pengelola perusahaan yang tidak peduli terhadap kehidupan sosial, ekonomi dan nilai budaya masyarakat setempat.
62
3.2.2 Kehidupan Sosial, Ekonomi dan Budaya Masyarakat Berhadapan
dengan Kehadiran Perusahaan
Direktur Eksekutif Daerah Wahana Lingkungan Hidup Walhi
Kalimantan Barat, Anton P Widjaya, di Pontianak mengatakan, dari total lahan seluas 14,7 juta hektar khusus di Kalbar, wilayah yang tercatat untuk industri
ekstraktif industri dengan bahan baku dari alam sekitar yang telah dikeluarkan izinnya sekitar 13,6 juta hektar. Dari 13,6 juta hektare itu, terdiri atas 378 izin
perkebunan sawit 4,9 juta hektar, 721 izin pertambangan dengan luas 5,07 juta hektar, dan 76 IUPHHK Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dengan luas
3,6 juta hektar.
63
Banyak dan luasnya lahan yang dikuasai oleh perusahaan menunjukkan bahwa perkebunan memegang peranan penting dalam “menguasai hajat
hidup”orang banyak. Kehadiran perusahaan-perusahaan ini tentu membawa dampak positif dan negatif. Dampak positif yang bisa saya lihat adalah bahwa
penduduk pedalaman Kalimantan Barat mulai terbuka terhadap pembangunan. Hal yang paling kelihatan adalah akses jalan yang di buat oleh perusahaan,
walaupun masih berupa jalan tanah kalau hujan jalan menjadi becek dan
62
Ibid.
63
Data di dapat dari Walhi Kalbar. Bdk.http:medialingkungan.comindex.phpcomponentk2item356-walhi-konflik-lahan-di-
kalimantan-berpotensi-meningkat. diakses: 29 juli 2015.
berlumpur tetapi interaksi dengan dunia luar dan akses ke kota kecamatan dan kabupaten menjadi lebih mudah. Dengan seringnya berinteraksi dengan dunia luar
dan orang-orang pendatang yang memasuki wilayah kampung mereka, masyarakat setempat dengan sendirinya belajar bersosialisasi, mendapatkan akses
teknologi, belajar bekerja efisien dan berkompetisi. Semua ini memungkinkan masyarakat untuk bekerja keras mencari penghasilannya sendiri.
Dampak negatif dari beroperasinya perusahaan-perusahaan di pedalaman dapat penulis ketahui ketika menemui dan berbicara dengan salah seorang tokoh
masyarakat Dayak yaitu pak Adiran
64
. Beliau mengungkapkan bahwa kondisi seperti ini bisa “mencabut” unsur-unsur positif dari penduduk pedalaman dari akar
kehidupan sosial budaya mereka. Dia mengkhawatirkan berkembangnya individualisme dan egoisme sempit dan kaku serta hilang nya semangat
kegotongroyongan dan saling menghargai antar penduduk setempat. Keprihatinan ini ditunjukkan pula dengan perubahan nilai-nilai dan
perilaku pemuda dan warga setempat, khususnya yang bekerja sebagai buruh di perusahaan, yang secara langsung ataupun tidak langsung dan dipengaruhi
lingkungan tempat bekerja serta tingkat pendidikan yang rendah, mudah terlibat dalam perjudian, perkelahian, mabuk-mabukan. Setiap kali menerima upah dari
bekerja, mereka dengan sendirinya mudah menghabiskan upah tersebut untuk bersenang-senang.
Banyak pemuka masyarakat melihat kehadiran perusahaan sebagai ancaman terhadap nilai-nilai religius dan budaya mereka seperti hukum adat.
64
Wawancara penulis dengan Pak Adiran pada tanggal 15 Agustus 2012. Pak Adiran adalah salah seorang tokoh masyarakat Dayak, pengurus adat dan seorang guru di Sekolah Dasar Negeri di
Dusun Gunaleng, desa senakin, kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak.
Pelanggaran terhadap hukum adat setempat cenderung meningkat rata-rata sebesar empat kali lipat setahun dibandingkan dengan pelanggaran yang terjadi sebelum
hadirnya perusahaan HPH dan perkebunan, dengan hampir 50 pelanggaran itu dilakukan oleh pendatang.
65
3.2.3 Perambahan Hutan dan Kemerosotan Identitas