75
4.6 Analisa Bridge
Berikut ini adalah throughput, jitter, dan packet loss yang diperoleh dari router RB951G dan router RB450G. Pada kedua router ini memiliki kemampuan juga untuk
digunakan sebagai bridge. Berikut ini adalah analisa keseluruhan tentang bridge pada router RB951G dan router RB450G.
Gambar 4.24 Grafik Throughput Bridge Skenario IIIa
Gambar 4.25 Grafik Throughput Bridge Skenario IIIb
838.86 639.56
927.112
563.336
100 200
300 400
500 600
700 800
900 1000
RB951G RB450G
SKEN ARIO 3A
TCP UDP
742.5 628.6
928.26
569.08
100 200
300 400
500 600
700 800
900 1000
RB951G RB450G
SKEN ARIO 3B
TCP UDP
76
Pada gambar 4.24-25 kita dapat melihat throughput pada skenario IIIa dan IIIb. Dimana pengunjian skenario 3 menggunakan sebanyak 5 PC. Secara keseluruhan kita
dapat melihat pola kedua router pada kedua skenario tersebut kurang lebih hamper sama. Akan tetapi ketika kita cermati throughput yang dihasilkan tidak sebesar pada
throughput pada pembahasan sebelumnya ketika router terkonfigurasi menjadi switch. Kita dapat melihat throughput yang dihasilkan pada kedua alat dengan dua skenario
yang berbeda menghasilkan throughput yang kurang dari 1000 Mbps. Bisa dikatakan bahwa setiap port hanya memenuhi bandwidth kurang dari 200 Mbps saja. Hal
dikarenakan proses forwarding yang dilakukan pada bridge dan switch berbeda. Pada switch data dialirkan atau proses forwarding lebih cepat karena melalui jalur fisik
hardware sedangkan proses pengiriman data atau proses forwarding pada bridge data dialirkan melalui jalur software melalui MAC address. Hal tersebut yang menyebabkan
throughput pada switch lebih tinggi dari pada throughput pada bridge. Berikut ini kita dapat melihat jitter dan packet loss pada kedua router yang
diubah menjadi bridge.
Gambar 4.26 Grafik Jitter Bridge
5.41164 6.10432
4.5264 11.04128
2 4
6 8
10 12
RB951G RB450G
J IT TER
Skenario 3a Skenario 3b
77
Pada gambar 4.26 kita dapat melihat bahwa rata-rata jitter yang diperoleh pada kedua router yang diubah menjadi bridge. Kedua bridge tersebut memiliki jitter yang
berbeda pada setiap skenario. Kita dapat melihat brigde pada router RB951G lebih tinggi ketika tanpa menggunakan VLAN dari pada menggunakan VLAN sedangkan
pada RB450G memiliki jitter yang lebih tinggi pada VLAN dibandingkan tanpa mengunakan VLAN. Seperti kita ketahaui bahwa jitter merupakan variasi delay
dihasilkan pada saat terjadinya transmisi. Karena bridge berjalan pada software mengakibatkan variasi delay tinggi dibandingkan pada switch. Hal tersebut karena
diakibatkan karena panjangnya antrian data yang melewati memory mengakibatkan jitter juga tinggi. Kita dapat melihat pada bridge pada RB951G memiliki kinerja yang
lebih stabil pada VLAN karena dibagi ke dalam dua broadcast domain yang lebih kecil, sedangkan pada bridge pada router RB450G pada VLAN meninggi dibanding tanpa
menggunakan VLAN karena pada saat pengambilan data jitter pada VLAN tidak stabil dan selalu berubah naik dan turun sehigga mengakibatkan rata-ratanya tinggi.
Akan tetapi secara keseluruhan jitter pada bridge ini juga masih dapat diterima karena menurut standar ITU International Telecommunication Union jitter yang baik
adalah kurang dari 50 ms. Berikut ini kita dapat melihat rata-rata packet loss yang terjadi pada setiap PC
yang ketika terjadinya pada bridge.
78
Gambar 4.27 Grafik Packet loss Bridge Pada gambar 4.27 kita dapat melihat packet loss yang dihasilkan merupakan
rata-rata dari setiap PC. Kita dapat melihat pada router yang diset menjadi bridge bahwa packet loss yang dihasilkan mencapai rata-rata 50 lebih pada router RB951G dan
mencapai rata-rata 70 lebih pada router RB450G. Hal ini terjadi karena diakibatkan pada bridge aliran data melalui memory dan dengan padatnya trafik membuat terjadinya
congestion yang sangat tinggi mengakibatkan memory tidak dapat menghandle banyaknya aliran data yang lewat sehingga mengakibatkan banyaknya data yang hilang
pada saat transmisi data.
59.40 76.23
53.28 71.36
0.00 10.00
20.00 30.00
40.00 50.00
60.00 70.00
80.00 90.00
RB951G RB450G
PACKET LOS S
Skenario 3a Skenario 3b
79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengukuran dan analisa pengujian dari skenario 0, 1, 2 dan 3 dapat disimpulkan bahwa :
1. Dari keempat alat switch dan router terkonfirgurasi switch yang sudah di uji port
forwarding-nya dapat kita lihat bahwa throughput yang dihasilkan antara switch dengan router terkonfigurasi switch sama-sama tidak mencapai kecepatan maksimal 1 Gbps
akan tetapi memiliki rata-rata sekitar 400 Mbps pada saat upload ataupun download baik pada protokol UDP maupun TCP baik pada skenario II dengan 4 port dan skenario
II dengan 5 port. 2.
Dari keempat alat yang sudah diuji dan dengan melihat hasil kecepatan port forwarding yang dihasilkan kurang lebih sama pada setiap alat, maka lebih baik menggunakan
switch RG260G dengan mempertimbangkan harga yang lebih murah kecepatan port forwardingnya tidak kalah dengan alat yang lain.
3. Packet loss pada skenario dengan menggunakan VLAN lebih besar persentasenya
dibandingan tanpa menggunakan VLAN sehingga membuat unjuk kerja skenario tanpa menggunakan VLAN lebih baik dibandingkan pada skenario dengan menggunakan
VLAN baik pada switch asli maupun pada router yang terkonfigurasi menjadi switch. 4.
Untuk router RB951 dan RB450G dapat dikonfigurasi menjadi switch dan bridge. Akan tetapi jika ingin digunakan untuk switching lebih baik jika dikonfigurasi sebagai switch
karena port forwarding-nya lebih cepat dan lebih andal karena presentase packet lossnya lebih sedikit dibandingkan ketika menjadi bridge.