakukan setelah melakukan operasi hitung. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika di awal seluruh satuan dari tiap besaran sudah dikonversi ke dalam satuan yang sesuai. P : ”Kalau arti ∆T itu menurut kamu apa?” A : ”Perubahan T.” P : ”Jadi kalau dimatematiskan?” A : ”Yang lebih besar dikurangi yang lebih kecil.” P : ”Apakah selalu demikian? Yang besar dikurangi yang kecil?” A : ”{responden kebingungan} akhir dikurangi awal, awal dikurangi akhir? ” P : ”Akhir dikurangi awal, atau awal dikurangi akhir, atau yang besar dikurangi yang kecil? ” A : {mencoba mengotak-atik pemikiran dalam waktu yang cukup lama} A : ”Ah jadi bingung hehehe.” PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Gambar 4.20 di halaman selanjutnya adalah flowchart tahapan problem solving yang ditempuh responden A saat menyelesaikan soal. Peneliti menemukan bahwa terdapat beberapa tahapan problem solving model Minnesota yang bisa teridentifikasi pada tahapan problem solving milik responden A. Namun, urutan tahapan problem solving responden A tidak tertib sesuai model Minnesota. Beberapa subtahapan problem solving model Minnesota tidak ditemukan pada tahapan problem solving responden A. Terkadang ada proses pengulangan subtahapan. Terdapat pula subtahapan problem solving seperti misalnya deskripsi secara fisika yang diapit subtahapan lain yaitu fokus pada masalah. Jika mengacu model Minnesota, urutan seharusnya tidak demikian. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Gambar 4.20. Flowchart tahapan problem solving responden A 71 2. Responden B Tabel 4.3. Coding tahapan problem solving responden B B: Responden B P: Peneliti No. Pernyataan Gambar Pengerjaan Responden Kode Tahapan Problem Solving 1 I B : {Responden membaca soal tanpa bersuara} 1.1 1.3 II P : ”Ya oke, sekarang saya minta tolong kamu jelasin dari pertama kamu baca soal terus maksud dari soal menurut mu apa tadi?” B : ”Es nya kan banyak terus airnya dikit, terus disuruh menyelidiki nanti esnya malah mencair atau air nya yang malah membeku. Terus kalau udah gitu, terus suhu akhirnya berapa.” 2 I B : {Responden menuliskan informasi besaran-besaran yang diketahui dari soal seperti pada gambar 4.21 } Gambar 4.21 Besaran yang diketahui 1.2 4.2 4.3 3 I B : {responden membaca ulang soal tanpa bersuara} 72 4 I B : ”Caranya bebas kan?” P : ”Iya, menurutmu bagaimana cara pengerjaannya?” B : ”Jadikan harusnya, kalor yang masuk sama dengan kalor yang keluar. Berarti kalor dari air diserap oleh es karena lebih dingin. {Responden menuliskan persamaan seperti gambar 4.22 }” Gambar 4.22 Persamaan asas black 1.4 2.4 5 I B : {responden tampak memperhatikan ulang soal } 6 II B : ”Buat mencairkan es kan harus dinaikkan dulu suhu es nya dari -5 C sampai C terus tu dikasih kalor buat melebur ...” Gambar 4.23 Perhitungan nilai panas perubahan suhu untuk air dan es 2.4 3.2 I B : {responden menulis persamaan seperti pada gambar 4.23} II P : ”33600 kal itu didapat dari?” B : ”Didapat dari m.c.∆T . Tapi ∆T yang air 6 C.” P : ”∆T = 6 C didapat dari mana?” B : ”Selisih suhunya dari 6 C ke 0 C. Soalnya kan nanti eeee ya gitu lah hehehe.” 7 I B: ”Jadi, karena air cuma punya kalor 33600 kal sementara es nya itu buat naikin suhunya harus butuh kalor 612500 kal berarti airnya bakalan membeku ,es nya ga bakalan mencair.” B : ”Kalau biasanya es nya yang mencair. Tapi ini air nya yang jadi es. Jadi cuma dibalik aja prosesnya.” 8 II B : ”Kalau soal biasanya kan, es terus mencair jadi air tapi kalau kasus soal ini airnya yang membeku. Jadi nanti kalor dari air di lepas ke es. Tapi kan es nya banyak, makanya airnya kalau terus dia membeku.” B : ”Karena es nya banyak jadi kayaknya airnya bakalan membeku. Cuman tu harus dibuk tikan dulu.” 9 I B : {responden menulis persamaan kalor beku air seperti gambar 4.24} Gambar 4.24 Perhitungan panas perubahan wujud air menjadi es 2.4 3.2 73 10 II B : ”Terus habis itu pake asas black kan, .” P : ”Yang masuk yang mana?” B : ”Yang masuk yang es terus yang keluar itu yang air.” B : ”Kan es nya kan ga sampai membeku tapi cuma sampai naik suhunya, berarti cuma . Terus kalau air, dia turun suhunya dari 6 C sampai ke 0 C. Terus abis 0 C itu dia membeku. Terus habis itu suhunya turun lagi karena suhunya sama si es itu belum sama.” Gambar 4.25 Perhitungan nilai suhu akhir campuran 3.1 3.2 3.3 3.4 4.1 4.4 I B : ”Karena es nya tidak sampai membeku, jadi hanya ada .” B : {responden tampak kebingungan di bagian } 11 I B : ”Bukan ini jawabannya.” P : ”Gimana? Ada yang keliru?” 5.2 12 I B : {responden tampak memeriksa ulang perhitungan dengan kalkulator} B : ”Kayaknya ini harusnya -T {sambil menunjuk variabel T pada ruas }.” P : ”Kenapa negatif?” B : ”Karena 0 - T.” 5.3 13 I B : {responden melakukan perhitungan ulang setelah mengganti varial T pada ruas menjadi –T. Tampak seperti gambar 4.26} Gambar 4.26 Perbaikan perhitungan nilai suhu akhir campuran 4.1 4.4 14 I B : ”Ehmm. Salah lagi.” P : ”Kenapa salah?” B : ”Harusnya tu suhunya akhir lebih dari -5 C.” P : ”Lebih dari -5 C itu maksudnya di atas -5 C atau di bawah -5 C?” B : ”Di atas -5 C tapi di bawah 0 C .” 5.2 5.3 15 I B : {responden melakukan perhitungan ulang angka dengan kalkulator} 4.4 74 B : {responden tampak mencoba mengkoreksi dan mencari cara yang mengarah pada jawaban benar } 16 I B : {responden memulai ulang pengerjaan seperti tampak pada gambar 4.27} Gambar 4.27 Perhitungan ulang nilai suhu akhir campuran 3.1 3.2 3.3 3.4 4.1 4.4 II B : ”… Terus dicoba kalau T, tapi hasilnya tu ga logis. Nah berarti 0 C-T. Dicoba gitu tapi juga hasilnya ga logis. Nah terus akhirnya mikirnya ini tu T--5 C, jadi harusnya T+5 C. Terus dicoba dan didapat hasilnya ” 17 I P : ”Sudah? Berapa hasilnya?” B : ”Suhu akhir sistem -1,045 C.” P : ”Sudah yakin dengan jawaban itu?” B : ”Insya Allah yakin.” 5.2 5.4 75 Tabel 4.4. Kategori kognitif responden B B: Responden B P: Peneliti No. Pernyataan Responden Keterangan Proses Kognitif Kategori Kognitif 1 Gambar 4.22 Persamaan asas black - Responden B menuliskan persamaan- persamaan panas dengan mengingat kembali persamaan di memori jangka panjangnya karena menyadari bahwa persamaan ini akan dipakai dalam pengerjaan soal.. Mengingat kembali Mengingat Gambar 4.21 Besaran yang diketahui - Responden B menuliskan simbol yang sesuai untuk besaran-besaran yang diketahui dari soal. Mengenali 2 B : ”Caranya bebas kan?” P : ”Iya, menurutmu bagaimana cara pengerjaannya?” B : ”Jadikan harusnya, kalor yang masuk sama dengan kalor yang keluar. Berarti kalor dari air diserap oleh es karena lebih dingin. {Responden menuliskan persamaan seperti gambar 4.22 }” Gambar 4.22 Persamaan asas black - Responden B mengubah fenomena yang dideskripsikan dalam soal ke bentuk persamaan matematis. Menafsirkan Memahami 76 B: ”Jadi, karena air cuma punya kalor 33600 kal sementara es nya itu buat naikin suhunya harus butuh kalor 612500 kal berarti airnya bakalan membeku ,es nya ga bakalan mencair.” - Responden B menafsirkan arti dari angka hasil perhitungan menjadi kata-kata. B : ”Kan es nya kan ga sampai membeku tapi cuma sampai naik suhunya, berarti cuma . Terus kalau air, dia turun suhunya dari 6 C sampai ke 0 C. Terus abis 0 C itu dia membeku. Terus habis itu suhunya turun lagi karena suhunya sama si es itu belum sama.” B : ”Karena es nya tidak sampai membeku, jadi hanya ada .” Gambar 4.25 Perhitungan nilai suhu akhir campuran - Responden B mengelompokkan persamaan panas , , dan sebagai panas yang dilepas air. Sementara itu, persamaan panas sebagai panas yang diserap air. Mengklasifikasikan B: Jadi, karena air cuma punya kalor 33600 kal sementara es nya itu buat naikin suhunya harus butuh kalor 612500 kal berarti airnya bakalan membeku ,es nya ga bakalan mencair. - Responden B menyimpulkan bahwa es akan mencair. Menyimpulkan B: ”Jadi, karena air cuma punya kalor 33600 kal sementara es nya itu buat naikin suhunya harus butuh kalor 612500 kal berarti airnya bakalan membeku ,es nya ga bakalan mencair.” - Responden B membandingkan dua nilai panas. Membandingkan B : ”Jadikan harusnya, kalor yang masuk sama dengan kalor yang keluar. Berarti kalor dari air diserap oleh es karena lebih dingin ... ” - Responden B menjelaskan konsep kalor bahwa kalor mengalir dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah. Menjelaskan 3 Gambar 4.23 Perhitungan nilai panas perubahan suhu untuk air dan es - Responden B menuliskan persamaan dan melakukan perhitungan yang familiar tanpa perlu modifikasi persamaan. Mengeksekusi Mengaplikasikan 77 B : ”Kan es nya kan ga sampai membeku tapi cuma sampai naik suhunya, berarti cuma . Terus kalau air, dia turun suhunya dari 6 C sampai ke 0 C. Terus abis 0 C itu dia membeku. Terus habis itu suhunya turun lagi karena suhunya sama si es itu belum sama.” B : ”Karena es nya tidak sampai membeku, jadi hanya ada .” Gambar 4.25 Perhitungan nilai suhu akhir campuran - Responden B melakukan prosedur substitusi empat persamaan panas ke persamaan asas black sesuai konteks yang tepat. Mengimplementasikan 4 Gambar 4.23 Perhitungan nilai panas perubahan suhu untuk air dan es Gambar 4.24 Perhitungan panas perubahan wujud air menjadi es - Responden B memilih melakukan perhitungan panas satu per satu seperti gambar 4.23 untuk pertama-tama mengetahui wujud akhir sistem. - Setelah mengetahui wujud akhir sistem, selanjutnya menghitung panas perubahan wujud seperti gambar 4.24. Membedakan Menganalisis 78 Gambar 4.25 Perhitungan nilai suhu akhir campuran - Responden B memadukan empat jenis panas ke persamaan asas black dengan benar. Mengorganisasi 5 B : ”Ehmm. Salah lagi.” P : ”Kenapa salah?” B : ”Harusnya tu suhunya akhir lebih dari -5 C.” P : ”Lebih dari -5 C itu maksudnya di atas -5 C atau di bawah -5 C?” B : ”Di atas -5 C tapi di bawah 0 C .” - Responden B menyadari bahwa hasil suhu akhir yang di dapat tidak masuk akal dengan alasan seharusnya suhu akhir campuran berada di rentang suhu -5 C sampai 0 C. - Responden B menyadari bahwa kesalahan hasil terletak pada tanda positifnegatif ∆T. Memeriksa Mengevaluasi Tahapan Problem Solving dan Proses Kognitif Responden B Tahapan problem solving responden B dapat