Upaya Meningkatkan Pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di

100

B. Upaya Meningkatkan Pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di

Sekolah SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat Dalam kegiatan pembelajaran di kelas guru menggunakan berbagai cara atau motode agar siswa memahami materi yang telah disampaikan. Ada tiga model yang membantu guru dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di sekolah yaitu sebagai berikut:

1. Model yang Berpusat pada Hidup Peserta

Model pendidikan yang berpusat pada hidup peserta ini merupakan reaksi yang ekstrem terhadap model pendidikan yang bersifat dogmatis. Sifat yang ditekankan bukan kognitif melainkan kualitatif dan subjektif. Dalam proses pendidikan yang ditekankan bukan menambah informasi, juga bukan menyampaikan materi sebanyak-banyaknya tetapi secara kualitatif berusaha memanusiakan manusia dan memperkembangkan kepribadiannya Heryatno, 2008: 57. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas guru menyampaikan informasi agar siswa mendapat arahan yang baik serta mempunyai tujuan yang jelas dalam belajar. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mensharingkan pengalaman mereka dengan cara memfasilitasi siswa agar terlibat aktif di kelas dan mampu menemukan sendiri apa yang menjadi kebutuhan mereka. Hal ini bertujuan agar siswa semakin berkembang baik dalam pikiran, perbuatan, dan iman.

2. Model Praksis

Heryatno 2008: 60 mengungkapkan bahwa: Model praksis merupakan penggabungan dari model yang hanya memberikan siswa informasi pada saat di kelas dan model yang berpusat pada hidup peserta. Pendidikan tidak akan bernilai kalau hanya menjejali peserta dengan sebongkah infornasi atau memenuhi pikiran mereka dengan sikap-sikap kedewasaan iman. Pendidikan harus memperluas wawasan 101 konseptual mereka, meningkatkan kesadaran diri mereka dan sekaligus memberdayakan mereka untuk ikut memperjuangkan terwujudnya kehidupan bersama yang sejahtera, adil dan manusiawi. Hal ini menyatakan bahwa guru Pendidikan Agama Katolik membantu siswa dengan memberikan berbagai informasi yang mereka butuhkan serta memberi kesempatan agar siswa mempunyai kesadaran dari dalam diri mereka untuk mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat luas. Tentu saja model ini lebih menekankan pada tindakan nyata dari siswa agar mampu melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Model Naratif Eksperiensial

Hofmann 1994: 1 menyatakan bahwa: Dalam kurikulum 1994 untuk Pendidikan Agama Katolik di indonesia digunakan pola kegiatan komunikasi iman yang bersifat naratif eksperiensial. Naratif berarti bahwa pola tersebut berdasarkan ceritera, sedangkan kata eksperiensial menunjukkan pada hubungannya dengan pengalaman. Dengan pola naratif eksperiensial guru Pendidikan Agama Katolik mengharapkan siswa akan memperoleh ceritera yang berhubungan dengan pengalamannya sendiri. Guru Pendidikan Agama Katolik mengajak siswa untuk menggali pengalaman mereka melalui media ceritera. Siswa akan terbawa suasana yang nyaman dan santai pada saat guru berceritera di depan kelas sehingga siswa dengan sendirinya mengungkapkan pengalaman mereka secara pribadi. Pola naratif eksperiensial ini dapat membantu perkembangan iman siswa karena pola tersebut mengkomunikasikan iman siswa melalui pengalaman mereka sendiri. 102

C. Usulan Program Pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah