Singkatan Dokumen Resmi Gereja Singkatan Lain Istilah Latar Belakang

xviii DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH

A. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

LG : Lumen Gentium , Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang Gereja, 21 November 1964 GE : Gravissimum Educationis , Dokumen Konsili Vatikan II tentang Pendidikan Kristen yang dikeluarkan pada tanggal 7 Desember 1965

B. Singkatan Lain

Hal. : Halaman PAK : Pendidikan Agama Katolik RPP : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran SMP : Sekolah Menengah Pertama KWI : Konferensi Waligereja Indonesia Kis : Kisah Para Rasul OMK : Orang Muda Katolik PIR : Pembinaan Iman Remaja PIA : Pembinaan Iman Anak

C. Istilah

Hakikat : Hal yang mendasar Konteks : Ruang lingkup Model : Pendekatan atau Pola xix Liturgia : Peribadatan Diakonia : Pelayanan Kemasyarakatan Koinonia : Persekutuan Kerygma : Pewartaan Paguyuban : Komunitas Apostolik : Bersifat Rasuli 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Heryatno 2008: 14 berpendapat Pendidikan Agama Katolik harus bervisi spiritual. Yang dimaksud spiritual disini adalah hal-hal yang berhubungan dengan inti hidup manusia. Maka bervisi spiritual berarti Pendidikan Agama Katolik secara konsisten terus berusaha memperkembangkan kedalam hidup peserta didik, memperkembangkan jati diri atau inti hidup mereka. Pendidikan Agama Katolik juga berusaha membantu peserta didik memperkembangkan jiwa dan interioritas hidup mereka. Jiwa merupakan tempat dimana Allah bersemayam dan karena itu membuat manusia merasa rindu kepada-Nya dan peduli kepada hidup sesamanya. Sedang interioritas berhubungan dengan kesadaran, kedalaman dan nilai hidup yang dipegang dan diwujudkan. Karena itu, Pendidikan Agama Katolik di Sekolah tidak hanya mengejar prestasi akademis, tetapi juga memperkembangkan kejujuran, kepekaan, kebijaksanaan, dan hati nurani peserta didik. Ajaran dan pedoman Gereja tentang Pendidikan Katolik 1991 sebagaimana dikutip oleh Dapiyanta mengemukakan bahwa Pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan sarana atau pelaksanaan pewartaan Kristus demi perubahan batin dan pembaharuan hidup secara langsung bagi kaum muda, baik di sekolah negeri maupun swasta Katolik. Secara langsung maksudnya di dalam Pendidikan Agama Katolik iman kepada Kristus dibicarakan dan diolah bersama. Di sekolah negeri Pendidikan Agama Katolik merupakan satu-satunya sarana perwartaan 2 secara langsung bagi perserta didik yang percaya kepada Kristus. Adapun di sekolah swasta Katolik Pendidikan Agama Katolik merupakan satu kemungkinan pewartaan secara langsung, di samping pewartaan tidak langsung kepada seluruh peserta didik di sekolah itu. Pewartaan tidak langsung itu ialah pengajaran agama yang dipadukan ke dalam seluruh pelajaran dan kehidupan komunitas sekolah Katolik. Di Indonesia, agama dalam kehidupan masyarakat sangat berperan penting. Agama diyakini dapat membantu manusia mempunyai tujuan hidup yang jelas, oleh sebab itu setiap orang beriman bebas menentukan pilihan dalam memeluk agamanya. Manusia secara umum memang tidak bisa tanpa menganut agama, karena agama dipercaya agar orang bisa berkomunikasi dengan Tuhan. Di dalam agama Katolik, ada banyak hal yang perlu dilakukan agar iman umat berkembang, misalnya mengikuti doa bersama pada bulan Rosario dan bulan Maria, mengunjungi tempat ziarah seperti Gua Maria, mengikuti Misa di Gereja, serta memberi kesaksian. Manusia hidup berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan, oleh sebab itu agama akan mengantar manusia agar sampai kepada Tuhan. Tuhan