diidentifikasi mencakup tahap-tahap: 1 fokus pada masalah, 2 deskripsi secara fisika, 3 merencanakan solusi, 4 mengeksekusi rencana, dan 5 mengevaluasi. Beberapa subtahapan problem solving menurut model Minnesota tidak terindentifikasi di tahapan problem solving responden B. Susunan subtahapan problem solving responden B juga ada yang tidak berurutan sesuai model tersebut. Alur tahapan problem solving responden B secara keseluruhan disajikan dalam bentuk flowchart seperti pada gambar 4.28 di akhir pembahasan responden B ini. Responden B mampu berpikir tingkat tinggi high order thinking skills ketika mengerjakan soal. Kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dapat teridentifikasi meliputi kategori menganalisis dan mengevaluasi. Kategori menganalisis yang terlibat meliputi proses kognitif membedakan dan mengorganisasi . Kategori mengevaluasi yang terlibat meliputi proses kognitif memeriksa . Kemampuan berpikir tingkat rendah low order thinking skills responden B juga berhasil teridentifikasi. Kemampuan berpikir tingkat rendah yang dimaksud meliputi kategori mengingat, memahami, dan mengaplikasikan. Kategori mengingat meliputi proses kognitif mengingat kembali dan mengenali. Kategori memahami meliputi proses kognitif menafsirkan, mengklasifikasikan, menyimpulkan , membandingkan, dan menjelaskan. Kategori mengaplikasikan meliputi proses kognitif mengeksekusi dan mengimplementasikan. Responden B membaca soal tanpa bersuara untuk memahami soal. Di awal pengerjaan, responden B tidak menyebutkan dan tidak menggambarkan suatu gambar apapun. Peneliti meminta responden B untuk menceritakan ulang proses berpikirnya ketika memahami soal. Peneliti meminta hal tersebut setelah responden B selesai mengerjakan soal. Kutipan di bawah paragraf ini menunjukkan hal tersebut. Responden B menyebutkan objek yang terlibat yaitu es dan air. Pernyataan ini menunjukkan bahwa responden B melakukan tahapan problem solving kode 1.1 . Kutipan di bawah ini juga menyatakan secara tersirat bahwa responden B memahami soal sebagai peristiwa pencampuran es dan air. Responden B menyebutkan pertanyaan soal yaitu menyelidiki wujud akhir campuran dan suhu akhirnya. Pernyataan ini menunjukkan bahwa responden B melakukan tahapan problem solving kode 1.3. P : ”Ya oke, sekarang saya minta tolong kamu jelasin dari pertama kamu bac a soal terus maksud dari soal menurut mu apa tadi?” B : ”Es nya kan banyak terus airnya dikit, terus disuruh menyelidiki nanti esnya malah mencair atau air nya yang malah membeku. Terus kalau udah gitu, terus suhu akhirnya berapa.” Tahapan problem solving kode 1.2 adalah pembuatan sketsa gambar yang mewakili gambaran mental tersebut, termasuk informasi yang diberikan. Gambar 4.21 di bawah menampilkan tulisan responden B tentang informasi besaran yang diketahui di soal tanpa membuat sketsa gambar. Oleh sebab itu, dapat diidentifikasi bahwa responden B melakukan tahapan problem solving kode 1.2. Proses menuliskan simbol yang sesuai untuk besaran-besaran yang diketahui dari soal termasuk kategori mengingat khususnya proses kognitif mengenali. Responden B memeriksa bahwa besaran massa air dan massa es belum berada pada satuan gram. Pada gambar 4.21, responden B tampak langsung mengkonversi satuan besaran massa yang semula kg menjadi gram. Langkah mengkonversi satuan tersebut termasuk dalam tahapan problem solving kode 4.2 dan 4.3. B:{Responden B menuliskan informasi besaran-besaran yang diketahui dari soal seperti pada gambar 4.21 } Gambar 4.21 Besaran yang diketahui Responden B membaca ulang soal. Responden B memilih persamaan asas black untuk mengerjakan soal. Pemilihan pendekatan seperti ini menunjukkan responden B melakukan tahapan problem solving kode 1.4. Kutipan dan gambar 4.22 di bawah menunjukkan bahwa responden B menuliskan persamaan- persamaan yang akan dipakai untuk mengerjakan soal. Hal ini mengindikasikan bahwa responden B melakukan tahapan problem solving kode 2.4, yaitu menyatakan hubungan matematis dari konsep-konsep dasar. Proses mengubah suatu permasalahan ke dalam persamaan matematik termasuk dalam kategori memahami khususnya proses kogntif menafsirkan. Jadi, dapat dilihat bahwa responden B melalui tahapan problem solving 1 fokus pada masalah kode 1.1, 1.2, 1.3, dan 1,4 walaupun tidak urut dan ada yang dilakukan bersamaan dengan subtahapan problem solving lainnya. Responden B menuliskan persamaan panas seperti pada gambar 4.22 mengartikan bahwa responden B mengambil pengetahuan tentang persamaan panas dari memori jangka panjangnya karena menyadari bahwa pengetahuan ini akan dipakai dalam pengerjaan soal. Proses ini termasuk dalam kategori mengingat khususnya proses kognitif mengingat kembali. Responden B menyebutkan bahwa kalor dari air akan diserap oleh es karena es lebih dingin. Pernyataan ini sesuai dengan teori Surya, 2010: 13. Responden B memahami konsep kalor. Proses tersebut termasuk dalam kategori memahami khususnya proses kognitif menjelaskan. B : ”Caranya bebas kan?” P : ”Iya, menurutmu bagaimana cara pengerjaannya?” B : ”Jadikan harusnya, kalor yang masuk sama dengan kalor yang keluar. Berarti kalor dari air diserap oleh es karena lebih dingin. {Responden menuliskan persamaan seperti gambar 4.22 }” Gambar 4.22 Persamaan asas black Pada gambar 4.22 tampak responden B awalnya menduga bahwa es yang akan melebur. Responden B menuliskan persamaan panas perubahan wujud yaitu di ruas kiri. Ruas kiri dari persamaan adalah untuk es, sementara ruas kanan untuk air. Responden B kembali membaca ulang soal. Responden B melakukan perhitungan panas perubahan suhu untuk air, panas perubahan suhu untuk es, dan pengurangan kedua panas tersebut seperti pada gambar 4.23 di bawah. Responden B melakukan perhitungan ini untuk memastikan apakah es yang berubah wujud atau justru air yang berubah wujud. Responden B tidak menyertakan satuan saat memasukkan angka ke persamaan. Satuan ditulis pada hasil akhir perhitungan. Proses menuliskan persamaan dan melakukan perhitungan seperti gambar 4.23 termasuk dalam kategori mengaplikasikan khususnya proses kognitif mengeksekusi. Proses memasukkan angka ke persamaan dan melakukan perhitungan tanpa perlu memodifikasi persamaan termasuk dalam tugas yang familiar. B : ”Buat mencairkan es kan harus dinaikkan dulu suhu es nya dari -5 C sampai 0 C terus tu dikasih kalor buat melebur ...” B : {responden menulis persamaan seperti pada gambar 4.23} Gambar 4.23 Perhitungan nilai panas perubahan suhu untuk air dan es P : ”33600 kal itu didapat dari?” B : ”Didapat dari m.c.∆T . Tapi ∆T yang air 6 C.” P : ”∆T = 6 C didapat dari mana?” B : ”Selisih suhunya dari 6 C ke 0 C. Soalnya kan nanti eeee ya gitu lah hehehe.” Langkah responden B ketika menuliskan persamaan matematis dari konsep dasar panas perubahan suhu seperti pada gambar 4.23 dapat masuk dalam tahapan problem solving kode 2.4. Ketika responden B menuliskan persamaan dan seperti gambar 4.23, dapat dikatakan bahwa responden B memilih sebuah persamaan baru. Memilih persamaan baru dapat dikategorikan ke dalam tahapan problem solving kode 3.2. Menurut model Minnesota, tahapan problem solving 3 merencanakan solusi yaitu membentuk beberapa persamaan menjadi satu persamaan terkait besaran yang ditanya. Namun, yang terjadi sembari memilih persamaan baru seperti gambar 4.23, responden B langsung memasukan angka dan mengeksekusi perhitungan. Tahapan memasukkan angka dan mengeksekusi perhitungan, menurut model Minnesota masuk dalam tahapan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI problem solving 4 mengeksekusi rencana. Peneliti mengkategorikan langkah seperti gambar 4.23 tersebut ke dalam tahapan problem solving kode 3.2 karena paling mendekati. Langkah responden B menuliskan hubungan matematis dari konsep dasar seperti yang dideskripsikan di atas menunjukkan bahwa responden B melakukan tahapan problem solving 2 deskripsi soal secara fisika walaupun hanya kode 2.4 saja yang teridentifikasi. Dari perhitungan seperti pada gambar 4.23, responden B menyimpulkan bahwa bukan es yang berubah wujud tetapi justru air yang berubah wujud. Pernyataan responden B tersebut ditampilkan pada kutipan di bawah ini. B: ”Jadi, karena air cuma punya kalor 33600 kal sementara es nya itu buat naikin suhunya harus butuh kalor 612500 kal berarti airnya bakalan membeku ,es nya ga bakalan mencair.” Responden B menyebutkan bahwa kalor 33600 kal adalah kalor dari air dan kalor 612500 kal adalah kalor yang dibutuhkan es. Proses menafsirkan arti dari angka hasil perhitungan angka menjadi kata-kata termasuk dalam kategori memahami khususnya proses kognitif menafsirkan. Dugaan awal reponden B yaitu es yang akan mencair ternyata keliru. Proses membandingkan dua nilai panas dan menarik suatu kesimpulan bahwa es tidak akan mencair termasuk dalam kategori memahami khususnya proses kognitif membandingkan dan menyimpulkan. Responden B memperkuat kesimpulan ini dengan melihat perbandingan antara massa es yang jauh lebih besar dari pada air. Dugaan awal responden B bisa saja muncul karena kebanyakan soal-soal yang diberikan guru di kelas lebih sering untuk kasus es yang mencair dan jarang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI sebaliknya. Hal senada juga disebutkan responden B seperti pada kutipan di bawah. B : ”Kalau soal biasanya kan, es terus mencair jadi air tapi kalau kasus soal ini airnya yang membeku. Jadi nanti kalor dari air di lepas ke es. Tapi kan es nya banyak, makanya airnya kalau terus dia membeku.” B : ”Karena es nya banyak jadi kayaknya airnya bakalan membeku. Cuman tu harus dibuktikan dulu.” Selanjutnya, responden B mencari nilai panas pembekuan air seperti tampil pada gambar 4.24. Sama seperti sebelumnya, tahapan ini menunjukkan tahapan problem solving kode 2.4 dan 3.2 Gambar 4.24 Perhitungan panas perubahan wujud air menjadi es Jika diperhatikan kembali gambar 4.23 di awal, responden B melakukan perhitungan panas satu per satu. Responden B pertama-tama mencari kalor yang dilepas air dari 6 C ke 0 C. Kemudian, responden B mencari panas yang dibutuhkan es untuk menaikkan suhu dari -5 C ke 0 C. Dengan membandingkan kedua panas tersebut, responden