Analisis unjuk kerja port forwarding switch dan router terkonfigurasi sebagai switch.

(1)

viii ABSTRAK

Switch merupakan perangkat yang bekerja pada layer data link dengan tugas

utama adalah MAC address learning, Forwarding and filtering, dan Segmenting

end stations. Hal utama yang paling diperhatikan pada proses Switching adalah

kecepatan port forwarding. Kecepatan port forwarding menentukan seberapa cepat

frame dapat diteruskan antara host pengirim menuju host penerima. Pada tugas

akhir ini, pengujian dilakukan untuk mengetahui kecepatan port forwarding antara

Switch Gigabit asli dengan Router Gigabit yang terkonfigurasi menjadi Switch

dengan skenario tanpa VLAN (Virtual LAN) maupun dengan menggunkan VLAN (Virtual LAN).

Parameter yang digunakan dalam pengujian adalah menghitung jumlah throughput, jitter dan packet loss. Throughput digunakan untuk mengukur unjuk

kerja port forwarding pada layer transport pada protokol TCP dan UDP , sedangkan jitter dan packet loss untuk mengukur unjuk kerja port forwarding hanya pada protokol UDP.

Dari hasil pengujian yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa pada

Switch Gigabit asli dan Router Gigabit yang terkonfigurasi menjadi Switch yang

sudah di uji port forwarding-nya diperoleh throughput tidak mampu mencapai kecepatan maksimal sebesar 1 Gbps akan tetapi diperoleh rata-rata setiap port hanya mencapai kurang lebih sekitar 400 Mbps pada saat upload maupun download baik pada protokol TCP maupun UDP. Jitter yang diperoleh pada setiap skenario tidak melebihi dari 1 ms. Ketika menggunakan VLAN presentasi packet loss lebih besar dibandingkan dengan tanpa menggunakan VLAN sehingga unjuk kerja menggunakan VLAN tidak lebih baik dibandingkan dengan tanpa menggunakan VLAN.


(2)

ix ABSTRACT

Switch is a device which works at the link data layer and the main task is

the MAC address learning, forwarding and filtering, and Segmenting end stations. The main thing in the switching process is the speed of the port forwarding. It determines how fast the frame can be passed between the host sender to the host receiver. In this thesis, the test is performed to determine the speed of the port

forwarding between native Gigabit Switch with Gigabit Router configured into a Switch with a scenario without VLAN (Virtual LAN) and vice versa.

In the test, the researcher used parameters in the test which functions are to calculate the amount of throughput, jitter and packet loss. Again, Throughput is to measure the performance of the transport layer port forwarding on TCP and UDP. While jitter and packet loss are to measure the performance of port forwarding on the UDP protocol.

Based on the result of the tests performed, it can be concluded that the configuration of the original Gigabit Switch and Router Gigabit Switch into the test

port forwarding, Throughput could not obtain to reach a maximum speed of 1 Gbps.

In each port, however, it could reach on average approximately 400 Mbps at the time of uploading and downloading on TCP or UDP. Then, Jitter obtained in each scenario did not exceed 1 ms. When using VLANs packet loss, the presentation was greater than without using VLANs. Therefore, the performance of using VLANs were not work well than without using VLANs.


(3)

ANALISIS UNJUK KERJA PORT FORWARDING SWITCH DAN

ROUTER TERKONFIGURASI SEBAGAI SWITCH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Program Studi Teknik Informatika

Disusun oleh: Kristopel 105314068

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

PERFORMANCE ANALYSIS OF PORT FORWARDING SWITCH AND ROUTER CONFIGURED AS A SWITCH

THESIS

Presented as Partial Fulfillment of the Requirements To Obtain Sarjana Komputer Degree

In Informatics Engineering Study Program

By:

Kristopel 105314068

INFORMATICS ENGINEERING STUDY PROGRAM DEPARTMENT OF INFORMATICS ENGINEERING

FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA 2015


(5)

(6)

(7)

iii

HALAMAN MOTTO

Matius 21:22 “Dan apa saja yang kamu minta dalam doa

dengan penuh kepercayaan kamu akan menerimanya”

ALWAYS WALKING BY FAITH

BUT


(8)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan kepada :

Tuhan Yesus Kristus, karena telah memberikan hikmat, berkat, dan kesehatan buat saya untuk menyelesaikan Tugas ini dengan sempurna.

Keluarga tercinta. Untuk Papa, alm. Mama, abang-abang dan kakak-kakakku tercinta bang Reky, bang Logak, kak Ayang, Kak Nita dan adikku satu-satunya Nokus serta keponakan-keponakanku yang lucu-lucu Nia, Ale, Indi, Dion, Biel, Dan Riel terimakasih buat support maupun doanya.

Sepupuku yang luar biasa Risko dan Arias. Makasih buat doa dan supportnya.

Rainbowie. Irma, Mbak Tyas, Opa, Nani, Tirza, dan Makje Silvia, makasih buat kebersamaannya, traktirannya, ketawa barengnya, ngumpul barengnya dan lain-lainnya.

Sohib SMP Alberikus Erik Pambudi dan Sohib SMA Petrus Widodo, makasih udah datang pas pendadaran dan makasih buat doa dan supportnya.

Temen-temen “KULI”. Adit, Pai, Uchup, Oddo, Welly, dan Bayu. Teman-teman Teknik Informatika 2010. Terimakasih untuk semua dukungan dan semangatnya. Terutama sohib gue Aweng, Roy, Eko, Rio, Fani, Damai, Adit, Tomi, Krisma, Kejut,Tiara, Angga, Rency, Jojo, Windy, Hohok, Charlie, Obhe, Dimpel, dan mas Yosi makasih buat kebersamaannya selama empat tahun, bangga punya sahabat-sahabat seperti kalian. 

Keluarga History Maker. Pak Priyo, Mbak Irene, Fonzie, Mas Rinto, Mas Danesh, Mas Ivan, Mas Arya, Mas Ferry, Bro Markus, Bro Indra, Bro Badai, Bro Ray, Bro Dimas, dan Bro Candra. Terimakasih buat dukungan dan doanya.


(9)

v

Keluarga Youth Impact Singers. Daddy Uchu, Albert, Angel, Belinda, Ci Amel, Bro Erik, Om Marthen, Baby Huey (Fila), Dedek Si Jeremi Teti, Kak Fey, Kak Irene, Kak Fey, Kak Meika, Kak Lita, Kak Siska, Ci Zenia, Amel Bang Jack, Haris, dan Yezia. Makasih Buat doa dan dukungannya, dan makasih juga buat kebersamaannya dalam pelayanan yang luar biasa.

Youth Impact. Terutama Ko Agung, Ko Jhon, Rommy, Rinzky, Rini, Sari, Ci Devina, Hezron, Daniel, Lucky Harefa, dan lain-lain. Makasih buat semua doanya.

Amazing People. Kak Angel, Kak Lita, Kak Iyan, Bella, Keke, Ezra, Moses, Ko Dhev, Dio, dan lain-lain. Makasih buat semua doa dan dukungannya, dan keseruannya pas ngumpul-ngumpul.

Temen Panitia ESBC. Terutama Cenda, Fenty, Ko Robert, Mami Nancy, dll. Makasih buat semua doa dan dukungannya.

Kak Ongen dan Kak Nina. Makasih Kakak-kakak yang luar biasa, semoga makin langgeng sampe kakek nenek. 

Kelurga Tim Pujian Gereja Keluarga Allah “STAR Worshippers”. Terutama Mom Susan, Kak Lian, Priskila, Bro Andra, Kak Fajar, Ko Ayim, dll . Makasih buat doa dan dukungannya.


(10)

(11)

(12)

viii

ABSTRAK

Switch merupakan perangkat yang bekerja pada layer data link dengan tugas

utama adalah MAC address learning, Forwarding and filtering, dan Segmenting

end stations. Hal utama yang paling diperhatikan pada proses Switching adalah

kecepatan port forwarding. Kecepatan port forwarding menentukan seberapa cepat

frame dapat diteruskan antara host pengirim menuju host penerima. Pada tugas

akhir ini, pengujian dilakukan untuk mengetahui kecepatan port forwarding antara

Switch Gigabit asli dengan Router Gigabit yang terkonfigurasi menjadi Switch

dengan skenario tanpa VLAN (Virtual LAN) maupun dengan menggunkan VLAN (Virtual LAN).

Parameter yang digunakan dalam pengujian adalah menghitung jumlah throughput, jitter dan packet loss. Throughput digunakan untuk mengukur unjuk

kerja port forwarding pada layer transport pada protokol TCP dan UDP , sedangkan jitter dan packet loss untuk mengukur unjuk kerja port forwarding hanya pada protokol UDP.

Dari hasil pengujian yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa pada

Switch Gigabit asli dan Router Gigabit yang terkonfigurasi menjadi Switch yang

sudah di uji port forwarding-nya diperoleh throughput tidak mampu mencapai kecepatan maksimal sebesar 1 Gbps akan tetapi diperoleh rata-rata setiap port hanya mencapai kurang lebih sekitar 400 Mbps pada saat upload maupun download baik pada protokol TCP maupun UDP. Jitter yang diperoleh pada setiap skenario tidak melebihi dari 1 ms. Ketika menggunakan VLAN presentasi packet loss lebih besar dibandingkan dengan tanpa menggunakan VLAN sehingga unjuk kerja menggunakan VLAN tidak lebih baik dibandingkan dengan tanpa menggunakan VLAN.


(13)

ix

ABSTRACT

Switch is a device which works at the link data layer and the main task is

the MAC address learning, forwarding and filtering, and Segmenting end stations. The main thing in the switching process is the speed of the port forwarding. It determines how fast the frame can be passed between the host sender to the host receiver. In this thesis, the test is performed to determine the speed of the port

forwarding between native Gigabit Switch with Gigabit Router configured into a Switch with a scenario without VLAN (Virtual LAN) and vice versa.

In the test, the researcher used parameters in the test which functions are to calculate the amount of throughput, jitter and packet loss. Again, Throughput is to measure the performance of the transport layer port forwarding on TCP and UDP. While jitter and packet loss are to measure the performance of port forwarding on the UDP protocol.

Based on the result of the tests performed, it can be concluded that the configuration of the original Gigabit Switch and Router Gigabit Switch into the test

port forwarding, Throughput could not obtain to reach a maximum speed of 1 Gbps.

In each port, however, it could reach on average approximately 400 Mbps at the time of uploading and downloading on TCP or UDP. Then, Jitter obtained in each scenario did not exceed 1 ms. When using VLANs packet loss, the presentation was greater than without using VLANs. Therefore, the performance of using VLANs were not work well than without using VLANs.


(14)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus , sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir sebagai salah satu mata kuliah wajib dan merupakan syarat akademik pada jurusan Teknik Informatikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis baik selama penelitian maupun saat pengerjaan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan di antaranya kepada :

1. Bapak Henricus Agung Hernawan, S.T., M.Kom., sebagai Dosen Pembimbing Tugas Akhir.

2. Bapak Puspaningtyas Sanjoyo Adi S.T., M.T. dan Iwan Binanto M.Cs., sebagai Dosen penguji

3. Ibu Ridowati Gunawan S.Kom., M.T., sebagai Kaprodi yang sudah memberikan dispensasi keterlambatan naskah.

4. Orang tua, Stefanus Mandjot dan alm. Tresia Etet. Sodara-sodaraku Ratno Reky, Petrus Logak, dan Nokus Frans atas dukungan moral, doa maupun finansial dalam penyusunan skripsi hingga selesai dengan sempurna.