memang tidak kelihatan, tetapi melalui kepercayaannya manusia merasakan kehadiran Tuhan melalui cinta kasih terhadap sesama. Cinta kasih terhadap sesama seringkali dirasakan manusia melalui kebersamaan dalam hidup sehari-hari antar umat beragama serta mendorong umat manusia agar saling menghargai antara satu dengan yang lainnya. Hal tersebut juga dirasakan oleh masyarakat di Kalimantan Barat khususnya kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang di mana masyarakat aslinya 3 adalah suku Dayak. Pada awalnya masyarakat disana belum mengenal agama dan sangat kental dengan hal-hal mistis. Oleh sebab itu, banyak para misionaris terutama misionaris yang datang dari luar negeri tertarik untuk menyebarkan agama Katolik disana sehingga pada akhirnya masyarakat Dayak mempunyai kesadaran dalam dirinya dan menganut agama Katolik. Agama Katolik menjadi agama mayoritas. Setelah masyarakat mempunyai kepercayaan dalam hidupnya, banyak perubahan positif yang terjadi pada masyarakat Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat terutama dalam kehidupan menggereja. Masyarakat bergotong-royong membangun Gereja dan mengadakan banyak kegiatan pada hari-hari tertentu khususnya Natal dan Paska sehingga rasa persaudaraan semakin terjalin di antara masyarakat Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Selain itu, para misionaris juga membangun biara, paroki, dan gedung untuk pertemuan Orang Muda Katolik OMK, Pembinaan Iman Anak PIA, dan Pembinaan Iman Remaja PIR agar membantu perkembangan iman anak sejak dini dan sebagai generasi penerus Gereja di masa mendatang. Perkembangan iman anak sejak dini berawal dari agama yang berkembang di dalam keluarga. Seorang anak akan mengenal agama yang menjadi kepercayaannya dari orangtua. Orangtua mengajarkan kepada anak-anaknya tentang agama sejak dini agar anak dapat tumbuh dan berkembang serta mempunyai kepercayaan yang dapat membantu anak tersebut untuk terus beriman kepada Tuhan. Perkembangan iman seorang anak akan semakin berkembang ketika anak tersebut semakin percaya kepada Tuhan dan mengamalkannya di dalam kehidupan sehari-hari, misalnya saling mengasihi, bekerjasama, serta saling 4 meghargai antar pemeluk agama. Pendidikan Agama Katolik di dalam keluarga yang dilakukan oleh orangtua kepada anaknya merupakan kewajiban orangtua dan hak bagi anaknya. Kewajiban orangtua selain memberi nafkah juga mendidik anaknya agar semakin berkembang baik dalam berperilaku juga dalam iman. Seorang anak dapat berkembang baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat karena anak tersebut juga merasakan kasih di dalam keluarga. Orangtua sangat berperan penting dalam perkembangan iman anak karena orangtua merupakan pendidik utama dalam keluarga sehingga apa yang sudah diajarkan oleh orangtua kepada anaknya akan terus melekat dalam diri anak tersebut dimanapun ia berada. Supriyati 2013: 10-16 berpendapat bahwa masa remaja adalah transisi ke taraf kedewasaan. Masa remaja adalah suatu periode transisi sebagai perluasan dari masa individu menjadi matang secara seksual sampai mencapai kematangan secara legal. Masa ini berawal dari masa pra remaja pada usia antara 10-11 tahun untuk putri dan 11-12 tahun untuk putra. Masa remaja berlangsung antara usia 11- 12 tahun sampai dengan 18-19 tahun. Masa pubertas lebih menunjuk pada masa kematangan seksual, sedangkan masa remaja menunjuk pada seluruh fase kematangan. Remaja sering dicap irreligious atau kurang beriman. Secara umum beriman dapat dilihat dari kesetiaan atau keyakinan yang didasari kepercayaan. Kesadaran beragama remaja lebih berkaitan dengan pertambahan minat beragama yang dapat membimbing seseorang pada suatu kesadaran merekonstruksi kembali tingkah laku dan keyakinan beragamanya. Dalam hal kesadaran beragama bagi remaja, ada dua macam, ialah kesadaran secara bertahap dan kesadaran secara mengejutkan. Kesadaran pertama biasanya dialami oleh kelompok masyarakat 5 dengan keadaan sosial ekonomi tinggi, sedangkan kesadaran ke dua dialami golongan sosial ekonomi rendah. Pada kesadaran yang mengejutkan, remaja mengalami badai atau goncangan atau pengalaman tidak sehat. Fowler sebagaimana dikutip Supratiknya 1995: 156 mengungkapkan bahwa munculnya pubertas membawa serta suatu revolusi dalam kehidupan fisik dan emosional. Remaja membutuhkan suatu cermin untuk mengawasi pertumbuhan dalam minggu-minggu ini, cermin untuk menjadikan terbiasa dengan perubahan baru pada tubuh. Perubahan yang terjadi pada laki-laki adalah raut muka menjadi agak persegi, tidak montok lagi, kasar tidak mulus; dan pada perempuan rupa tubuhnya semakin elok dan bagian-bagian tertentu menonjol. Tetapi dengan satu cara baru secara kualitatif, orang muda juga mencari cermin- cermin jenis yang lain. Remaja, laki-laki atau perempuan, membutuhkan mata dan telinga orang lain yang dapat dipercayai. Mata untuk melihat gambaran kepribadian yang sedang muncul dan telinga untuk mendengarkan perasaan, pengertian, kecemasan dan komitmen baru yang sedang terbentuk dan yang sedang mencari pengungkapannya. Siswa kelas VIII dapat dikelompokkan sebagai usia tahap remaja, dimana tahap remaja sangat rentan dipengaruhi oleh teman sebayanya. Pada masa remaja ini siswa akan bertumbuh baik fisik maupun mental. Melalui teman sebayanya, siswa akan mendapat banyak tantangan baik tantangan dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya, misalnya siswa tersebut melakukan hal-hal atau perbuatan di luar kehendak dirinya agar dapat diakui oleh teman-teman dalam kelompoknya. Tantangan yang dilalui inilah merupakan proses perjalanan hidup serta akan 6 mempengaruhi perkembangan iman. Jika seorang siswa mempunyai kepercayaan yang kuat maka tidak akan mudah goyah dan akan terus dipupuk dalam pertumbuhan imannya. Tahap remaja juga berkaitan erat dengan kenakalan remaja karena pada masa remaja inilah seorang siswa ingin dirinya mempunyai pengaruh bagi orang lain. Oleh sebab itu, guru Pendidikan Agama Katolik di sekolah SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat secara rutin melibatkan siswa dalam kegiatan Gereja misalnya tugas koor, lektor, dan mazmur pada hari minggu. Kegiatan ini diharapkan dapat membantu siswa semakin aktif dalam kegiatan menggereja serta menambah pengalaman siswa sehingga siswa dapat berinteraksi secara positif dengan orang-orang yang berada di sekitarnya. Pengalaman yang telah dilalui membantu iman siswa akan terus berkembang. Iman yang berkembang tidak akan terbentuk tanpa adanya bimbingan dari orangtua dan sekolah serta masyarakat luas. Siswa belajar dari pengalamannya dan akan terus dikembangkan baik fisik maupun mentalnya. Dalam kehidupan menggereja, iman yang berkembang sangat berguna bagi pertumbuhan Gereja, karena di dalam kehidupan menggereja, umatlah yang menjadi pusat utama Gereja. Tanpa umat, Gereja tidak akan berkembang. Supaya siswa dapat menjadi generasi penerus Gereja, maka sangat pentinglah perkembangan iman setiap siswa agar Gereja terus berkembang. Iman siswa dapat dilihat dari perbuatannya. Perbuatan tersebut akan terus dilakukan selagi mengandung hal yang positif dan tidak merugikan orang yang berada di sekitarnya. Oleh sebab itu, manusia merupakan mahkluk yang saling 