Hal-Hal Teoritik LANDASAN TEORI

13

BAB II LANDASAN TEORI

A. Hal-Hal Teoritik

1. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu aktivitas atau proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku-sikap, dan mengokohkan kepribadian. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Dalam konteks menjadi tahu atau proses memperoleh pengetahuan, menurut pemahaman sains konvensional, kontak manusia dengan alam diistilahkan sebagai pengalaman experience. Pengalaman yang terjadi berulang kali melahirkan pengetahuan knowledge atau a body of knowledge . Definisi ini merupakan definisi umum dalam pembelajaran sains secara konvensional dan beranggapan bahwa pengetahuan sudah terserak di alam, tinggal bagaimana pembelajar bereksplorasi, menggali dan menemukan kemudian mengambilnya untuk memperoleh pengetahuan Suyono, 2011: 9. Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosio menuju perkembangan pribadi seutuhnya. Namun realitas yang dipahami sebagian besar masyarakat tidaklah demikian. Belajar dianggap sebagai properti sekolah. Kegiatan belajar selalu dikaitkan dengan tugas-tugas sekolah. Sebagian besar masyarakat masih menganggap bahwa belajar di sekolah adalah usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan. Angggapan tersebut tidak sepenuhnya salah, sebab seperti yang dikatakan oleh Reber bahwa belajar adalah the process of acquiring knowledge. Belajar adalah proses untuk mendapatkan pengetahuan. Beberapa pakar pendidikan juga mendefinisikan belajar dalam Agus Suprijono, 2009: 2 sebagai berikut: a. Gagne Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. b. Travers Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku. c. Cronbach Learning is shown by a change in behavior as a result of experience. Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. d. Harold Spears Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction . Belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu. e. Geoch Learning is change in performance as a result of practice . Belajar adalah perubahan performance sebagai hasil latihan. f. Morgan Learning is any relatively permanent change in behavior that is a result of past experience. Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang bersifat positif dan relatif menetap dalam diri seseorang. Perubahan tingkah laku yang diakibatkan oleh belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, misalnya bertambahnya pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan perubahan sikap. 2. Aktivitas Belajar Dalam buku Bonwell dan J. Eison 1991: 1, aktivitas belajar adalah segala sesuatu yang meningkatkan kemampuan siswa untuk melakukan sesuatu dan berpikir tentang apa yang mereka lakukan. Aktivitas belajar terjadi ketika siswa berpartisipasi dengan aktivitas tangan hands-on activities yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan memperluas wawasan; terjadi ketika belajar yang dilakukan tidak hanya sekedar mengingat. Ini akan berhubungan dengan bertambahnya pengetahuan baru dari pengetahuan yang sudah dimiliki dan mendiskusikan pemahaman tersebut dengan orang lain. Aktivitas diperlukan dalam belajar, karena pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan Sardiman, 2000: 93. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar-mengajar. Sardiman 2000: 99 menyatakan bahwa kegiatan siswa dapat digolongkan sebagai berikut: a. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, dan pekerjaan orang lain. b. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi. c. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, dan pidato. d. Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, dan menyalin. e. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat garis, membuat grafik, peta, dan diagram. f. Motor activites, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, dan beternak. g. Mental activities, seperti menanggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, dan mengambil keputusan. h. Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup. Klasifikasi belajar di atas menunjukkan bahwa aktivitas dalam pembelajaran cukup bervariasi. Aktivitasnya tidak hanya terbatas pada aktivitas jasmani saja, tetapi juga meliputi aktivitas rohani. Keaktifan siswa tersebut tidak lepas dari peranan guru sebagai pembimbing dan fasilitator agar siswa menjadi lebih aktif dan kreatif dalam belajar. Menurut pendapat Bruner dalam buku Sri Esti 2002: 355, peranan guru harus menciptakan situasi, di mana siswa dapat belajar sendiri daripada memberikan suatu paket yang berisi informasi atau pelajaran kepada siswa. Siswa harus belajar melalui kegiatan mereka sendiri dengan memasukkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, di mana mereka harus didorong untuk mempunyai pengalaman dan melakukan eksperimen- eksperimen dan membiarkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip mereka sendiri. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Proses perubahan tingkah laku melalui pendidikan yang dapat dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian terhadap sikap, nilai-nilai pengetahuan, dan kecakapan bergantung pada aktivitas individu itu sendiri. Untuk dapat lebih cepat berhasil dalam belajar, perlu keaktifan yang tinggi, sehingga dengan sedikit petunjuk dan bantuan yang diperlukan dari guru, siswa dapat menyelesaikan masalah dan selebihnya berusaha dengan menggunakan akal budi dan pengalamannya sendiri. Keaktifan siswa merupakan kunci utama dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT ini. Keaktifan siswa yang dimaksud meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika, keaktifan siswa berinteraksi dengan guru, keaktifan siswa berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya, keaktifan siswa mengerjakan soal latihan dalam kelompoknya, dan kemandirian siswa dalam belajar matematika. 3. Pengertian Minat Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, minat diartikan sebagai kecenderungan hati yang menetap untuk tertarik terhadap suatu. Minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat memiliki pengaruh yang besar terhadap kegiatan seseorang. Dengan minat, seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya, tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Pengertian minat secara istilah telah banyak dikemukakan oleh para ahli, di antaranya yaitu: a. Hilgard menyatakan Interest is persisting tendency to pay attention to end enjoy some activity and content Slameto: 1991: 57. b. Sardiman A. M. berpendapat bahwa minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri Sardiman, 1988: 76. c. I. L. Pasaribu dan Simanjuntak mengartikan minat sebagai suatu motif yang menyebabkan individu berhubungan secara aktif dengan sesuatu yang menariknya Pasaribu dan Simanjutak, 1983: 52. d. Zakiah Daradjat mengemukakan pengertian minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap ke jurusan sesuatu hal yang berharga bagi seseorang Zakiah, 1995: 133. e. W.S. Winkel mengungkapkan pengertian minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu Winkel, 1984: 30. Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli seperti yang dikutip di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan seseorang terhadap obyek atau sesuatu kegiatan yang digemari yang disertai dengan perasaan senang, adanya perhatian, dan keaktifan berbuat. Maka dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah suatu keinginan atau kemauan yang disertai perhatian dan keaktifan yang disengaja yang pada akhirnya melahirkan rasa senang dalam perubahan tingkah laku, baik berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan. 4. Hasil Belajar Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang meliputi pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Merujuk kepada pemikiran Gagne, hasil belajar dapat berupa: a. Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan. b. Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas. c. Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah. d. Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. e. Sikap, yaitu kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan yang menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku. Menurut Bloom, hasil belajar mencakup domain ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge pengetahuan, ingatan, comprehension pemahaman, menjelaskan, meringkas, memberikan contoh, application menerapkan, analysis menguraikan, menentukan hubungan, synthesis mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru, dan evaluation menilai. Domain afektif adalah receiving sikap menerima, responding memberikan respons, valuing menilai, organization organisasi, characterization karakterisasi. Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial manajerial, dan intelektual. Sementara, menurut Lindgren hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian dan sikap. Yang harus diingat, hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan, bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah melainkan secara komprehensif. 5. Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif cooperative learning merupakan sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi pembelajaran kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok biasa atau kerja kelompok karena dalam pembelajaran kooperatif terdapat struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif di antara anggota kelompok Sugandi, 2002: 14. Menurut pendapat Lie bahwa model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok Lie A, 2008: 29. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal- asalan. Pelaksanaan prosedur model dengan cooperative learning benar-benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif. Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara anggota kelompok dalam buku Solihatin, Etin, dan Rahardjo, 2007: 4. Dalam buku Slavin 2005: 2 pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok. Siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 hingga 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerja sama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain. Jadi, pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. b. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1 Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif. 2 Sikap kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. 3 Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari ras, suku, budaya, dan jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, dan jenis kelamin yang berbeda pula. 4 Selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman. 5 Saling mendengarkan pendapat di antara anggota kelompok. 6 Belajar dari teman sendiri dalam kelompok. 7 Belajar dalam kelompok kecil. 8 Siswa aktif bertukar pikiran atau saling mengemukakan pendapat. 9 Keputusan tergantung pada kelompok siswa, di mana seluruh anggota kelompok terlibat aktif. 10 Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perseorangan. c. Prinsip Pembelajaran Kooperatif Prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: 1 Setiap anggota kelompok siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya. 2 Setiap anggota kelompok siswa harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama. 3 Setiap anggota kelompok siswa harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya. 4 Setiap anggota kelompok siswa akan dievaluasi. 5 Setiap anggota kelompok siswa berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya. 6 Setiap anggota kelompok siswa akan diminta untuk mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. d. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif Menurut Agus Suprijono dalam bukunya yang berjudul Cooperative Learning , dalam menerapkan pembelajaran kooperatif terdapat beberapa unsur dasar yang harus diperhatikan Agus Suprijono, 2009: 58. Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: 1 Siswa dalam kelompok haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama. 2 Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya. 3 Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompok memiliki tujuan yang sama. 4 Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya. 5 Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok. 6 Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya. 7 Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual mengenai materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. e. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya Slavin, 1994: 50. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting. Menurut Departemen Pendidikan Nasional Depdiknas, tujuan pertama pembelajaran kooperatif yaitu meningkatkan hasil akademik dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya. Siswa yang lebih mampu akan menjadi narasumber bagi siswa yang kurang mampu, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Tujuan kedua adalah pembelajaran kooperatif memberi peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belajar. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial. Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. f. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dengan Kelompok Belajar Biasa Pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok belajar biasa. Pembelajaran kooperatif lebih mengutamakan kebersamaan untuk mencapai kesuksesan belajar dan kesuksesan salah seorang siswa dipacu oleh kesuksesan kelompoknya., sedangkan dalam kelompok belajar biasa cenderung terjadi persaingan sehingga kesuksesan salah seorang siswa tidak berpengaruh pada kesuksesan siswa lainnya. Perbedaan tersebut seperti yang dikemukakan oleh Johnson dan Johnson dalam Kadir, 2000: 19 sebagai berikut: Tabel 2.1 Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dengan Kelompok Biasa Pembelajaran Kooperatif Kelompok Belajar Biasa Kepemimpinan bersama Satu pemimpin Saling ketergantungan positif Tidak ada saling ketergantungan Keanggotaan yang heterogen Keanggotaan yang homogen Tanggung jawab terhadap hasil belajar sendiri dan semua anggota kelompok Tanggung jawab terhadap hasil belajar sendiri Menekankan pada tugas dan hubungan kooperatif Hanya menekankan pada tugas Ditunjang oleh guru Diarahkan oleh guru Satu hasil kelompok Beberapa hasil individu Evaluasi kelompok Evaluasi individual g. Tahap-Tahap Pembelajaran Kooperatif Menurut Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ditnaga, pada dasarnya kegiatan pembelajaran kooperatif dipilahkan menjadi empat langkah, yaitu orientasi, bekerja kelompok, kuis, dan pemberian penghargaan. Setiap langkah dapat dikembangkan lebih lanjut oleh para guru dengan berpegang pada setiap langkah-langkah sebagai berikut: 1 Orientasi Sebagaimana halnya dalam setiap pembelajaran, kegiatan awal diawali dengan orientasi untuk memahami dan menyepakati bersama tentang apa yang akan dipelajari serta bagaimana strategi pembelajarannya. Guru mengkomunikasikan tujuan, materi, waktu, langkah-langkah, serta hasil akhir yang diharapkan akan dikuasai oleh siswa, serta sistem penilaiannya. 2 Kerja kelompok Pada tahap siswa melakukan kerja kelompok sebagai inti kegiatan pembelajaran. Kerja kelompok dapat dalam bentuk kegiatan memecahkan masalah, atau memahami dan menerapkan suatu konsep yang dipelajari. Kerja kelompok dapat dilakukan dengan berdiskusi, melakukan eksplorasi, observasi, percobaan, browsing lewat internet, dan sebagainya. Waktu untuk belajar kelompok disesuaikan degan luas dan dalamnya materi yang harus dikerjakan. Kegiatan yang memerlukan waktu lama dapat dilakukan di luar jam pelajaran, sedangkan kegiatan yang hanya memerlukan sedikit waktu dapat dilakukan pada jam pelajaran. Agar kegiatan kelompok terarah, perlu diberikan panduan singkat sebagai pedoman kegiatan. Sebaiknya panduan ini disiapkan oleh guru. Panduan harus memuat tujuan, materi, waktu, cara kerja kelompok, dan tanggung jawab dari masing-masing anggota kelompok, serta hasil akhir yang diharapkan dapat dicapai. Siswa secara bersama-sama berdiskusi dan melakukan analisis terhadap permasalahan yang diberikan. Setelah itu, siswa juga melakukan eksplorasi. Hasil eksplorasi dibahas dalam kelompok unuk mencapai tujuan pembelajaran. Guru berperan sebagai fasilitator dan dinamisator bagi masing-masing kelompok, dengan cara melakukan pemantauan terhadap kegiatan belajar siswa, mengarahkan keterampilan kerja sama dan memberikan bantuan pada saat diperlukan. 3 Tes Kuis Pada akhir kegiatan kelompok diharapkan semua siswa telah mampu memahami topik masalah yang sudah dikaji bersama. Kemudian masing-masing siswa menjawab tes kuis untuk mengetahui pemahaman mereka terhadap konsep topik masalah yang dikaji. Penilaian individu ini mencakup penguasaan ranah kognitif, afektif, dan keterampilan. 4 Penghargaan kelompok Langkah ini dimaksudkan untuk memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil memperoleh kenaikan skor dalam tes individu. Kenaikan skor dihitung dari selisih antara skor dasar dengan skor tes individual. Menghitung skor yang diperoleh masing-masing kelompok dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh setiap anggota di dalam kelompok tersebut kemudian dihitung nilai rata-ratanya. Selanjutnya, berdasarkan skor rata-rata tersebut dapat ditentukan penghargaan masing-masing kelompok. Sintaks atau langkah-langkah dalam model pembelajaran kooperatif terdiri atas 6 enam fase, yaitu : Tabel 2.2 Fase Pembelajaran Kooperatif Fase Perilaku Guru Fase 1: Present goals and set Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar Fase 2: Present information Menyajikan informasi Mempresentasikan informasi kepada peserta didik Fase 3: Organize students into learning teams Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukkan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien Fase 4: Assit team work and study Membantu kerja tim dan belajar Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya Fase 5: Test on the materials Mengevaluasi Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok mempresentasikan hasil kerjanya Fase 6: Provide recognition Memberikan pengakuan atau penghargaan Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok Anggota kelompok pada periode tertentu dapat diputar. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan dinamika kelompok di antara anggota kelompok-kelompok tersebut. Di akhir pertemuan, guru memberikan kesimpulan terhadap materi yang telah dibahas pada pertemuan itu sehingga terdapat kesamaan pemahaman pada semua siswa. h. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Sebagaimana model pembelajaran yang lain, model pembelajaran kooperatif juga memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: 1 Meningkatkan minat belajar dan kemampuan akademis siswa. 2 Meningkatkan daya ingat siswa. 3 Meningkatkan kepuasan siswa dengan pengalaman belajar yang telah mereka lakukan. 4 Membantu siswa dalam mengembangkan kecakapan dan berkomunikasi secara lisan. 5 Meningkatkan hubungan positif dalam berkompetisi. Adapun kekurangan dari pembelajaran kooperatif yaitu: 1 Memerlukan waktu yang cukup lama untuk melakukan suatu diskusi. 2 Dominasi siswa yang pandai. 3 Bagi siswa yang tidak terbiasa belajar kelompok akan merasa asing dan tidak terbiasa. 6. Tipe-Tipe dalam Model Pembelajaran Kooperatif Dalam buku Arends 1997: 119-124, pembelajaran kooperatif mempunyai empat tipe dasar sebagai berikut: a. Student Teams Achievement Divisions STAD Dalam penerapan STAD, guru menyajikan pelajaran, kemudian siswa bekerja di dalam kelompok mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai materi tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis dengan materi yang sama. Pada waktu kuis, mereka tidak dapat saling membantu. Kuis tersebut dinilai untuk mendapatkan skor individu maupun kelompok. b. Jigsaw Dalam penerapan jigsaw, siswa dibagi dalam kelompok kecil yang heterogen dengan menggunakan pola kelompok “asal” dan kelompok “ahli”. Setiap anggota kelompok “asal” diberi tugas untuk mempelajari bagian tertentu yang berbeda dari bahan yang diberikan. Kemudian setiap siswa yang mempelajari topik yang sama tetapi dari kelompok- kelompok yang berbeda saling bertemu dan membentuk kelompok “ahli” untuk saling bertukar pendapat dan informasi. Setelah itu, mereka kembali ke kelompok “asal” untuk menyampaikan informasi yang diperoleh. Akhirnya, setiap siswa dikenai kuis secara individu. Penilaian dan penghargaan kelompok yang digunakan pada model jigsaw sama dengan STAD. c. Group Investigation GT Group Investigation investigasi kelompok adalah model pembelajaran kooperatif di mana setiap siswa bekerja di dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelidiki topik tertentu yang telah dipilih. Tipe ini merupakan pendekatan pembelajaran yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan. Setelah memilih topik, setiap kelompok membuat rencana kegiatan pembelajaran dan kemudian melaksanakannya. Akhirnya, setiap kelompok mempresentasikan hasilnya. d. Structural Approach Pendekatan Struktural Guru menyajikan materi pelajaran. Setelah itu, setiap kelompok mengerjakan lembar kerja siswa, saling mengajukan pertanyaan dan belajar bersama untuk persiapan menghadapi suatu pertandingan yang biasanya diselenggarakan satu kali dalam sepekan. Ada dua macam pendekatan struktural yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu: 1 Think-pair-share TPS Think-pair-share merupakan suatu pendekatan yang bertujuan untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Pendekatan ini mempunyai tiga tahapan utama, yaitu thinking berpikir, pairing berpasangan, dan sharing berbagi. 2 Numbered Heads Together NHT Numbered Heads Together adalah suatu pendekatan yang melibatkan banyak siswa dalam menelaah materi pelajaran. Pendekatan ini bertujuan untuk mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Pendekatan Numbered Heads Together terdiri atas empat langkah utama, yaitu penomoran, mengajukan pertanyaan, berpikir bersama, dan menjawab. Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang menekankan adanya kerja sama tim dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru tanpa memandang latar belakang dan kondisi yang berbeda. 7. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together NHT a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together NHT Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together NHT ini memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik, meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, agar siswa dapat menerima teman- temannya yang mempunyai berbagai latar belakang, dan untuk mengembangkan keterampilan siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim, 2000: 28 dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Ibrahim mengemukakan ada tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT, yaitu: 1 Hasil belajar akademik struktural Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas- tugas akademik. 2 Pengakuan adanya keragaman Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang. Tipe pembelajaran ini memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling tergantung pada tugas-tugas akademik dan saling menghargai satu sama lain. 3 Pengembangan keterampilan sosial Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok, dan sebagainya. b. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together NHT Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Spencer Kagen dalam buku Ibrahim, 2000: 28 untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dengan mengecek pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Sebagai pengganti pertanyaan langsung kepada seluruh kelas, guru menggunakan lima langkah sebagai berikut: 1 Penomoran Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together NHT diawali dengan numbering atau penomoran. Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil. Jumlah kelompok mempertimbangkan jumlah konsep yang dipelajari. Jika jumlah siswa dalam satu kelas terdiri atas 30 orang dan terbagi menjadi 6 kelompok kecil berdasarkan jumlah konsep yang dipelajari, maka tiap kelompok terdiri dari 5 anggota. Tiap anggota kelompok diberi nomor 1-5. 2 Pengajuan pertanyaan Setelah kelompok terbentuk, guru menjelaskan pokok bahasan yang akan dipelajari. Selanjutnya guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh kelompok. Berikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk menemukan jawaban. 3 Berpikir bersama Pada kesempatan ini masing-masing anggota dalam tiap- tiap kelompok menyatukan kepalanya Heads Together, berdiskusi bersama dalam memikirkan dan menemukan jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh guru. 4 Pemberian jawaban Langkah berikutnya adalah guru memanggil peserta didik yang memiliki nomor yang sama dari tiap kelompok. Mereka diberi kesempatan untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Hal itu dilakukan terus hingga semua peserta didik dengan nomor yang sama dari tiap kelompok mendapat giliran untuk memaparkan jawaban mereka. Berdasarkan jawaban-jawaban itu, guru dapat mengembangkan diskusi lebih mendalam sehingga peserta didik dapat menemukan jawaban pertanyaan sebagai pengetahuan yang utuh. 5 Penghargaan kelompok Guru memberikan penghargaan kepada kelompok siswa yang memiliki nilai atau hasil belajar paling tinggi. c. Manfaat Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together NHT Ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang dikemukakan oleh Ludgren dalam buku Ibrahim, 2000: 18, antara lain adalah: 1 Rasa harga diri menjadi lebih tinggi 2 Memperbaiki kehadiran 3 Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar 4 Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil 5 Konflik antara pribadi berkurang 6 Pemahaman yang lebih mendalam 7 Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi 8 Hasil belajar lebih tinggi d. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together NHT Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe NHT antara lain: 1 Terjadinya interaksi antarsiswa melalui diskusi siswa secara bersama dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. 2 Siswa pandai maupun siswa lemah sama-sama memperoleh manfaat melalui aktivitas belajar kooperatif. Dengan bekerja secara kooperatif, kemungkinan konstruksi pengetahuan akan menjadi lebih besar kemungkinan untuk siswa dapat sampai pada kesimpulan yang diharapkan. 3 Guru dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan bakat kepemimpinan. Kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini antara lain: 1 Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah. 2 Proses diskusi tidak dapat berjalan lancar jika ada siswa yang hanya sekedar menyalin pekerjaan siswa yang pandai tanpa memiliki pemahaman yang memadai. 