5. Seluruh teman-teman Teknik Informatika 2010 atas dukungan dan semangatnya.

6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca.

Yogyakarta, 26 Februari 2015


(15)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... Error! Bookmark not defined.

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Batasan ... 3

1.5 Metode Penelitian ... 4

1.6 Sistematika Penulisan ... 5

BAB II Landasan Teori ... 7

2.1 Switch ... 7

2.1.1 Switch Basics ... 9

2.1.2 Ports ... 10

2.1.3 Address Learning and Forwarding ... 11

2.1.4 Shared Bus ... 12

2.1.5 Shared Memory... 12

2.1.6 Shared Crossbar ... 12

2.1.7 Ethernet ... 13

2.2 VLAN (Virtual LAN) ... 17

2.2.1 Impementasi VLAN ... 21


(16)

xii

2.3.1 Karakteristik UDP... 21

2.3.2 Penggunaan UDP ... 23

2.4 TCP (Transmission Control Protocol) ... 24

2.4.1 Karakteristik TCP ... 24

2.4.2 TCP Three-way handshake ... 26

2.5 Iperf tool ... 27

2.6 Parameter Performa Jaringan ... 27

2.6.1 Throughput... 27

2.6.2 Packet Loss ... 28

2.6.3 Delay (Latency) ... 29

2.6.4 Jitter ... 29

2.6.5 Bandwidth ... 30

BAB III Perancangan ... 31

3.1 Spesifikasi Alat ... 31

3.1.1Switch gigabit 5 port RB260GS ... 31

3.1.2 Switch TP-Link TL-SG3210 ... 32

3.1.3 Router Board Mikrotik RB951G ... 34

3.1.4 Router Board Mikrotik RB450G ... 35

3.2 Topologi dan Skenario Pengujian ... 37

3.2.1 Skenario 0 ... 37

3.2.2 Skenario I ... 37

3.2.3 Skenario II a ... 38

3.2.4 Skenario II b... 39

3.2.5 Skenario III a ... 40

3.2.6 Skenario III b ... 41

3.3 Spesifikasi Tool yang digunakan ... 42

BAB IV IMPLEMENTASI dan ANALISA ... 45

4.1 Analisa dan Grafik ... 45

4.2 Analisa Skenario 0 (Tes PC to PC) ... 45

4.3 Analisa Skenario I ... 50


(17)

xiii

4.4.1Analisa Skenario II a... 58

4.4.2 Analisa Skenario II b ... 61

4.5 Skenario III ... 65

4.5.1 Analisa Skenario III a ... 67

4.5.2 Analisa Skenario III b ... 71

4.6 Analisa Bridge ... 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 79

5.1 Kesimpulan ... 79

5.2 Saran ... 80

DAFTAR PUSATAKA ... 81


(18)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Topologi Star ... 7

Gambar 2.2 Contoh DMA ... 9

Gambar 2.3 Contoh Switch Fabric ... 10

Gambar 2.4 Switch Crossbar ... 13

Gambar 2.5 Jaringan tanpa VLAN... ……….19

Gambar 2.6 Jaringan dengan VLAN ... .20

Gambar 3.1 Switch gigabit 5 port RB260G-S ... .32

Gambar 3.2 Switch TP-Link TL-SG3210 ... .34

Gambar 3.3 Router Board RB951G ... .35

Gambar 3.4 Router Board RB450G ... .36

Gambar 3.5 Skenario nol test PC to PC ... .37

Gambar 3.6 Skenario pertama test kecepatan port ... .37

Gambar 3.7 Skenario kedua test kecepatan empat port tanpa VLAN ... .38

Gambar 3.8 Skenario ketiga test kecepatan empat port dengan VLAN ... .39

Gambar 3.9 Skenario lima port tanpa VLAN ... .40

Gambar 3.10 Skenario lima port network dengan VLAN ... .41

Gambar 3.11 Server TCP ... .42

Gambar 3.12 Client TCP ... .43

Gambar 3.13 Server UDP ... .43

Gambar 3.14 Client UDP ... .44

Gambar 4.1 Ethernet Status ... .46

Gambar 4.2 Bandwidth TCP dan UDP ... .47

Gambar 4.3 Jitter Skenario 0 ... .48

Gambar 4.4 Packet Loss Skenario 0 ... .49

Gambar 4.5 Grafik Throughput Skenario 1 ... .51

Gambar 4.6 Grafik Jitter Skenario 1 ... .54

Gambar 4.7 Grafik Packet Loss Skenario 1 ... .55


(19)

xv

Gambar 4.9 Grafik Throughput UDP Skenario IIa ... .58

Gambar 4.10 Grafik Jitter Skenario IIa ... .60

Gambar 4.11 Grafik Packet Loss Skenario IIa ... .61

Gambar 4.12 Grafik Throughput TCP Skenario IIb ... .62

Gambar 4.13 Grafik Throughput UDP Skenario IIb ... .62

Gambar 4.14 Grafik Jitter Skenario IIb... .63

Gambar 4.15 Grafik Packet Loss Skenario IIb ... .64

Gambar 4.16 Grafik Throughput TCP Skenario IIIa ... .68

Gambar 4.17 Grafik Throughput UDP Skenario IIIa ... .68

Gambar 4.18 Grafik Jitter Skenario IIIa ... .69

Gambar 4.19 Grafik Packet Loss Skenario IIIa ... .70

Gambar 4.20 Grafik Throughput TCP Skenario IIIb ... .71

Gambar 4.21 Grafik Throughput UDP Skenario IIIb ... .72

Gambar 4.22 Grafik Jitter Skenario IIIb ... .73

Gambar 4.23 Grafik Packet Loss Skenario IIIb ... .73

Gambar 4.24 Grafik Throughput Bridge Skenario IIIa ... .75

Gambar 4.25 Grafik Throughput Bridge Skenario IIIb ... .75

Gambar 4.26 Grafik Jitter Bridge... .76


(20)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Spesifikasi gigabit 5 port RB260G-S ... 32

Tabel 3.2 Tabel Spesifikasi TP-Link TL-SG3210 ... 34

Tabel 3.3 Tabel Spesifikasi Router Board RB951G ... .35

Tabel 3.4 Tabel Spesifikasi Router Board RB450G ... .36

Tabel 4.1 Tabel Throughput TCP dan UDP tes PC ... .46

Tabel 4.2 Tabel Jitter dan Packet loss setiap PC ... .47

Tabel 4.3 Tabel Throughput pada router RB951G ... .50

Tabel 4.4 Tabel Throughput pada router RB450G ... .50

Tabel 4.5 Tabel Throughput pada router RB260G ... .51

Tabel 4.6 Tabel Throughput pada router TP-Link ... .51

Tabel 4.7 Tabel Jitter dan packet loss pada router RB951G ... .53

Tabel 4.8 Tabel Jitter dan packet loss pada router RB450G ... .53

Tabel 4.9 Tabel Jitter dan packet loss pada router RB260G ... .53

Tabel 4.10 Tabel Jitter dan packet loss pada router TP-Link ... .53

Tabel 4.11 Tabel Data pengujian empat port Router RB951G ... .56

Tabel 4.12 Tabel Data pengujian empat port Router RB450G ... .…..56 Tabel 4.13 Tabel Data pengujian empat port Router RB260G ... .57

Tabel 4.14 Tabel Data pengujian empat port Router TP-Link... .57

Tabel 4.15 Tabel Data pengujian lima port Router RB951G ... .65

Tabel 4.16 Tabel Data pengujian lima port Router RB450G ... .65

Tabel 4.17 Tabel Data pengujian lima port Router RB260G ... .66


(21)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Internet merupakan salah satu kebutuhan yang tidak bisa ditinggalkan oleh hampir setiap penggunanya. Hal ini dikarenakan banyaknya informasi yang dapat kita peroleh dengan cepat di dunia maya . Perkembangan teknologi informasi tersebut juga ikut serta membawa perkembangan akan perangkat-perangkat pendukung dalam koneksi internet salah satunya adalah swicth yang merupakan suatu alat yang berperan penting sebagai jembatan penghubung pada sebuah jaringan.

Switch adalah sebuah mekanisme yang memungkinkan kita untuk menghubungkan link untuk membentuk jaringan yang lebih besar. Switch adalah multi-input multi-output perangkat yang mentransfer paket dari multi-input ke satu atau lebih output. [1].

Pada penelitian ini penulis akan membandingkan unjuk kerja kecepatan

switching antara dua switch asli dengan dua router yang terkonfigurasi menjadi switch.

Berikut switch tipe switch asli yang digunakan dalam penelitian ini adalah Switch Gigabit 5 port RB260G-S dan Switch 8 Port TP-Link TL-SG3210D. Sedangkan router yang digunakan adalah Router Wireless 5 Port RB951G dan Router Indoor 5 Port RB450G. Switch dan router yang digunakan pada penelitian ini sudah termasuk kategori managable sehingga dapat juga dapat dikonfigurasikan menjadi beberapa VLAN. VLAN menyediakan cara untuk memisahkan switch ke dalam domain broadcast kecil.[2].

Pengertian Virtual LAN atau disingkat VLAN merupakan sekelompok perangkat pada satu LAN atau lebih yang dikonfigurasikan (menggunakan perangkat


(22)

2

lunak pengelolaan) sehingga dapat berkomunikasi seperti halnya bila perangkat tersebut terhubung ke jalur yang sama, padahal sebenarnya perangkat tersebut berada pada sejumlah segmen LAN yang berbeda. Vlan dibuat dengan menggunakan jaringan pihak ke tiga.[2]

Pada dasarnya sebuah switch yang dibutuhkan adalah sebuah unjuk kerja kecepatan pada saat mentransfer data karena hal ini menjadi hal utama pada sebuah jaringan internet.

Bicara tentang transfer data, switch memiliki port yang sudah di set kecepatan datanya berdasarkan jumlah bandwidth yang di sediakan misalnya 100 Mbps per port. Biasanya semakin tinggi bandwidth yang di sediakan untuk setiap port maka harga switch tersebut akan semakin mahal. Akan tetapi pada kenyataan ini tidak menjadi faktor penentu harga. Ada switch yang memiliki kecepatan transfer hanya 100 Mbps lebih mahal di banding dengan switch dengan kecepatan 1000 Mbps.

Pada swicth dikenal yang namanya port forwarding. Port forwarding bertugas sebagai penerjemah alamat atau nomor port dari sebuah paket ke tujuan baru dan meneruskan paket sesuai dengan tabel routing. Hal tersebut yang akan diteliti nantinya, sejauhmana pengaruh port forwarding dalam mengirimkan data.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang maka dapat dirumuskan masalah yaitu:

Sejauhmana kemampuan port forwarding dan transfer data antara Switch Gigabit asli dengan Router Gigabit yang terkonfigurasi menjadi Switch?