B dapat mengetahui wujud akhir campuran. Urutan langkah-langkah ini menunjukkan bahwa responden B memecah permasalahan menjadi bagian-bagian atau langkah-langkah kecil. Proses memecah permasalahan menjadi bagian-bagian kecil yang relevan ini termasuk dalam kategori menganalisis khususnya proses kognitif membedakan. Kategori menganalisis termasuk kemampuan tingkat tinggi high order thinking skills Winarti et al, 2015: 66. Kemampuan menganalisis adalah kunci penting agar bisa menyelesaikan soal. Analisis seperti ini akan membuka jalan untuk melakukan langkah-langkah berikutnya. Setelah mengetahui wujud akhir campuran, responden B menggunakan konsep asas black untuk mencari suhu akhir campuran. Pengerjaan responden B menggunakan konsep asas black ditunjukkan pada gambar 4.25. B : ”Terus habis itu pake asas black kan, .” P : ”Yang masuk yang mana?” B : ”Yang masuk yang es terus yang keluar itu yang air.” B : ”Kan es nya kan ga sampai membeku tapi cuma sampai naik suhunya, berarti cuma . Terus kalau air, dia turun suhunya dari 6 C sampai ke 0 C. Terus abis 0 C itu dia membeku. Terus habis itu suhunya turun lagi karena suhunya sama si es itu belum sama.”B: kan es nya kan ga sampai membeku tapi cuma sampai naik suhunya, berarti cuma . Terus kalau air, dia turun suhunya dari 6 C sampai ke 0 C. Terus abis 0 C itu dia membeku. Terus habis itu suhunya turun lagi karena suhunya sama si es itu belum sama. B : ”Karena es nya tidak sampai membeku, jadi hanya ada .” B : {responden tampak kebingungan di bagian } Gambar 4.25 Perhitungan nilai suhu akhir campuran Langkah responden B ini masuk dalam tahapan problem solving kode 3.1 yaitu memilih salah satu persamaan yaitu asas black yang melibatkan besaran yang ditanya yaitu suhu akhir T. Responden B menuliskan persamaan , , , dan . Empat persamaaan ini termasuk persamaan baru karena untuk konteks yang baru juga. Persamaan dan berbeda PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dengan persamaan pada gambar 4.23 sebelumnya, meskipun simbol yang digunakan sama. Perbedaannya terletak pada yang digunakan. Langkah responden menuliskan empat persamaan panas yang baru tersebut masuk dalam tahapan problem solving kode 3.2. Responden B mensubstitusi persamaan panas yang baru tersebut ke persamaan asas black seperti pada gambar 4.25. Langkah ini termasuk dalam tahapan problem solving kode 3.3 yaitu menyelesaikan persamaan dari besaran yang belum diketahui dan mensubstitusikan ke persamaan sebelum. Responden B menurunkan persamaan tersebut sampai didapat besaran yang ditanya yaitu suhu akhir campuran T. Langkah ini masuk dalam tahapan problem solving kode 3.4. Gambar 4.25 menunjukkan bahwa responden B melakukan tahapan problem solving 3 merencanakan solusi kode 3.1, 3.2, 3.3, dan 3.2 walaupun disertai dengan tahapan problem solving 4 mengeksekusi rencana Gambar 4.25 memperlihatkan bahwa responden B juga memasukkan nilai dari masing-masing besaran. Langkah ini mencerminkan tahapan problem solving kode 4.1. Responden B menghitung nilai-nilai tersebut dan mendapatkan hasil suhu akhir . Langkah menghitung ini masuk tahapan problem solving kode 4.4. Gambar 4.25 sekaligus menunjukkan bahwa responden B melakukan tahapan problem solving 4 mengeksekusi rencana kode 4.1 dan 4.4. Kode 4.2 dan 4.3 sudah dilakukan di awal pengerjaan saat menuliskan konversi besaran. Langkah pengerjaan seperti gambar 4.25 menunjukkan bahwa responden B memilih dan menggunakan sebuah prosedur untuk menyelesaikan tugas yang tidak familiar. Persamaan asas black adalah persamaan yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI berlaku umum. Namun, jenis persamaan panas apa saja yang terlibat dan bagaimana letak substitusinya ke dalam persamaan asas black tergantung dari konteks soal. Permasalahan asas black yang digunakan untuk mengerjakan soal ini termasuk dalam kategori soal yang tidak familiar. Alasannya adalah karena konteks soal bersifat khusus yaitu air yang membeku. Responden B melakukan langkah ini dengan benar artinya responden B melakukan proses kognitif dalam kategori mengaplikasikan khususnya proses kognitif mengimplementasikan. Gambar 4.25 menunjukkan bahwa responden B mengidentifikasi empat persamaan panas yang terlibat dan mengetahui bagaimana empat persamaan panas itu dipadukan membentuk sebuah struktur yang saling terkait lewat persamaan asas black. Proses responden B memadukan empat persamaan panas ke persamaan asas black termasuk kategori menganalisis untuk proses kognitif mengorganisasi. Kategori ini masuk dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi Higher Order Thinking Skills Winarti et al, 2015: 66. Proses substitusi persamaan-persamaan panas ke ruas persamaan asas black yang sesuai juga dapat dimasukkan ke dalam kategori memahami khususnya proses kognitif mengklasifikasikan . Untuk bisa melakukan substitusi ke persamaan asas black dengan benar diperlukan pemahaman konsep tentang panas yang masuk dan panas yang keluar sehingga tidak salah ruas. Maka tampak bahwa pemahaman konsep yang baik menunjang kemampuan menganalisis. Kutipan di bawah menunjukkan bahwa responden B menyadari hasil yang didapat pada gambar 4.25 di atas tadi bukanlah jawaban yang benar. Responden B tidak langsung menyebutkan alasannya. Langkah responden B memeriksa bahwa jawabannya belum masuk akal menunjukkan tahapan problem solving kode 5.2 B : ”Bukan ini jawabannya.” P : ”Gimana? Ada yang keliru?” Responden B memeriksa ulang penyelesaian yang dibuat. Langkah ini menunjukkan tahapan problem solving kode 5.3. Responden B menyadari bahwa letak kesalahnya terjadi pada tanda positfnegatif ∆T. B : {responden tampak memeriksa ulang perhitungan dengan kalkulator} B : ”Kayaknya ini harusnya -T {sambil menunjuk variabel T pada ruas }.” P : ”Kenapa negatif?” B : ”Karena 0 - T.” Responden B melakukan perhitungan ulang seperti gambar 4.26. Langkah ini mengulang tahapan problem solving kode 4.1 dan 4.4. Setelah memperoleh hasil perhitungan, responden B kembali menganggap jawaban tersebut masih salah. Langkah ini adalah pengulangan tahapan problem solving kode 5.2. Responden B beralasan bahwa seharusnya suhu akhir campuran berada di antara - 5 C sampai 0 C. B : {responden melakukan perhitungan ulang setelah mengganti varial T pada ruas menjadi –T. Tampak seperti gambar 4.26} Gambar 4.26 Perbaikan perhitungan nilai suhu akhir campuran B : ”Ehmm. Salah lagi.” P : ”Kenapa salah?” B : ”Harusnya tu suhunya akhir lebih dari -5 C.” P : ”Lebih dari -5 C itu maksudnya di atas -5 C atau di bawah -5 C?” B : ”Di atas -5 C tapi di bawah 0 C .” Responden B menyadari bahwa letak kesalahan terjadi pada tanda positifnegatif ∆T. Responden B menyadari adanya kesalahan dan tahu alasan hal tersebut dikatakan salah. Kemampuan seperti ini termasuk kemampuan kognitif kategori mengevaluasi khususnya proses kognitif memeriksa. Kemampuan kognitif kategori mengevaluasi juga termasuk kemampuan berpikir tingkat tinggi high order thinking skills Winarti et al, 2015: 66. Kriteria dan standar yang digunakan responden B yaitu bahwa nilai suhu akhir seharusnya berkisar di atas -5 C tetapi di bawah 0 C. Responden B kembali melakukan perhitungan ulang mulai dari persamaan asas black. Responden B mengubah tanda positif dan negatif seperti pada gambar 4.27 di bawah. Langkah ini kembali mengulangi tahapan problem solving kode 3.1, 3.2, 3.3, 3.4, 4.1, dan 4.4. Hasil akhir yang didapat yakni . Responden B menyakini bahwa jawaban ini sudah benar dan masuk akal. Bagian ini menunjukkan tahapan problem solving kode 5.4. Langkah memeriksa ulang untuk meninjau letak kesalahan pengerjaan menunjukkan bahwa responden B melalui tahapan problem solving 5 mengevaluasi jawaban khususnya kode 5.2, 5.3, dan 5.4. B : {responden memulai ulang pengerjaan seperti tampak pada gambar 4.27 } Gambar 4.27 Perhitungan ulang nilai suhu akhir campuran PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI P : ”Sudah? Berapa hasilnya?” B : ”Suhu akhir sistem -1,045 C.” P : ”Sudah yakin dengan jawaban itu?” B : ”Insya Allah yakin.” Kelemahan utama responden B sama dengan yang dialami oleh responden A yaitu kebingungan dalam pengoperasian tanda positifnegatif ∆T. Kendala inilah yang membuat responden B sering mengulangi pekerjaannya sehingga tidak efisien. Responden B melakukan langkah coba-coba trial and error untuk bisa mendapatkan jawaban yang benar. Berikut pernyataan responden B tentang hal tersebut. B : ”… Terus dicoba kalau T, tapi hasilnya tu ga logis. Nah berarti 0 C- T. Dicoba gitu tapi juga hasilnya ga logis. Nah terus akhirnya mikirnya ini tu T--5 C, jadi harusnya T+5 C. Terus dicoba dan didapat hasilnya ” Gambar 4.28 di halaman selanjutnya adalah flowchart tahapan problem solving yang ditempuh responden B saat menyelesaikan soal. Peneliti menemukan bahwa terdapat beberapa tahapan problem solving model Minnesota yang bisa teridentifikasi pada tahapan problem solving milik responden B. Namun demikian, urutan tahapan problem solving responden B tersebut tidak tertib sesuai model Minnesota. Beberapa subtahapan problem solving model Minnesota tidak ditemukan pada tahapan problem solving responden B. Terdapat proses pengulangan subtahapan. Terdapat pula subtahapan problem solving seperti misalnya mengeksekusi rencana yang diapit sub tahapan lain yaitu fokus pada masalah. Jika mengacu model Minnesota, urutan seharusnya tidak demikian. Gambar 4.28 Flowchart tahapan problem solving responden B PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93 3. Responden C Tabel 4.5. Coding tahapan problem solving responden C C: Responden C P: Peneliti No. Pernyataan Gambar Pengerjaan Responden Kode Tahapan Problem Solving 1 I C : {responden membaca soal tanpa bersuara dan menuliskan besaran-besaran yang diketahui seperti pada gambar 4.29 } Gambar 4.29 Besaran yang diketahui 1.2 2 I C : ”Nah sedangkan di sini kita ga tau, dia berubah wujud, wujudnya apa. Ya wujudnya ada ya, es sama air tapi nanti campurannya kita ga tau.” P : ”Nah itu adalah pertanyaan yang pertama. bagaimana itu diselidiki?” C : ”{responden membaca ulang pertanyaan} Selidiki wujud akhir dari es dan air pada keadaan akhir sistem.” 