Peran Pendidikan Agama Katolik (PAK) dalam meningkatkan perkembangan iman siswa kelas VIII SMP Katolik Santo Paulus Jakarta.

(1)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul PERAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (PAK) DALAM MENINGKATKAN PERKEMBANGAN IMAN SISWA KELAS VIII SMP KATOLIK SANTO PAULUS JAKARTA. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia, sehingga penulis merasa penting untuk mendalaminya. Keprihatinan besar yang penulis lihat kebanyakan orang tua yang berada di perkotaan sangat sibuk dengan pekerjaannya sehingga pendidikan agama yang seharusnya lebih banyak didapat oleh anak dalam keluarga sangat kurang. Oleh karena itu pelaksanaan pendidikan agama Katolik di sekolah adalah suatu usaha yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memperteguh iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran Gereja Katolik, dengan tetap memperhatikan penghormatan terhadap agama lain dalam hubungan kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.

Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah untuk mendapatkan gambaran bagaimana peran Pendidikan Agama Katolik terhadap perkembangan iman siswa baik dari segi pelaksanaannya, caranya maupun sarananya dapat membantu peserta didik untuk semakin berkembang dalam iman. Serta menemukan nilai-nilai Kristiani dalam hidup sehari-hari. Di samping itu studi pustaka juga diperlukan untuk memperoleh pemikiran-pemikiran untuk direfleksikan, sehingga diperoleh gagasan-gagasan yang dapat dipergunakan sebagai sumbangan pelaksanaan pendidikan agama Katolik di sekolah. Oleh karena itu penulis menyebarkan kuesioner yang berhubungan dengan judul skripsi kepada siswa-siswi kelas VIII SMP Katolik Santo Paulus Jakarta.

Pembahasan skripsi ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan agama Katolik di SMP Santo Paulus Jakarta sudah cukup baik. Untuk lebih meningkatkan pelaksanaan PAK di sekolah maka penulis mengusulkan kegiatan going and seeing agar dapat memperkaya peserta didik dalam memperkembangkan iman mereka sehingga mereka dapat bertindak sesuai dengan ajaran yang telah mereka dapatkan baik di sekolah khususnya pelajaran agama maupun dalam keluarga. Melalui kegiatan yang ditawarkan ini, peserta didik diharapkan semakin cerdas mengolah dan menggali pengalaman imannya sehingga menggerakkan mereka untuk semakin peka pada sesama yang menderita dan semakin mencintai Yesus Kristus melalui sesama. Dengan demikian mereka dapat tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang bertanggungjawab serta dewasa dalam iman.


(2)

ABSTRACT

This thesis titled THE ROLE OF CATHOLIC RELIGIOUS

EDUCATION IN ENHANCING THE DEVELOPMENT OF FAITH OF GRADE VIII STUDENTS OF SAINT PAUL CATHOLIC JUNIOR HIGH SCHOOL JAKARTA. Education is one crucial aspect in human’s life, which

makes the writer feels the importance of comprehending it. The writer notices a great concern on parents who live in urban area, who are so busy with their work, which leads the lack of religious education on children in the family, while they should get more than what they get. Therefore, Catholic religion education at school is a well-planned and continuous effort to develop the students’ ability to confirm their faith and virtue to God based on Catholic’s Church tuition, and still concerns on respect to other religion in the context of religious community harmony in our society for national union.

The main problem in this thesis is to figure out the role of Catholic Religion Education on the improvement of the students’ faith, on the application, way it takes, and the equipment needed, that can assist the students to grow in their faith. Moreover, they might find Christian values in daily life. Besides, literary study is also required in order to find thoughts to be reflected to gain ideas as assistance to the application on Catholic Religion Education at school. Therefore, the writer distributed questioner related to the title of the thesis to VIII grade students of SMP Katolik Santo Paulus Jakarta.

The discussion of the thesis shows that the implementation of Catholic religion education in SMP Santo Paulus Jakarta is done well. In order to realize the implementation of Catholic religion Education at school, the writer suggests “going and seeing program” for a model of guidance to assist the students of VIII grade in improving their faith so that they can act as the tuition they get related to religion subject, both at school and home. From this program, the students are expected to be smarter in managing and gaining their experience of faith to motivate them to be more sensitive to others who are suffering and to love Jesus more through other people. It will lead them to grow as responsible persons and mature on their faith.


(3)

P MENING ERAN PEN GKATKAN KA NDIDIKAN N PERKEM ATOLIK S N AGAMA MBANGAN SANTO PA A KATOLI N IMAN SI AULUS JAK

K (PAK) D ISWA KEL KARTA

DALAM

LAS VIII SSMP

SKRIPPSI Diaajukan Untu

Progrram Studi I

PR KEKHU FAKULT Memperol uk Memenu lmu Pendid Mar ROGRAM USUSAN P JURUSA TAS KEGU UNIVERS Y

eh Gelar Sa

uhi Salah Sa dikan Kekhu

arjana Pendi

atu Syarat ususan Pend

idikan

didikan Agaama Katolikk

Oleh:

ria Yosephina Kerong NIM: 101124054

STUDI ILMMU PENDIDIKAN ENDIDIKAAN AGAMMA KATOLLIK AN ILMU PPENDIDIKKAN

URUAN DAAN ILMU PENDIDIKKAN SITAS SANNATA DHAARMA

YOGYAKAARTA 20155


(4)

(5)

(6)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk Para Suster SPC Distrik Indonesia, para Suster Komunitas Jogjakarta dan Jakarta, kedua orang tuaku, saudara-saudariku,

teman-temanku, sahabat, kenalan yang dengan cara mereka masing-masing telah membantu dan mendukung saya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini


(7)

MOTTO

“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga,

tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah

dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur”.


(8)

(9)

(10)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul PERAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (PAK) DALAM MENINGKATKAN PERKEMBANGAN IMAN SISWA KELAS VIII SMP KATOLIK SANTO PAULUS JAKARTA. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia, sehingga penulis merasa penting untuk mendalaminya. Keprihatinan besar yang penulis lihat kebanyakan orang tua yang berada di perkotaan sangat sibuk dengan pekerjaannya sehingga pendidikan agama yang seharusnya lebih banyak didapat oleh anak dalam keluarga sangat kurang. Oleh karena itu pelaksanaan pendidikan agama Katolik di sekolah adalah suatu usaha yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memperteguh iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran Gereja Katolik, dengan tetap memperhatikan penghormatan terhadap agama lain dalam hubungan kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.

Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah untuk mendapatkan gambaran bagaimana peran Pendidikan Agama Katolik terhadap perkembangan iman siswa baik dari segi pelaksanaannya, caranya maupun sarananya dapat membantu peserta didik untuk semakin berkembang dalam iman. Serta menemukan nilai-nilai Kristiani dalam hidup sehari-hari. Di samping itu studi pustaka juga diperlukan untuk memperoleh pemikiran-pemikiran untuk direfleksikan, sehingga diperoleh gagasan-gagasan yang dapat dipergunakan sebagai sumbangan pelaksanaan pendidikan agama Katolik di sekolah. Oleh karena itu penulis menyebarkan kuesioner yang berhubungan dengan judul skripsi kepada siswa-siswi kelas VIII SMP Katolik Santo Paulus Jakarta.

Pembahasan skripsi ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan agama Katolik di SMP Santo Paulus Jakarta sudah cukup baik. Untuk lebih meningkatkan pelaksanaan PAK di sekolah maka penulis mengusulkan kegiatan going and seeing agar dapat memperkaya peserta didik dalam memperkembangkan iman mereka sehingga mereka dapat bertindak sesuai dengan ajaran yang telah mereka dapatkan baik di sekolah khususnya pelajaran agama maupun dalam keluarga. Melalui kegiatan yang ditawarkan ini, peserta didik diharapkan semakin cerdas mengolah dan menggali pengalaman imannya sehingga menggerakkan mereka untuk semakin peka pada sesama yang menderita dan semakin mencintai Yesus Kristus melalui sesama. Dengan demikian mereka dapat tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang bertanggungjawab serta dewasa dalam iman.


(11)

ABSTRACT

This thesis titledTHE ROLE OF CATHOLIC RELIGIOUS

EDUCATION IN ENHANCING THE DEVELOPMENT OF FAITH OF GRADE VIII STUDENTS OF SAINT PAUL CATHOLIC JUNIOR HIGH SCHOOL JAKARTA. Education is one crucial aspect in human’s life, which makes the writer feels the importance of comprehending it. The writer notices a great concern on parents who live in urban area, who are so busy with their work, which leads the lack of religious education on children in the family, while they should get more than what they get. Therefore, Catholic religion education at school is a well-planned and continuous effort to develop the students’ ability to confirm their faith and virtue to God based on Catholic’s Church tuition, and still concerns on respect to other religion in the context of religious community harmony in our society for national union.

The main problem in this thesis is to figure out the role of Catholic Religion Education on the improvement of the students’ faith, on the application, way it takes, and the equipment needed, that can assist the students to grow in their faith. Moreover, they might find Christian values in daily life.Besides, literary study is also required in order to find thoughts to be reflected to gain ideas as assistance to the application on Catholic Religion Education at school. Therefore, the writer distributed questioner related to the title of the thesis to VIII grade students of SMP Katolik Santo Paulus Jakarta.

The discussion of the thesis shows that the implementation of Catholic religion education in SMP Santo Paulus Jakarta is done well. In order to realize the implementation of Catholic religion Education at school, the writer suggests “going and seeing program” for a model of guidance to assist the students of VIII grade in improving their faith so that they can act as the tuition they get related to religion subject, both at school and home. From this program, the students are expected to be smarter in managing and gaining their experience of faith to motivate them to be more sensitive to others who are suffering and to love Jesus more through other people. It will lead them to grow as responsible persons and mature on their faith.


(12)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa karena berkat dan kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PERAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (PAK) DALAM MENINGKATKAN PERKEMBANGAN IMAN SISWA KELAS VIII SMP KATOLIK SANTO PAULUS JAKARTA dapat diselesaikan. Penulisan ini dilatarbelakangi oleh keinginan penulis untuk mempelajari lebih dalam peran pendidikan agama Katolik yang terjadi di sekolah demi meningkatkan perkembangan iman siswa. Selain itu skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. FX. Heryatno, Wono Wulung. SJ, M. Ed, selaku dosen pembimbing

utama yang telah meluangkan waktu, tenaga, membimbing, memberikan pengarahan serta motivasi kepada penulis dalam menyusun skripsi dari awal hingga akhir penulisan.

2. Drs. L. Bambang Hendarto Y.M.Hum, selaku dosen pembimbing akademis

yang telah bersedia memberikan perhatian dan motivasi kepada penulis selama berproses di kampus IPPAK.


(13)

3. Bapak Yoseph Kristianto, SFK. M.Pd, selaku dosen penguji ke III yang selalu membimbing, memberikan semangat dan meluangkan waktu serta memberikan masukan berkaitan dengan skripsi ini.

4. Segenap Staf Sekretariat dan perpustakaan, dosen, dan karyawan Prodi

IPPAK, yang telah memberikan dukungan dan membantu penulis selama studi sampai terselesainya penulisan skripsi ini.

5. Sr. Delfina, SPC selaku ketua yayasan SMP Katolik Santo Paulus Jakarta yang

telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

6. Bapak Stevanus Sukimin, S.Pd selaku kepala sekolah SMP Katolik Santo

Paulus Jakarta, dan Bapak Bonefasius selaku guru PAK yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

7. Siswa-siswi kelas VIII SMP Katolik Santo Paulus Jakarta yang telah bersedia

membantu penulis dalam penelitian dengan mengisi kuesioner.