Sejauhmana pengaruh VLAN terhadap unjuk kerja Switch Gigabit asli dengan


(23)

3

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

 Menganalisa unjuk kerja pada Switch asli yaitu Gigabit 5 port RB260G-S dan Switch 8 Port TP-Link TL-SG3210D dengan router yang terkonfigurasi menjadi switch yaitu Router Wireless 5 Port RB951G dan Router Indoor 5 Port RB450G.  Mengetahui perbedaan unjuk kerja antara Switch Gigabit asli dengan Router

Gigabit yang terkonfigurasi menjadi Switch.

1.4 Batasan

1. Pengukuran dilakukan pada perangkat Switch Gigabit 5 port RB260G-S, Switch 8 Port TP-Link TL-SG3210D, Router Wireless 5 Port RB951G dan Router Indoor 5 Port RB450G.

2. Pengujian ini hanya meneliti sebanyak 5 port saja. 3. Pengujian unjuk kerja jaringan menggunakan iperf tool. 4. Tidak menguji trunk


(24)

4

1.5 Metode Penelitian

Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Studi Literatur, yaitu menelaah buku-buku dan jurnal-jurnal referensi yang berkaitan dengan permasalahan.

2. Perancangan Sistem

Pada tahap ini dilaksanakan Perancangan Sistem yang akan dibuat berdasakan Studi Literatur. Perancangan Sistem meliputi skenario perancanan topologi jaringan, implementasi topologi jaringan, setting Virtual LAN pada setiap alat, pemberian IP address.

3. Pemilihan Hardware dan Software

Pada tahap ini, dilakukan pemilihan hardware dan software yang dibutuhkan untuk membangun jaringan komputer sesuai skenario topologi jaringan yang dibuat dan sekaligus untuk pengujian.

4. Tahap konfigurasi

Tahap ini, tahap konfigurasi dimasing-masing switch dan router yang digunakan dalam jaringan, meliputi instalasi ip address di masing-masing interface switch maupun router, konfigurasi dari router menjadi switch, dan dikonfigurasi VLAN pada setiap alat.

5. Pengujian

Dalam tahap pengujian, dilakukan 2 tahap pengujian, yaitu Pengujian Skenario tanpa menggunakan VLAN dan Pengujian Skenario dengan menggunakan VLAN. Pengujian dengan memastikan komunikasi switching terbentuk dengan cara melakukan ping terlebih dahulu kesemua interface. Software pengujian menggun Iperf untuk membangkitkan koneksi TCP dan UDP.


(25)

5

6. Analisa

Dalam tahap Analisa, dihasilkan output pengambilan data yang didapatkan dari tahap-tahap pengujian beserta revisinya. Sehingga data-data yang didapatkan dari pengujian

throughput, datagram loss dan jitter terkumpul dari hasil uji coba dapat dianalisa sesuai

parameter pengujian yang akan diukur dalam penulisan tugas akhir ini.

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam laporan tugas akhir ini, pembahasan disajikan dalam enam bab dengan sitematika pembahasan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penulisan, manfaat, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini dijelaskan tentang teori-teori pemecahan masalah yang berhubungan dan digunakan untuk mendukung penulisan tugas akhir ini.

BAB III METODE PENULISAN

Bab ini dijelaskan tentang sfesifikasi alat, tools pengujian, dan perancangan skenario pengujian.

BAB IV ANALISA HASIL PENGAMBILAN DATA Pada bab ini berisi evaluasi dari pelaksanaan uji coba skenario yang dibuat.Hasil pengambilan data dikumpulkan dan dianalisa.


(26)

6

BAB V KESIMPULAN

Bab ini berisi kesimpulan dan saran sesuai dengan perumusan masalah. DAFTAR PUSTAKA

Pada bagian ini akan dipaparkan tentang sumber-sumber literatur yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini. LAMPIRAN

Pada bagian ini berisi tentang cara konfirgurasi dan data-data mentah pengujian.


(27)

7

BAB II

LANDASAN TEORI 2.1 Switch

Dalam istilah sederhana, switch adalah sebuah mekanisme yang memungkinkan kita untuk menghubungkan Link untuk membentuk jaringan yang lebih besar. Switch adalah multi-input multi-output perangkat yang mentransfer paket dari input ke satu atau lebih output. Dengan demikian, switch menambahkan topologi star (lihat Gambar 2.1) ke link point-to-point, bus (Ethernet), dan cincin topologi. Sebuah topologi star memiliki beberapa sifat yang menarik:

 Meskipun switch memiliki jumlah tetap dari input dan output, yang membatasi jumlah host yang bisa dihubungkan ke satu switch, jaringan yang besar dapat dibangun oleh interkoneksi sejumlah switch.

Gambar 2.1 topologi star

 Kita dapat menghubungkan switch satu sama lain dan host menggunakan point-to-point, yang biasanya berarti bahwa kita dapat membangun jaringan lingkup geografis yang luas.


(28)

8

 Menambahkan host baru ke jaringan dengan menghubungkannya ke switch tidak perlu mengurangi kinerja jaringan untuk lainnya host sudah terhubung.

Sebagai contoh, tidak mungkin bagi dua host pada segmen Ethernet 10-Mbps yang sama untuk mengirimkan terus menerus pada 10 Mbps karena mereka berbagi media transmisi yang sama. Setiap komputer di sebuah jaringan mempunyai link ke switch, sehingga mungkin sekali bisa banyak host untuk mengirimkan pada kecepatan link penuh (bandwidth), asalkan switch dirancang dengan kapasitas keseluruhan cukup. Menyediakan agregat throughput yang tinggi merupakan salah satu tujuan desain untuk switch; kita kembali ke topik ini nanti. Secara umum, jaringan switch dianggap lebih terukur (yaitu, lebih mampu tumbuh dalam jumlah besar node) dari jaringan shared-media karena kemampuan ini untuk mendukung banyak host dengan kecepatan penuh.[1]

Switch terhubung ke satu set link dan, untuk masing-masing link tersebut, berjalan protokol data link yang tepat untuk berkomunikasi dengan node diujung link. Tugas utama Sebuah switch adalah untuk menerima paket yang datang salah satu link dan untuk mengirimkan mereka pada beberapa link lainnya. Fungsi ini kadang-kadang disebut sebagai salah satu perpindahan atau forwarding, dan dalam hal Open System Interconnection (OSI) arsitektur, itu adalah fungsi utama dari lapisan jaringan.[1]

Pertanyaannya, kemudian, adalah bagaimana switch menentukan keluaran link ke menempatkan masing-masing paket ? Jawaban umum adalah bahwa hal itu terlihat pada header paket untuk identifikasi yang digunakan untuk membuat keputusan. Rincian bagaimana menggunakan identifier ini bervariasi, tetapi ada dua pendekatan umum.Yang pertama adalah datagram atau pedekatan tanpa koneksi . Yang kedua adalah virtual circuit atau pendekatan berorientasi koneksi. Pendekatan ketiga, sumber


(29)

9

routing, kurang commonthan dengan dua lainnya, tetapi merupakan aplikasi yang berguna.[1]

2.1.1 Switch Basics

Switch dan router menggunakan teknik pelaksanaan yang sama. Gambar 2.2 menunjukkan prosesor dengan tiga inteface jaringan yang digunakan sebagai Switch. Angka ini menunjukkan jalan yang paket mungkin mengambil dari waktu itu tiba pada interface 1 sampai output pada interface 2. Kami telah mengasumsikan disini bahwa prosesor memiliki mekanisme untuk memindahkan data langsung dari interface ke memori utama tanpa harus langsung disalin oleh CPU, teknik yang disebut akses memori langsung (DMA). Setelah paket dalam memori, CPU memeriksa header untuk menentukan interface paket harus dikirim keluar. Kemudian menggunakan DMA untuk memindahkan paket ke interface yang sesuai.[1]

Gambar 2.2 Contoh DMA

Pada contoh, setiap paket yang melintasi I / O bus dua kali ditulis dan dibaca oleh memori utama saja. Batas teratas jumlah throughput dari alat tersebut (total data rate berkesinambungan jika dijumlahkan dengan semua input), dengan demikian, baik


(30)

10

setengah bandwidth memori utama atau setengah I / O bandwidth bus, mana yang lebih sedikit. (Biasanya, itu adalah I / O bandwidth bus.) Sebagai contoh, sebuah mesin dengan 133-MHz, 64-bit-lebar I / O bus dapat mengirimkan data dengan kecepatan tinggi sedikit di atas 8 Gbps. Sejak forwarding packet melintasi bus dua kali,batas yang sebenarnya 4 Gbps-cukup meningkatkan switch dengan cukup banyak Port Ethernet 100-Mbps.[1]

2.1.2 Ports

Kebanyakan switch terlihat secara konseptual mirip dengan yang ditunjukkan pada Gambar 2.3. Switch terdiri dari sejumlah input dan output port dan sebuah fabric. Di sana biasanya sedikitnya satu prosesor kontrol yang bertanggung jawab atas seluruh Switch yang berkomunikasi dengan port baik secara langsung maupun, seperti yang ditunjukkan di sini, melalui switch fabric. Port berkomunikasi dengan dunia luar. Port-port tersebut dapat berisi penerima serat optik dan laser, buffer untuk menahan paket yang sedang menunggu untuk diaktifkan atau dikirim, dan seringkali sejumlah besar sirkuit lain yang memungkinkan switch berfungsi.[1]


(31)

11

2.1.3 Address Learning and Forwarding

Fungsi yang paling utama yang switch lakukan adalah memperlajari alamat atau Addess Learning . Address Learning membuat keputusan forwarding lebih cerdas. Tanpa kemampuan untuk membuat keputusan forwarding, switch akan menjadi hub. Hub tidak mempelajari beberapa informasi pada jaringan dan, karena itu, hub hanya bisa membanjiri setiap traffic pada setiap port.[2]

Bridge membuat lompatan pertama dengan menciptakan media access control (MAC) . Pada switch juga disebut tabel alamat MAC dan tabel content addressable address (CAM). Dengan melihat sumber alamat MAC dari frame ketika diterima, bridge dapat mengetahui di mana semua perangkat host berada dalam pada jalur port yang dimilikinya. Switch juga melakukan hal yang persis sama, tetapi switch dapat meneruskan frame jauh lebih cepat dari bridge karena switch dapat melakukan pencarian dan proses forwarding pada hardware bukan pencarian pada software seperti yang dilakukan oleh brigde.[2]

Sebagai contoh, katakanlah kita memiliki switch dengan dua host yang terhubung. Host A terhubung pada Fast Ethernet 0 / 1 dan Host B terhubung pada Fast Ethernet 0 / 2 . Ketika switch dihidupkan , tidak ada alamat dinamis yang diketahui dalam tabel . Jika host A mengirimkan sebuah frame ke switch, switch akan mengambil nomor port masuk dan sumber alamat MAC dan menempatkan informasi itu ke dalam tabel alamat MAC . Tapi, apa pun tujuan dari frame ini , switch belum tahu. Ketika switch tidak tahu kemana tujuannya, switch harus membanjiri framenya . Sekarang manfaat dari proses ini , ketika Host B mengirim sebuah frame kembali ke Host A , switch akan lagi menerima frame dan menempatkan port dan sumber alamat MAC yang masuk ke dalam tabel alamat MAC . Namun, kali ini ketika switch membuat keputusan forwarding , ia tahu letak port dari Host A dan dapat meneruskan framenya keluar