1.3 3 I C : ”Berarti kalau mau diselidikinya dengan mencari suhu akhir campurannya.” C : {responden terdiam sejenak dan tampak berpikir cara mencari suhu akhir campuran} 1.4 4 II C : ”Nah tapi yang saya pikir itu saya harus lihat dulu suhu akhirnya berapa sehingga nanti kan dari suhunya, saya bisa menyimpulkan wujud akhir dari es dan air itu bagaimana.” 94 5 II P : ”Kalau didapat suhunya tidak minus, kesimpulannya apa? Terus kalau didapat suhunya minus kesimpulannya apa?” C : ”Kalau didapat suhunya minus berarti campurannya itu nanti jadi wujudnya padat. Kalau ga minus berarti wujudnya akhirnya air.” P : ”Berarti es menjadi air?” C : ”Iya.” P : ”Kalau yang minus?” C : ”Air yang menjadi es.” 6 I C : {responden menulis persamaan seperti gambar 4.30 untuk membentuk persamaan suhu akhir campuran } C : ”Ini ya kita cari dulu suhu akhirnya ya.” Gambar 4.30 Pembentukan rumus untuk mencari suhu akhir 2.4 3.1 3.2 3.3 3.4 II C : ”Saya menggunakan persamaan Q serap nya ini. Soalnya kan tadi dalam proses perubahan, berarti ada eeeeeee istilahnya dalam proses perubahan itu kan membutuhkan panas. Jadi, karena masih ada pengaruh panas maka ada juga pengaruh perubahan suhuya. Maka saya gunakan persamaan panasnya itu massa es dikali panas jenisnya dikali perubahan suhunya.” C : ”Saya menggunakan persamaan asas black di mana besarnya kalor yang diserap sama dengan kalor yang diterima. Nah berarti yang menerima kalor itu adalah es kemudian yang melepas itu air nya.” 95 7 I C : ”Nah berarti sekarang kita baru masukkan angka-angkanya.” C :{responden memasukkan angka-angka pada persamaan T akhir yang telah dibentuk seperti tampak pada gambar 4.31} C : ”Biar gampang kita ubah satuannya jadi gram semua.” C : {responden mengkonversi satuan massa es dan air saat memasukkan angka ke persamaan pada gambar 4.31 } C : ”Berarti dari sini suhunya minus malah. Jangan-jangan suhu akhirnya lebih minus lagi dari ini {sambil menunjuk besaran }.” P : ”Dapatnya minus berapa?” C : ”Suhunya -4,69 C.” Gambar 4.31 Eksekusi persamaan suhu akhir 4.1 4.2 4.3 4.4 8 II P : ”Tadi ada disinggung perubahan wujud juga ya?” C : ”{responden tampak bingung}yang tadi awalnya ya? Awalnya ya ada, tapi itu yang saya masih bingung itu dipake di mana. Tapi yang saya pikirkan dulu , saya harus mencari suhu akhirnya. Q lepasnya sama juga massa airnya kalikan dengan panas jenis air kali perubahan suhunya. Akhirnya diselesaikan secara matematis maka suhu akhir campuran es dan air didapat -4,69 C. Berarti kalau misalnya kita lihat dengan teorinya pada saat 0 C ke atas itu wujudnya air dan pada saat 0 C ke bawah itu wujudnya padat.” 9 II C : ”Nah tapi kan di situ terjadi perubahan wujud. Ada yang kurang di persamaan ini kalau menurut saya.{responden baru menyadari bahwa ada besaran yang kurang dalam persamaan }” 5.2 10 II P : ”Kurangnya di mana?” C : ”Ditambah di sini {menunjuk ruas Q serap} dengan panas yang dibutuhkan untuk berubah wujud.” 5.3 11 II P : ”Yang berubah wujud siapa?” C : ”Airnya yang berubah wujud menjadi es.” P : ”Kok tau? Kenapa ga es yang berubah jadi air?” C : ”Saya tau dari suhu akhir campurannya minus.” 12 II P : ”Padahal tadi katanya dipersamaan asas black ada sesuatu yang kurang.” C : ”Ya.” 96 P : ”Tapi kok bisa menyakini hasil T=-4,69 C ini tetap dipakai untuk menarik kesimpulan?” C : ”Oh iya ya hahaha.” P : ”Terus gimana?” 13 II C : ”Berarti kita harus berpikir lebih awal siapa yang berubah wujud itu. Kalau sudah tau siapa yang berubah wujud, nanti ditambahkan berapa kalor yang dibutuhkan untuk merubah wujud.” P : ”Gimana itu dijalankan?” C : ”Eee….{responden diam sejenak untuk berpikir mencari solusinya}.” Tabel 4.6. Kategori kognitif responden C C: Responden C P: Peneliti No. Pernyataan Responden Keterangan Proses Kognitif Kategori Kognitif 1 Gambar 4.32 Persamaan umum tentang panas perubahan suhu - Responden C menuliskan persamaan- persamaan panas dengan benar. Mengingat kembali Mengingat Gambar 4.29 Besaran yang diketahui - Responden C menuliskan simbol yang sesuai untuk besaran-besaran yang diketahui dari soal. Mengenali 97 2 Gambar 4.32 Persamaan umum tentang panas perubahan suhu C : ”Saya menggunakan persamaan asas black di mana besarnya kalor yang diserap sama dengan kalor yang diterima. Nah berarti yang menerima kalor itu adalah es kemudian yang melepas itu air nya.” - Responden C mengelompokkan persamaan panas sebagai panas yang dilepas air. Sementara itu, persamaan panas sebagai panas yang diserap es. Mengklasifikasikan Memahami C : ”... Akhirnya diselesaikan secara matematis maka suhu akhir campuran es dan air didapat -4,69 C. Berarti kalau misalnya kita lihat dengan teorinya pada saat 0 C ke atas itu wujudnya air dan pada saat C ke bawah itu wujudnya padat.” - Responden C menyimpulkan bahwa wujud akhir campuran adalah beku. Menyimpulkan P : ”Kalau didapat suhunya tidak minus, kesimpulannya apa? Terus kalau didapat suhunya minus kesimpulannya apa?” C : ”Kalau didapat suhunya minus berarti campurannya itu nanti jadi wujudnya padat. Kalau ga minus berarti wujudnya akhirnya air.” P : ”Berarti es menjadi air?” C : ”Iya.” P : ”Kalau yang minus?” C : ”Air yang menjadi es.” - Responden C menjelaskankan jika suhu akhir campuran bernilai negatif -, maka wujud akhir campuran adalah padat.Jika suhu akhir campuran bernilai tidak negatif, maka wujud akhirnya adalah air. Menjelaskan C : ”Saya menggunakan persamaan asas black di mana besarnya kalor yang diserap sama dengan kalor yang diterima. Nah berarti yang menerima kalor itu adalah es kemudian yang mele pas itu air nya.” - Responden C menjelaskan bahwa panas berpindah dari air ke es 3 Gambar 4.32 Persamaan umum tentang panas perubahan suhu - Responden C memaksa mengunakan persamaan panas yang familiar ke persamaan asas black untuk menjawab soal yang tidak familiar. Mengeksekusi Mengaplikasikan Tahapan Problem Solving dan Proses Kognitif Responden C Tahapan problem solving responden C dapat diidentifikasi mencakup tahap-tahap: 1 fokus pada masalah, 2 deskripsi secara fisika, 3 merencanakan solusi, 4 mengeksekusi rencana, dan 5 mengevaluasi. Beberapa subtahapan problem solving menurut model Minnesota tidak terindentifikasi di tahapan problem solving responden C. Khusus tahapan problem solving 3 merencanakan dan 4 mengeksekusi rencana, responden C melakukan subtahapan tersebut sesuai dengan urutan yang dideskripsikan pada model Minnesota. Alur tahapan problem solving responden C secara keseluruhan disajikan dalam bentuk flowchart seperti pada gambar 4.33 di akhir pembahasan responden C ini. Responden C hanya bisa sebatas melibatkan kemampuan berpikir tingkat rendah low order thinking skills saat mengerjakan soal penelitian ini. Kategori kognitif paling tinggi yang dapat teridentifikasi adalah mengaplikasikan khususnya proses kognitif mengeksekusi. Kategori kognitif lainnya yang teridentifikasi yakni mengingat dan memahami. Kategori mengingat meliputi proses kognitif mengingat kembali dan mengenali. Kategori memahami meliputi proses kognitif mengklasifikasikan, menyimpulkan, dan menjelaskan. Responden C membaca soal tanpa bersuara untuk memahami soal. Responden C tidak menyebutkan dan tidak menggambarkan suatu sketsa apapun. Responden C menuliskan langsung informasi besaran-besaran yang diketahui dari soal disertai dengan simbol-simbolnya. Langkah ini dapat diidentifikasi ke dalam tahapan problem solving kode 1.2. Proses menuliskan simbol yang sesuai untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI besaran-besaran yang diketahui dari soal termasuk dalam kategori mengingat khususnya proses kognitif mengenali. C : {responden membaca soal tanpa bersuara dan menuliskan besaran- besaran yang diketahui seperti pada gambar 4.29 } Gambar 4.29 Besaran yang diketahui Responden C tampak bingung karena wujud akhir sistem tidak diketahui. Responden C membaca ulang pertanyaan. Responden C baru menyadari bahwa soal justru menghendaki untuk menyelidiki wujud akhir dari es dan air pada keadaan akhir sistem. Langkah responden C menyatakan pertanyaan soal masuk dalam tahapan problem solving kode 1.3. C : ”Nah sedangkan di sini kita ga tau, dia berubah wujud, wujudnya apa. Ya wujudnya ada ya, es sama air tapi nanti campurannya kita ga tau.” P : ”Nah itu adalah pertanyaan yang pertama. bagaimana itu diselidiki?” C : ”{responden membaca ulang pertanyaan} Selidiki wujud akhir dari es dan air pada keadaan akhir sistem.” Responden C menyatakan bahwa untuk menyelidiki wujud akhir sistem, harus dicari terlebih dulu suhu akhir campuran. Langkah responden C memilih pendekatan dengan mencari suhu akhir campuran ini termasuk tahapan problem solving kode 1.4. Maka tampak bahwa tahapan problem solving 1 fokus pada masalah dapat teridentifikasi khususnya untuk kode 1.2, 1.3, dan 1.4. C : ”Berarti kalau mau diselidikinya dengan mencari suhu akhir campurannya.” C : {responden terdiam sejenak dan tampak berpikir cara mencari suhu akhir campuran } PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI C : ”Nah tapi yang saya pikir itu saya harus lihat dulu suhu akhirnya berapa sehingga nanti kan dari suhunya, saya bisa menyimpulkan wujud akhir dari es dan air itu bagaimana.” Responden C menyebutkan jika suhu akhir campuran bernilai negatif -, maka wujud akhir campuran adalah padat. Jika suhu akhir campuran bernilai tidak negatif, maka wujud akhirnya adalah air. Pernyataan ini sudah benar. Responden C tampak memahami syarat suatu benda dikatakan berwujud beku atau cair. Proses ini menunjukkan kategori kognitif memahami khususnya proses kognitif menjelaskan . P : ”Kalau didapat suhunya tidak minus, kesimpulannya apa? Terus kalau didapat suhunya minus kesimpulannya apa?” C : ”Kalau didapat suhunya minus berarti campurannya itu nanti jadi wujudnya padat. Kalau ga minus berarti wujudnya akhirnya air.” P : ”Berarti es menjadi air?” C : ”Iya.” P : ”Kalau yang minus?” C : ”Air yang menjadi es.” Responden C menggunakan persamaan asas black seperti pada gambar 4.30 di bawah untuk mencari nilai suhu akhir campuran. Langkah responden C menyatakan hubungan matematis dari konsep-konsep dasar dengan persamaan asas black dapat dikategorikan