8. Teman-teman seangkatan 2010 yang selalu memotivasi dan memberikan

dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Suster-suster SPC yang dengan cinta, perhatian dan doanya mendukung

penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan dan dukungan sampai selesainya penulisan skripsi ini. Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan, pemahaman dan pengalaman, dalam penyususanan skripsi ini, sehingga skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua


(14)

(15)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR SINGKATAN ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penulisan ... 7

D. Manfaat Penulisan ... 7

E. Metode Penulisan ... 7

F. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II. PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM MENINGKATKAN PERKEMBANGAN IMAN SISWA PADA UMUMNYA ... 10

A. Pendidikan Agama Katolik (PAK)... 11

1. Pengertian PAK Secara Umum ... 11

2. Tujuan PAK ... 14

a. Demi Terwujudnya Nilai-nilai Kerajaan Allah ... 14

b. Untuk Menghidupi Iman Kristiani ... 15


(16)

3. Ruang Lingkup PAK ... 19

4. Pelaku Pendidikan ... 20

a. Guru ... 20

b. Tenaga Kependidikan ... 24

c. Peserta Didik ... 28

5. Kurikulum PAK ... 29

B. Perkembangan Iman Siswa ... 30

1. Pengertian Perkembangan Iman ... 30

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Iman ... 32

3. Tahap-tahap Perkembangan Iman ... 33

4. Ruang Lingkup Perkembangan Iman ... 36

a. Keluarga ... 36

b. Sekolah ... 37

c. Gereja ... 38

C. Sumbangan PAK Dalam Meningkatkan Perkembangan Iman Siswa SMP Pada Umumnya ... 39

BAB III. GAMBARAN PELAKSANAAN PAK DI SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PERKEMBANGAN IMAN SISWA KELAS VIII SMP KATOLIK SANTO PAULUS JAKARTA ... 44

A. Gambaran Umum SMP Katolik Santo Paulus Jakarta ... 44

1. Sejarah Berdiri Sekolah Santo Paulus Jakarta ... 44

2. Visi Misi Sekolah ... 47

3. Situasi Siswa-siswi SMP Katolik Santo Paulus Jakarta ... 48

B. Gambaran Pelaksanaan PAK di Sekolah dan Kegiatan Yang Mendukung Perkembangan Iman Siswa ... 49

1. Gambaran Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar di Sekolah ... 49

2. Pelaksanaan PAK di Sekolah ... 53

C. Penelitian Pelaksanaan PAK bagi Siswa-siswi Kelas VIII ... 54

1. Metodologi Penelitian ... 54

a. Latar Belakang Penelitian ... 54


(17)

c. Jenis Penelitian ... 56

d. Instrument Penelitian ... 56

e. Responden Penelitian ... 56

f. Tempat Penelitian ... 57

g. Variabel Penelitian ... 58

2. Laporan Hasil Penelitian dengan Kuesioner ... 58

a. Pelaksanaan PAK di Sekolah ... 60

b. Pengaruh PAK terhadap Perkembangan Iman siswa ... 62

c. Faktor Pendukung dan Penghambat Perkembangan Iman ... 64

3. Laporan Hasil Penelitian dengan Wawancara ... 66

4. Pembahasan Hasil Wawancara dengan Guru PAK ... 67

a. Pelaksanaan PAK di Sekolah ... 68

b. Pengaruh PAK terhadap Perkembangan Iman Siswa ... 69

c. Faktor Penghambat Perkembangan Iman Siswa ... 69

d. Faktor Pendukung Perkembangan Iman Siswa ... 70

5. Pembahasan Hasil Penelitian ... 71

6. Kesimpulan Hasil Penelitian ... 74

BAB IV. USAHA MENINGKATKAN KUALITAS PELAKSANAAN PAK DALAM MENINGKATKAN PERKEMBANGAN IMAN SISWA KELAS VIII SMP KATOLIK SANTO PAULUS JAKARTA ... 76

A. Dasar untuk Meningkatkan Kualitas PAK bagi Siswa ... 77

B. Upaya Meningkatkan Pelaksanaan PAK di Sekolah ... 78

1. Pendekatan PAK yang Bersifat Dialogis-Partisipatif ... 78

2. Memperkaya Proses Pembelajaran PAK dengan Kegiatan Going and Seeing(Pergi dan Melihat) ... 79

C. Usulan Kegiatan Going and Seeing ... 80

1. Latar Belakang Kegiatan Going and Seeing ... 80

2. Tujuan Kegiatan Menbantu Peserta Didik Secara Utuh ... 81

3. Alasan Pemilihan Tempat dan Waktu Pelaksanaan ... 83

D. Manfaat Going and Seeing ... 84


(18)

F. Contoh Persiapan Rekoleksi ... 88

BAB V. PENUTUP ... 96

A. Kesimpulan ... 96

B. Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ... Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian ... (1)

Lampiran 2 : Surat Bukti Penelitian di Sekolah ... (2)

Lampiran 3 : Kuesioner Penelitian ... (3)

Lampiran 4 : Panduan Pertanyaan Wawancara dengan Guru PAK ... (5)

Lampiran 5: Transkrip Hasil Wawancara dengan Guru PAK ... (6)

Lampiran 6 : Panduan Pelaksanaan dan Pertanyaan Going and Seeing ... (7)

Lampiran 7 : Contoh Jawaban Siswa ... (8)


(19)

DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH

A. Singkatan Dokumen-Dokumen Resmi Gereja

GE : Gravissimum Educationis. Konsili Vatikan II tentang Pendidikan Kristen

yang dikeluarkan pada tanggal 28 Oktober 1965.

LG : Lumen Gentium. Konstitusi Dogmatis tentang Gereja yang dikeluarkan

pada tanggal 21 November 1964. KWI : Konfrensi Waligereja Indonesia B. Singkatan Lain

PAK : Pendidikan Agama Katolik

IPA : Ilmu Pengetahuan Alam

IPS : Ilmu Pengetahuan Sosial

SMP : Sekolah Pendidikan Menegah Pertama

Dll : Dan lain-lain

SPC : Suster-suster Santo Paulus dari Chartres

LCD : Liquid Crystal Display

RAPBS : Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah.

OSIS : Organisasi Siswa Sekolah

UKS : Usaha Kesehatan Sekolah

STTB : Surat Tanda Tamat Belajar

Humas : Hubungan Masyarakat


(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pada dasarnya, pendidikan merupakan bekal manusia untuk bertumbuh dan berkembang menjadi lebih baik. Kehidupan manusia dalam dunia pendidikan mempunyai latar belakang yang berbeda-beda baik dari segi ekonomi, sosial budaya, dan segi kehidupan lainnya. Perbedaan inilah yang dapat berpengaruh pada pendidikan seseorang. Pendidikan pada dasarnya mengangkat derajat manusia ke martabat yang lebih luhur. Menurut pandangan tersebut, manusia yang bermartabat luhur mampu menentukan nasibnya sendiri dan dengan kekuatannya sendiri mampu mengembangkan diri dan mencapai kepenuhan eksistensinya menjadi manusia paripurna. Proses pemanusiawian manusia memang sering kali mendapat ranah yang berkembang di dalam pendidikan.

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak dipengaruhi pada proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik (Slamento, 2003:1). Pemahaman dasar manusia sebagai subyek membedakan manusia dengan makhluk lainnya, seperti hewan dan tumbuhan. Dengan dibekali akal budi, manusia mampu berpikir, dan mampu berkomunikasi dengan sesamanya. Kemampuan akal budi manusia melahirkan pendidikan yang semakin memampukan manusia untuk sadar mengenai dirinya, mengenal lingkungannya, mengenal sesamanya, dan Tuhan yang menciptakannya.Dengan


(21)

demikian Pendidikan Agama Katolik, dapat memperkembangkan jati diri atau inti hidup peserta didik (Heryatno, 2008: 14). Dari sinilah, Pendidikan Agama Katolik (selanjutnya disingkat PAK) menjadi proses yang terus menerus diusahakan, karena melibatkan unsur manusia sebagai subyek yang peduli pada hal-hal yang di luar dirinya, termasuk beriman pada Tuhan.

Agama juga memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi petunjuk dalam mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Pendidikan Agama Katolik (PAK) memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat beriman.Menyadari peran agama amat penting bagi kehidupan umat beriman maka penghayatan agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keharusan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

Pemerintah Republik Indonesia juga menegaskan visi pendidikan menyeluruh (komprehensif) menyangkut diri peserta didik, yakni mengembangkan kecerdasan hidup dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. UU Republik Indonesia tahun 2005bagian a) menegaskan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Rumusan paham pendidikan di atas memuat dua tujuan yaitu pengembangan kemampuan peserta didik dan yang tidak kalah pentingnya adalah


(22)

mengembangkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tujuan yang terakhir inilah yang menegaskan peran PAK menjadi penting dalam kurikulum pendidikan suatu Negara. Mengapa? Karena PAK memiliki tempat strategis mengembangkan potensi insan peserta didik sebagai citra Allah dalam keberadaannya di keluarga, sekolah, dan masyarakat dan menjadikannya semakin menjadi manusia beriman, taqwa, berakhlak mulia.

Melihat situasi yang terjadi di lapangan, Gereja bangkit dan menyerukan kepada segenap anggota Gereja agar dapat menolong kaum muda untuk mencapai masa depannya. Seruan Gereja pertama-tama ditujukan kepada keluarga, sekolah dan masyarakat. Karena dari sinilah seorang pribadi manusia mulai tumbuh dan berkembang. Sebab PAK merupakan bagian dari bagian pelayanan pastoral Gereja yang membuat peserta didik di sekolah sadar akan segala realitas, agar dapat sampai kepada Tuhan sebagai tujuan akhir hidupnya. Konsili Vatikan II

dalam Gravissimum Educationis (GE) artikel 8 menandaskan bahwa PAK di

sekolah dijiwai oleh semangat kebebasan Injili dan cinta kasih, dan membantu kaum muda supaya dalam mengembangkan kepribadian mereka sekaligus berkembang sebagai ciptaan baru. Pengajaran PAK mengarahkan seluruh kebudayaan manusia akhirnya kepada pewartaan keselamatan, sehingga pengetahuan yang secara berangsur-angsur diperoleh peserta didik tentang dunia, kehidupan manusia disinari oleh terang iman.

Salah satu seruan yang dikumandangkan oleh Gereja adalah Pendidikan Agama Katolik (PAK) yang dilaksanakan di sekolah. Peran serta Gereja untuk ambil bagian dalam membantu generasi muda agar mampu menghayati dan


(23)

mengamalkan imannya dalam hidup sehari-hari khususnya di lingkungan sekolah merupakan suatu bukti nyata bahwa Gereja peduli dan peka pada situasi dan keadaan yang terjadi dalam dunia dewasa ini.

PAK merupakan satu aspek yang sangat penting dalam seluruh kehidupan menggereja. Dengan demikian sangatlah penting jika sejak dini anak-anak sudah diajarkan tentang PAK agar dapat mengerti dan memahami nilai-nilai Kristiani. Tentunya PAK itu sendiri membutuhkan sebuah proses dan waktu yang cukup lama agar dapat membantu anak untuk tumbuh dan berkembang baik dalam iman maupun dalam kepribadian mereka.