(32)

12

melalui Fast Ethernet 0 / 1 saja. Satu hal tambahan yang perlu diingat adalah bahwa proses ini hanya berlaku untuk trafik unicast . Semua broadcast dan trafik multicast secara default dibanjiri oleh switch.[2]

2.1.4 Shared Bus

Sistem Bus-ini adalah jenis "struktur" yang ditemukan dalam prosesor

konvensional yang digunakan juga sebagai switch, seperti dijelaskan di atas. Karena bandwidth pada bus yang menentukan throughput dari switch, kinerja yang tinggi dari switch bus biasanya telah dirancang khusus daripada bus standar yang ditemukan di PC.[2]

2.1.5 Shared Memory

Dalam switch memori , paket ditulis ke dalam memori dengan port input dan kemudian dibaca dari memori dengan port output. Besar memori yang menentukan throughput pada switch. Sebuah switch memori pada prinsipnya mirip dengan switch bus, kecuali dengan rancangan tertentu, kecepatan bus memori lebih tinggi daripada I / O bus.[2]

2.1.6 Shared Crossbar

Sebuah switch crossbar adalah matriks jalur yang dapat dikonfigurasi untuk menghubungkan beberapa port input ke beberapa port output. Gambar 2.4 menunjukkan 4 × 4 switch crossbar. Masalah utama dengan crossbars adalah dalam bentuk yang paling sederhana, yang mereka butuhkan setiap output port yang dapat menerima paket dari semua masukan sekaligus, menyiratkan bahwa setiap port akan


(33)

13

memiliki bandwidth memory sebesar total throughput switch. Pada kenyataannya, desain yang lebih kompleks biasanya digunakan untuk mengatasi masalah ini (lihat, misalnya, switch Knockout dan virtual pendekatan output buffer).

Gambar 2.4 Switch Crossbar

2.1.7 Ethernet

Ethernet (bahasa Inggris: Ethernet) adalah keluarga teknologi jejaring komputer untuk jaringan wilayah setempat (LAN). Ethernet mulai merambah pasaran pada tahun 1980 dan dibakukan pada tahun 1985 sebagai IEEE 802.3. Ethernet telah berhasil menggantikan kabel teknologi LAN yang ikut bersaing lainnya.

Baku Ethernet terdiri dari beberapa kabel dan sinyal yang beragam dari lapisan wujud OSI yang digunakan dengan Ethernet. Ethernet 10BASE5 asli menggunakan kabel sesumbu sebagai sarana berkongsi (shared medium). Kabel sesumbu kelak digantikan dengan pasangan berpilin dan serat optik untuk penyambungannya dengan pusatan (hub) atau pengalih (switch). Laju data secara


(34)

14

berkala kian meningkat pula dari 10 megabit per detik hingga mencapai 100 gigabit per detik.

Sistem perhubungan melalui Ethernet membagi aliran data menjadi potongan-potongan pendek yang disebut sebagai bingkai (frame). Setiap bingkai berisi alamat sumber dan tujuan, serta data pemeriksa galat (error-checking data) sehingga data yang rusak dapat dilacak dan dihantarkan kembali. Sesuai dengan acuan OSI, Ethernet menyediakan layanan sampai dengan lapisan taut data (data link layer).

Sejak perintisan awal, Ethernet telah mempertahankan mutu keserasian antar-peranti (compatibility) yang cukup baik. Fitur-fitur sepertialamat MAC 48-bit dan bentukjadi bingkai Ethernet telah mempengaruhi kaidah jejaring (network protocol) lainnya.[14]

a. Jenis-Jenis Ethernet

Jika dilihat dari kecepatannya, Ethernet terbagi menjadi empat jenis, yakni sebagai berikut:

 10 Mbit/detik, yang sering disebut sebagai Ethernet saja (standar yang digunakan: 10Base2, 10Base5, 10BaseT, 10BaseF)

 100 Mbit/detik, yang sering disebut sebagai Fast Ethernet (standar yang digunakan: 100BaseFX, 100BaseT, 100BaseT4, 100BaseTX)

 1000 Mbit/detik atau 1 Gbit/detik, yang sering disebut sebagai Gigabit

Ethernet (standar yang

digunakan: 1000BaseCX, 1000BaseLX, 1000BaseSX, 1000BaseT).


(35)

15

b. Cara Kerja Ethernet

Spesifikasi Ethernet mendefinisikan fungsi-fungsi yang terjadi pada lapisan fisik dan lapisan data-link dalam model referensi jaringan tujuh lapis OSI, dan cara pembuatan paket data ke dalam frame sebelum ditransmisikan di atas kabel.

Ethernet merupakan sebuah teknologi jaringan yang menggunakan metode transmisi Baseband yang mengirim sinyalnya secara serial 1 bit pada satu waktu. Ethernet beroperasi dalam modus half-duplex, yang berarti setiap station dapat menerima atau mengirim data tapi tidak dapat melakukan keduanya secara sekaligus. Fast Ethernet serta Gigabit Ethernet dapat bekerja dalam modus full-duplex atau

half-duplex.

Ethernet menggunakan metode kontrol akses media Carrier Sense Multiple Access with Collision Detection untuk menentukan station mana yang dapat mentransmisikan data pada waktu tertentu melalui media yang digunakan. Dalam jaringan yang menggunakan teknologi Ethernet, setiap komputer akan "mendengar" terlebih dahulu sebelum "berbicara", artinya mereka akan melihat kondisi jaringan apakah tidak ada komputer lain yang sedang mentransmisikan data. Jika tidak ada komputer yang sedang mentransmisikan data, maka setiap komputer yang mau mengirimkan data dapat mencoba untuk mengambil alih jaringan untuk mentransmisikan sinyal. Sehingga, dapat dikatakan bahwa jaringan yang menggunakan teknologi Ethernet adalah jaringan yang dibuat berdasrkan basis Come, First-Served, daripada melimpahkan kontrol sinyal kepada Master Station seperti dalam teknologi jaringan lainnya.

Jika dua station hendak mencoba untuk mentransmisikan data pada waktu yang sama, maka kemungkinan akan terjadi collision (kolisi/tabrakan), yang akan


(36)

16

mengakibatkan dua station tersebut menghentikan transmisi data, sebelum akhirnya mencoba untuk mengirimkannya lagi pada interval waktu yang acak (yang diukur dengan satuan milidetik). Semakin banyak station dalam sebuah jaringan Ethernet, akan mengakibatkan jumlah kolisi yang semakin besar pula dan kinerja jaringan pun akan menjadi buruk. Kinerja Ethernet yang seharusnya 10 Mbit/detik, jika dalam jaringan terpasang 100 node, umumnya hanya menghasilkan kinerja yang berkisar antara 40% hingga 55% dari bandwidth yang diharapkan (10 Mbit/detik). Salah satu cara untuk menghadapi masalah ini adalah dengan menggunakan Switch Ethernet untuk melakukan segmentasi terhadap jaringan Ethernet ke dalam beberapa collision domain. [14]

c. Frame Ethernet

Ethernet mentransmisikan data melalui kabel jaringan dalam bentuk paket-paket data yang disebut dengan Ethernet Frame. Sebuah Ethernet frame memiliki ukuran minimum 64 byte, dan maksimum 1518 byte dengan 18 byte di antaranya digunakan sebagai informasi mengenai alamat sumber, alamat tujuan, protokol jaringan yang digunakan, dan beberapa informasi lainnya yang disimpan dalam header serta trailer (footer). Dengan kata lain, maksimum jumlah data yang dapat ditransmisikan (payload) dalam satu buah frame adalah 1500 byte.[14]

Ethernet menggunakan beberapa metode untuk melakukan enkapsulasi paket data menjadi Ethernet frame, yakni sebagai berikut:

 Ethernet II (yang digunakan untuk TCP/IP)

 Ethernet 802.3 (atau dikenal sebagai Raw 802.3 dalam sistem jaringan Novell, dan digunakan untuk berkomunikasi dengan Novell NetWare versi 3.11 atau yang sebelumnya)


(37)

17

 Ethernet 802.2 (juga dikenal sebagai Ethernet 802.3/802.2 without Subnetwork Access Protocol, dan digunakan untuk konektivitas dengan Novell NetWare 3.12 dan selanjutnya)

 Ethernet SNAP (juga dikenal sebagai Ethernet 802.3/802.2 with SNAP, dan dibuat sebagai kompatibilitas dengan sistem Macintosh yang menjalankan TCP/IP)

Sayangnya, setiap format frame Ethernet di atas tidak saling cocok/kompatibel satu dengan lainnya, sehingga menyulitkan instalasi jaringan yang bersifat heterogen. Untuk mengatasinya, lakukan konfigurasi terhadap protokol yang digunakan via sistem operasi.

d. Topologi

Ethernet dapat menggunakan topologi jaringan fisik apa saja (bisa berupa topologi bus, topologi ring, topologi star atau topologi mesh) serta jenis kabel yang digunakan (bisa berupa kabel koaksial (bisa berupa Thicknet atau Thinnet), kabel tembaga (kabel UTP atau kabel STP), atau kabel serat optik). Meskipun demikian, topologi star lebih disukai. Secara logis, semua jaringan Ethernet menggunakan topologi bus, sehingga satu node akan menaruh sebuah sinyal di atas bus dan sinyal tersebut akan mengalir ke semua node lainnya yang terhubung ke bus.[14]

2.2 VLAN (Virtual LAN)

Virtual LAN atau disingkat VLAN merupakan sekelompok perangkat pada satu LAN atau lebih yang dikonfigurasikan (menggunakan perangkat lunak pengelolaan) sehingga dapat berkomunikasi seperti halnya bila perangkat tersebut terhubung ke jalur yang sama, padahal sebenarnya perangkat tersebut berada pada sejumlah segmen LAN yang berbeda. Vlan dibuat dengan menggunakan jaringan pihak ke tiga.


