2002. Hal ini menunjukkan bahwa karbon tetraklorida menginduksi terjadinya kerusakan hepar hepatotoksik.
K. Kontrol Perlakuan Infusa Kulit buah Persea americana Mill. dosis
1600 mgkgBB
Kontrol perlakuan infusa kulit buah Persea americana Mill. dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bahwa apakah pemberian infusa kulit buah
Persea americana Mill. dosis 1600 mgkgBB memberikan pengaruh terhadap
penurunan kadar albumin pada hewan uji. Uji ini dilakukan dengan pemberian infusa kulit buah Persea americana Mill. pada hewan uji secara per oral. Pada jam
ke-24 dilakukan pencuplikan darah melalui sinus orbitalis kemudian pengukuran kadar albumin. Berdasarkan pengukuran kadar albumin secara statistik diperoleh
purata kadar albumin sebesar 3,58 ± 0,59 mgdL yang memiliki perbedaan yang tidak bermakna p0,05 bila dibandingkan dengan kontrol olive oil, dengan nilai
purata kadar albumin kontrol infusa yang lebih kecil jika dibandingkan dengan kontrol olive oil. Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa pemberian
jangka panjang infusa kulit buah Persea americana Mill. dosis 1600 mgkgBB tidak mengubah nilai kadar albumin serum hewan uji.
L. Kelompok Perlakuan Infusa Kulit buah Persea americana Mill. Dosis
362,81; 761,90 dan 1600 mgkgBB Pada Tikus Jantan Galur Wistar Terinduksi Karbon Tetraklorida 2 mLkgBB
Pemberian perlakuan infusa kulit buah Persea americana Mill. Dilakukan secara jangka panjang yaitu satu kali sehari selama enam hari berturut-turut
sebelum dipejankan karbon tetraklorida 2 mLkgBB. Pada tabel IV purata kadar
albumin perlakuan infusa kulit buah Persea americana Mill. dosis 362,81 mgkgBB sebesar 3,43
± 0,90 mgdL. Berdasarkan perhitungan statistik, jika dibandingkan dengan kontrol hepatoksin karbon tetraklorida 2 mLkgBB 2,91 ±
0,72 mgdL menunjukkan perbedaan yang bermakna p≤0,05. Hal ini dapat dikatakan bahwa pemberian infusa kulit buah Persea americana Mill. dapat
meningkatkan kadar albumin serum hewan uji. Pada perlakuan infusa kulit buah Persea americana
Mill. dosis 362,81 mgkgBB jika dibandingkan dengan kontrol negatif olive oil 3,62 ± 0,62 mgdL menunjukkan perbedaan yang tidak
bermakna p0,05. Hal ini dapat diketahui bahwa kenaikan kadar albumin serum yang terjadi setara kedaaan normal kontrol olive oil.
Pada perlakuan infusa kulit buah Persea americana Mill. dosis 761,90 mgkgBB diperoleh purata kadar albumin Tabel IV sebesar 3,08 ±0,10 mgdL
dapat dilihat adanya perbedaan yang tidak bermakna p0,05 dibandingkan dengan kontrol hepatoksin karbon tetraklorida 2 mLkgBB 2,91 ± 0,72 mgdL.
Perbedaan bermakna ditunjukkan bila dibandingkan dengan kontrol olive oil. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian infusa dosis 761,90 mgkgBB menurunkan
kadar albumin seperti pada perlakuan kontrol karbon tetraklorida. Pemberian infusa kulit buah Persea americana Mill. dosis 1600 mgkgBB
pada hewan uji memperoleh hasil purata kadar albumin sebesar 3,23±0,66 mgdL. Purata kadar albumin ini menunjukkan adanya perbedaan yang tidak bermakna
dibandingkan dengan kontrol karbon tetraklorida. Hasil perhitungan statistik ini menunjukkan bahwa infusa kulit buah Persea americana Mill. dosis 1600
mgkgBB menurunkan
kadar albumin seperti perlakuan kontrol karbon
tetraklorida. Perbedaan tidak bermakna ditunjukkan bila dibandingkan dengan kontrol olive oil. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan kadar albumin
memberikan nilai yang relatif sama dengan keadaan normal. Hal ini dikarenakan ditemukannya nilai variasi yang besar antar kelompok perlakuan. Pengukuran
bilirubin baik untuk dilakukan karena bilirubin akan diikat nonkovalen dan diangkut oleh albumin ke hepar.