Tidak dapat dipungkiri bahwa kurangnya pendidikan agama dalam keluarga sangat berpengaruh terhadap tingkah laku anak mengingat keluarga adalah pendidik yang pertama dan utama di mana anak menemukan nilai-nilai iman yang baik dari orang tua maupun anggota keluarga. Lingkungan tempat tinggal yang kurang kondusif juga amat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak itu sendiri. Selain itu juga lingkungan pendidikan yang kurang nyaman dan pendidik yang kurang peka pada kehidupan dan situasi peserta didik juga akan mempengaruhi perkembangan iman siswa. Oleh karena itu peran PAK sangat penting bagi anak usia sekolah. Misalnya di lingkungan sekolah, anak diajarkan untuk bersikap jujur dan terbuka dalam menghadapi masalah atau tindakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Kristiani. Melalui PAK anak diharapkan bertumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang kuat dan tangguh dalam menghadapi kegagalan ataupun keberhasilan. PAK juga merupakan salah satu usaha untuk memampukan peserta didik menjalani proses pemahaman,


(24)

pergumulan dan penghayatan iman dalam konteks hidup nyatanya. Dengan demikian proses ini mengandung unsur pemahaman iman, pergumulan iman, penghayatan iman dan hidup nyata. Proses PAK ini diharapkan semakin memperteguh dan mendewasakan iman peserta didik.

Gereja memandang bahwa sekolah-sekolah Katolik merupakan tempat yang tepat untuk mendidik dan membina kaum remaja agar mereka dapat bertumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang utuh dan berkepribadian yang luhur. Gereja melalui lembaga pendidikan Katolik melihat bahwa para siswa tidak hanya diajarkan menjadi seorang pribadi yang cerdas tetapi mereka juga dididik untuk menjadi pribadi yang sungguh beriman.

SMP Santo Paulus Jakarta adalah salah satu lembaga pendidikan yang menekankan pentingnya PAK di sekolah di samping mata pelajaran yang lain. Hal ini sangat penting bagi lembaga pendidikan dalam mempersiapkan peserta didik yang sungguh-sungguh beriman, mengingat bahwa kesibukan orang tua yang bekerja sebagai pengusaha, pebisnis dan yang bekerja di kantoran sehingga pendampingan iman anak kurang diperhatikan.

Maka melalui PAK di sekolah yang merupakan salah satu bentuk katekese, anak diharapkan bisa memperoleh pengetahuan tentang agama serta dasar-dasar iman yang kuat. Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa pendidik yang utama dan pertama adalah keluarga. Keluarga merupakan Gereja mini yang dapat mendidik anak untuk menemukan nilai-nilai Kristiani dan iman yang kuat sehingga nantinya iman itu dapat mereka wujudkan dalam hidup sehari-hari. Pendidikan anak dalam keluarga merupakan tanggungjawab orang tua dan tidak


(25)

dapat digantikan oleh siapapun juga misalnya nilai-nilai cinta kasih, perhatian, tolong menolong yang diteladankan oleh orang tua dialami dan juga yang dirasakan oleh anak akan mempengaruhinya dalam pergaulan dengan orang lain baik di sekolah maupun di masyarakat. Nilai-nilai ini juga akan mempengaruhi kedewasaan iman anak.

Dalam kenyataannya, karena kesibukannya maka orang tua mempercayakan anak pada pihak sekolah. Walaupun demikian, pendidikan anak tidak dibiarkan begitu saja tetapi perlu adanya kerjasama antara orang tua dan sekolah sehingga iman anak semakin tumbuh dan berkembang.

SMP Santo Paulus Jakarta mengusahakan pendidikan yang bersifat utuh, dan berkesinambungan demi memperkembangkan seluruh aspek hidup manusia terutama yang berhubungan dengan nilai-nilai kemanusiaan serta mewujudkan prinsip dasar pendidikan bukan hanya mempersiapkan peserta didik untuk mendapatkan pekerjaan melainkan untuk memperkembangkan kehidupan.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mendalami judul skripsi yakni “PERAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (PAK) DALAMMENINGKATKAN PERKEMBANGAN IMAN SISWA KELAS VIII SMP KATOLIK SANTO PAULUS JAKARTA”

B. Rumusan Masalah

1. Apa peran PAK di sekolah bagi perkembangan iman siswa SMP pada

umumnya?

2. Sejauh mana PAK di sekolah telah berhasil meningkatkan iman siswa kelas


(26)

3. Usaha apa yang dilakukan oleh guru PAK dalam meningkatkan iman siswa? C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui sumbangan PAK dalam meningkatkan iman siswa SMP

pada umumnya.

2. Mengetahui sejauh mana PAK diSMP Katolik Santo Paulus Jakartamampu

meningkatkan iman siswa dalam hidup sehari-hari.

3. Membantu guru PAK agar semakin kreatif dan terampil dalam membina

siswa sehingga meningkatkan imannya menuju kedewasaan dalam Kristus. D. Manfaat Penulisan

1. Bagi sekolah: memberi sumbangan pemikiran tentang pentingnya Pendidikan

Agama Katolik demi meningkatkan perkembangan iman siswa kelas VIII dan memberikan kesempatan kepada guru PAK dalam mengembangkan potensi sesuai dengan profesinya.

2. Bagi siswa agar mereka dapat memahami betapa pentingnya PAK

dalamperkembangan iman mereka.

3.Bagi penulis: menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pentingnya

Pendidikan Agama Katolik dalam meningkatkan perkembangan iman siswa sehingga dapat menemukan cara maupun metode yang tepat sehubungan dengan Pendidikan Agama Katolik.

E. Metode Penulisan

Penulis menggunakan metode deskriptif analisis dalam penulisan skripsi ini. Metode deskriptif analisis yaitu menggambarkan apa yang penulis dapatkan berdasarkan studi pustaka dan penelitian di lapangan dan penyebaran kuesioner.


(27)

Untuk mengetahui permasalahan yang ada sehingga ditemukan pemecahan yang tepat sehubungan dengan peran Pendidikan Agama Katolik dalam meningkatkan perkembangan iman siswa kelas VII SMP Santo Paulus Jakarta.

F. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika ini penulis menyampaikan pokok-pokok gagasan skripsi:

Bab I merupakan pendahuluan. Pada bagian ini penulis menguraikan mengenai latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama membahas tentang PAK di sekolah yang meliputi: pengertian, tujuan, ruang lingkup, pelaku pendidikan, dan kurikulum PAK. Bagian kedua membahas tentang perkembangan iman yang meliputi: pengertian, faktor-faktor yang mempengaruhi, tahap-tahap, dan ruang lingkup perkembangan iman. Bagian ketiga membahas tentang sumbangan PAK dalam meningkatkan perkembangan iman siswa kelas VIII SMP Katolik Santo Paulus Jakarta.

Bab III menguraikan gambaran umum tentang SMP Katolik Santo Paulus Jakarta. Pada bab ini penulis akan membahas tentang sejarah singkat SMP Katolik Santo Paulus Jakarta, visi-misi, situasi siswa-siswi. Pokok yang kedua penulis akan membahas mengenai: gambaran pelaksanaan PAK di sekolah serta kegiatan-kegiatan yang mendukung perkembangan iman siswa. Sedangkan pada bagian akhir, penulis menguraikan tentang penelitian mengenai pelaksanaan PAK bagi siswa-siswi kelas VIII di SMP Santo Paulus Jakarta dan hasil penelitian serta pembahasannya.


(28)

Dalam Bab IV, penulis akan memaparkan kegiatan going and seeingsebagai bentuk pembinaan iman siswa kelas VIII SMP Santo Paulus Jakarta. Dan pada Bab V yang adalah penutup dari penulisan skripsi ini, penulis akan membuat kesimpulan dan memberikan saran terkait dengan pelaksanaan PAK dan pendampingan yang berkelanjutan bagi siswa-siswi SMP Santo Paulus Jakarta tentang pentingnya PAK dalam meningkatkan perkembangan iman mereka.


(29)

BAB II

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (PAK) DALAM MENINGKATKAN PERKEMBANGAN IMAN SISWA

Berdasarkan latar belakang penulisan, rumusan penulisan dan tujuan penulisan yang telah diuraikan pada bab pertama, maka pada bab kedua penulis akan menguraikan teori tentang Pendidikan Agama Katolik dalam meningkatkan perkembangan iman siswa, agar siswa semakin tumbuh dan berkembang dalam iman.

Pada bab IIini penulis akan membagipembahasan menjadi tiga bagian: bagian pertama membahas tentang PAK di sekolah yang meliputi: pengertian, tujuan, ruang lingkup,kurikulum dan pelaku pendidikan. Bagian kedua membahas tentang perkembangan iman yang meliputi: pengertian perkembangan iman,faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan iman, tahap-tahap perkembangan imandan ruang lingkup perkembangan iman. Bagian ketiga membahas tentang sumbangan PAK dalam meningkatkan perkembangan iman siswa SMP pada umumnya.

Secara keseluruhan bab ini akan menguraikan tentang Pendidikan Agama Katolik dalam meningkatkan perkembangan iman siswa SMP pada umunnya. Dengan perkembangan zaman yang begitu pesat maka Pendidikan Agama Katolik sangat penting bagi para siswa. PAK sangat penting bagi peserta didik karena dapat membantu peserta didik untuk mencapai kedewasaan iman dalam segala aspeknya. Oleh karena itu, PAK sangat penting bagi peserta didik bukan semata-mata memenuhi tuntutan formal kurikuler yang melulu mengutamakan segi


(30)

kognitif melainkan demi mencapai kepenuhan dalam Kristus lewat pengalaman hidup sehari-hari.

A.Pendidikan Agama Katolik (PAK)

1. Pengertian Pendidikan Agama Katolik Secara Umum

Heryatno (2008: 23) berpendapat bahwa Pendidikan Agama Katolik merupakan proses pendidikan dalam iman yang diselenggarakan oleh Gereja, sekolah, keluarga, dan kelompok jemaat lainnya untuk membantu naradidik agar semakin beriman kepada Tuhan Yesus Kristus sehingga nilai-nilai Kerajaan Allah sungguh terwujud di tengah-tengah hidup mereka. Pendidikan Agama Katolik juga dipahami sebagai komunikasi penghayatan atau pengalaman iman.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa Pendidikan Agama Katolik adalah suatu proses pendidikan yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam mengembangkan peserta didik untuk memperteguh imannya kepada Tuhan Yesus Kristus sesuai dengan ajaran Gereja Katolik dengan tetap memperhatikan nilai-nilai Kerajaan Allah dalam kehidupan di tengah keluarga, sekolah, masyarakat, dan di manapun saja mereka berada. Oleh karena itu, antara Gereja, sekolah, keluarga dan kelompok jemaat lainnya perlu bekerjasama demi terwujudnya pendidikan yang baik bagi peserta didik.

PAK di sekolah merupakan salah satu bentuk pendidikan iman dan suatu usaha untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan nasional. Heryatno (2008: 16) menegaskan kembali pandangan Mangunwijaya tentang hakikat dasar PAK sebagai komunikasi iman, bukan pengajaran agama. Ia membedakan antara beragama atau punya agama (having religion) dengan beriman (being religius).


(31)

Agama berkaitan dengan hukum, peraturan, ritus, kebiasaan, lambang-lambang luar, dan segi-segi sosiologis. Agama merupakan jalan dan sarana menuju kepenuhan dan kesejahteraan hidup, jalan manusia menuju kesatuan dengan Tuhan.

Pendidikan Agama Katolik di sekolah adalah salah satu bidang studi yang mempunyai kedudukan yang sama dengan bidang studi lainnya seperti Pendidikan Pancasila, Pendidikan Sejarah, Matematika, IPS dan lain-lain. Berhubung memiliki kedudukan yang sama dengan bidang studi yang lain, maka PAK di sekolah terikat pada kurikulum dan waktu yang tersedia serta patuh pada aturan main sekolah. Dengan demikian Pendidikan Agama Katolik tidak hanya berhenti pada agama yakni hal-hal lahiriah melainkan PAK dapat menghantar peserta didik sampai pada iman dan taqwa terhadap Tuhan serta penuh persaudaraan dengan semua orang.

Dapiyanta (2008: 1) menyatakan bahwa PAK secara operasional ialah komunikasi iman antara guru-murid dan antar murid melalui proses berdasar pendekatan tertentu dengan bantuan materi, metode, dan media, yang bertitik tolak dari keadaan awal tertentu menuju tujuan tertentu. Artinya komunikasi iman yang terjadi bukan hanya satu arah melainkan dua arah yang saling berhubungan erat dan terlaksana lewat media, metode serta materi yang disampaikan.

Heryatno (2008: 14) menyatakan bahwa PAK berusaha membantu peserta didik memperkembangkan jiwa dan interioritas hidup mereka. Artinya bahwa pendidikan tidak hanya menyebar informasi saja melainkan memberi ilham dan inspirasi hidup kepada para peserta didik. Inspirasi yang dapat diberikan kepada


(32)

peserta didik antara lain bagaimana mereka menghadapi kenyataan hidup di masa sekarang dan menjawab tantangan di masa depan, sehingga mereka dapat menemukan makna hidup yang dihadapi sehari-hari. PAK disekolah merupakan salah satu usaha untuk memampukan siswa berinteraksi (berkomunikasi), memahami, menggumuli dan menghayati iman, sehinggaiman siswa semakin diperteguh. Oleh karena itu, PAK di sekolah harus sungguh disadari sebagai salah satu bagian dari tugas pastoral Gereja terhadap peserta didik yang bertujuan agar peserta didik mampu menggumuli hidup dari segi pandang Katolik dan dengan demikian berkembang menjadi manusia paripurna (manusia beriman).

Kristianto (2005: 9) menyatakan bahwa sebagai pendidikan iman, PAK di sekolah hendaknya dapat membantu siswa agar iman mereka menjadi pusat kepribadiannya, serta dapat membantu proses kepribadiannya. Proses perkembangan imannya secara harmonis memiliki tiga aspek yaitu pengetahuan, perayaan dan penghayatannya. Artinya bahwa proses PAK hendaknya mampu menciptakan situasi, lingkungan, iklim serta kemungkinan-kemungkinan sedemikian rupa, agar iman sungguh-sungguh menjadi landasan sekaligus peneguhan semua aspek kehidupan orang yang bersangkutan. Sedangkan pembinaan iman mengarah pada upaya pembentukan atau pengembangan nilai-nilai kehidupan sosial seperti rasa kebangsaan, keadilan, kedamaian, gotong-royong, kerjasama yang secara menyeluruh dilaksanakan secara bersama-sama.

Heryatno (2008: 75) mengutip pandangan Miller yang mengatakan bahwa di dalam konteks PAK, perkembangan iman tidak hanya mencakup dimensi personal melainkan juga merupakan interaksi antara individu dengan peristiwa hidup yang


(33)

bersifat komunal (dimensi eklesial yang komunal). Di samping itu, perkembangan iman juga terjadi karena rahmat Allah. Maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Katolik di sekolah bertujuan untuk menanamkan pengetahuan agama dan dorongan iman sehingga peserta didik menjadi warga negara yang baik dalam semangat iman Katolik.

2. Tujuan Pendidikan Agama Katolik

Groome (2010: 48) menyatakan bahwa tujuan PAK adalah “Berbagi cerita dan visi kita” yaitu demi mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah, untuk menghidupi iman Kristiani dan untuk kebebasan manusia. Menurut Groome tujuan Pendidikan Agama Kristen adalah untuk memampukan peserta didik sebagai orang-orang Kristen untuk hidup sesuai dengan iman Kristen. Apa yang sebenarnya diharapkan dari orang Kristen dan bagaimana gaya hidup yang dipromosikan telah mengambil ekspresi-ekspresi yang berbeda pada waktu yang berbeda.

a. Demi Terwujudnya Nilai-nilai Kerajaan Allah

Kerajaan Allah adalah rencana Allah bagi ciptaan. Kerajaan Allah adalah tema dan tujuan utama dalam pemberitaan dan kehidupan Yesus Kristus. Oleh karena itu kegiatan pendidikan dimaksudkan untuk mengantar orang-orang ke arah iman Kristiani, tujuan utama pendidikan yang demikian adalah Kerajaan Allah di dalam Yesus Kristus sendiri. Kerajaan Allah memiliki konotasi yang unik bagi setiap individu (Groome 2010: 69).

Kerajaan Allah sebagai metapurpose yaitu untuk memperjuangkan terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam diri Yesus Kristus. Yesus Kristus


(34)

di dalam sabda karya dan seluruh hidup-Nya mempunyai keprihatinan pokok mewartakan serta mewujudkan Kerajaan Allah. Terwujudnya Kerajaan Allah merupakan visi dasar atau arah utama seluruh kegiatan pendidikan di dalam PAK. Pendidikan dalam iman menuntut proses pendidikan yang membentuk dan memberdayakan seluruh dimensi hidup peserta didik sebagai mitra Yesus Kristus di dalam memperjuangkan terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah-tengah komunitas sekolah mereka (Heryatno, 2008: 26-27).

Kerajaan Allah adalah sebuah simbol yang menggambarkan kehadiran Allah yang aktif yang berkuasa di atas, di dalam, dan di akhir sejarah. Hal ini demikian karena kedaulatan Allah sebagai pencipta dan penopang di atas segala sesuatu. Kesempurnaan visi Allah bagi ciptaan akan terealisasikan hanya diakhir sejarah, tetapi pada waktu bersamaan Allah aktif di tengah-tengah sejarah demi mewujudkan kesempurnaan pemerintahan Allah. Kerajaan Allah di tengah-tengah hidup manusia menjadi tolak ukur dari segala pendidikan iman. Proses. Pendidikan iman sungguh berhasil kalau nilai-nilai Kerajaan Allah sungguh dialami secara nyata oleh semua manusia (Groome, 2010: 72).

b. Untuk Menghidupi Iman Kristiani

Komunikasi Kristiani merupakan salah satu usaha untuk memperkembangkan iman Kristiani yang hidup. Hal ini menjadi tujuan yang harus dicapai dari kegiatan pendidikan Kristiani sepanjang zaman dan para pendidik dapat diharapkan membangkitkan iman para peserta didik. Iman merupakan anugerah yang diberikan oleh Allah secara cuma-cuma. Roh Kudus yang memberikan pertumbuhan iman. Ini tidak meniadakan atau membuat


(35)

berlebih-lebihan perhatian atau anugerah dan tanggung jawab pendidikan dan komunitas Katolik (Groome, 2010: 80).

Pendidikan iman dalam sekolah merupakan proses pendewasaan iman yang diharapkan membantu memperkembangkan iman peserta didik secara seimbang yang meliputi kegiatan meyakini (believing) yaitu merefleksikan keyakinan dan keputusan iman. Iman yang secara umum diwariskan dalam ekspresi komunitas lewat tradisi iman agama (Kitab Suci, syahadat, doktrin dan dogma), namun anggota komunitas berharap mengetahui tentang kayakinan personalnya dan memilih untuk memeluk kepercayaan dan nilai-nilai yang ditawarkan oleh tradisi tersebut. Tindakan mempercayai (trusting). Dalam konteks pendidikan, guru PAK memiliki tugas untuk mengasuh (to nurture) perkembangan peserta didik dalam iman Kristiani sebagai agent-subject-in relationship.

Groome mengajukan tiga alasan: pertama membantu perkembangan spiritual peserta didik menjadi lebih mendalam (dalam hal cinta) dan percaya pada Tuhan. Hal ini mensyaratkan peserta didik sebagai pendoa, bersifat personal dan komunal, verbal dan kontemplatif. Alasan kedua dimensi relasional iman Kristani meminta pendidikan yang membentuk peserta didik dalam identitas sebagai anggota komunitas Kristiani (dalam hal ini Gereja) dan membaharui hidup secara baik. Alasan ketiga kita mengajar peserta didik pada kebaikan cinta yang dalam dan kekal serta pada keadilan dalam umat manusia (Groome, 1991: 20).

Kegiatan iman yang ketiga yaitu menjalankan kehendak Allah (doing God’s will). Injil Matius menyatakan bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah tidak cukup hanya mengetahui dan menyatakan Allah hanyalah sebagai Allah, namun


(36)

kita harus juga melakukan kehendak Allah (lih. Mat 7: 21). Pandangan ini mau menegaskan bahwa perlunya tindakan nyata agar peserta didik sampai pada tujuan inti pendidikan yaitu Kerajaan Allah.

c. Untuk Kebebasan Manusia

Dasar kebebasan manusia adalah jati dirinya sendiri yang diciptakan oleh Allah menurut kehendak-Nya yang bebas. Manusia diciptakan oleh Allah menurut gambar dan rupa Allah sendiri. Ini berarti manusia memiliki martabat hidup yang mulia. Ia juga memiliki peran, tugas hidup yang sangat penting yaitu membangun dunia supaya menjadi lebih baik. Manusia memiliki potensi atau peluang untuk sungguh-sungguh menjadi bebas (Heryatno, 2008: 36). Oleh karena itu bebas kepada Allah membuat kita bebas kepada diri kita sendiri dan dengan jalan tersebut kita pun bebas untuk berbuat baik kepada sesama. Manusia bebas kalau bersatu dengan Allah. Manusia dapat bersatu dengan Allah karena rahmat-Nya yang berkarya di dalamnya dan karena Allah yang mendatangi manusia mengundang dan memampukan manusia dapat tinggal di dalam-Nya. Karena itu proses pendidikan agama Kristiani perlu diusahakan sedemikian rupa sehingga mendorong terwujudnya kebebasan utuh dalam arti tiga mantra yaitu kebebasan dalam roh, kebebasan jiwa dan kebebasan yang bersifat sosial-politik.

Iman Kristiani yang matang dan dewasa menjadi salah satu tujuan mendasar dari pendidikan iman. Iman yang dewasa dapat diwujud nyatakan melalui pertobatan integral yang terus menerus diperbaharui. Pertobatan personal yang bersifat integral tidak dapat dipisahkan dari transformasi hidup masyarakat. Tiga teori PAK yaitu demi terwujudnya Kerajaan Allah, untuk menghidupi iman


(37)

Kristiani dan demi kebebasan perlu disatukan dan diwujudkan secara bersama-sama karena saling berkaitan sehingga tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.

KWI (2011: 10) menyatakan bahwa pada dasarnyaPendidikan Agama Katolik bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan untuk membangun hidup yang semakin beriman. Membangun hidup beriman Kristiani berarti membangun kesetiaan pada InjilYesus Kristus, yang memiliki keprihatinan tunggal, yakni Kerajaan Allah. Kerajaan Allah merupakan situasi dan peristiwa penyelamatan: situasi dan perjuangan untuk perdamaian dan keadilan, kebahagiaan dan kesejahteraan, persaudaraan dan kesetiaan, kelestarian lingkungan hidup, yang dirindukan oleh setiap orang dari pelbagai agama dan kepercayaan.

Dapiyanta (2008: 23) menyatakan bahwa tujuan PAK di sekolah dirumuskan secara luas dan sempit. Secara luas tujuan PAK ialah memperluas pengatahuan, memperteguh pergulatan iman (internalisasi), dan memperkaya penghayatan iman. Sedangkan secara sempit PAK bertujuan membantu peserta didik menggumuli hidupnya dari sudut pandang Kristen. Dengan begitu peserta didik memperkembangkan pengetahuan dan penghayatan iman menuju kepenuhan di dalam Kristus.