(38)

18

Selama bertahun-tahun , jaringan telah dirancang pada arsitektur datar. Dengan datar seperti itu dapat diartikan sudah terdiri dari beberapa hub atau bridge yang berada dalam broadcast domain tunggal . Jika salah satu perangkat mengirimkan paket broadcast , setiap sistem pada jaringan harus membaca data, bahkan pada perangkat yang tidak dimaksudkan . Pada saat itu dalam sejarah , sebuah switch diperlakukan sebagai broadcast domain tunggal. Memiliki broadcast domain tunggal membatasi jumlah perangkat yang dapat terhubung ke jaringan. Ada kelemahan lain selain hanya memiliki satu domain broadcast besar . Satu domain broadcast besar membatasi kemampuan untuk mengamankan jaringan karena setiap end station bisa terhubung ke setiap port switch dan memiliki akses ke semua perangkat lain . Membuat domain broadcast yang terpisah juga memungkinkan kita untuk lebih mudah mengelola dimana saja dan bahkan jika perangkat sudah terhubung ke dalama suatu jaringan , hal ini juga dapat memindahkan , menambahkan , atau mengubah host menjadi lebih mudah.[2]

Baiklah, kita dapat mengkonfigurasi VLAN pada switch sekarang. VLAN menyediakan cara untuk memisahkan switch ke dalam domain broadcast kecil atau bisa dikatakan individu. Lihat contoh pada Gambar 2.4, itu menunjukkan bagian dari jaringan yang FutureTech (teknologi masa depan) yang ingin diterapkan. Di gedung besar, tiga lantai rumah terdapat tiga bagian penelitian yang berbeda yang melakukan pekerjaan terpisah dan memiliki sumber daya jaringan yang terpisah.[2]


(39)

19

Gambar 2.5 Jaringan tanpa VLAN

Dalam jaringan dan perusahaan saat ini, tidak semua pengguna duduk bersama-sama terisolasi dari bagian lain dan sumber daya yang mereka butuhkan untuk akses tidak selalu terletak pada bagian mereka lagi. Bahkan, kita sekarang tahu bahwa sebagian besar sumber daya akan diterapkan atau dalam beberapa pusat pengendali data. Nah, jika switch dioperasikan dengan cara yang sama seperti dulu, kita akan perlu memiliki tiga switch fisik yang terpisah di setiap lantai sehingga pengguna dari masing subnetwork bisa terhubung ke jaringan yang sesuai. Tidak hanya itu, masing-masing dari switch harus memiliki koneksi terpisah ke router. Dengan tiga lantai dan tiga switch,akan menjadi sembilan koneksi ke router. Belum lagi jika sembilan switch merupakan sebuah pemborosan terutama jika banyak port yang tidak diperlukan.[2]

Dari pada menggunakan begitu banyak switch dan port, FutureTech dapat membuat VLAN pada switch. Dengan membuat VLAN tambahan pada setiap switch, switch dapat secara logika dibagi menjadi beberapa switch. Bila kita membuat VLAN pada switch dan menetapkan port ke VLAN itu, kita membuat domain broadcast yang lain. Sekarang, meskipun host terhubung ke switch yang sama, jika port terhubung ke dalam VLAN yang berbeda, maka tidak akan dapat berkomunikasi secara langsung


(40)

20

melalui Layer 2 switch. Agar perangkat dalam VLAN yang berbeda untuk berkomunikasi, mereka harus diarahkan oleh perangkat Layer 3.[2]

Jadi, kembali ke contoh. Hal yang sama tiga bagian sekarang telah terhubung ke switch yang sama. Port-port tersebut dapat ditugaskan ke VLAN yang berbeda, yang mewakili subnet masing-masing. Pengaturan ini memungkinkan untuk dapat mengakses resource pada setiap subnet . Kita dapat melihat contoh jaringan dengan VLAN pada Gambar 2.5.

Gambar 2.6 Jaringan dengan menggunakan VLAN

Perhatikan, sebelumnya kita tahu bahwa kita dapat membuat VLAN tambahan. Ya, secara spesifik dapat dikatakan sebuah VLAN tambahan karena setiap switch memiliki VLAN default yang disebut VLAN 1. VLAN 1 selalu ada dan tidak dapat dihapus. Secara default, setiap port switch merupakan VLAN 1, itulah sebabnya switch mewakili satu domain broadcast. Jumlah maksimum VLAN Anda dapat memiliki pada switch adalah 4096. Biasanya, hanya yang pertama 1005, yang digunakan, di atas 1005 VLAN biasanya disebut dengan VLAN yang diperpanjang.


(41)

21

2.2.1 Impementasi VLAN

Sekarang kita telah meninjau komponen dasar dari VLAN dan bagaimana cara kerjanya, kita perlu mendiskusikan bagaimana mereka akan diimplementasikan. Ketika dikatakan bagaimana cara mengimplementasikannya, maksudnya di mana dalam jaringan VLAN akan secara fisik terletak dan seberapa jauh seluruh jaringan VLAN akan dijangkau. Ketika berpikir tentang cara mengimplementasikan sebuah VLAN, kita juga harus berpikir tentang jenis lalu lintas seperti apa yang akan diterapkan pada VLAN.

Selama bertahun-tahun, cara yang telah dirancang pada sebuah jaringan telah mengalami perubahan beberapa kali. Seperti yang sudah dikatakan, ada waktu ketika semua pengguna dari satu departemen bekerja dan duduk bersama. Semua resource berada di subnet lokal secara bersama-sama. Ketika para pengguna mulai yang terpisah secara geografis, jawaban teknis adalah untuk memperluas VLAN untuk switch secara fisik terletak di mana para pengguna berada.

2.3 UDP (User Datagram Protocol)

UDP, singkatan dari User Datagram Protocol, adalah salah satu protokol lapisan transpor TCP/IP yang mendukung komunikasi yang tidak andal (unreliable), tanpa koneksi (connectionless) antara host-host dalam jaringan yang menggunakan TCP/IP. 2.3.1 Karakteristik UDP


(42)

22

 Connectionless(tanpa koneksi): Pesan-pesan UDP akan dikirimkan tanpa harus dilakukan proses negosiasi koneksi antara dua host yang hendak bertukar informasi.

 Unreliable(tidak andal): Pesan-pesan UDP akan dikirimkan sebagai datagram tanpa adanya nomor urut atau pesanacknowledgment. Protokol lapisan aplikasi yang berjalan di atas UDP harus melakukan pemulihan terhadap pesan-pesan yang hilang selama transmisi. Umumnya, protokol lapisan aplikasi yang berjalan di atas UDP mengimplementasikan layanan keandalan mereka masing-masing, atau mengirim pesan secara periodik atau dengan menggunakan waktu yang telah didefinisikan.

 UDP menyediakan mekanisme untuk mengirim pesan-pesan ke sebuah protokol lapisan aplikasi atau proses tertentu di dalam sebuah host dalam jaringan yang menggunakan TCP/IP. Header UDP berisi fieldSource Process Identification dan Destination Process Identification.

 UDP menyediakan penghitungan checksum berukuran 16-bit terhadap keseluruhan pesan UDP.

UDP tidak menyediakan layanan-layanan antar-host berikut:

 UDP tidak menyediakan mekanisme penyanggaan (buffering) dari data yang masuk ataupun data yang keluar. Tugas buffering merupakan tugas yang harus diimplementasikan oleh protokol lapisan aplikasi yang berjalan di atas UDP.  UDP tidak menyediakan mekanisme segmentasi data yang besar ke dalam

segmen-segmen data, seperti yang terjadi dalam protokol TCP. Karena itulah, protokol lapisan aplikasi yang berjalan di atas UDP harus mengirimkan data yang berukuran kecil (tidak lebih besar dari nilai Maximum Transfer Unit/MTU) yang dimiliki oleh sebuah antarmuka di mana data tersebut dikirim. Karena, jika


(43)

23

ukuran paket data yang dikirim lebih besar dibandingkan nilai MTU, paket data yang dikirimkan bisa saja terpecah menjadi beberapa fragmen yang akhirnya tidak jadi terkirim dengan benar.

 UDP tidak menyediakan mekanisme flow-control, seperti yang dimiliki oleh TCP.

2.3.2 Penggunaan UDP

UDP sering digunakan dalam beberapa tugas berikut:

 Protokol yang "ringan" (lightweight): Untuk menghemat sumber daya memori dan prosesor, beberapa protokol lapisan aplikasi membutuhkan penggunaan protokol yang ringan yang dapat melakukan fungsi-fungsi spesifik dengan saling bertukar pesan. Contoh dari protokol yang ringan adalah fungsi query nama dalam protokol lapisan aplikasi Domain Name System.

 Protokol lapisan aplikasi yang mengimplementasikan layanan keandalan: Jika protokol lapisan aplikasi menyediakan layanan transfer data yang andal, maka kebutuhan terhadap keandalan yang ditawarkan oleh TCP pun menjadi tidak ada. Contoh dari protokol seperti ini adalah Trivial File Transfer Protocol (TFTP) dan Network File System (NFS)

 Protokol yang tidak membutuhkan keandalan. Contoh protokol ini adalah protokol Routing Information Protocol (RIP).

 Transmisi broadcast: Karena UDP merupakan protokol yang tidak perlu membuat koneksi terlebih dahulu dengan sebuah host tertentu, maka transmisi broadcast pun dimungkinkan. Sebuah protokol lapisan aplikasi dapat mengirimkan paket data ke beberapa tujuan dengan menggunakan alamat multicast atau broadcast. Hal ini kontras dengan protokol TCP yang hanya dapat


(44)

24

mengirimkan transmisi one-to-one. Contoh: query nama dalam protokol NetBIOS Name Service..

2.4 TCP (Transmission Control Protocol)

Transmission Control Protocol (TCP) adalah suatu protokol yang berada di lapisan transpor (baik itu dalam tujuh lapis model referensi OSI atau model DARPA) yang berorientasi sambungan (connection-oriented) dan dapat diandalkan (reliable). 2.4.1 Karakteristik TCP

TCP memiliki karakteristik sebagai berikut:

 Berorientasi sambungan (connection-oriented): Sebelum data dapat ditransmisikan antara dua host, dua proses yang berjalan pada lapisan aplikasi harus melakukan negosiasi untuk membuat sesi koneksi terlebih dahulu. Koneksi TCP ditutup dengan menggunakan proses terminasi koneksi TCP (TCP connection termination).

 Full-duplex: Untuk setiap host TCP, koneksi yang terjadi antara dua host terdiri atas dua buah jalur, yakni jalur keluar dan jalur masuk. Dengan menggunakan teknologi lapisan yang lebih rendah yang mendukung full-duplex, maka data pun dapat secara simultan diterima dan dikirim. Header TCP berisi nomor urut (TCP sequence number) dari data yang ditransmisikan dan sebuah acknowledgment dari data yang masuk.

 Dapat diandalkan (reliable): Data yang dikirimkan ke sebuah koneksi TCP akan diurutkan dengan sebuah nomor urut paket dan akan mengharapkan paket positive acknowledgment dari penerima. Jika tidak ada paket Acknowledgment dari penerima, maka segmen TCP (protocol data unit dalam protokol TCP) akan ditransmisikan ulang. Pada pihak penerima,


(45)

segmen-25

segmen duplikat akan diabaikan dan segmen-segmen yang datang tidak sesuai dengan urutannya akan diletakkan di belakang untuk mengurutkan segmen-segmen TCP. Untuk menjamin integritas setiap segmen-segmen TCP, TCP mengimplementasikan penghitungan TCP Checksum.

 Byte stream: TCP melihat data yang dikirimkan dan diterima melalui dua jalur masuk dan jalur keluar TCP sebagai sebuah byte stream yang berdekatan (kontigu). Nomor urut TCP dan nomor acknowlegment dalam setiap header TCP didefinisikan juga dalam bentuk byte. Meski demikian, TCP tidak mengetahui batasan pesan-pesan di dalam byte stream TCP tersebut. Untuk melakukannya, hal ini diserahkan kepada protokol lapisan aplikasi (dalam DARPA Reference Model), yang harus menerjemahkan byte stream TCP ke dalam "bahasa" yang ia pahami.