7 membutuhkan antara satu dengan yang lainnya. Melalui perbuatan yang dilakukan oleh siswa baik di tengah keluarga, sekolah, Gereja dan masyarakat, maka iman yang ada dalam diri siswa akan menjadi penopang hidupnya. Agama yang dianut dan dipercayai oleh siswa akan terus digunakan selama hidupnya mengarah kepada Tuhan. Siswa juga merasa terbantu dengan Pendidikan Agama Katolik yang telah diberikan orangtua di rumah dan guru di sekolah serta pengetahuan lain di Gereja. Setiap siswa mempunyai peranannya masing-masing, sehingga perkembangan iman siswa juga berdasarkan pemahaman dari pribadi siswa, bukan pengendalian dari orang lain di sekitarnya. Buku Iman Katolik 1996: 129 mengungkapkan bahwa dalam iman, manusia menyadari dan mengakui bahwa Allah yang tak terbatas berkenan memasuki hidup manusia yang serba terbatas, menyapa dan memanggilnya. Iman berarti jawaban atas panggilan Allah, penyerahan pribadi kepada Allah yang menjumpai manusia secara pribadi juga. Dalam iman manusia menyerahkan diri kepada Sang Pemberi Hidup. Pengalaman religius memang merupakan pengalaman dasar, kendati belum berarti pertemuan dengan Allah dalam arti penuh. Di atas pengalaman dasar itulah dibangun iman, penyerahan kepada Allah, pertemuan dengan Allah. Manusia dari dirinya sendiri tak mungkin mengenal Allah. Umat Kristen mengenal Allah secara pribadi sebagai Bapa, melalui Yesus. “Tidak seorang pun mengenal Bapa, selain Anak dan orang yang kepadanya Anak berkenan menyatakan-Nya” Mat 11:27. Selain keluarga dan sekolah serta masyarakat di sekitar, Gereja juga berperan penting dalam perkembangan iman remaja. Gereja mengembangkan 8 iman remaja melalui Pembinaan Iman Remaja PIR, dengan adanya Pembinaan Iman Remaja PIR ini para remaja Katolik akan terlibat aktif di dalam kegiatan Gereja, misalnya koor, lektor, menjadi pembina Pembinaan Iman Anak PIA, serta menjadi panitia Natal dan Paska. Kegiatan tersebut secara langsung akan membentuk iman para remaja menjadi berkembang karena para remaja mempunyai kepercayaan yang ada di dalam dirinya melalui pengaruh yang positif dari Gereja. Remaja yang bergabung dalam Pembinaan Iman Remaja PIR merupakan generasi penerus Gereja di masa yang akan datang. Generasi ini berawal dari bayi yang baru dibaptis. Melalui baptisan tersebut anak menjadi Katolik. Ketika anak tersebut sudah memasuki usia anak-anak, maka Gereja membina anak-anak dengan Pembinaan Iman Anak PIA, sampailah pada masa remajanya, anak dibina dan diteguhkan imannya dengan komuni pertama. Komuni pertama akan mengantar para remaja sampai pada pemahaman Katolik yang sesungguhnya, sehingga para remaja semakin percaya kepada Tuhan dan dikuatkan dalam iman. Berdasarkan uraian di atas, Pendidikan Agama Katolik yang diberikan kepada siswa di tengah keluarga, sekolah, Gereja dan masyarakat luas dalam meningkatkan perkembangan imannya dapat membantu mereka mencapai kepercayaan sejati di dalam dirinya. Selain itu Pendidikan Agama Katolik juga mempengaruhi tingkah laku siswa. Iman yang ada pada diri siswa membuat siswa bertindak secara terarah kepada suatu tujuan yang terpilih dan telah diniatkan. Oleh karena itu, skripsi ini dibatasi pada “Peranan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah Terhadap Perkembangan Iman Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Sepauk, 9 Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat”. Dengan demikian, skripsi ini akan lebih melihat pengaruh yang ditimbulkan dari peranan Pendidikan Agama Katolik terhadap perkembangan iman siswa khususnya siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.

B. Rumusan Masalah