Kristianto (2005: 9) menyatakan bahwa PAK di sekolah perlu diarahkan untuk membantu peserta didik mengetahui prinsip-prinsip kebenaran iman, mencapai dan memiliki kebenaran iman itu sebagai hal yang baik, serta menata sikap dan tingkah lakunya sesuai kebenaran yang diimani dan dianggap baik.


(38)

Dengan demikian tujuan PAK sangat khas dan tidak dimiliki oleh bidang studi yang lain. Oleh karena itu, jika hal ini dilakukan secara konsisten maka akhirnya baik guru PAK maupun pihak sekolah tidak akan menuntut nilai yang dilakukan secara formal dan menentukan kenaikan atau kelulusan seorang siswa. PAK akan selalu merupakan proses seumur hidup. Dalam prosesnya PAK tidak akan pernah bisa diuji selama orang atau siswa yang bersangkutan masih hidup sehingga sebenarnya PAK tidak perlu dinilai dengan angka.

3. Ruang Lingkup PAK

Dapiyanta (2008: 5) menyatakan bahwa ruang lingkup PAK di sekolah tidak terlepas dari bahan katekese. Sebagaimana hakikat katekese ialah pelayanan sabda (wahyu) oleh Gereja yang ditanggapi manusia dengan iman yang keduanya nyata dan menyatu dalam diri Kristus, demi keselamatan seluruh ciptaan, maka bahan katekese ialah wahyu dan iman dalam lingkup Gereja Katolik yang berpusat pada Kristus.

Dapiyanta (2008: 15) menegaskan kembali pandangan Jacobs, tentang proses Pendidikan Agama Katolik, di mana bahan menjadi salah satu faktor penting dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik. Bahan dijadikan sarana bagi guru untuk mencapai tujuan dalam proses pembelajaran. Bahan pembelajaran hendaknya sesuai dengan kebutuhan siswa untuk mencapai tujuan. Pendidikan Agama Katolik di sekolah memerlukan pola komunikasi tertentu yang sesuai dengan situasi peserta dan harapan Pendidikan Agama Katolik. Agar peserta didik memahami diri sendiri, sesama dan lingkungan untuk mencari dan membangun


(39)

hidup yang berarti dan mendalam seperti yang diwartakan oleh Yesus Kristus dan diwujudkan serta diwartakan terus menerus oleh umat beriman Katolik.

Dengan demikian maka, Pendidikan Agama Katolik di sekolah lebih merupakan salah satu usaha untuk memampukan peserta didik menjalani proses pemahaman, pergumulan, dan penghayatan iman dalam hidup sehari-hari dan berkembang terus dalam kehidupan nyata. Proses ini diharapkan semakin memperteguh dan mendewasakan iman peserta didik.

4. Pelaku pendidikan a. Guru

UU No. 14 Tahun 2005, pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, dan mengevaluasi peserta didik. Sedangkan Mintoro Sufiyanta (2010:57) menyatakan bahwapendidik adalah jabatan atau profesi yang

membutuhkan keahlian khusus. Di dalam pendidikan, guru mempunyai tiga tugas

pokok yang bisa dilaksanakan yaitu : pertama, tugas profesional yaitu tugas yang berhubungan dengan profesinya yang meliputi tugas untuk mendidik, mengajar, dan tugas untuk melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan

serta teknologi sedangkan melatih berarti mengembangkan ketrampilan.Kedua,

tugas kemasyarakatan yaitu tugas sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang berfungsi sebagai pencipta masa depan dan penggerak kemampuan. Keberadaan guru menjadi faktor penentu yang tidak dapat digantikan oleh komponen mana pun dalam kehidupan bangsa sejak dahulu. Ketiga,tugas


(40)

manusiawi yaitu tugas sebagai seorang manusia. Guru harus bisa menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua bagi murid. Guru harus bisa menarik simpatik dari peserta didik melalui teladan hidup dan mampunyai relasi yang harmonis

sebagai “bapa-anak” sehingga ia menjadi idola bagi peserta didik. 

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa tugas seorang pendidik atau guru adalah mengantar keluar dengan selamat peserta didik dari berbagai rintangan menuju padang rumput yang hijau. Sama seperti gembala guru dipanggil untuk menggembalakan peserta didik, mengenal pribadi dan karakter masing-masing serta membantu mereka dalam mengembangkan diri.

Groome (2010: 389) menyatakan bahwa pendidik memiliki tugas yang khusus dalam komunitas Kristiani. Artinya pendidik agama Kristiani harus mampu menghadirkan pribadi Yesus Kristus ketika melayani peserta didik. Groome menekankan beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang pendidik yaitu pertama jabatan mengajar adalah sebuah bentuk pelayanan yang dilakukan atas nama Yesus Kristus. Kedua jelas dari Gereja mula-mula jabatan pengajar adalah menjadi pelayan firman. Maka dapat dikatakan bahwa jabatan pengajar memiliki kesamaan dengan para pelayan firman atau pemberita-pemberita Injil Tuhan.

Mintoro Sufiyanta (2010: 218) menyatakan bahwa guru yang profesional harus secara efektif memberikan perhatian pada peserta didik sehingga peserta didik merasa dekat dengannya. Lebih lanjut dikatakan bahwa guru yang penuh perhatian pada peserta didik akan lebih memberikan peneguhan dan dorongan semangat seperti kesabaran, kepercayaan, kejujuran dan keberanian; juga


(41)

mendengarkan dengan empati, memahami, mengenal masing-masing peserta didik secara individu, hangat, penyemangat dan yang paling penting adalah mencintai pribadi peserta didik.

Miller dalam Heryatno (2008: 86) menguraikan bahwa guru harus memiliki visi ke depan bagi perkembangan setiap peserta didiknya. Visi yang dimaksudkan adalah agar peserta didik dapat mencapai tahap perkembangan kognitif, emosi, moral dan iman. Oleh karena itu, guru harus menjadi sahabat dan pendamping bagi perkembangan pribadi peserta didik sehingga visi di atas dapat tercapai. Miller juga menegaskan bahwa PAK sungguh-sungguh perlu menekankan interaksi dan komunikasi yang fasilitatif dan kondusif bagi peserta didik supaya secara terus-menerus berkembang ke tahap berikutnya. Komunikasi sangat penting dalam tingkat perkembangan kognitif, emosi, moral, iman peserta didik.

Menurut Heryatno (2008: 113-117) sikap dasar dan semangat para guru harus diwujudkan di dalam tugasnya yaitu:

a. Meneguhkan pribadi dan jati diri

Para guru diharapkan menghormati harkat dan martabat para peserta didik yang mulia, menghargai segala talenta dan keunikan serta memahami kemampuan mereka sebagai titik tolak dari seluruh kegiatan pendidikan mereka. Guru juga membantu para peserta didik yang lemah dan bermasalah agar mereka memiliki peluang dan kesempatan yang sama dengan teman-teman lainnya, agar mereka pun dapat berkembang menjadi lebih baik.


(42)

b. Tahap yakin dan penuh harap

Sebagai pendidik, guru harus memiliki harapan dan keyakinan bahwa semua peserta didik dapat berkembang sesuai dengan bakat-bakat yang mereka terima dari Tuhan. Guru juga harus yakin bahwa semua peserta didik dapat sampai pada kelimpahan dan kepenuhan hidup karena kebaikan dan kemurahan hati Tuhan.

c. Mengasihi

Sikap yang tidak kalah penting dari para guru adalah mengasihi peserta didik. Beriman, berharap, dan mengasihi hidup para peserta didik itulah yang menjadi sikap, tekad, dan kesadaran yang wajib diwujudkan dalam melaksanakan tugas panggilan mereka sebagai pendidik. Dengan kasih yang bersedia berkorban seperti Yesus dari para pendidik sungguh dapat mengubah sikap dan perilaku peserta didik sekaligus memberikan hasil yang baik dan menyenangkan.

d. Menghormati peserta didik sebagai subjek

Peserta didik adalah subjek pendidikan. Oleh karena itu, guru harus memperlakukan dan menghormati peserta didik sebagai subjek pendidikan. Dengan memperlakukan peserta didik sebagai subjek/pelaku utama, dalam proses pembelajaran guru mewujudkan relasi antara pendidik dan peserta didik bukan relasi subjek dengan objek melainkan subjek dengan subjek. Di dalam relasi tersebut yang diharapkan oleh para peserta didik bukan semata-mata isi mata pelajaran tetapi inspirasi dan teladan hidup. Dengan memperlakukan peserta didik sebagai subjek, para guru akan memberdayakan mereka sebagai pelaku pendidikan yang aktif, kreatif, dan realistis. Para guru harus mampu menciptakan suasana yang kondusif yaitu suasanan akrab, saling menerima, dan menghargai


(43)

serta suasana kebersamaan yang sungguh menghormati inspirasi, aspirasi, dan gagasan peserta didik. Dengan suasana ini diharapkan bahwa pendidik dapat memperkembangkan kepribadian peserta didik secara utuh. Yang dimaksud perkembangan kepribadian yang utuh adalah bukan hanya intelektual tetapi juga perasaan, emosi, hati dan perilaku mereka. Hal ini perlu diusahakan agar pendidikan menjadi proses perkembangan diri mereka secara utuh dan seimbang.

e. Menghormati kebebasan, hak dan tanggungjawab

Kebebasan terwujud jika pendidik menghormati hidup peserta didik sebagai pribadi dan mendorong mereka untuk bersikap serta bertindak berdasar hati nuraninya. Dengan menghormati kebebasan dan semua hak peserta didik, para guru diharapkan menyelenggarakan proses pendidikan yang bersifat sungguh membebaskan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu hal penting yang dituntut dari seorang pendidik adalah mengasihi para peserta didik. Dengan mengasihi peserta didik, seorang pendidik dapat mengantar mereka kepada kebenaran yang telah Allah letakkan pada inti hidup mereka dan membantu mereka menjadi orang-orang yang bebas. Dengan demikian, mereka dapat mengambil bagian di dalam perjuangan mewujudkan kehadiran nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah-tengah kehidupan mereka.

b. Tenaga kependidikan

UU NO. 20 tahun 2003 pasal 140 ayat 3 menyatakan bahwa tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan yang meliputi: pertama, kepala


(44)

sekolah adalah orang yang bertanggungjawab terhadap seluruh proses belajar mengajar di sebuah sekolah. Ia adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap aplikasi prinsip-prinsip administrasi pendidikan yang inovatif. Selain itu, ia juga adalah seorang guru yang mendapat tugas tambahan sebagai pemimpin, pendidik, administrator, supervisor, innovator, motivator dan edukator. Tugas kepala sekolah antara lain: memberikan bimbingan kepada seluruh warga sekolah khususnya kepada guru dalam memperbaiki mutu proses belajar mengajar, memberikan bimbingan kepada guru dalam memperbaiki mutu proses belajar mengajar, sebagai edukator, kepala sekolah bertugas melaksanakan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien. Sebagai manager, kepala sekolah bertugas menyusun perencanaan, mengarahkan dan mengkoordinasikan kegiatan, melaksanakan pengawasan dan mengevaluasi kegiatan, menentukan kebijakan, mengadakan rapat, mengambil keputusan, mengatur proses belajar mengajar, mengatur administrasi Ketatausahaan, siswa, ketenangan, sarana dan prasarana, keuangan / RAPBS, mengatur Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dan mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat dan instansi terkait. Sebagai administrator, kepala sekolah bertugas menyelenggarakan administrasi: perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, kurikulum, kesiswaan, ketatausahaan, ketenagaan, kantor, keuangan, perpustakaan, laboratorium, ruang keterampilan/kesenian, Bimbingan Konseling, UKS, OSIS, serbaguna, media, gudang. Sebagai supervisor, kepala sekolah bertugas melakukan supervisi mengenai proses belajar mengajar, kegiatan bimbingan dan konseling, kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan ketatausahaan, kegiatan kerjasama dengan masyarakat


(45)

dan instansi terkait, sarana dan prasarana, kegiatan OSIS. Sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah adalah orang yang dapat dipercaya, jujur dan bertanggung jawab, harus memahami kondisi guru, karyawan dan siswa, memiliki visi dan memahami misi sekolah, mengambil keputusan intern dan ekstern sekolah, membuat, mencari dan memilih gagasan baru, dalam rangka melakukan peran dan fungsinya. Sebagai innovator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan sekolah, dan mengembangkan model-model pembelajaran yang inofatif. Kepala sekolah sebagai inovator akan tercermin dari cara ia melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif dan keteladanan, sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar (PSB) menerapkan prinsip penghargaan dan hukuman. Dalam melaksanakan tugasnya, kepala sekolah dapat mendelegasikan kepada wakil kepala sekolah. Kedua, Wakil kepala sekolah bertugas menyusun program kerja, melakukan perencanaan ketenagaan, pengorganisasian, mewakili kepala sekolah dalam segala sesuatu yang berkaitan dengan masalah pendidikan. Ketiga, bagian kurikulum dan pengajaran bertugas menyusun dan menjabarkan kalender pendidikan, menyusun pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran, mengatur penyusunan progam


(46)

pembelajaran program-program satuan pembelajaran, dan persiapan

mengajar, penjabaran dan penyesuaian kurikulum, mengatur pelaksanaan

kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler, mengatur pelaksanaan program penilaian, kriteria kenaikan kelas, kriteria kelulusan dan laporan kemajuan belajar siswa, serta pembagian rapor dan STTB, mengatur pelaksanaan program perbaikan dan pengayaan, mengatur pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar, mengatur mutasi siswa, melakukan supervisi administrasi dan akademis, dan menyusun laporan. Keempat, bagian kesiswaan bertugas menyusun program terkait dengan pembinaan kesiswaan, melaksanakan arahan dan bimbingan serta pengendalian kegiatan kesiswaan. Kelima, bagian sarana dan prasarana bertugas sebagai pengelola perawatan dan perbaikan sarana dan prasarana sekolah, menyusun program pengadaan sarana dan prasarana untuk menunjang proses belajar mengajar. keenam, humas sekolah bertugas mengatur dan menyelenggarakan hubungan sekolah dengan dewan sekolah atau komite sekolah dan juga dengan orangtua/wali murid serta menjalin hubungan dengan lembaga/instansi terkait dalam rangka pengembangan sekolah. Ketuju, Tata Usaha bertugas menyusun program kerja tata usaha sekolah, melakukan pengelolaan dan pengarsipan surat-surat masuk, menyusun administrasi sekolah meliputi kurikulum, kesiswaan dan kepegawaian. Kedelapan, Perpustakaan: sebagai penyusun program kerja perpustakaan sekolah, menyusun dan melaksanakan perencanaan pengadaan bahan pustaka.


(47)

c. Peserta Didik

Groome (2010: 386-388) mengatakan bahwa peserta didik dipanggil sebagai pembuat sejarah (cerita) dan mampu menjadi para pembuat sejarah (visi). Kita dibentuk oleh sejarah, tetapi kita juga dapat membentuk sejarah. Kita dapat membuat pilihan-pilihan dan bertindak atas dunia untuk mempengaruhi masa depan. Sebagai peserta didik kita juga dapat membuat pilihan-pilihan dan bertindak di dalam kehidupan kita (dunia) untuk mempengaruhi masa depan. Dalam konteks pembentukan iman Kristiani ini berarti bahwa para peserta didik dapat mencapai kesadaran Kristiani yang menyebabkan mereka terlibat di dunia untuk menghadirkan Kerajaan Allah yang telah ada dan mempersiapkan bahan bagi kesempurnaan yang terakhir yang merupakan tanggung jawab bersama baik dari pendidik maupun dari peserta didik. Kita tidak dapat membangun Kerajaan Allah oleh diri kita sendiri. Kerajaan Allah adalah anugerah dari Allah sendiri. Memperlakukan para peserta didik sebagai subjek dan para pembuat sejarah dapat juga menuntut perubahan besar dalam kesadaran bagi sebagian besar kita para pendidik. PAK untuk dan oleh Gereja yang utuh menuju kedewasaan iman Kristiani.

Lebih lanjut Groome (2010: 33) mengatakan bahwa peserta didik harus diperlakukan sebagai subjek-subjek bukan dari kemurahan hati kita atau jasa mereka, melainkan karena seluruh manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (bdk. Kej 1:26-27). Mereka memiliki hak untuk menyampaikan iman mereka dan mengungkapkan iman itu dalam hidup sehari-hari. Peserta didik sama seperti diri kita yang dipanggil untuk menjadi para pembuat sejarah dan mampu


(48)

menjadi para pembuat sejarah. Artinya kita dibentuk oleh sejarah, tetapi kita jugadapat membuat sejarah. Dalam konteks iman Kristen, peserta didik harus terlibat dalam dunia untuk menghadirkan Kerajaan Allah yang penuh dengan kedamaian, sukacita, dan cinta kasih.

5. Kurikulum Pendidikan Agama Katolik

Papo (1990:66) menyatakan kurikulum PAK adalah keseluruhan bidang studi agama Katolik, kegiatan-kegiatan dan segala sesuatu yang berpengaruh terhadap pribadi beriman kaum muda pelajar Katolik sesuai dengan tujuan PAK. Lebih lanjut Papo menyatakan bahwa pertama setiap kurikulum PAK harus mengarah pada tujuan PAK, yakni pembentukan kepribadian iman Katolik yang sanggup menghayati iman, memberikan kesaksian Kristiani dan sanggup

menggumuli hidup berdasarkan visi Kristiani, keduakurikulum PAK tidak hanya

terdiri dari materi pelajaran agama tetapi juga kegiatan-kegiatan lain yang bersifat agama maupun sosial tetapi mengarah pada tercapainya tujuan pelajaran agama dan segala kegiatan yang turut berpengaruh pada perkembangan iman peserta didik, dan ketiga dalam kurikulum PAK kekhasan dan kekhususan PAK harus dipelihara. Kekhususan yang dimaksud adalah:

a. Kurikulum PAK memperkembangkan iman Katolik yang semakin

mempribadi dan berbuah dalam tingkah laku dan kesaksian hidup.

b. Kurikulum PAK membantu peserta didik atau kaum muda pelajar untuk peka

terhadap komunikasi diri Allah dan mampu menggumuli kenyataan hidup berdasarkan terang firman Tuhan.


(49)

c. Kurikulum PAK mengarah pada usaha mendapatkan pandangan hidup baru yang bersifat Kristiani, tentang dunia, manusia dan tugas-tugas sosial.

Dengan demikian kurikulum PAK selalu mengarah pada usaha untuk semakin mengembangkan iman peserta didik yang mampu menggumuli peristiwa hidup yang dialami setiap hari dalam terang kasih Allah sehingga terwujudlah Kerajaan Allah di dunia yang penuh dengan cinta kasih, keadilan dan damai.

B. Perkembangan Iman

1. Pengertian Perkembangan Iman

Heryatno (2008: 80) menegaskan kembali pandangan Fowler yang menyatakan bahwa iman sebagai poros kehidupan yang memuat visi dan nilai hidup yang menggerakkan seseorang untuk menanggapi realitas yang transenden. Artinya dengan beriman, seseorang menyerahkan diri secara utuh kepada-Nya melalui pertobatan hati yang jujur dan berusaha semakin mengenal Dia yang menjadi tumpuan kepercayaannya.

Groome (2010: 80) menyatakan bahwa iman adalah pemberian diri Allah dan Roh Kudus yang memberi pertumbuhan. Dalam lingkungan sekolah pendidikan iman tidak terlepas dari pendidikan agama itu sendiri dimana warga sekolah harus membagikan iman yang hidup dan membuat tradisi iman yang ada di lingkungan sekolah mudah didapat. Para peserta didik yang baru harus jugadiperkenalkan pada tradisi iman yang ada di lingkungan sekolah dan para anggota yang lama mendukung perjalanan iman mereka ke arah iman yang dewasa dan terus menerus lebih beriman. Dengan demikian dapat dikatakan


(50)

bahwa iman adalah pemberian dari Allah dan sebagai orang beriman manusia menanggapinya dengan percaya dan mengamalkan imannya dalam hidup sehari-hari.

Groome (2010: 81) menegaskan bahwa ada tiga unsur iman antara lain keyakinan (believing), Kepercayaan (trusting), dan tindakan (doing God’s will).

Pertama, keyakinan (believing), di mana diyakini bahwa iman adalah tindakan

Allah yang rahmat-Nya menyentuh kedalaman hati sanubari manusia dan menjadikan hidup manusia semakin terarah pada Allah dan sesamanya. Pendidikan iman membantu peserta didik untuk semakin peka pada rahmat dan kehadiran Allah serta aktif menanggapi kebutuhan hidup sesamanya. Kedua, kepercayaan (trusting), iman Kristiani dipahami sebagai undangan untuk menjalin relasi dari hati ke hati, manusia dengan Allah-Nya dan antara manusia itu sendiri. Iman berarti membuka hati (mempercayakan diri) pada Tuhan yang dipercayai. Ketiga, tindakan (doing God’s will). Iman menuntut perwujudan konkret dari umat beriman di dalam hidupnya sehari-hari di tengah-tengah masyarakat sebagai saksi-saksi cinta kasih-Nya. Perwujudan iman ini dipahami sebagai tanggapan terhadap rahmat dan kehendak-Nya.

Dengan demikian penyerahan diri secara total dipahami sebagai tanggapan manusia untuk ambil bagian dalam memperjuangkan terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah. Tindakan konkret menjadi salah satu unsur penting di dalamproses pendewasaan iman yang menjadi tujuan formal perkembangan iman seumur hidup.