 Memiliki layanan flow control: Untuk mencegah data terlalu banyak dikirimkan pada satu waktu, yang akhirnya membuat "macet" jaringan internetwork IP, TCP mengimplementasikan layanan flow control yang dimiliki oleh pihak pengirim yang secara terus menerus memantau dan membatasi jumlah data yang dikirimkan pada satu waktu. Untuk mencegah pihak penerima untuk memperoleh data yang tidak dapat disangganya (buffer), TCP juga mengimplementasikan flow control dalam pihak penerima, yang mengindikasikan jumlah buffer yang masih tersedia dalam pihak penerima.  Melakukan segmentasi terhadap data yang datang dari lapisan aplikasi

(dalam DARPA Reference Model)

 Mengirimkan paket secara "one-to-one": hal ini karena memang TCP harus membuat sebuah sirkuit logis antara dua buah protokol lapisan aplikasi agar


(46)

26

saling dapat berkomunikasi. TCP tidak menyediakan layanan pengiriman data secara one-to-many.

TCP umumnya digunakan ketika protokol lapisan aplikasi membutuhkan layanan transfer data yang bersifat andal, yang layanan tersebut tidak dimiliki oleh protokol lapisan aplikasi tersebut. Contoh dari protokol yang menggunakan TCP adalah HTTP dan FTP.

2.4.2 TCP Three-way handshake

Proses pembuatan koneksi TCP disebut juga dengan "Three-way Handshake". Tujuan metode ini adalah agar dapat melakukan sinkronisasi terhadap nomor urut dan nomor acknowledgement yang dikirimkan oleh kedua pihak dan saling bertukar ukuran TCP Window. Prosesnya dapat digambarkan sebagai berikut:

 Host pertama (yang ingin membuat koneksi) akan mengirimkan sebuah segmen TCP dengan flag SYN diaktifkan kepada host kedua (yang hendak diajak untuk berkomunikasi).

 Host kedua akan meresponsnya dengan mengirimkan segmen dengan acknowledgment dan juga SYN kepada host pertama.

 Host pertama selanjutnya akan mulai saling bertukar data dengan host kedua. TCP menggunakan proses jabat tangan yang sama untuk mengakhiri koneksi yang dibuat. Hal ini menjamin dua host yang sedang terkoneksi tersebut telah menyelesaikan proses transmisi data dan semua data yang ditransmisikan telah


(47)

27

diterima dengan baik. Itulah sebabnya, mengapa TCP disebut dengan koneksi yang reliable

2.5 Iperf tool

Iperf adalah tool yang dikembangkan oleh NLANR / DAST sebagai alternatif modern untuk mengukur kinerja bandwidth pada TCP dan UDP.

Iperf adalah alat untuk mengukur bandwith maksimum pada TCP, memungkinkan tuning berbagai parameter dan karakteristik UDP. Iperf melaporkan bandwidth, delay jitter, data loss.

2.6 Parameter Performa Jaringan

Terdapat banyak hal yang bisa terjadi pada paket ketika ditransmisikan dari asal ke tujuan, yang mengakibatkan masalah-masalah dilihat dari sudut pandang pengirim atau penerima, dan sering disebut dengan parameter-parameter perfoma jaringan. Beberapa alasan yang menyebabkan perfoma jaringan penting adalah :

- Memberikan prioritas terhadap aplikasi-aplikasi yang kritis - Memaksimalkan penggunaan investasi jaringan

- Meningkatkan performansi untuk aplikasi yang sensitive terhadap delay, seperti voice,

video, transfer file dsb.

- Merespon perubahan aliran trafik yang ada di jaringan. 2.6.1 Throughput

Yaitu kecepatan(rate) transfer data efektif, yang diukur dengan satuan bps (bit per second). Throughput merupakan jumlah total kedatangan paket yang sampai ke tujuan selama interval tertentu dibagi oleh durasi interval waktu tersebut. Ada juga


(48)

28

yang disebut dengan goodput. Goodput merupakan kecepatan transfer yang berada antara aplikasi di pengirim ke aplikasi di penerima.

Rumus :

2.6.2 Packet Loss

Parameter yang menunjukkan jumlah total paket yang hilang pada saat transmisi. Packet loss diukur dalam persen (%). Paket dapat hilang karena disebabkan oleh collision dan congestion pada jaringan. Hal ini berpengaruh pada semua aplikasi, karena retransmisi akan mengurangi efisiensi jaringan secara keseluruhan, meskipun bandwidth yang disediakan mencukupi. Bandwidth adalah lebar jalur yang dipakai untuk transmisi data atau kecepatan jaringan. Aplikasi yang berbeda membutuhkan bandwidth yang berbeda juga. Secara umum perangkat jaringan memiliki buffer (tampungan sementara) untuk menampung data yang diterima. Jika terjadi congestion yang cukup lama, maka buffer akan penuh dan tidak bisa menampung data baru yang akan diterima, sehingga mengakibatkan paket selanjutnya hilang. Berdasarkan standar ITU-T X.642 (rekomendasi X.642 International Telecommunication Union) ditentukan persentase packet loss untuk jaringan adalah :

_ Good (0-1%) _ Acceptable (1-5%) _ Poor (5-10%)


(49)

29

Rumus :

2.6.3 Delay (Latency)

Delay adalah waktu yang dibutuhkan data untuk menempuh jarak dari asal sampai ke tujuan. Delay dapat dipengaruhi oleh jarak, media fisik, congestion atau juga waktu proses yang lama. Selain itu adanya antrian atau mengambil rute lain untuk menghindari kemacetan juga dapat mempengaruhi delay, oleh karena itu mekanisme antrian dan routing juga berperan.

Rumus : Packet Length(bit) / link bandwidth(bit/s)

2.6.4 Jitter

Jitter didefinisikan sebagai variasi delay dari sebuah paket yang berasal dari aliran data yang sama. Jitter yang tinggi artinya perbedaan waktu delay-nya besar, sedangkan jitter yang rendah artinya perbedaan waktu delay-nya kecil. Jitter dapat diakibatkan oleh variasi-variasi panjang antrian, waktu pengolahan data, dan juga dalam waktu penghimpunan ulang (reasembly) paket-paket di akhir perjalanan. Semakin besar beban trafik di dalam jaringan akan menyebabkan semakin besar pula peluang terjadinya congestion dengan demikian nilai jitter-nya akan semakin besar. Semakin besar nilai jitter akan mengakibatkan nilai QoS akan semakin turun. Untuk mendapatkan nilai QoS jaringan yang baik, nilai jitter harus dijaga seminimum mungkin.


(50)

30

2.6.5 Bandwidth

Bandwidth adalah besaran yang menunjukkan seberapa banyak data yang dapat dilewatkan dalam koneksi melalui sebuah network. Istilah ini berasal dari bidang teknik listrik , di mana bandwidth yang menunjukkan total jarak atau berkisar antara tertinggi dan terendah sinyal pada saluran komunikasi (band). Banyak orang awam yang kadang menyamakan arti dari istilah Bandwidth dan Data Transfer , yang biasa digunakan dalam internet , khususnya pada paket-paket web hosting. Bandwidth sendiri menunjukkan volume data yang dapat di transfer per unit waktu.

Sedangkan Data Transfer adalah ukuran lalu lintas data dari website . Lebih mudah kalau dikatakan bahwa bandwidth adalah rate dari data transfer .

Didalam jaringan computer , bandwidth sering digunakan sebagai suatu sinonim untuk data transfer rate yaitu jumlah data yang dapat dibawa dari sebuah titik ke titik lain dalam jangka waktu tertentu (pada umumnya dalam detik). Jenis bandwidth ini biasanya diukur dalam bps (bits per second). Adakalanya juga dinyatakan dalam Bps (bytes per second). Secara umum, koneksi dengan bandwidth yang besar/tinggi memungkinkan pengiriman informasi yang besar seperti pengiriman gambar/images dalam video presentation.


(51)

31

BAB III PERANCANGAN

3.1 Spesifikasi Alat

Dalam tugas akhir ini dilakukan pengujian dari beberapa skenario untuk mengetahui kinerja port forwarding pada switch. Pengujian dilakukan menggunakan dua switch dan dau router yang terkonfigurasi sebagai switch di antaranya 2 switch asli dan 2 router terkonfigyrasi switch.

3.1.1 Switch gigabit 5 port RB260GS

Produk yang pertama ini adalah merupakan produksi dari salah satu perusahaan yang sudah dikenal di ranah jaringan yaitu mikrotik dengan memiliki port sebanyak lima port.

Harga Produk : Rp 486.000,00 Spesifikasi Produk:

Product code: RB/250GS

CPU: Taifatech TF470 NAT accelerator (RISC, 50MHz)

RAM: embedded 96K SRAM

Architecture: RISC

LAN ports: 5

Gigabit: Yes

SFP Port: 1

MiniPCI: 0

miniPCI-e 0

Integrated Wireless: 0

Wireless standards: 0

USB: 0

Memory Card: 0

Power Jack: 9-28V DC

PoE: yes (poe adaptor dibeli terpisah)

Dimensions: 113x89x28mm


(52)

32

Temperature range: -25℃ to +65℃

3.1 Tabel Spesifikasi gigabit 5 port RB260G-S

Gambar 3.1 Switch gigabit 5 port RB260G-S

3.1.2 Switch TP-Link TL-SG3210

Hampir sama dengan perangkat sebelumnya. Perbedaannya pada perangkat yang satu ini merupakan perangkat yang diproduksi oleh perusahaan TP Link yang dengan memiliki port sebanyak delapan port.

Harga Produk : RP. 1.745.000,00 Spesifikasi Produk:

FITUR PERANGKAT KERAS

Tampilan

8 10/100/1000Mbps RJ45 Ports (Auto Negotiation/Auto MDI/MDIX) 2 1000Mbps SFP Slots

1 Console Port

Media Jaringan

10BASE-T: UTP category 3, 4, 5 cable (maximum 100m) 100BASE-TX/1000Base-T: UTP category 5, 5e, 6 or above cable (maximum 100m)

1000BASE-X: MMF, SMF

Fan Quantity Fanless

Dimensi ( W x D x H ) 11.6*7.9*1.7in. (294*200*44 mm)

Catu Daya 100~240VAC, 50/60Hz

KINERJA

Bandwidth/Backplane 20Gbps


(53)

33

KINERJA

Paket Memori Buffer 4Mb

Paket Penerusan Rate 14.9Mpps

Rangka Jumbo 10240 Bytes

FITUR PERANGKAT LUNAK

Quality of Service

Support 802.1p CoS/DSCP priority Support 4 priority queues

Queue scheduling: SP, WRR, SP+WRR Port/Flow- based Rate Limiting

Voice VLAN

Fitur L2

IGMP Snooping V1/V2/V3

802.3ad LACP (Up to 8 aggregation groups, containing 8 ports per group)

Spanning Tree STP/RSTP/MSTP Port isolation

BPDU filtering/guard TC/Root protect Loop back detection 802.3x Flow Control

VLAN

Supports up to 4K VLANs simultaneously (out of 4K VLAN IDs) Port/ MAC/Protocol-based VLAN

GARP/GVRP

Management VLAN configuration

Daftar Akses Kontrol

L2~L4 package filtering based on source and destination MAC

address, IP address, TCP/UDP ports, 802.1p, DSCP, protocol and VLAN ID;

Time Range Based

Keamanan

IP-MAC-Port-VID Binding

IEEE 802.1X Port/MAC Based authentication, Radius,Guest VLAN DoS Defence

Dynamic ARP inspection (DAI) SSH v1/v2

SSL v2/v3/TLSv1 Port Security

Broadcast/Multicast/Unknown-unicast Storm Control

Manajemen

Web-based GUI and CLI management

SNMP v1/v2c/v3,compatible with public MIBs and TP-LINK private MIBs

RMON (1, 2, 3, 9 groups)

DHCP/BOOTP Client,DHCP Snooping,DHCP Option82 CPU Monitoring

Port Mirroring Time Setting: SNTP

Integrated NDP/NTDP feature Firmware Upgrade: TFTP & Web System Diagnose: VCT

SYSLOG & Public MIBS

Lainnya


(54)

34

Lainnya

Isi Paket Switch; Power Cord; Quick Installation Guide;Resource CD; Rackmount Kit; Rubber Feet

Kebutuhan Sistem Microsoft® Windows® 8, 7,Vista™, XP or MAC® OS, NetWare®, UNIX® or Linux.

