1. sulit untuk didapatkan jawabannya jika hanya menggunakan beberapa
persamaan dan sekedar memasukkan angka; 2.
sulit untuk didapatkan jawabannya jika hanya sekedar melakukan pencocokan pola pengerjaan yang sudah-sudah;
3. sulit untuk memecahkan masalah tanpa pertama-tama menganalisis
kejadian masalah itu; Sulit untuk memahami apa yang sedang terjadi dalam soal tanpa
menggambar sebuah gambar dan menunjuk besaran-besaran penting pada gambar itu;
4. menghidari penggunaan isyarat bantuan fisika seperti bidang miring,
bergerak dari diam, gerak peluru, dll. Menghindari isyarat bantuan fisika membuat siswa sulit untuk melakukan
pencocokan pola. Justru siswa didorong untuk membangun hubungan antara fisika dan struktur pengetahuan yang mereka punya;
5. diperkuat dengan analisis logis konsep-konsep dasar.
C. Pemecahan Masalah Problem Solving
Pemecahan masalah digambarkan sebagai proses tiba di solusi ketika seseorang awalnya tidak tahu apa yang harus dilakukan. Pemecahan masalah
adalah sarana yang memungkinkan seorang individu menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman yang diperoleh sebelumnya untuk
memenuhi tuntutan keadaan yang tidak familiar Krulik dan Jesse, 1996: 3. Untuk suatu masalah yang spesifik diperlukan suatu pemikiran yang terarah
secara langsung untuk menemukan suatu solusi. Pemecahan masalah melibatkan penemuan sebuah cara yang sesuai untuk mencapai suatu tujuan
Santrock, 2009: 26. Patricia Heller dan Kenneth Heller 1999 mengembangkan tahapan
problem solving khusus bidang fisika. Tahapan problem solving ini dikenal
dengan sebutan model Minnesota. Tahapan problem solving ini berfokus pada prosedur-prosedur untuk menyelesaikan soal-soal bidang fisika. Tahapan-
tahapan tersebut yaitu: 1.
Fokus pada masalah Pada langkah ini, deskripsi kualitatif dari masalah dibangun.
Pertama, setiap deskripsi dari masalah divisualisasikan dengan menggunakan sketsa. Pernyataan singkat dari sesuatu yang ingin dicari
harus dituliskan. Gagasan-gagasan fisika yang berguna dalam masalah dituliskan dan pendekatan-pendekatan terkait dideskripsikan. Ketika
menyelesaikan langkah ini maka tidak perlu harus mengacu pada pernyataan masalah lagi.
2. Deskripsi secara fisika
Pada langkah ini diperlukan pemahaman kualitatif dari masalah untuk menyiapkan solusi kuantitatif. Pertama, situasi masalah dipermudah
dengan mendeskripsikan masalah itu dalam diagram fisika yang sederhana. Sesuatu yang ingin ditemukan harus dinyatakan kembali secara
matematis. Gagasan-gagasan fisika digunakan seperti yang telah disebutkan dalam langkah 1 dan persamaan yang menyatakan hubungan
antarprinsip fisika dituliskan. Hasil dari langkah ini berisi semua informasi yang relevan sehingga tidak perlu lagi melihat kembali langkah 1.
3. Merencanakan solusi
Pada langkah ini, deskripsi fisika diterjemahkan ke dalam persamaan matematis dengan menggunakan persamaan yang telah
disebutkan dalam langkah 2. Setiap persamaan harus mempunyai tujuan yang spesifik untuk menemukan besaran yang belum diketahui dalam
masalah tersebut. Sebuah persamaan biasanya membutuhkan besaran baru yang tidak diketahui, yang harus dicari menggunakan persamaan lain. Saat
melakukan operasi matematik untuk mengisolasi sejumlah besaran yang tidak diketahui, dapat membantu kita membuat garis besar agar sampai
pada solusi. 4.
Mengeksekusi rencana Pada langkah ini, rencana yang telah dibuat sebelumnya
dieksekusi. Semua besaran yang telah diketahui dimasukkan ke dalam solusi aljabar seperti yang telah dijabarkan pada langkah 3. Langkah ini
dilakukan untuk menentukan nilai besaran yang belum diketahui. 5.
Mengevaluasi jawaban Langkah terakhir adalah memeriksa pekerjaan untuk melihat
bahwa yang telah dinyatakan itu sudah tepat, masuk akal, dan benar-benar menjawab pertanyaan yang diminta.
Tahapan-tahapan di atas diperinci seperti gambar 2.1 pada halaman selanjutnya.
berlanjut ke halaman berikut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 2.1 Flowchart tahapan problem solving model Minnesota Sumber: Cooperative Group Problem Solving in Physics
Heller dan Kenneth, 1999
D. Materi Perubahan Wujud Zat