ke tahapan problem solving kode 2.4. Persamaan asas black dipilih karena dengan ini dapat melibatkan besaran yang ditanya yaitu suhu akhir campuran . Langkah ini juga termasuk tahapan problem solving kode 3.1. Responden C memilih persamaan baru yaitu untuk disubstitusikan pada ruas kiri dari persamaan asas black, sementara persamaan baru yaitu untuk ruas kanan. Langkah memilih dan mensubstitusikan persamaan baru ini masuk dalam tahapan problem solving kode PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3.2 dan kode 3.3. Selanjutnya responden C menurunkan persamaan tersebut sampai diperoleh satu persamaan tunggal yang tidak lain adalah persamaan untuk mengetahui besaran suhu akhir yang ditanya. Langkah ini masuk dalam tahapan problem solving kode 3.4. Maka tahapan problem solving 3 merencanakan solusi yang responden C lakukan dapat teridentifikasi. Sementara itu, tahapan problem solving 2 deskripsi secara fisika yang dapat teridentifikasi hanya untuk kode 2.4. Langkah responden menurunkan persamaan suhu akhir campuran disajikan pada gambar 4.30 di bawah ini. C : {responden menulis persamaan seperti gambar 4.30 untuk membentuk persamaan suhu akhir campuran } C : ”Ini ya kita cari dulu suhu akhirnya ya.” Gambar 4.30 Penentuan rumus untuk mencari suhu akhir Responden memilih persamaan dan persamaan karena peristiwanya melibatkan proses perubahan suhu. Proses menuliskan persamaan panas perubahan suhu dengan benar termasuk kategori mengingat khususnya proses kognitif mengingat kembali. Substitusi persamaan ke ruas kiri dan persamaan ke ruas kanan dilandasi alasan bahwa es menerima panas sementara air PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI yang melepas panas. Proses responden C menjelaskan bahwa es yang menerima panas dan air yang melepas panas, menunjukkan bahwa responden memahami konsep panas. Pernyataan ini sesuai dengan teori Surya, 2010: 13. Proses ini masuk kategori memahami khususnya proses kognitif menjelaskan. Proses ketika responden C melakukan substitusi persamaan ke ruas kiri maupun kanan seperti pada gambar 4.30, menunjukkan kategori memahami khususnya proses kognitif mengklasifikasikan C : ”Saya menggunakan persamaan Q serap nya ini. Soalnya kan tadi dalam proses perubahan, berarti ada eeeeeee istilahnya dalam proses perubahan itu kan membutuhkan panas. Jadi, karena masih ada pengaruh panas maka ada juga pengaruh perubahan suhuya. Maka saya gunakan persamaan panasnya itu massa es dikali panas jenisnya dikali perubahan suhunya.” C : ”Saya menggunakan persamaan asas black di mana besarnya kalor yang diserap sama dengan kalor yang diterima. Nah berarti yang menerima kalo r itu adalah es kemudian yang melepas itu air nya.” Selanjutnya, responden C memasukkan nilai dan satuan setiap besaran ke persamaan yang telah dibentuk. Langkah ini termasuk tahapan problem solving kode 4.1. Responden C melihat bahwa satuan untuk besaran massa es dan air belum berada dalam satuan gram. Responden C kemudian mengubah satuan besaran tersebut. Langkah memeriksa satuan yang belum sesuai dan mengubahnya termasuk dalam tahapan problem solving kode 4.2 dan 4.3. Responden C menghitung nilai besaran yang ditanya dengan menggabungkan angka dan satuannya. Langkah ini masuk tahapan problem solving kode 4.4. Maka tahapan problem solving 4 mengeksekusi rencana dapat teridentifikasi khususnya kode 4.1, 4.2, 4.3, dan 4.4. Nilai suhu akhir campuran yang diperoleh adalah seperti tampil pada gambar 4.31 di bawah. C : ”Nah berarti sekarang kita baru masukkan angka-angkanya.” C :{responden memasukkan angka-angka pada persamaan T akhir yang telah dibentuk seperti tampak pada gambar 4.31} C : ”Biar gampang kita ubah satuannya jadi gram semua.” C : {responden mengkonversi satuan massa es dan air saat memasukkan angka ke persamaan pada gambar 4.31 } C : ”Berarti dari sini suhunya minus malah. Jangan-jangan suhu akhirnya lebih minus lagi dari ini {sambil menunjuk besaran }.” P : ”Dapatnya minus berapa?” C : ”Suhunya -4,69 C.” Gambar 4.31 Eksekusi persamaan suhu akhir Oleh karena didapat nilai jawabannya adalah minus, maka responden C menyimpulkan bahwa wujud akhir campuran adalah beku. Proses menarik kesimpulan ini termasuk dalam kategori memahami khususnya proses kognitif menyimpulkan . Namun, menurut kunci jawaban yang telah dibuat, jawaban suhu akhir yang diperoleh responden C adalah salah. Peneliti mencoba meminta pertanggungjawaban atas jawaban tersebut. Ketika ditanya tentang peristiwa perubahan wujudnya, responden C kebingungan. P : ”Tadi ada disinggung perubahan wujud juga ya?” C : ”{responden tampak bingung}yang tadi awalnya ya? Awalnya ya ada, tapi itu yang saya masih bingung itu dipake di mana. Tapi yang saya pikirkan dulu , saya harus mencari suhu akhirnya. Q lepasnya sama juga massa airnya kalikan dengan panas jenis air kali perubahan suhunya. Akhirnya diselesaikan secara matematis maka suhu akhir campuran es dan air didapat -4,69 C. Berarti kalau misalnya kita lihat dengan teorinya pada saat 0 C ke atas itu wujudnya air dan pada saat 0 C ke bawah itu wujudnya padat.” PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Responden C menyadari bahwa seharusnya ada persitiwa perubahan wujud. Responden C menyadari bahwa jawaban yang diperoleh tidak masuk akal. Pada persamaan asas black seharusnya diikutsertakan panas perubahan wujud. Langkah responden ketika memeriksa jawaban yang tidak masuk akal ini termasuk tahapan problem solving kode 5.2. Ketika ditanya letak persamaan panas perubahan wujud, responden C menjawab bahwa letaknya adalah diruas . Responden C tampak memeriksa ulang pengerjaanya. Langkah ini masuk ke tahapan problem solving kode 5.3. Maka tahapan problem solving 5 mengevalusi yang dapat teridentifikasi hanya untuk kode 5.2 dan 5.3. C : ”Nah tapi kan di situ terjadi perubahan wujud. Ada yang kurang di persamaan ini kalau menurut saya.{responden baru menyadari bahwa ada besaran yang kurang dalam persamaan }” P : ”Kurangnya di mana?” C : ”Ditambah di sini {menunjuk ruas Q serap} dengan panas yang dibutuhkan untuk berubah wujud.” Ketika ditanya objek yang berubah wujud, responden C menjawab air yang berubah jadi es. Jawaban ini disimpulkan berdasarkan perolehan nilai suhu akhir yang dikerjakan tadi. Padahal langkah yang ditempuh untuk mendapatkan nilai suhu akhir tersebut sudah salah. Responden C kebingungan ketika peneliti meminta konfirmasi atas pernyataan tersebut. P : ”Yang berubah wujud siapa?” C : ”Airnya yang berubah wujud menjadi es.” P : ”Kok tau? Kenapa ga es yang berubah jadi air?” C : ”Saya tau dari suhu akhir campurannya minus.” P : ”Padahal tadi katanya dipersamaan asas black ada sesuatu yang kurang.” C : ”Ya.” P : ”Tapi kok bisa menyakini hasil T=-4,69 C ini tetap dipakai untuk menarik kesimpulan?” C : ”Oh iya ya hahaha.” P : ”Terus gimana?” Setelah berpikir panjang, akhirnya responden menyadari bahwa seharusnya dicari terlebih dahulu wujud akhir campuran. Namun ketika ditanya bagaimana cara mencarinya, responden C tidak bisa menjelaskan. C : ”Berarti kita harus berpikir lebih awal siapa yang berubah wujud itu. Kalau sudah tau siapa yang berubah wujud, nanti ditambahkan berapa kalor yang dibutuhkan untuk merubah wujud.” P : ”Gimana itu dijalankan?” C : ”Eee….{responden diam sejenak untuk berpikir mencari solusinya}.” Responden C tidak bisa memperoleh jawaban yang benar. Penyebabnya adalah ketidakmampuan berpikir analitis . Responden C tidak mampu sampai berpikir bahwa pertama-tama yang harus diselidiki adalah wujud akhir campuran kemudian bisa didapatkan suhu akhirnya. Responden C justru mencari suhu akhirnya terlebih dahulu. Responden juga tidak tahu cara menyelidiki wujud akhir campuran. Gambar 4.30 menunjukkan bahwa responden C mengabaikan persamaan panas perubahan wujud. Responden C hanya melibatkan panas perubahan suhu. Jika mengetahui wujud akhir campuran terlebih dahulu, maka dapat mensubtitusikan persamaan panas yang benar ke persamaan asas black. Jika diamati, bentuk persamaan yang ditulis responden serupa dengan persamaan . Bentuk persamaan ini familiar. Bentuk persamaan seperti ini hanya berlaku untuk konteks soal yang tidak melibatkan perubahan wujud. Soal yang penyelesaiannya menggunakan bentuk persamaan ini sangat familiar dijumpai dalam pembelajaran di kelas. Sementara, soal dalam penelitian ini termasuk soal yang melibatkan proses perubahan wujud. Soal yang digunakan dalam penelitian ini termasuk soal yang tidak familiar. Ketika responden C menggunakan bentuk persamaan untuk menyelesaikan soal dalam penelitian ini, maka hasil yang didapat pasti salah. Responden C terkesan memaksakan persamaan itu untuk menyelesaikan soal ini. Kebiasaan seperti ini oleh banyak peneliti disebut dengan strategi pattern-matching Heller dan Kenneth, 2010: 18; Sabella dan Edward, 2007: 1019. Proses kognitif yang terlibat saat melakukan strategi pattern-matching hanya sebatas pada kategori mengaplikasikan khususnya proses kognitif mengeksekusi. Kategori kognitif ini tergolong kemampuan berpikir tingkat rendah low order thinking skills Winarti et al, 2015: 66. Urutan tahapan problem solving responden C khususnya pada tahapan 3 merencanakan solusi dan 4 mengeksekusi rencana sudah persis sama dengan model Minnesota. Namun, dari uraian di atas menunjukkan bahwa walaupun urutan tahapan problem solving sesuai dengan model, responden C tetap tidak bisa mendapatkan jawaban yang benar. Hal ini memberikan informasi bahwa proses problem solving harus ditunjang dengan kemampuan kognitif tingkat tinggi, dalam hal ini menganalisis. Gambar 4.33 di halaman selanjutnya adalah flowchart tahapan problem solving yang ditempuh responden C saat menyelesaikan soal. Beberapa tahapan problem solving model Minnesota bisa teridentifikasi pada tahapan problem solving milik responden C. Urutan tahapan problem solving 3 merencanakan solusi dan 4 mengeksekusi rencana, sudah sesuai dengan model. Namun responden C tidak berhasil menemukan jawaban yang benar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Gambar 4.33 Flowchart tahapan problem solving responden C PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108