Lingkungan

Operating Temperature: 0℃~40℃ (32℉~104℉); Storage Temperature: -40℃~70℃ (-40℉~158℉) Operating Humidity: 10%~90% non-condensing Storage Humidity: 5%~90% non-condensing

3.2 Tabel Spesifikasi TP-Link TL-SG3210

Gambar 3.2 Switch TP-Link TL-SG3210

3.1.3 Router Board Mikrotik RB951G

Alat yang ketiga ini merupakan sebuah router board akan tetapi router ini dapat difungsikan juga sebagai switch.

Harga Produk : Rp 908.000,00 Spesifikasi Produk:

Product Code RB951G-2HND

Architecture MIPS-BE

CPU AR9344 600MHz

Current Monitor no

Main Storage/NAND 64MB

RAM 128MB

SFP Ports 0

LAN Ports 5

Gigabit Yes

Switch Chip 1

MiniPCI 0

Integrated Wireless 1

Wireless Standarts 802.11 b/g/n


(55)

35

Integrated Antenna Yes

Antenna Gain 2 x 2,5dBi

MiniPCIe 0

SIM Card Slots No

USB 1

Power on USB Yes

Memory Cards No

Power Jack 8-30V

802.3af Support No

POE Input Yes

POE Output No

Serial Port No

Voltage Monitor No

Temperature Sensor No

Dimentions 113x138x29mm.

Operating System RouterOS

Temperature Range -20C .. +50C

RouterOS License Level4

3.3 Tabel Spesifikasi Router Board RB951G

Gambar 3.3 Router Board RB951G

3.1.4 Router Board Mikrotik RB450G

Alat yang terakhir ini merupakan sebuah router board juga yang dapat difungsikan juga sebagai switch.


(56)

36

Spesifikasi Produk:

Product Code RB450G

Architecture MIPS-BE

CPU AR7161 680MHz

Current Monitor No

Main Storage/NAND 512MB

RAM 256MB

SFP Ports 0

LAN Ports 5

Gigabit Yes

Switch Chip 1

MiniPCI 0

Integrated Wireless No

MiniPCIe 0

SIM Card Slots No

USB No

Memory Cards 1

Memory Card Type MicroSD

Power Jack 10-28V

802.3af Support No

POE Input 10-28V

POE Output No

Serial Port DB9/RS232

Voltage Monitor No

Temperature Sensor No

Dimentions 150mm x 105mm

Operating System RouterOS

Temperature Range -30C .. +60C

RouterOS License Level5

3.4 Tabel Spesifikasi Router Board RB450G


(57)

37

3.2 Topologi dan Skenario Pengujian

Pada tugas akhir ini kita membutuhkan topologi dan skenario yang akan menjadi acuan pada saat pengambilan data nantinya. Skenario dan topologi membantu penulis untuk melakukan penelitian ini. Dalam penelitian ini penulis menggunakan tiga skenario pengujian antara lain skenario pengujian PC to PC, skenario Swicth tanpa VLAN, dan yang terakhir skenario Switch dengan menggunakan VLAN. Berikut ini adalah beberapa scenario yang digunakan untuk melakukan pengujian.

3.2.1 Skenario 0

1.5 Gambar skenario nol test PC to PC

Pada gambar 3.5 merupakan scenario nol yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kecepatan maksimal yang dapat dikirim oleh semua PC. Pengujian ini dilakukan dengan cara mengirimkan bandwidth antara PC satu ke PC yang lain dengan cara dua arah atau yang biasa dibilang duplex.

3.2.2 Skenario I


(58)

38

Pada gambar 3.6 merupakan scenario yang kedua digunakan untuk mengetahui kecepatan maksimal yang dapat dikirim pada setiap portnya. Skenario ini hampir sama dengan skenario 0, perbedaannya terletak pada switch dimana di antara dua host dijembatani dengan sebuah switch. Hal ini dilakukan untuk melihat kecepatan yang dihasilkan pada setiap PC.

3.2.3 Skenario II a

3.7 Gambar skenario kedua test kecepatan empat port tanpa VLAN

Setelah melakukan pengujian setiap port maka sekarang yang dilakukan adalah mengetahui kecepatan maksimal yang dihasilkan dengan menguji empat PC sekaligus. Untuk mengetahui kecepatan yang dapat dihasilkan pada setiap portnya. Pengujian dengan cara PC 1 mengirimkan data dengan bandwith 1 Gb ke PC 2, kemudian PC 2


(59)

39

mengirim bandwith 1 Gb ke PC 3, selanjutnya PC 3 mengirimkan bandwith 1 Gb ke PC4, dan PC 4 mengirimkan bandwidth 1 Gb ke PC1.

3.2.4 Skenario II b

3.8Gambar skenario ketiga test kecepatan empat port dengan VLAN

Setelah melakukan pengujian tanpa VLAN maka sekarang yang dilakukan adalah mengetahui kecepatan maksimal yang dihasilkan dengan menguji empat PC sekaligus dengan menggunakan VLAN. Untuk mengetahui kecepatan yang dapat dihasilkan pada setiap portnya. Pengujian dengan cara PC 1 mengirimkan data dengan bandwith 1 Gb ke PC 2, kemudian PC 2 mengirim bandwith 1 Gb ke PC 1 yang masuk kedalam jaringan VLAN 1, selanjutnya PC 3 mengirimkan bandwith 1 Gb ke PC4, dan PC 4 mengirimkan bandwidth 1 Gb ke PC3 yang masuk dalam jaringan VLAN 2.


(60)

40

3.2.5 Skenario III a

3.9 Gambar skenario lima port tanpa VLAN

Misalnya ada switch 5 port dalam contoh 1000 Mbps per port, kemudian tertancap pada 5 komputer dengan masing-masing port tersebut mempunyai kecepatan 1000 Mbps. Sebelum melakukan pengujian sudah dilakukan pengujian dari PC ke PC pada skenario 0 untuk melihat apakah PC mampu mengirimkan paket sebesar 1000 Mbps atau tidak. Setelah semua PC lulus tes maka pengujian menggunakan iperf akan dilakukan dengan menggunakan protocol UDP maupun TCP yang nantinya akan dilihat berapa throughput maksimal dari setiap trafik yang terjadi. Untuk melihat throughput maksimalnya dengan cara setiap PC di jadikan server dan client yang nantinya setiap client akan mengirimkan data ke setiap server dengan cara PC1 mengirimkan data dengan bandwidth maksimal ke PC2, PC2 mengirim data ke PC3, PC3 mengirim ke


(61)

41

PC4, PC 4 mengirim ke PC5, dan PC 5 mengirim ke PC1. Nah dari sana akan di analisa throughput yang diperoleh dalam setiap kali percobaan.

3.2.6 Skenario III b

3.10 Gambar skenario lima port network dengan VLAN

Hampir sama dengan skenario yang pertama. Akan tetapi ada perbedaan sedikit di sini yaitu menggunakan VLAN. Setiap VLAN memiliki satu network yang berbeda dengan VLAN yang lain. Pada skenario ini dibagi menjadi dua VLAN yaitu VLAN 1 dengan terhubung dengan tiga PC dan VLAN 2 terhubung dengan dua PC. Dimana pada saat pengujian nanti penulis akan melakukan transfer data pada VLAN 1 yaitu PC1 mengirim ke PC2, PC2 mengirim ke PC3, dan PC3 mengirim ke PC1. Sedangkan pada VLAN 2 terhubung dengan dua PC saja dan dilakukan proses transfer data dengan


(62)

42

cara PC4 mengirim ke PC5 dan PC5 mengirim data ke PC4. Nah dari sini juga sudah terbentuk lima trafik sekaligus yang nantinya akan di analisa throughput maksimal yang diperoleh.

3.3 Spesifikasi Tool yang digunakan

Pada penelitian ini nantinya akan menggunakan tool iperf. Biasanya iperf digunakan untuk mengukur throughput, jitter dan packet loss. Untuk mengukur menggunakan iperf, kedua host harus diinstall iperf terlebih dahulu. Pada penelitian ini available bandwidth dapat diukur dengan Iperf TCP dan UDP test.

Langkah-langkah yang dilakukan sebelum melakukan pengujian: a. Lakukan instalasi iperf di PC

b. Konfigurasi Iperf

Pada penelitian ini penulis menggunakan software iperf yang digunakan untuk membanjiri bandwidth pada setiap port. Protokol yang menjadi parameter pengujian adalah protokol TCP dan UDP. Penulis melakukan konfigurasi client dan server pada pada TCP dan UDP seperti dibawah ini:

Gambar 3.11 Server TCP

Pada gambar 3.11 merupakan server TCP dimana penulis melakukan pengujian dengan menggunakan windows size default yaitu sebesar 64.0 Kbyte.


(63)

43

Gambar 3.12 Client TCP

Pada gambar 3.12 adalah merupakan client TCP di-set dengan interval 1 detik dengan lama transmisi sebanyak 100 kali.

Gambar 3.13 Server UDP

Pada gambar 3.13 merupakan server UDP dimana penulis melakukan pengujian dengan menggunakan buffer size default yaitu sebesar 64.0 Kbyte dengan penambahan perintah –u yang mendefinisikan server menjadi server UDP.


(64)

44

Gambar 3.14 Client UDP

Hampir sama dengan server TCP pada gambar 3.14 adalah merupakan client UDP di-set dengan interval 1 detik dengan lama transmisi sebanyak 100 kali, akan tetapi pada client ditambah perintah –u yang menyatakan bahwa client sudah di set ke dalam UDP dan –b1Gb yang berarti memaksimalkan bandwidth yang terkirim sebanyak 1 Gbit.


