Untuk itu, pemerintah telah membuka pintu bagi hadirnya proyek atau kegiatan ekonomi khususnya perusahaan HPH dan PTP melalui PMDN dan PMA
di daerah pedalaman Kalimantan Barat agar potensi hutan maupun perkebunan dapat dimanfaatkan bagi peningkatan sumber keuangan negara dan kesejahteraan
rakyat atau penduduk setempat.
48
Berdasarkan kedudukan dan peranan tersebut, kehadiran perusahaan HPH, dan kegiatan ekonomi lainnya sangat penting dan
tidak dapat dihindari dalam proses pembangunan nasional khususnya pembangunan daerah masyarakat Dayak.
49
2.5.2. Sejarah Masuknya Perusahaan Sawit di Desa Semunying Jaya
Pembukaan hutan kawasan sepanjang perbatasan di daerah kabupaten Bengkayang dan sekitarnya pada awalnya merupakan bekas wilayah konsesi PT
Yayasan Maju KerjaYamaker Kalbar Jaya yang beroperasi sekitar tahun 1980 hingga tahun 1990-an. Sejak tahun 1980-an tersebut, pihak PT Yamaker yang
merupakan sebuah perusahaan konsesi penebangan kayu dibawah kepemilikan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ABRI menebang hutan tanpa
persetujuan masyarakat disekitarnya.
50
Barat, dalam Paulus Florus, et al. ed., Kebudayaan Dayak, Aktualisasi dan Transformasi,
Jakarta: Gramedia, 1994, hlm 245.
48
ibid
49
Ibid
50
Informasi ini didapat penulis dari Wahana Lingkungan Hidup Walhi Kalimantan Barat. Bdk. http:walhiwestborneo.blogspot.com201008menanti-kebijakan-niat-baik-dan.html. diakses 31
januari 2013.
Berakhirnya masa konsesi oleh PT Yamaker diteruskan oleh perusahaan milik negara yakni Perum Perhutani yang beroperasi antara tahun 1998 hingga
2000 yang turut memperparah kerusakan pada tanah dan kawasan hutan ulayat masyarakat adat setempat. Selanjutnya tahun 2001 diteruskan oleh PT Lundu,
sebuah perusahaan pengergajian Saw mill asal Malaysia yang melakukan penebangan hutan secara illegal di wilayah kawasan perbatasan Indonesia.
51
Pada tahun 2002 PT Agung Multi Perkasa AMP, sebuah perusahaan perkebunan kelapa sawit mendapatkan izin usaha oleh pemerintah daerah di
wilayah tersebut. Dengan dasar ijin yang dikantongi, PT AMP melakukan eksploitasi atas hutan adat masyarakat. Selama beroperasi, perusahaan ini tidak
memanfaatkan kepercayaan yang diberikan dengan baik. Selama dua tahun berjalan, perusahaan hanya mengambil dan mengeksploitasi kayu seluas ± 4.000
hekter saat itu. Pihak perusahaan menebang kayu secara illegal di hutan adat, sementara hasilnya dijual melintasi perbatasan ke Malaysia yang juga dilakukan
secara illegal. Akibat ulah yang hanya mengambil keuntungan sepihak tersebut, maka ijin perusahan diberhentikan oleh pemerintah daerah setempat. Izin awal
untuk membangun perkebunan sawit seluas 20.000 hektar selanjutnya dialihkan kepada PT Ledo Lestari, sebuah anak perusahaan dari Duta Palma Nusantara
Group sejak tahun 2004.
52
PT Ledo Lestari dalam proses operasionalnya mengantongi izin dari Pemda Bengkayang seluas 20.000 ha. Selanjutnya, ijin usaha perkebunan
berdasarkan surat Bupati Bengkayang bernomor No.5251270HB2004 baru
51
Ibid.
52
Ibid.
diterbitkan tertanggal 17 Desember 2004, yang kemudian ditetapkan melalui keputusan Bupati Bengkayang No. 13IL-BPNBKY2004 tanggal 20 Desember
2004 tentang pemberian ijin lokasi untuk perkebunan sawit kepada pihak PT Ledo Lestari seluas 20.000 ha.
53
2.5.3. Gambaran Umum Penyimpangan-penyimpangan PT. Ledo Lestari