4. Responden D

Tabel 4.7. Coding tahapan problem solving responden D D: Responden D P: Peneliti No. Pernyataan Gambar Pengerjaan Responden Kode Tahapan Problem Solving 1 I D : {responden membaca soal} D :{responden menulis besaran-besaran yang diketahui dari soal seperti pada gambar 4.34 } D : ”Berarti diketahui massa es nya itu 245kg, ya tho. Dengan T awalnya itu -5 C. Terus kemudian dicampur dengan air. Berarti massa air itu 5,6 kg. Suhu awal air nya itu 6 C,T airnya.” D : ”Nah, sedangkan diketahui panas jenis air, berarti , sedangkan dan panas laten, panas laten itu L ya kalau ga salah hehehe. Aku lupa hehehe . Kayaknya sih iya .” Gambar 4.34 Besaran yang diketahui 1.1 1.2 2 I D : ”Dah tho, terus selidikilah wujud akhir dari es dan air pada keadaan akhir sistem. Selidikilah wujud akhir, berarti yang ditanya pertama itu, {sambil menulis seperti pada gambar 4.35 } Wujud akhir dari es dan air. Terus berapa suhu akhir sistem?” Gambar 4.35 Pertanyaan soal 1.3 109 3 I D : ”Nah terus gimana ngerjainnya?” D : ”Aku lupa e hehehe. Kalau ga salah sih gini, itu kan kita tahu kalor yang dibutuhkan itu kan tapi ini kan suhu campuran haduh… {sambil menuliskan persamaan seperti tampak pada gambar 4.36 }.” Gambar 4.36 Persamaan panas perubahan suhu 1.4 2.4 4 I D : ”Sek bentar. Peristiwa pertama, itu kan aku punya es. , ya ga sih rumusnya itu tu? Ini kesetimbangan termal tho?” P : ”Menurut mu bagaimana?” D : ”Soalnya itu dia, berapa suhu akhir. Berarti sebenarnya yang mau dicari itu kesetimbangan termal dia. Jadi suhu akhir ketika es dicampur sama air itu berapa?” P : ”Terus?” D : ”Ya kalau kesetimbangan termal sih setau ku , kayaknya sih gitu.” 5 I D : ”{responden membaca ulang pertanyaan soal} Berapa suhu akhir.” 6 I D : {responden menulis persamaan seperti gambar 4.37} D : ”Berarti . Ehmmmm…. Lah , gimana dong? Ini massa es nya 245, berarti pake rho es. Rho es itu kan 0,5. nya….. Ooo nya itu berarti T awal, apa tadi. T awal es nya itu tadi -5. Oh di sini -5. Heh salah salah salah, tho sama dengan di sini massa nya 5,6 di kali rho air nya 1, nya . Berarti di sini 245 kali 0,5 kali sama dengan 5,6 kali 1 kali, nya ga tau, , nya berapa tadi, T air nya 6.” D : ”Itu berarti 245 di kali 0,5. 122,5 berarti 5,6 . Kayaknya sih gini. Berarti, 122,5 ditambah 61,25 sama dengan 5,6 min 33,6. Berarti, 122,5 ditambah 5,6 sama dengan -33,6 -61,25. Hah? Kok minus? 128,1 sama dengan -94,85. .” Gambar 4.37 Perhitungan suhu akhir campuran 3.2 3.4 4.1 4.4 7 I D : ”Loh? Kok ? haduhh.” 5.2 110 8 I P : ”Gimana? Salahnya di mana?” D : ”Sek…sek.. kalau suhu akhir, berarti tu kan massa 1 ditambah massa 2. Berarti itu harusnya karna kan tadi dicampur. Berapa suhu akhir dari es dan air?” 9 I D : ”Ehmmm…. Sek tak baca soalnya lagi. {re sponden membaca ulang soal}” D : ”Sebongkah es massanya sekian, dia punya suhu minus sekian, terus es nya itu kan dicampur sama air. Air nya itu massa nya sekian, berartikan . Suhunya tu sekian. Jika airnya segitu, terus panas jenisnya segitu, panas latennya segitu. Nah selidikilah wujud akhir.” 10 I D : ”Berarti aku punya tak tambah sama . Sek…sek…rho itu panas jenis apa apa massa jenis ya? Ya bener panas jenis. Berarti aku punya , aku juga punya , lalu . Gimana tho? Haduuuhh… sek, aku bingung beneran ini ni.” 11 I P : ”Gimana sudah puas dengan pemahaman soalnya?” D : ”Belum belum belum. Ada yang kurang kayaknya.” 12 I D : ”Eeee… tapi kan harusnya massa nya itu dijumlahkan. Bener kok tapi masak iya sih suhu akhirnya ? Ehm…. Terus itu kan ada panas laten, lah terus buat apa?” 13 I P : ”Alur kejadiannya gimana sih itu seharusnya?” D : ”Panas laten itu kan, kalau ketika dia berubah wujud itu dia tidak mengalami perubahan suhu makanya itu tu disebut panas latennya. Terus buat apa dong? Aku lupa a.” 111 Tabel.4.8. Kategori kognitif responden D D: responden D P: peneliti No. Pernyataan Responden Keterangan Proses Kognitif Kategori Kognitif 1 Gambar 4.36 Persamaan panas perubahan suhu - Responden D menuliskan persamaan-persamaan panas dengan benar. Mengingat kembali Mengingat Gambar 4.34 Besaran yang diketahui - Responden D menuliskan simbol yang sesuai untuk besaran-besaran yang diketahui dari soal Mengenali 112 2 Gambar 4.38 Substitusi nilai pada persamaan asas black D : ”Berarti . Ehmmmm…. Lah , gimana dong? Ini massa es nya 245, berarti pake rho es. Rho es itu kan 0,5. nya….. Ooo nya itu berarti T awal, apa tadi. T awal es nya itu tadi -5. Oh di sini -5. Heh salah salah salah, tho sama dengan di sini massa nya 5,6 di kali rho air nya 1, nya . Berarti di sini 245 kali 0,5 kali sama dengan 5,6 kali 1 kali, nya ga tau, , nya berapa tadi, T air nya 6.” - Responden D mengelompokkan persamaan panas perubahan suhu untuk es di ruas kiri dan panas berubahan suhu untuk air di ruas kanan. Mengklasifikasikan Memahami 3 Gambar 4.38 Substitusi nilai pada persamaan asas black - Responden D memaksa mengunakan persamaan panas yang familiar ke persamaan asas black untuk menjawab soal yang tidak familiar. Mengeksekusi Mengaplikasikan Tahapan Problem Solving dan Proses Kognitif Responden D Tahapan problem solving responden D dapat diidentifikasi mencakup tahap-tahap: 1 fokus pada masalah, 2 deskripsi secara fisika, 3 merencanakan solusi, 4 mengeksekusi rencana, dan 5 mengevaluasi. Meskipun demikian, tampak bahwa responden D gagal memahami soal dengan baik. Beberapa subtahapan problem solving menurut model Minnesota tidak terindentifikasi di tahapan problem solving responden D. Alur tahapan problem solving responden D secara keseluruhan disajikan dalam bentuk flowchart seperti pada gambar 4.39 di akhir pembahasan responden D ini. Proses kognitif responden D dalam menyelesaikan soal penelitian ini sangat terbatas. Proses kognitif responden D yang bisa teridentifikasi yaitu kategori mengingat, memahami, dan mengaplikasikan. Kategori mengingat meliputi proses kognitif mengenali dan mengingat kembali. Kategori memahami hanya meliputi proses kognitif mengklasifikasikan. Kategori mengaplikasikan terbatas pada proses kognitif mengeksekusi. Semua kategori yang dapat teridentifikasi dari responden D termasuk kemampuan berpikir tingkat rendah low order thinking skills. Responden D membaca soal untuk memahaminya. Responden D memahami soal sebagai proses pencampuran antara es dan air. Pernyataan ini menunjukkan tahapan problem solving kode 1.1. Responden D tidak menggambarkan suatu sketsa apapun. Responden D langsung menuliskan informasi besaran-besaran yang diketahui dari soal disertai dengan simbol- simbolnya. Namun, terdapat satu besaran yang simbolnya salah. Responden D memberi simbol panas jenis dengan . Simbol tersebut seharusnya untuk besaran massa jenis. Langkah menuliskan besaran yang diketahui dapat diidentifikasi ke dalam tahapan problem solving kode 1.2. Proses menuliskan simbol yang sesuai untuk besaran-besaran yang diketahui dari soal termasuk dalam kategori mengingat khususnya proses kognitif mengenali. D : {responden membaca soal} D :{responden menulis besaran-besaran yang diketahui dari soal seperti pada gambar 4.34 } D : ”Berarti diketahui massa es nya itu 245kg, ya tho. Dengan T awalnya itu -5 C. Terus kemudian dicampur dengan air. Berarti massa air itu 5,6 kg. Suhu awal air nya itu 6 C,T a irnya.” D : ”Nah, sedangkan diketahui panas jenis air, berarti , sedangkan dan panas laten, panas laten itu L ya kalau ga salah hehehe. Aku lupa hehehe . Kayaknya sih iya .” Gambar 4.34 Besaran yang diketahui Responden D menyatakan dan menuliskan pertanyaan soal tanpa memberi simbol untuk besaran yang ditanya tersebut. Langkah ini termasuk tahapan problem solving kode 1.3. Pertanyaan soal dituliskan responden seperti tampak pada gambar 4.35 di bawah ini. D : ”Dah tho, terus selidikilah wujud akhir dari es dan air pada keadaan akhir sistem. Selidikilah wujud akhir, berarti yang ditanya pertama itu, {sambil menulis seperti pada gambar 4.35} Wujud akhir dari es dan air. Terus berapa suhu akhir sistem?” PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Gambar 4.35 Pertanyaan soal Responden D tampak sedikit bingung mengerjakan soal. Responden D memilih pendekatan dengan menuliskan persamaan panas perubahan wujud. Responden D beranggapan bahwa peristiwa tersebut adalah peristiwa kesetimbangan termal. Langka memilih pendekatan ini termasuk tahapan problem solving kode 1.4 dan 2.4. Proses menuliskan persamaan panas dengan benar seperti gambar 4.36, termasuk kategori mengingat khususnya proses kognitif mengingat kembali . D : ”Nah terus gimana ngerjainnya?” D : ”Aku lupa e hehehe. Kalau ga salah sih gini, itu kan kita tahu kalor yang dibutuhkan itu kan tapi ini kan suhu campuran haduh… {sambil menuliskan persamaan seperti tampak pada gambar 4.36 }.”D: sek bentar. Peristiwa pertama, itu kan aku punya es. , ya ga sih rumusnya itu tu? Ini kesetimbangan termal tho? D : ”Sek bentar. Peristiwa pertama, itu kan aku punya es. , ya ga sih rumusnya itu tu? Ini kesetimbangan termal tho?” P : ”Menurut mu bagaimana?” D : ”Soalnya itu dia, berapa suhu akhir. Berarti sebenarnya yang mau dicari itu kesetimbangan termal dia. Jadi suhu akhir ketika es dicampur sama air itu berapa?” P : ”Terus?” D : ”Ya kalau kesetimbangan termal sih setau ku , kayaknya sih gitu.” Gambar 4.36 Persamaan panas perubahan suhu Responden D langsung menggunakan persamaan seperti pada gambar 4.37. Langkah ini termasuk tahapan problem solving kode 3.2. Ketika menuliskan persamaan panas perubahan suhu, responden D tidak memberi indeks keterangan pada tiap besaran yang terlibat. Jika diperhatikan, ruas kiri adalah ruas untuk es dan ruas kanan adalah ruas untuk air. Proses mengelompokkan seperti ini termasuk kategori memahami khususnya proses kognitif mengklasifikasikan. Responden D langsung memasukkan nilai tiap besaran ke dalam persamaan tanpa mengikutsertakan satuan. Tampak pula responden D tidak mengkonversi satuan massa es dan air ke gram. Langkah responden memasukkan nilai tiap besaran, termasuk dalam tahapan problem solving kode 4.1. Responden menurunkan persamaan setelah nilai setiap besaran dimasukkan. Langkah ini termasuk tahapan problem solving kode 3.4. Responden melakukan perhitungan sampai didapat nilai suhu akhir campuran. Langkah ini termasuk tahapan problem solving kode 4.4. D : {responden menulis persamaan seperti gambar 4.37} D : ”Berarti . Ehmmmm…. Lah , gimana dong? Ini massa es nya 245, berarti pake rho es. Rho es itu kan 0,5. nya….. Ooo nya itu berarti T awal, apa tadi. T awal es nya itu tadi -5. Oh di sini -5. Heh salah salah salah, tho sama dengan di sini massa nya 5,6 di kali rho air nya 1, nya . Berarti di sini 245 kali 0,5 kali sama dengan 5,6 kali 1 kali, nya ga tau, , nya berapa tadi, T air nya 6.” D : ”Itu berarti 245 di kali 0,5. 122,5 berarti 5,6 . Kayaknya sih gini. Berarti, 122,5 ditambah 61,25 sama dengan 5,6 min 33,6. Berarti, 122,5 ditambah 5,6 sama dengan -33,6 -61,25. Hah? Kok minus? 128,1 sama dengan -94,85. .” Gambar 4.37 Perhitungan suhu akhir campuran Nilai suhu akhir yang didapat yaitu . Bagian ini menunjukkan tahapan problem solving kode 5.2. Responden D tidak yakin dengan hasil temuannya. Responden D tidak bisa memberikan alasan yang rasional D : ”Loh? Kok ? haduhh.” Responden D tampak mencoba memahami ulang soal. Responden D malah berpikiran untuk menjumlahkan massa es dan massa air karena peristiwa tersebut adalah pencampuran. Tampak tanda-tanda bahwa responden D tidak memahami maksud soal dengan baik. Responden D masih tetap tidak menyadari bahwa simbol panas jenis yang digunakan adalah salah P : ”Gimana? Salahnya di mana?” D : ”Sek…sek.. kalau suhu akhir, berarti tu kan massa 1 ditambah massa 2. Berarti itu harusnya karna kan tadi dicampur. Berapa suhu akhir dari es dan air?” D : ”Ehmmm…. Sek tak baca soalnya lagi. {responden membaca ulang soal }” D : ”Sebongkah es massanya sekian, dia punya suhu minus sekian, terus es nya itu kan dicampur sama air. Air nya itu massa nya sekian, berartikan . Suhunya tu sekian. Jika airnya segitu, terus panas jenisnya segitu, panas latennya segitu. Nah selidikilah wujud akhir.” D : ”Berarti aku punya tak tambah sama . Sek…sek…rho itu panas jenis apa apa massa jenis ya? Ya bener panas jenis. Berarti aku punya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI , aku juga punya , lalu . Gimana tho? Haduuuhh… sek, aku bingung beneran ini ni.” Responden D menyadari ada yang kurang yaitu panas laten. Namun, responden D tidak tahu kegunaan panas laten yang diberikan dalam soal. Pada akhirnya responden D tetap tidak bisa memperoleh jawaban yang benar. Responden D mengakui bahwa ia lupa tentang konsep perubahan wujud. P : ”Gimana sudah puas dengan pemahaman soalnya?” D : ”Belum belum belum. Ada yang kurang kayaknya.” D : ”Eeee… tapi kan harusnya massa nya itu dijumlahkan. Bener kok tapi masak iya sih suhu akhirnya ? Ehm…. Terus itu kan ada panas laten, lah terus buat apa?” P : ”Alur kejadiannya gimana sih itu seharusnya?” D : ”Panas laten itu kan, kalau ketika dia berubah wujud itu dia tidak mengalami perubahan suhu makanya itu tu disebut panas latennya. Terus buat apa dong? Aku lupa a.” Masalah yang menyebabkan responden D tidak bisa mendapatkan jawaban yang benar, sama persis dengan yang dialami responden C. Responden D tidak bisa sampai berpikir analitis . Masalah diperparah karena responden D lupa tentang konsep perubahan wujud. Gambar 4.37 menunjukkan bahwa responden D mengabaikan persamaan panas perubahan wujud. Responden D hanya melibatkan panas perubahan suhu. Oleh karena responden D beranggapan bahwa terjadi peristiwa kesetimbangan termal, spontan persamaan yang digunakan pun seperti yang tampak pada gambar 4.37. Responden D memaksakan persamaan seperti yang ia tulis di gambar 4.37 untuk menyelesaikan soal ini. Responden D juga menggunakan strategi pattern- matching seperti yang dilakukan responden C. Proses kognitif yang terlibat hanya sebatas kategori mengaplikasikan khususnya proses kognitif mengeksekusi. Kategori ini tergolong kemampuan berpikir tingkat rendah Low Order Thinking Skills Gambar 4.39 di halaman selanjutnya adalah flowchart tahapan problem solving yang ditempuh responden D saat menyelesaikan soal. Tahapan problem solving responden D sangat sederhana. Peneliti menemukan bahwa terdapat beberapa tahapan problem solving model Minnesota yang bisa teridentifikasi pada tahapan problem solving milik responden D. Beberapa subtahapan problem solving model Minnesota tidak ditemukan pada tahapan problem solving responden D. Gambar 4.39 Flowchart tahapan problem solving responden D PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Rangkuman Pembahasan Keempat Responden Tabel 4.9 Rangkuman Pembahasan Keempat Responden N o. Responden Proses Problem Solving Proses Kognitif Ketercapaian 1 A a. Tidak urut sesuai model Minnesota b. Tahapan problem solving responden A ditunjukkan pada gambar 4.20 a. Kategori Mengingat: mengingat kembali dan mengenali. b. Kategori Memahami: menafsirkan, mengklasifikasikan , menyimpulkan, membandingkan , dan menjelaskan. c. Kategori Mengaplikasikan: mengeksekusi dan mengimplementasikan. d. Kategori Menganalisis: membedakan dan mengorganisasi . e. Kategori Mengevaluasi: memeriksa. Berhasil mendapat jawaban benar 2 B a. Tidak urut sesuai model Minnesota b. Tahapan problem solving responden B ditunjukkan pada gambar 4.28 a. Kategori Mengingat: mengingat kembali dan mengenali. b. Kategori Memahami: menafsirkan, mengklasifikasikan , menyimpulkan, membandingkan , dan menjelaskan. c. Kategori Mengaplikasikan: mengeksekusi dan mengimplementasikan. d. Kategori Menganalisis: membedakan dan mengorganisasi . e. Kategori Mengevaluasi: memeriksa. Berhasil mendapat jawaban benar 3 C a. Tidak urut sesuai model Minnesota b. Tahapan problem solving responden C ditunjukkan pada gambar 4.32 a. Kategori Mengingat: mengingat kembali dan mengenali. b. Kategori Memahami: mengklasifikasikan, menyimpulkan , dan menjelaskan. c. Kategori Mengaplikasikan: mengeksekusi. Tidak berhasil mendapat jawaban benar 4 D a. Tidak urut sesuai model Minnesota b. Tahapan problem solving responden D ditunjukkan pada gambar 4.38 a. Kategori Mengingat: mengingat kembali dan mengenali. b. Kategori Memahami: mengklasifikasikan. c. Kategori Mengaplikasikan: mengimplementasikan . Tidak berhasil mendapat jawaban benar Dari tabel 4.9 tampak bahwa tahapan problem solving responden tidak semata- mata menentukan keberhasilan mendapatkan jawaban benar. Keberhasilan responden mendapat jawaban benar tergantung proses kognitif yang terlibat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai berikut. 1. Setiap responden memiliki tahapan problem solving yang berbeda-beda. Tahapan problem solving keempat responden tidak urut sesuai dengan model Minnesota. Ada beberapa sub tahapan problem solving model Minnesota yang tidak teridentifikasi pada tahapan milik responden. 2. Responden A dan responden B berhasil menjawab dengan benar, sedangkan responden C dan responden D tidak. 3. Proses kognitif yang teridentifikasi dari responden A sama dengan responden B, yaitu membedakan dan mengorganisasi untuk kategori menganalisis ; memeriksa untuk kategori mengevaluasi; mengingat kembali dan mengenali untuk kategori mengingat; menafsirkan, mengklasifikasikan , menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan untuk kategori memahami; mengeksekusi dan mengimplementasikan untuk kategori mengaplikasikan. 4. Proses kognitif yang teridentifikasi dari responden C, yaitu mengingat kembali dan mengenali untuk kategori mengingat; mengklasifikasikan, menyimpulkan , dan menjelaskan untuk kategori memahami; mengeksekusi untuk kategori mengaplikasikan. Proses kognitif yang teridentifikasi dari responden D, yaitu mengingat kembali dan mengenali untuk kategori mengingat ; mengklasifikasikan untuk kategori memahami; mengeksekusi untuk kategori mengaplikasikan.