(1)

101

PC2 448 448 PC2 505 505 0.074 2.10%

PC3 385 385 PC3 392 392 1.76 0.00%

PC4 386 386 PC4 389 389 0.587 1%

PC5 679 679 PC5 515 515 0.072 8%

Rata-rata 2362 Rata-rata 2378

Pengujian 1

RB450G

Skenario Tanpa VLAN

TCP Bandwidth Total UDP Bandwidth Total Jitter PL

PC1 679 679 PC1 541 541 0.031 0.00%

PC2 502 502 PC2 518 518 0.068 0.94%

PC3 272 272 PC3 392 392 0 0.00%

PC4 683 683 PC4 391 391 0.528 0%

PC5 236 236 PC5 567 567 0.07 3%

Rata-rata 2372 Rata-rata 2409

Skenario VLAN

TCP Bandwidth Total UDP Bandwidth Total Jitter Up PL Up

PC1 679 679 PC1 576 576 0.062 0.01%

PC2 171 171 PC2 508 508 0.106 2.80%

PC3 312 312 PC3 392 392 0.058 0.00%

PC4 607 607 PC4 389 389 0.589 1%

PC5 681 681 PC5 525 525 0.059 8%

Rata-rata 2450 Rata-rata 2390

Pengujian 2

RB450G

Skenario Tanpa VLAN

TCP Bandwidth Total UDP Bandwidth Total Jitter PL

PC1 583 583 PC1 587 587 0.071 0.00%

PC2 466 466 PC2 521 521 0.425 0.64%

PC3 427 427 PC3 392 392 0.937 0.01%

PC4 337 337 PC4 391 391 0.618 0%

PC5 702 702 PC5 568 568 0.11 2%

Rata-rata 2515 Rata-rata 2459

Skenario VLAN

TCP Bandwidth Total UDP Bandwidth Total Jitter Up PL Up

PC1 456 456 PC1 555 555 0.113 0.00%

PC2 451 451 PC2 515 515 0.075 0.01%

PC3 278 278 PC3 392 392 0.937 0.00%

PC4 620 620 PC4 391 391 0.528 0%


(2)

102

Rata-rata 2484 Rata-rata 2367

Pengujian 3

RB450G

Skenario Tanpa VLAN

TCP Bandwidth Total UDP Bandwidth Total Jitter PL

PC1 679 679 PC1 567 567 0.067 0.06%

PC2 499 499 PC2 518 518 0.059 0.84%

PC3 262 262 PC3 392 392 0 0.00%

PC4 685 685 PC4 388 388 0.53 1%

PC5 261 261 PC5 547 547 0.074 5%

Rata-rata 2386 Rata-rata 2412

Skenario VLAN

TCP Bandwidth Total UDP Bandwidth Total Jitter Up PL Up

PC1 464 464 PC1 585 585 0.034 0.00%

PC2 452 452 PC2 523 523 0.086 1.10%

PC3 302 302 PC3 392 392 0.937 0.01%

PC4 635 635 PC4 391 391 0.592 0%

PC5 670 670 PC5 528 528 0.065 8%

Rata-rata 2523 Rata-rata 2419

Pengujian 4

RB450G

Skenario Tanpa VLAN

TCP Bandwidth Total UDP Bandwidth Total Jitter PL

PC1 498 498 PC1 583 583 0.004 0.04%

PC2 465 465 PC2 518 518 0.886 0.47%

PC3 451 451 PC3 392 392 0.937 0.00%

PC4 301 301 PC4 391 391 0.602 0%

PC5 708 708 PC5 579 579 0.086 0%

Rata-rata 2423 Rata-rata 2463

Skenario VLAN

TCP Bandwidth Total UDP Bandwidth Total Jitter Up PL Up

PC1 456 456 PC1 575 575 0.112 0.01%

PC2 451 451 PC2 508 508 0.067 2.60%

PC3 321 321 PC3 392 392 0.058 0.00%

PC4 618 618 PC4 391 391 0.589 0%

PC5 676 676 PC5 530 530 0.063 8%


(3)

103

Pengujian 1

RB260G-S

Skenario Tanpa VLAN

TCP Bandwidth Total UDP Bandwidth Total Jitter PL

PC1 494 494 PC1 591 591 0.068 0.02%

PC2 469 469 PC2 523 523 0.786 0.65%

PC3 501 501 PC3 392 392 0.937 0.00%

PC4 158 158 PC4 390 390 0.665 0%

PC5 742 742 PC5 559 559 0.115 1%

Rata-rata 2364 Rata-rata 2455

Skenario VLAN

TCP Bandwidth Total UDP Bandwidth Total Jitter Up PL Up

PC1 445 445 PC1 569 569 0.104 0.05%

PC2 456 456 PC2 514 514 0.088 2.70%

PC3 500 500 PC3 392 392 0.937 0.01%

PC4 456 456 PC4 391 391 0.528 0%

PC5 685 685 PC5 530 530 0.159 8%

Rata-rata 2542 Rata-rata 2396

Pengujian 2

RB260G-S

Skenario Tanpa VLAN

TCP Bandwidth Total UDP Bandwidth Total Jitter PL

PC1 491 491 PC1 595 595 0.001 0.02%

PC2 465 465 PC2 526 526 0.075 0.32%

PC3 426 426 PC3 392 392 0.937 0.00%

PC4 360 360 PC4 391 391 0.606 0%

PC5 703 703 PC5 579 579 0.108 0%

Rata-rata 2445 Rata-rata 2483

Skenario VLAN

TCP Bandwidth Total UDP Bandwidth Total Jitter Up PL Up

PC1 453 453 PC1 522 522 0.065 0.08%

PC2 457 457 PC2 517 517 0.061 0.18%

PC3 396 396 PC3 392 392 0.937 0.00%

PC4 412 412 PC4 391 391 0.616 0%

PC5 652 652 PC5 519 519 0.095 8%

Rata-rata 2370 Rata-rata 2341

Pengujian 3

RB260G-S

Skenario Tanpa VLAN

TCP Bandwidth Total UDP Bandwidth Total Jitter PL

PC1 475 475 PC1 583 583 0.067 0.02%


(4)

104

PC3 439 439 PC3 392 392 0 0.03%

PC4 315 315 PC4 390 390 0.86 1%

PC5 708 708 PC5 575 575 0.069 0%

Rata-rata 2396 Rata-rata 2461

Skenario VLAN

TCP Bandwidth Total UDP Bandwidth Total Jitter PL

PC1 676 676 PC1 591 591 0.034 0.01%

PC2 162 162 PC2 532 532 0.074 0.60%

PC3 439 439 PC3 392 392 0.937 0.01%

PC4 333 333 PC4 391 391 0.6 0%

PC5 675 675 PC5 533 533 0.062 8%

Rata-rata 2285 Rata-rata 2439

Pengujian 4

RB260G-S

Skenario Tanpa VLAN

TCP Bandwidth Total UDP Bandwidth Total Jitter PL

PC1 677 677 PC1 570 570 0.068 1.50%

PC2 501 501 PC2 514 514 0.853 0.36%

PC3 413 413 PC3 392 392 0 0.00%

PC4 485 485 PC4 388 388 0.609 1%

PC5 304 304 PC5 551 551 0.104 1%

Rata-rata 2380 Rata-rata 2415

Skenario VLAN

TCP Bandwidth Total UDP Bandwidth Total Jitter PL

PC1 678 678 PC1 579 579 0.111 0.01%

PC2 213 213 PC2 510 510 0.098 1.70%

PC3 424 424 PC3 392 392 0 0.00%

PC4 363 363 PC4 389 389 0.587 1%

PC5 668 668 PC5 518 518 0.062 8%

Rata-rata 2346 Rata-rata 2388

Pengujian 1

TP-Link

Skenario Tanpa VLAN

TCP Bandwidth Total UDP Bandwidth Total Jitter PL

PC1 497 497 PC1 545 545 0.021 0.00%

PC2 465 465 PC2 514 514 0.078 0.02%

PC3 504 504 PC3 392 392 0.937 0.01%

PC4 78.6 78.6 PC4 392 392 0.626 0%

PC5 725 725 PC5 549 549 0.072 2%

Rata-rata 2269.6 Rata-rata 2392


(5)

105

TCP Bandwidth Total UDP Bandwidth Total Jitter Up PL Up

PC1 673 673 PC1 426 426 0.074 0.00%

PC2 194 194 PC2 494 494 0.162 0.25%

PC3 400 400 PC3 392 392 0.937 0.01%

PC4 381 381 PC4 388 388 0.6 1%

PC5 679 679 PC5 525 525 0.06 8%

Rata-rata 2327 Rata-rata 2225

Pengujian 2

TP-Link

Skenario Tanpa VLAN

TCP Bandwidth Total UDP Bandwidth Total Jitter PL

PC1 491 491 PC1 587 587 0.095 0.01%

PC2 463 463 PC2 519 519 0.273 0.10%

PC3 441 441 PC3 392 392 0.937 0.00%

PC4 317 317 PC4 391 391 0.65 0%

PC5 708 708 PC5 559 559 0.064 1%

Rata-rata 2420 Rata-rata 2448

Skenario VLAN

TCP Bandwidth Total UDP Bandwidth Total Jitter Up PL Up

PC1 460 460 PC1 585 585 0.088 0.28%

PC2 450 450 PC2 517 517 0.079 0.20%

PC3 298 298 PC3 392 392 0.937 0.00%

PC4 628 628 PC4 390 390 0.602 1%

PC5 671 671 PC5 521 521 0.17 8%

Rata-rata 2507 Rata-rata 2405

Pengujian 3

TP-Link

Skenario Tanpa VLAN

TCP Bandwidth Total UDP Bandwidth Total Jitter PL

PC1 495 495 PC1 291 291 0.004 0.02%

PC2 462 462 PC2 450 450 0.064 0.17%

PC3 424 424 PC3 392 392 0.937 0.01%

PC4 304 304 PC4 392 392 0.6 0%

PC5 702 702 PC5 545 545 0.082 4%

Rata-rata 2387 Rata-rata 2070

Skenario VLAN

TCP Bandwidth Total UDP Bandwidth Total Jitter PL


(6)

106

PC2 452 452 PC2 581 581 0.116 4.10%

PC3 307 307 PC3 392 392 0 0.01%

PC4 621 621 PC4 391 391 0.616 0%

PC5 663 663 PC5 529 529 0.071 8%

Rata-rata 2490 Rata-rata 2457

Pengujian 4

TP-Link

Skenario Tanpa VLAN

TCP Bandwidth Total UDP Bandwidth Total Jitter PL

PC1 475 475 PC1 581 581 0.157 0.00%

PC2 462 462 PC2 526 526 0.325 0.28%

PC3 444 444 PC3 392 392 0.937 0.00%

PC4 271 271 PC4 391 391 0.623 0%

PC5 713 713 PC5 565 565 0.07 3%

Rata-rata 2365 Rata-rata 2455

Skenario VLAN

TCP Bandwidth Total UDP Bandwidth Total Jitter PL

PC1 455 455 PC1 593 593 0.07 0.02%

PC2 448 448 PC2 528 528 0.127 0.13%

PC3 382 382 PC3 392 392 0.937 0.00%

PC4 383 383 PC4 390 390 0.589 0%

PC5 651 651 PC5 529 529 0.059 8%