Pemberian infusa kulit buah Persea americana Mill. dosis 362,81 mgkgBB memperoleh hasil purata sebesar 3,43
± 0,90 mgdL. Purata kadar albumin ini menunjukkan ketidakbermaknaan jika dibandingkan dengan purata
dosis 761,90 mgkgBB 3,08 ±0,10 mgdL. Perbedaan yang tidak bermakna juga di tunjukkan bila dibandingkan dengan purata dosis 1600 mgkgBB yaitu sebesar
3,23±0,66 mgdL. Pada pemberian dosis 761,90 mgkgBB juga diperoleh hasil purata yang menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna dengan purata dosis
1600 mgkgBB dosis tinggi. Berdasarkan uji statistik di atas, pemberian infusa kulit buah Persea americana Mill. dosis 362,81 mgkgBB disarankan sebagai
dosis pemberian infusa kulit buah Persea americana Mill. yang efektif. Hal ini berarti membuktikan bahwa cukup dengan kecil infusa kulit buah Persea
americana Mill. sudah mampu meningkatkan kadar albumin serum hewan uji.
Dibuktikan juga dari perolehan hasil purata ± SE kadar albumin serum untuk praperlakuan dosis 362,81; 762,90; dan 1600 mgkgBB berturut-turut sebesar 3,43
± 0,09; 3,08 ± 0,10; dan 3,23 ± 0,06 mgdL. Hal ini juga dapat ditunjukkan dengan adanya perbedaan yang bermakna p0,05 terhadap kelompok kontrol
karbon tetraklorida 2 mLkgBB dan memiliki perbedaan yang tidak bermakna
dengan kontrol olive oil. Dapat diketahui bahwa ada kenaikan kadar albumin serum yang setara dengan keadaan normal kontrol olive oil. Hal ini tidak
ditunjukkan pada dosis 761,90 dan 1600 mgkgBB yang belum mampu untuk meningkatkan kadar albumin seperti pada keadaan normal.
Secara keseluruhan infusa kulit buah Persea americana Mill. dosis 362,81 mgkgBB merupakan dosis efektif karena memiliki pengaruh terhadap
peningkatan kadar albumin pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida dosis 2 mLkgBB yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan
hati pada hewan uji. Hasil statistik juga menunjukkan bahwa tidak adanya kekerabatan antara peningkatan dosis infusa kulit buah Persea americana Mill.
terhadap peningkatan kadar albumin tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida 2 mLkgBB. Penelitian dengan menggunakan dosis di bawah
362,81 mgkgBB baik dilakukan untuk mengetahui dosis terkecil dari infusa kulit buah Persea americana Mill. yang dapat memberikan peningkatan kadar albumin
setelah terinduksi karbon tetraklorida. Senyawa hepatotoksin lainnya yang dapat digunakan adalah senyawa
model parasetamol. Penggunaan parasetamol yang salah, dalam dosis tinggi dan waktu yang lama dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan, di
antaranya adalah efek hepatotoksisitas yang merusak sel-sel hati. Hepatotoksisitas karena parasetamol pada manusia pertama kali dilaporkan pada tahun 1966
Sheen, Dillon, Bateman, Simpson, Macdonald, 2002. Kerusakan hepar terjadi karena pada dosis yang berlebihan, hasil metabolisme parasetamol yang berupa N-
asetil-p-benzokuinon NAPQI tidak dapat dinetralisir semuanya oleh glutation
hepar. NAPQI bersifat toksik dan dapat menyebabkan terjadinya reaksi rantai radikal bebas Correia dan Castagnoli, 1989. Akibat dari dosis toksik parasetamol
yang paling serius adalah nekrosis hati, nekrosis tubulus renalis serta koma hipoglikemi Wilmana dan Gunawan, 2007. Penelitian dengan hepatotoksin
parasetamol terhadap kulit buah P. americana baik untuk dilakukan karena adanya manifestasi berupa nekrosis yang disebabkan oleh toksisitas dari
parasetamol.
M. Rangkuman Pembahasan