Tunjungan Cineplex 21 Surabaya Pembahasan Tunjungan Cineplex 21 ini merupakan

31 pengatur sandaran dan penyangga kaki secara elektrik. Dengan menekan tombol di penyangga tangan sebelah kanan, maka kursi dapat dinaikkan atau diturunkan sesuai kebutuhan. Dengan cara yang sama, penyangga kaki akan keluar dari sela kursi bawah. Dinding di ruang- ruang ini dibuat kedap suara, sehingga tepuk tangan pun tak kan menggema. Temboknya disusun terlapis dengan urutan glasswool, kayu, glasswool, dan ditutup dengan kain. Sebagai pelengkap peredam suara, dipasang speaker sebanyak 24 buah. Sepuluh di depan, lima di samping kanan dan kiri, dan dari tembok belakang ada empat buah. Sehingga, di posisi manapun kita duduk, kualitas suaranya tidak jauh berbeda. Untuk ruang Diamond, komposisi speaker berbeda. Ruang yang lebih kecil ini dipajang enam speaker di depan, masing-masing tiga di sayap kanan-kiri, dan dua di belakang. Proyektor THX digital pada MPX Grande, dapat menyalurkan sorot cahaya ke enam teater dalam waktu bersamaan. Tentu saja dengan film yang sama. Teknologi THX pertama kali dilontarkan George Lucas, sineas spesial efek kenamaan Hollywood. Teknologi buatan Lucasfilm ini pertama kali digunakan untuk memutar film Return to Jedi pada 1983. Kini teknologi itu menjadi standar penyajian sinema berkelas, termasuk di Multiplex Grande.

D. Tunjungan Cineplex 21 Surabaya Pembahasan Tunjungan Cineplex 21 ini merupakan

penunjang dari ketiga pembahasan contoh studi proyek sejenis yang telah dibahas sebelumnya, proyek ini diamati di lapangan. Gambar 2.20. Tunjungan 21 berada di dalam gedung Tunjungan Plaza 1, Surabaya sumber : dokumen pribadi, 2009 32 Data proyek :  Lokasi: Jl. Basuki Rachmat 8-21, Plasa Tunjungan III Lt. 5 Surabaya  Berdiri tanggal 16 Oktober 1996  Waktu Operasional: o Minggu – Jumat :12.00 - 20.30 o Sabtu :12.00 - 23.00  Loket menggunakan komputer otomatis.  Ruang-ruang yang tersedia:  4 buah gedung theater  Loket 2 lajur  Kantin Gambar 2.22. Area Lobby, Snak dan Penjualan Tiket sumber : dokumen pribadi, 2009 Gambar 2.21. Area Snak dan Lobby sumber : dokumen pribadi, 2009 33  Ruang Proyektor  Ruang Teknisi  Kantor Pengurus  Toilet Wanita dan Pria  Kapasitas Tempat Duduk:  Tunjungan 1 : 248 tempat duduk  Tunjungan 2 : 224 tempat duduk  Tunjungan 3 : 184 tempat duduk  Tunjungan 4 : 248 tempat duduk  Ukuran pita film yang digunakan 35 mm. setiap filmnya menggunakan kurang lebih 6 roll yang digulung menjadi 1 roll besar kemudian Gambar 2.23. Ruang Proyektor sumber : dokumen pribadi, 2009 Gambar 2.24. Tempat duduk Studio sumber : dokumen pribadi, 2009 34 ditayangkan oleh proyektor. Proses penggulungan 6 roll menjadi 1 roll besar memerlukan waktu kurang 30 menit.  Tunjungan 21 dalam memutar film tidak bergantian dengan Cineplex yang lain sehingga tidak pernah terjadi pemutaran film yang terputus di tengah- tengah akibat roll terlambat dikirim dari Cineplex yang lain.  Ukuran layar 6 m x 12m  Jarak layar dari lantai 2 m  Jarak layar dengan kursi barisan pertama 5 m  Lapisan plafon : Karpet  Lapisan Binding: • Triplek • Partikel Board • Karpet Lapisan Lantai: • Karpet dan Vinyl Studio • Granit Lobby • Keramik Kantor, loket  Menggunakan Sprinkler pada setiap ruang untuk mengatasi kebakaran  AC menggunakan AC Central milik Tunjungan Plasa  Pencahayaan tiap-tiap studio menggunakan lampu 60 watt dengan dimmer. Berikut rincian detail yang dimiliki Tunjungan Cineplex 21, :  Tata suara: • Tunjungan 1 : SDDS Sony Dinamic Digital Sound - K channel • Tunjungan 2 : Dolby Digital - 6 channel • Tunjungan 3 : Dolby Digital - 6 channel • Tunjungan 4 : DTS Digital Theater System - 6 channel  Peralatan yang digunakan, :  Tunjungan 1:  Proyektor jenis Victoria 5 Cineme Canica Milano Italy  SDDS Sony Dinamie Digital Sound DFP - D 2000 No. 12766 35  CP 500 Digital Cinema Processor No. 250  THX Monitor Model D. 1138 Serial No. C 0514  Digital Sound Head 700 No. 503913  Digital Film Sound Reader DFP - R 2000 No, 12627  Tunjungan 2:  Proyektor jenis Victoria 5 Cineme C Canica Milano Italy  Digital Film Sound Processor Model DA 20 No. 1660  Cinema Sound Processor Model CP 65 No. 5374  Digital Sound Head 700 No. 504173  JBL Frequency Dividing Net Work Series Model 5234A No. 12862  JBL Frequency Dividing Net Work Series Model 5234A No. 12720  Tunjungan 3:  Proyektor jenis Victoria 5 Cineme C Canica Milano Italy  Digital Film Sound Processor Model DA 20 NO. 501485  Cinema Sound Processor Model CP 55 No. 8802  Digital Sound Head 700 No. 504181  Dolby SR Cinema Processor Model SR. A5 No. 2894  JBL Frequency Dividing Net Work Series Model 5234A No, 12725  JBL Frequency Dividing Net Work Series Model 5234A No, 12867  Tunjungan 4:  Proyektor jenis Victoria 5 Cineme C Canica Milano Italy  DTS Digital Theater System No. 7697  Digital Cinema Processor CP 500 No. 277  Digital Sound Head 700 No. 503942  Digital Film Sound Reader No, 011599  JBL Frequency Dividing Net Work Series Model 5235 No. 9066  JBL Frequency Dividing Net Work Series Model 5235 No. 2919 36

2.1.4. Analisa Hasil Studi