58
4.4.1 Analisa Skenario II a
Untuk memudahkan proses analisa penulis memasukan jumlah throughput ke dalam sebuah grafik. Penulis membagi skenario 2 menjadi kedalam dua sub yaitu
skenario 2a dan skenario 2b. Pada skenario 2a merupakan koneksi empat port tanpa menggunakan VLAN dan pada skenario 2b dengan menggunakan VLAN. Berikut
adalah skenario 2a.
Gambar 4.8 Grafik Throughput TCP Skenario IIa
Gambar 4.9 Grafik Throughput UDP Skenario IIa
472.25 476
466.25 461.75
371.75 415.5
420.75 405.75
503.25 394.25
393.5 436.25
528 583.25
539.25 524.75
200 400
600 800
1000 1200
1400 1600
1800 2000
RB951G RB260GS
RB450G TP Link SG3210
M b
p s
Skenario II A TCP
PC1 PC2
PC3 PC4
516 511.75
516.75 515.75
392 392
392 392
389.5 391.25
389.75 391.5
570.25 569
576.5 577.5
200 400
600 800
1000 1200
1400 1600
1800 2000
RB951G RB260GS
RB450G TP Link SG3210
M b
p s
Skenario II B UDP
PC1 PC2
PC3 PC4
59
Pada gambar 4.8 dan 4.9 kita dapat melihat jumlah throughput yang dapat dilalui setiap router atau switch pada proses switching. Kita dapat melihat pola yang
dihasilkan pada setiap alat kurang lebih tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Data pada grafik dihasilkan ketika empat port pada switch masing-masing mengirimkan data
secara bersamaan. Prosesnya adalah seperti berikut ini, PC1 mengirimkan data dengan bandwidth 1 Gbps ke PC 2, kemudian PC2 mengirimkan data dengan bandwidth 1 Gbps
ke PC 3 dan terakhir PC 3 juga mengirimkan data dengan bandwidth 1 Gbps. Karena switch dan router yang digunakan adalah dalam kategori Gigabit. Kita dapat melihat
tabel bahwa rata-rata setiap PC dapat maksimal mengirimkan rata-rata sekitar 400 Mbps masing-masing pada saat upload atau download baik pada TCP maupun UDP.
Hal ini dikarenakan terjadinya congestion antrian pada saat terjadinya proses switching karena semakin padatnya trafik pada network maka akan mengakibatkan
besarnya congestion yang terjadi. Hal tersebut juga berpengaruh pada proses forwarding pada switch, karena sebelum forwarding diteruskan data terlebih dahulu
dilakukan filtering apakah ada data yang rusak atau tidak. Setelah proses filtering maka data akan diteruskan ke host tujuan. Selain itu yang mempengaruhi proses forwarding
tidak maksimal karena pada switch karena padatnya trafik dimana setiap port dibanjiri oleh bandwidth sebesar 1 Gbps yang menyebabkan MAC address learning
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menentukan rute pada saat forwarding data.
60
Gambar 4.10 Grafik Jitter Skenario IIa
Pada gambar 4.10 kita dapat melihat jitter yang pada saat proses switching. Jitter merupakan variasi delay dihasilkan pada saat terjadinya transmisi. Jitter pada grafik di
atas merupakan rata-rata yang diperoleh pada setiap PC. Jitter terjadi hanya pada UDP karena data yang dikirim pada UDP tidak di urutkan terlebih dahulu sehingga
mengakibatkan data yang sampai pada tujuan tidak dating secara bersamaan dan berurutan. Kita dapat melihat pada switch RB260G jitter dihasilkan lebih sedikit karena
dipengaruhi oleh congestion yang tidak terlalu tinggi. Sehingga jitter yang diperoleh tidak terlalu besar, akan tetapi secara keseluruhan jitter masih dapat diterima karena
tidak melebihi 1 ms, karena menurut standar ITU International Telecommunication Union jitter yang baik adalah kurang dari 50 ms.
0.331375
0.195375 0.34075
0.37
0.05 0.1
0.15 0.2
0.25 0.3
0.35 0.4
RB951G RB260GS
RB450G TP Link SG3210
J IT TER S KEN A RIO II A
61
Gambar 4.11 Grafik Packet Loss Skenario IIa Pada gambar 4.11 kita dapat melihat packet loss yang dihasilkan merupakan
rata-rata dari setiap PC. Pada skenario IIa tanpa menggunakan VLAN kita dapat melihat bahwa setiap data yang terkirim yang hilang kurang dari 1 . Ini menandakan bahwa
hamper tidak ada data yang hilang pada saat pengiriman data karena rata-rata berjumlah nol koma sekian persen.
4.4.2 Analisa Skenario II b