B. Saran

Dokumen yang terkait

PROFIL PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL Profil Proses Berpikir Siswa Dalam Menyelesaikan Soal-Soal Pythagoras Ditinjau Dari Gaya Belajar Dan Gaya Kognitif.

0 3 16

PROFIL PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL PYTHAGORAS DITINJAU DARI Profil Proses Berpikir Siswa Dalam Menyelesaikan Soal-Soal Pythagoras Ditinjau Dari Gaya Belajar Dan Gaya Kognitif.

0 4 13

PENDAHULUAN Profil Proses Berpikir Siswa Dalam Menyelesaikan Soal-Soal Pythagoras Ditinjau Dari Gaya Belajar Dan Gaya Kognitif.

0 8 5

PROFIL PROSES BERPIKIR SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PERBANDINGAN BERDASARKAN GAYA BELAJAR DAN GAYA Profil Proses Berpikir Siswa Smp Dalam Menyelesaikan Soal Perbandingan Berdasarkan Gaya Belajar Dan Gaya Kognitif.

1 4 15

PENDAHULUAN Profil Proses Berpikir Siswa Smp Dalam Menyelesaikan Soal Perbandingan Berdasarkan Gaya Belajar Dan Gaya Kognitif.

0 2 7

PROFIL PROSES BERPIKIR SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PERBANDINGAN BERDASARKAN GAYA BELAJAR DAN GAYA Profil Proses Berpikir Siswa Smp Dalam Menyelesaikan Soal Perbandingan Berdasarkan Gaya Belajar Dan Gaya Kognitif.

0 4 15

IDENTIFIKASI KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL POKOK BAHASAN IDENTIFIKASI KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL POKOK BAHASAN DALIL PYTHAGORAS ( Siswa kelas VI SDN II Jatisari Jatisrono Wonogiri.

0 3 13

Identifikasi proses kognitif siswa SMA dalam menyelesaikan soal Fisika tentang usaha dan energi : sebuah studi kasus.

0 3 141

Investigasi Proses Visualisasi Matematis: Studi Kasus Siswa Field- Independent Dalam Menyelesaikan Soal Non-Kontekstual

0 0 7

PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF MATERI KUBUS DAN BALOK

0 2 7