MPX Grande Studi Kasus

29 Gambar 2.18. Area Penjualan Tiket sumber : internet

C. MPX Grande

Tebaran bintang yang kita temui di Multiplex Grande, bioskop yang bersemayam di Pasaraya Grande Blok M ini mengambil motif bintang untuk karpetnya. Karpet berwarna biru dengan motif bintang putih persegi lima. Seperti bendera Amerika, Nuansa Amerika sudah terlihat semenjak lepas dari tangga berjalan menuju ruang lobi bioskop. Pendar lampu berkedip mengelilingi beberapa poster di sisi kanan, tepat dekat bagian informasi. Aroma Las Vegas, pusat judi Amerika Serikat sangat kental terlihat. Sedangkan tempat pembelian tiket terlihat lengkungan-lengkungan yang menyekat tiap loketnya. Lengkung berwarna kuning yang semakin melebar ke atasnya. Masih di ruang lobi, disini teersedia kafe dan tempat membeli cemilan. Di masing- masing dinding terpasang poster beberapa lukisan kenamaan, salah satunya karya Vincent van Gogh Beach at Saint Marie. Sedangkan di bagian atas sisi pintu masuk, terpajang dua layar televisi besar yang menyuguhkan video musik.. Menurut R. Trianggono, General Manager PT Multiplex Gambar 2.17. Tampak Depan sumber : internet 30 Grande, desain sepenuhnya dikerjakan arsitek Filipina. Dasar pengambilan desain sendiri dipilih berdasar keunikannya. Ia mengambil contoh pengambilan warna-warna kursi di bioskopnya. Dari ruang sinema yang ada, masing-masing memiliki warna kursi yang berbeda yakni merah, maroon, biru, hitam, dan ungu. Bioskop ini memang menyajikan desain yang unik, dan mungkin tak terbayangkan, karena rancangannya seperti diluar akal sehat. Begitu memasuki lorong menuju studio, terhampar ruang seperti kabin pesawat, tepatnya seperti pesawat ruang angkasa yang banyak ditemui di film-film Hollywood. Di tiap dindingnya yang berwarna kuning itu, dipajang poster-poster film klasik. Sedangkan di sudut antara lantai dan dinding, keluar cahaya lembut yang memberi nuansa futuristik. Jalur masuk terdiri dari dua akses, yakni untuk penonton pemegang tiket Gold dan Diamond. Jalur ini digunakan untuk penonton jenis Gold. Di ruang Gold, penonton lebih banyak. Jumlahnya bervariasi mulai dari 53 hingga 236 tempat duduk. Di ruang Gold tersedia kursi cinta love seat. Kursi ini didatangkan dari Prancis. Kursi tersebut menggunakan penyangga tangan yang bisa ditarik ke atas, sehingga batas antara kursi satu dan yang lainnya tidak ada. Sedangkan di ruang Diamond, kursi yang ada lebih santai dan privat. Kursi besar berjumlah 24, dilengkapi Gambar 2.19. Koridor menuju studio sumber : internet 31 pengatur sandaran dan penyangga kaki secara elektrik. Dengan menekan tombol di penyangga tangan sebelah kanan, maka kursi dapat dinaikkan atau diturunkan sesuai kebutuhan. Dengan cara yang sama, penyangga kaki akan keluar dari sela kursi bawah. Dinding di ruang- ruang ini dibuat kedap suara, sehingga tepuk tangan pun tak kan menggema. Temboknya disusun terlapis dengan urutan glasswool, kayu, glasswool, dan ditutup dengan kain. Sebagai pelengkap peredam suara, dipasang speaker sebanyak 24 buah. Sepuluh di depan, lima di samping kanan dan kiri, dan dari tembok belakang ada empat buah. Sehingga, di posisi manapun kita duduk, kualitas suaranya tidak jauh berbeda. Untuk ruang Diamond, komposisi speaker berbeda. Ruang yang lebih kecil ini dipajang enam speaker di depan, masing-masing tiga di sayap kanan-kiri, dan dua di belakang. Proyektor THX digital pada MPX Grande, dapat menyalurkan sorot cahaya ke enam teater dalam waktu bersamaan. Tentu saja dengan film yang sama. Teknologi THX pertama kali dilontarkan George Lucas, sineas spesial efek kenamaan Hollywood. Teknologi buatan Lucasfilm ini pertama kali digunakan untuk memutar film Return to Jedi pada 1983. Kini teknologi itu menjadi standar penyajian sinema berkelas, termasuk di Multiplex Grande.

D. Tunjungan Cineplex 21 Surabaya Pembahasan Tunjungan Cineplex 21 ini merupakan