(51)

Heryatno (2008: 37) menyatakan iman yang matang dan dewasa yang dihayati dalam kebebasan menjadi salah satu tujuan dasar dari perkembangan iman. Iman yang dewasa dapat diwujudnyatakan melalui pertobatan integral yang terus menerus, sehingga orientasi PAK yaitu demi Kerajaan Allah, demi kedewasaan iman, dan demi kebebasan iman dapat disatukan dan dijalani secara bersama-sama.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Iman

Heryatno (2008: 80) menegaskan kembali pandangan Fowler yang melihat iman sebagai pusat kehidupan. Iman sebagi pusat kehidupan manusia memuat visi dan nilai hidup yang menggerakkan seseorang untuk menanggapi realitas yang transenden tentang perkembangan iman individu yang dipengaruhi oleh faktor-faktor, antara lain:

a. Perkembangan kognitif

Aspek logika merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan iman peserta didik. Aspek logika dapat diartikan sebagai pola khas gaya penalaran dan pertimbangan yang dimiliki setiap peserta didik pada setiap tahap kognitifnya. Semakin berkembang segi kognitifnya, pemahaman religius peserta didik juga semakin berkembang misalnya pemahamannya tentang Allah yang penuh belas kasih.

b. Pengalaman hidup

Pengalaman hidup merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan iman di mana manusia pada hakikatnya memusatkan perhatian pada dinamika, proses, pembentukan, perubahan dan kemajuan dalam hidup. Melalui pengalaman dan


(52)

relasinya dengan lingkungan terdekat peserta didik memperoleh pengetahuan tentang Tuhan dan iman.

c. Relasi

Relasi dapat mencakup, relasi dengan orang tua di dalam keluarga, melibatkan diri dalam lingkungan sosial, relasi antar teman di sekolah, maupun relasi dengan Tuhan. Dengan memiliki keterbukaan dalam menjalin relasi dengan Tuhan dan sesama maka peserta didik makin banyak pengalaman yang dimiliki, untuk dimengerti, dan dialami.

d. Budaya

Clifford Geertz (1992: 55)menyatakan bahwa kebudayaan bukan hanya sebagai kompleks-kompleks pola-pola tingkah laku konkret, misalnya adat istiadat, kebiasaan, tradisi tetapi juga sebagai seperangkat mekanisme-mekanisme kontrol, yaitu rencana-rencana, resep, aturan, intruksi untuk mengatur tingkah laku manusia. Manusia dan budaya memiliki kaitan yang sangat erat karena tanpa manusia, tentu saja tidak ada kebudayaan dan sebaliknya tidak ada budaya berarti tidak ada manusia. Oleh karena itu budaya memiliki dampak terhadap perkembangan pribadi manusia karena budaya juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan iman peserta didik. Identitas budaya dapat berinteraksi dengan identitas spiritual peserta didik untuk menciptakan pengalaman-pengalamannya, sehingga dapat membantupeserta didik dalam proses pencarian makna hidup menuju pada tahap perkembangan iman yang matang.


(53)

Heryatno (2008: 80) mengutip pandangan James Fowler tentang tahap-tahap perkembangan iman di dalam dunia pendidikan. Iman adalah perjalanan seseorang mengenali jati dirinya di dalam realitas historis atau sejarah hidupnya, di dalam relasi dengan lingkungan, sesama, dan Tuhan. Fowler melihat iman sebagai proses kehidupan yang memuat visi dan nilai hidup yang menggerakkan seseorang untuk menanggapi realitas yang transenden. Iman merupakan relasi seseorang dengan hakikat yang terakhir. Fowler memahami iman sebagai kesatuan dari tiga elemen yaitu: kognitif (knowing/bealiving), emosi (trusting/feeling), dan moral/tindakan (doing). Ada enam tahap perkembangan iman menurut Fowler, yang meliputi tahap:

a. Iman intuitif-projektif (usia 2-6/7 tahun)

Fowler menyebutkan bahwa pada tahap ini anak mulai berbicara, menyebutkan kata demi kata dan tingkat kognitifnya bersifat egosentris, cepat berubah-ubah, suka berfantasi, imaginatif, dan Allah digambarkan berada dimana-mana dan jumlahnya banyak.

b. Imanmitis-literal(usia 7-12 tahun)

Pada tahap ini anak mulai berpikir dan memasuki usia sekolah sehingga pemikirannya semakin berkembang. Ia dapat menghafal semua cerita dengan detail. Dengan bercerita ia menyatakan pengalaman sendiri. Ia bercerita dengan baik namun belum bisa menarik kesimpulan dari cerita tersebut.

c. Iman Sintesis-konvensional (usia 13-21)

Setelah mampu berpikir abstrak, remaja mulai membentuk ideologi (sistem kepercayaan) dan komitmen terhadap ideal-ideal tertentu. Di masa ini mereka


(54)

mulai mencari identitas diri dan menjalin hubungan pribadi dengan Tuhan. Namun identitas mereka belum benar-benar terbentuk, sehingga mereka juga masih melihat orang lain (biasanya teman sebaya) untuk panduan moral. Iman mereka tidak dapat dipertanyakan dan sesuai dengan standar masyarakat. Tahap ini pada umumnya terdapat pada pengikut agama yang terorganisasi, sekitar 50 persen orang dewasa mungkin tidak akan melewati tahap ini.

d. Iman individual-reflektif (21-35, awal dewasa)

Mereka yang bisa mencapai tahap ini mulai memeriksa iman mereka dengan kritis dan memikirkan ulang kepercayaan mereka, terlepas dari otoritas eksternal dan norma kelompok. Pada tahap ini masalah orang muda umumnya terkait dengan pasangan hidup, sehingga perpindahan ke tahap ini bisa dipicu oleh perceraian, kematian seorang teman, atau peristiwa-peristiwa lainnya yang menimbulkan stres.

e. Iman konjungtif (30 tahun ke atas)

Pada usia paruh baya, orang jadi semakin menyadari batas-batas akalnya. Mereka memahami adanya paradoks dan kontradiksi dalam hidup, dan sering menghadapi konflik antara memenuhi kebutuhan untuk diri sendiri dengan berkorban untuk orang lain. Ketika mulai mengantisipasi kematian, mereka dapat mencapai pemahaman dan penerimaan lebih dalam, yang diintegrasikan dengan iman yang mereka miliki sebelumnya.

f. Iman universal (usia 60-65 tahun ke atas)

Pada tahap ini terakhir yang jarang dapat dicapai ini, terdapat para pemimpin moral dan spiritual, seperti Mahatma Gandhi, Martin Luther King, dan


(55)

Bunda Teresa, yang visi dan komitmennya terhadap kemanusiaan menyentuh begitu banyak orang. Mereka digerakkan oleh keinginan untuk “berpartisipasi dalam sebuah kekuatan yang menyatukan dan mengubah dunia”, namun tetap rendah hati, sederhana, dan manusiawi. Karena sering mengancam kekuasaan, mereka kerap menjadi martir dan meski mencintai kehidupan, mereka tidak terikat padanya.

4. Ruang Lingkup Perkembangan Iman a. Keluarga

Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dalam pengembangan iman anak. Dalam keluarga, anak mendapatkan pewartaan iman awal dan mengembangkan panggilan rohani mereka.

Lumen Gentium art 11 menyatakan bahwa:

Dalam Gereja-keluarga hendaknya orang tua dengan perkataan maupun teladan menjadi pewarta iman pertama bagi anak-anak mereka; orang tua wajib memelihara panggilan mereka masing-masing secara istimewa panggilan rohani (GE art 11).

Bahkan dalam Gereja-keluarga bukan hanya orangtua yang bertugas mewartakan Injil kepada anaknya, tetapi orangtua pun mendapat pewartaan dari anak mereka. Dengan demikian, ada pewartaan timbal balik dalam keluarga. Anak pun dilibatkan dalam pewartaan dalam keluarga. Dalam keluarga anak belajar untuk ikut ambil bagian dalam kehidupan doa bersama, dan bahkan mendapat kesempatan untuk memimpin doa keluarga, dalam keluarga anak dapat terlibat dalam upaya mendalami iman bersama, ketika anak mulai bertanya soal iman kepada orangtua mereka. Dalam keluarga, anak belajar terlibat dalam pelayanan


(56)

kasih bagi anggota-anggota keluarga yang lain, siap menolong bila ada anggota keluarga yang membutuhkan pertolongan. Dengan begitu, anak mulai terlibat dalam Gereja-Keluarga yang melambangkan kasih Allah kepada Gereja-Nya. Dalam keluarga pula, anak belajar ikut mendengar dan didengarkan pendapatnya, ikut menampilkan Gereja yang melibatkan dan mengembangkan.

Keluarga merupakan lingkungan yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak. Keluarga disebut sebagai pendidikan yang pertama dan utama, serta merupakan peletak fondasi dari karakter dan pendidikan setelahnya. Proses pendidikan bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam pergaulan dalam lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan. Keluarga memiliki peran yang sangat penting bagi perkembangan iman anak.

b. Sekolah

Noor Freswinda (1993:36) menyatakan subyek yang terpenting dalam lingkup sekolah adalah guru dan murid. Hubungan guru dan murid, antara murid dan murid, antara guru dan guru, aturan dan tatatertib yang dibuat dijiwai semangat Kristiani akan membantu murid dan guru untuk mengembangkan imannya.

Mengingat bahwa tugas orang tua dalam perkembangan iman anak amatlah berat maka, dibutuhkan lembaga lain agar dapat membantu mengembangkan iman anak secara maksimal, dalam hal ini adalah sekolah. Lembaga sekolah membantu orang tua dalam mengembangkan kemampuan intelektual, afeksi dan ketrampilan dengan sistem kerja yang terprogram.


(57)

Sekolah menyiapkan anak agar mempunyai bekal yang memadai dimasa mendatang. Sekolah adalah partner orang tua dalam mendidik anak. Secara khusus dalam sekolah Katolik pada hakekatnya membantu dan melengkapi tugas dan peran utama orang tua dalam mendampingi, membimbing anak-anak, baik dalam bidang intelektual, iman, maupun moral. Jadi sekolah mempunyai tanggungjawab besar bagi perkembangan iman anak.

Dalam buku ajaran pedoman Gereja tentang pendidikan Katolik dikatakan:

…sekolah harus mendorong murid melatih pikirannya melalui pemahaman yang dinamis guna mendapatkan kejelasan dan kekayaan akal. Sekolah harus mendorong murid mengupas arti pengalaman-pengalamannya dan kebenaran dari pengalaman itu. Tiap sekolah yang melalaikan kewajiban itu dan yang hanya menyampaikan kesimpulan-kesimpulan yang terjadi, sekolah tersebut menghambat perkembangan pribadi murid-muridnya (Sewaka. 1992: art 27).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa PAK adalah pelajaran yang bertujuan agar peserta didik mampu menggumuli pengalaman hidupnya dan mampu menjadi manusia yang beriman. Pewartaan iman Kristiani menjadi pendorong pentingnya pelajaran agama di sekolah sebagai tempat pendidikan iman peserta didik agar memiliki dan hidup berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan yang luhur.

c. Gereja

Adisusanto (2000: 1) menyatakan bahwa tugas Gereja sebagai pendidik iman terealisasi melalui katekese. Katekese menjadi sarana pendidikan iman. Katekese merupakan salah satu bentuk pewartaan Gereja, yang bertujuan membantu orang beriman agar iman mereka makin mendalam dan agar mereka


(58)

makin terlibat dalam hidup menggereja dan masyarakat, baik sebagai pribadi maupun sebagai kelompok.

Anak perlu tumbuh dalam iman. Gereja bertugas mendampingi anak agar langkah demi langkah makin mendalami misteri keselamatan, merayakannya dalam liturgi serta menghayatinya dalam hidup sehari-hari, sampai menjadi anggota Tubuh Kristus yang dewasa.

Hal ini ditegaskan dalam Gravissimum Educationis art 2 yaitu:

…….. supaya mereka yang telah dibaptis langkah demi langkah makin mendalami misteri keselamatan, dan dari hari ke hari makin menyadari kurnia iman yang telah mereka terima; supaya mereka belajar bersujud kepada Allah Bapa dalam Roh dan kebenaran (Yoh 4:23), terutama dalam perayaan Liturgi; supaya mereka dibina untuk menghayati hidup mereka sebagai manusia baru dalam kebenaran dan kekudusan yang sejati (Ef 4:22-24) supaya dengan demikan mereka mencapai kedewasaan penuh, serta tingkat pertumbuhanyang sesuai dengan kepenuhan Kristus (Ef 4:13) dan ikut serta mengusahakan pertumbuhan Tubuh Mistik (GE art 2).

Maka dapat dijelaskan bahwa melalui pendampingan, anak dituntun untuk berkembang dalam iman sehingga menjadi anggota Gereja yang terlibat bagi pengembangan Tubuh Kristus.

C. Sumbangan PAKDalam Meningkatkan Perkembangan Iman Siswa SMP Pada Umumnya

Salman Habeahan (2007: 44) menyatakan bahwa pendidikan agama merupakan sarana utama dimana nilai-nilai agama diperkenalkan, baik kepada peserta didik maupun kepada masyarakat. Pendidikan agama juga menciptakan iklim, suasana kongkrit dalam hidup, untuk mengalami atau menghayati nilai-nilai tertentu seperti cinta kasih, keadilan dan kejujuran. Lebih lanjut ia mengatakan pendidikan pertama dan utama dimulai dari keluarga di mana anak pertama kali


(59)

mengalami hal itu melalui kesaksian dari kedua orang tua, sanak saudara, baru kemudian di sekolah dan masyarakat. Dapat dikatakan bahwa melalui keteladanan dalam sikap, perilaku, dan kebiasaan yang terjadi sehari-hari maka iman anak semakin berkembang.

Maka sumbangan PAK dalam meningkat perkembangan iman peserta didik dapat terwujud dalam berbagai hal misalnya bila peserta didik diperkenalkan untuk selalu mencintai sesama, berbelarasa dengan yang menderita dan membaca Kitab Suci karena dari teks Kitab Suci ditemukan cerita tentang karya-karya Yesus, cerita orang kudus. Keteladanan dari orang tua di rumah, guru di sekolah dan masyarakat tempat peserta didik berada juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan iman mereka. Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru (Luk 6:27-36) Yesus mengajarkan para murid-Nya untuk mengasihi musuh, maka dengan sendirinya anak dapat belajar dari ajaran Yesus untuk mengasihi sesama tanpa membeda-beadakan. Kitab Suci Perjanjian Lama (Kej 1:1-10) mengisahkan tentang kisah penciptaan. Allah menciptakan segala sesuatu baik adanya maka anak juga diharapkan dalam hidup sehari-hari selalu menjaga dan memelihara alam ciptaan ini dengan baik. Sebagai contoh, anak diajarkan untuk selalu memelihara dan merawat tanaman dan berbuat baik kepada orang lain. Dengan kata lain diharapkan agar apa yang didapat di kelas khususnya dalam pelajaran Agama dapat diterapkan dalam kehidupan peserta didik baik di lingkungan sekolah, masyarakat maupun dalam keluarga.

Melalui PAK iman peserta didik makin berkembang dan mendorong peserta didik untuk semakin bersyukur atas karunia yang telah diberikan oleh


(60)

Tuhan. PAK juga dapat menyemangati peserta didik untuk terus belajar mengembangkan diri menjadi pribadi yang siap dan bertanggungjawab menghadapi segala macam tantangan. Demikian pula dalam pergaulan sehari-hari peserta didik dihadapkan pada situasi dunia yang serba memprihatinkan di mana banyak orang yang belum mendapat perhatian seperti mereka yang hidup dalam penderitaan, miskin, melarat dan dijauhkan dari masyarakat. Situasi seperti ini akan mengajak peserta didik untuk melakukan tindakan belarasa dengan mereka yang menderita. Bentuknya pun bermacam-macam melalui kunjungan, mendoakan mereka dan hadir di tengah mereka, serta terlibat dalam kegiatan mereka. Dengan hadir dan melihat maka dengan sendirinya hati mereka tergerak untuk melakukan tindakan demi membantu mereka yang menderita.

Salman Habeahan (2007: 129) menyatakan pendidikan agama secara integral melibatkan segi kognitif, afektif dan psikomotorik. Seorang guru berbicara kepada peserta didik bukan hanya kepada nalar (transfer of knowledge) tetapi juga dengan perasaan (afektif) dan kehendak (voluntas) seluruh totalitas pribadi manusia. Dengan itu, peserta didik bukan saja mengerti, memahami ajaran agama melainkan imannya semakin berkembang. Perkembangan iman yang dimaksud misalnya dengan menanamkan nilai cinta kasih, maka peserta didik dengan sendirinya mewujudkan nilai itu dengan mengasihi orang tua dan sesama.

Heryatno, (2000: 21) menyatakan bahwa PAK di sekolah merupakan sebuah proses pendidikan dalam iman atau proses pendidikan untuk membantu peserta didik agar semakin beriman. PAK tidak sekedar menyampaikan pengetahuan iman Katolik, melainkan membantu dan membimbing peserta didik


(1)

Lampiran 7: Contoh Jawaban Siswa

KUESIONER

PERAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (PAK) DALAM

MENINGKATKAN PERKEMBANGAN IMAN SISWA KELAS VIII SMP

SANTO PAULUS JAKARTA

Nama : Valdian Rudi Usia : 14 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan/ Laki-laki

Petunjuk Pengerjaan :

Pilihlah satu jawaban yang tersedia didalam kolom yang sesuai dengan perasaan dan keadaan yang anda alami dengan memberikan tanda centang ( √ ) pada setiap pernyataan dibawah ini .

S = Selalu J= Jarang SR = Sering TP = TidakPernah

Contoh :

No PERNYATAAN S SR J TP

Saya mengikuti semua pelajaran yang diberikan dengan baik √

No PERNYATAAN S SR J TP

B PelaksanaanPendidikan Agama Katolik di sekolah

1 Guru menyiapkan pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dengan baik.


(2)

3 Guru membuka dan menutup pelajaran di kelas dengan baik. √

4 Guru mampu menciptakan suasana kelas dengan baik. √ 5 Guru menguasai materi yang diberikan dengan baik. √ 6 Saya senang mengikuti proses pembelajaran pendidikan agama

Katolik kerena menarik dan mudah dimengerti.

7 Cara pembelajaran yang digunakan dalam Pendidikan Agama Katolik menarik dan bervariasi.

8 Saya senang dengan sarana dan prasarana yang digunakan dalam pembelajaran pendidikan agama Katolik.

9 Saya tetap memperhatikan pembelajaran pendidikan agama Katolik meskipun duduk di belakang.

10 Dengan mengikuti pelajaran agama Katolik saya semakin mencintai Yesus.

C Pengaruh pendidikan Agama Katolik terhadap perkembangan iman siswa kelas VIII

11 Saya semakin mampu mengampuni. √

12 Saya semakin rajin ke gereja. √ 13 Saya semakin rajin berdoa. √ 14 Saya peduli terhadap sesama yang mengalami musibah. √

15 Saya berani membuat tanda salib di tempat-tempat umum. √ D Faktor pendukung dan penghambat perkembangan iman siswa

16 Saya mengulang kembali materi yang diberikan di sekolah. √ 17 Saya mencari referensi untuk mendukung pelajaran pendidikan

agama Katolik.

18 Saya berusaha mencari informasi tambahan mata pelajaran pendidikan agama Katolik di internet.

19 Saya belajar pendidikan agama Katolik jika disuruh oleh guru dan orang tua.

20 Saya sibuk sendiri saat guru menjelaskan materi di kelas. √


(3)

KUESIONER

PERAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (PAK) DALAM

MENINGKATKAN PERKEMBANGAN IMAN SISWA KELAS VIII SMP

SANTO PAULUS JAKARTA

Nama : William Usia : 14 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan/ Laki-laki

Petunjuk Pengerjaan :

Pilihlah satu jawaban yang tersedia didalam kolom yang sesuai dengan perasaan dan keadaan yang anda alami dengan memberikan tanda centang ( √ ) pada setiap pernyataan dibawah ini .

S = Selalu J= Jarang SR = Sering TP = TidakPernah

Contoh :

No PERNYATAAN S SR J TP

Saya mengikuti semua pelajaran yang diberikan dengan baik √

No PERNYATAAN S SR J TP

B PelaksanaanPendidikan Agama Katolik di sekolah

1 Guru menyiapkan pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dengan baik.

2 Guru mampu merancang pembelajaran Pendidikan Agama Katolik menjadi menarik.

3 Guru membuka dan menutup pelajaran di kelas dengan baik. √

4 Guru mampu menciptakan suasana kelas dengan baik. √ 5 Guru menguasai materi yang diberikan dengan baik. √ 6 Saya senang mengikuti proses pembelajaran pendidikan agama

Katolik kerena menarik dan mudah dimengerti.


(4)

7 Cara pembelajaran yang digunakan dalam Pendidikan Agama Katolik menarik dan bervariasi.

8 Saya senang dengan sarana dan prasarana yang digunakan dalam pembelajaran pendidikan agama Katolik.

9 Saya tetap memperhatikan pembelajaran pendidikan agama Katolik meskipun duduk di belakang.

10 Dengan mengikuti pelajaran agama Katolik saya semakin mencintai Yesus.

C Pengaruh pendidikan Agama Katolik terhadap perkembangan iman siswa kelas VIII

11 Saya semakin mampu mengampuni. √ 12 Saya semakin rajin ke gereja. √ 13 Saya semakin rajin berdoa. √ 14 Saya peduli terhadap sesama yang mengalami musibah. √

15 Saya berani membuat tanda salib di tempat-tempat umum. √ D Faktor pendukung dan penghambat perkembangan iman siswa

16 Saya mengulang kembali materi yang diberikan di sekolah. √ 17 Saya mencari referensi untuk mendukung pelajaran pendidikan

agama Katolik.

18 Saya berusaha mencari informasi tambahan mata pelajaran pendidikan agama Katolik di internet.

19 Saya belajar pendidikan agama Katolik jika disuruh oleh guru dan orang tua.

20 Saya sibuk sendiri saat guru menjelaskan materi di kelas. √

Lampiran 8: Lagu-lagu Rekoleksi

1. Masa Muda 

Masa muda sungguh senang  Hidup penuh dengan cita‐cita  Dengan api yang tak kunjung padam  Selalu membakar dalam kalbu  Reff: 


(5)

 Masa mudaku masa yang terindah  Masa Tuhan memanggilku 

Masa mudaku masa yang ku kenang  Kutinggalkan semua dosaku  Masa muda sungguh senang  Kuberikan pada‐Mu ya Tuhan  Apa yang ada pada diriku 

Kuserahkan untuk kemuliaan‐Mu...   

2. Bila Roh Allah Ada

Bila Roh Allah ada di dalam ku Ku kan menari sperti Daud menari Bila Roh allah ada di dalam ku Ku kan menari sperti Daud menari

Ku kan menari….3x Sperti Daud menari…i…i Ku kan menari…..3x Sperti daud menari.

3. Hari ini Ku Rasa Bahagia

Hari ini ku rasa bahagia

Berkumpul dengan saudara seiman Tuhan Yesus tlah satukan kita Tanpa memandang di antara kita

Bergandengan tangan satu dalam hati Berjalan dalam terang kasih Tuhan Kau saudaraku, kau sahabatku Tiada yang dapat

Memisahkan kita..

Kau saudaraku……….

Kau sahabatku… tiada yang dapat memisahkan kita.

4. Kerja Buat Tuhan

Tangan ku kerja buat Tuhan Mulutku puji namanya Kakiku…berjalan cari jiwa Upah ku besar di surga………….


(6)

5. Dia Panggil Nama Saya

Dengar Dia panggil nama saya. Dengar Dia panggil namamu. Dengar Dia panggil nama saya. Juga Dia panggil namamu

Oh….giranglah…..(halleluya, Puji Tuhan) 2x Yesus amat cinta pada saya oh giranglah..

Kujawab ya, ya, ya….(2x) Kujawab ya, ya, ya…...(2x) Kujawab ya Tuhan…… Kujawab ya Tuhan. Kujawab ya, ya, ya………..