3 Pengelompokkan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda serta membutuhkan waktu lebih banyak. 8. Sub Pokok Bahasan Keliling dan Luas Segitiga Segitiga merupakan bagian dari ilmu matematika yang mempelajari tentang bangun datar segitiga. Sub pokok bahasan yang diambil dalam penelitian ini adalah Keliling dan Luas Segitiga dan aplikasinya dalam kehidupan, dengan indikator pencapaian sebagai berikut. a. Menghitung keliling segitiga. b. Menghitung luas segitiga. c. Mencari salah satu sisi segitiga dari hal yang diketahui. d. Menyelesaikan soal aplikasi dari luas dan keliling segitiga. Penjelasan mengenai sub pokok bahasan Keliling dan Luas Segitiga akan diuraikan sebagai berikut. a. Keliling Segitiga Keliling suatu bangun datar merupakan jumlah dari panjang sisi-sisi yang membatasinya, sehingga untuk menghitung keliling dari sebuah segitiga dapat ditentukan dengan menjumlahkan panjang dari setiap sisi segitiga tersebut. Gambar 2.1 Keliling ABC = AB + BC + AC = c + a + b = a + b + c Jadi, keliling ABC adalah a + b + c. Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: b. Luas Segitiga Perhatikan Gambar 2.2 i. Untuk menentukan luas ABC di atas, dapat dilakukan dengan membuat garis bantuan sehingga terbentuk persegi panjang ABFE seperti Gambar 2.2ii. Terlebih dahulu perlu dibuktikan bahwa AC dan BC membagi persegi panjang ADCE dan BDCF menjadi dua sama besar. Lalu akan diperoleh bahwa ADC sama dan sebangun dengan AEC dan BDC sama dan sebangun dengan BCF, sedemikian sehingga diperoleh: Keliling dari suatu segitiga dengan panjang sisi a, b, dan c, adalah K = a + b + c. i ii Gambar 2.2 = + = + = = Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: Dari luas segitiga di atas, kita dapat memperoleh menurunkan luas bangun datar yang lain seperti jajar genjang, persegi panjang, trapesium, belah ketupat, dan jaring-jaring limas. 1 Luas Bangun Datar Jajar Genjang Luas jajar genjang merupakan hasil perbanyakan dari alas dan tinggi segitiga. Perhatikan gambar berikut. Luas segitiga dengan panjang alas a dan tinggi t adalah Gambar 2.3 Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa jajar genjang ABCD dibentuk dari 2 buah segitiga yang sebangun, yaitu ∆ABC dan ∆DBC, di mana luas masing-masing segitiga adalah . Maka luas jajar genjang adalah sebagai berikut. luas jajar genjang = luas ∆ABC + luas ∆BDC = + = 2 Luas Bangun Datar Persegi Panjang Perhatikan gambar berikut ini. Untuk menentukan luas persegi panjang ACGF di atas, dapat dilakukan dengan bantuan segitiga ABC seperti pada Gambar 2.4. Terlebih dahulu perlu dibuktikan bahwa AB dan BC membagi persegi panjang AEBF dan persegi panjang ECGB menjadi dua sama besar. Lalu akan diperoleh bahwa ∆AEB sama dan sebangun dengan ∆AFB dan ∆BEC sama dan sebangun dengan ∆BGC. Dari sini dapat dilihat bahwa luas ∆ABC sama dengan luas ∆ABF + ∆CEG, sedemikian sehingga diperoleh: Gambar 2.4 = = = = di mana alas dan tinggi tersebut merupakan panjang dan lebar dari persegi panjang ACGF. Sehingga luas persegi panjang = panjang × lebar 3 Luas Bangun Datar Trapesium Luas trapesium merupakan setengah dari hasil perbanyakan dari tinggi dan jumlah kedua sisi yang sejajar. Perhatikan gambar berikut. Jika luas ∆ABC = , maka: Dengan kata lain, luas trapesium = Gambar 2.5 4 Luas Bangun Datar Belah Ketupat Luas belah ketupat merupakan setengah dari perkalian diagonal-diagonalnya. Perhatikan gambar berikut. Dari gambar 2.6 di atas diperoleh sebagai berikut. = = = = di mana AC dan BD masing-masing merupakan diagonal dari belah ketupat ABCD, sehingga diperoleh luas belah ketupat ABCD = Gambar 2.6 5 Luas Jaring-Jaring Limas Luas jaring-jaring limas merupakan jumlah dari luas bidang datar yang membentuknya. Perhatikan gambar berikut. Dari gambar 2.7 di atas dapat dicari rumus untuk mencari luas dari jaring-jaring limas dengan alas berbentuk persegi di atas, yaitu sebagai berikut. = Karena sisi tegak pada limas sama dan sebangun, maka = atau = Gambar 2.7 9. Siswa Siswa adalah subyek yang menerima pengetahuan. Dalam penelitian, subyek yang dimaksudkan adalah siswa yang dikenakan perlakuan berupa model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Headas Together NHT untuk mencapai tujuan dari penelitian.

B. Kerangka Berpikir

Dokumen yang terkait

Efektifitas model simulasi bertingkat pada pembelajaran matematika sub pokok bahasan menghitung nilai fungsi siswa kelas VIII semester ganjil SMP Negeri 10 Jember tahun ajran 2006/2007 (Studi pada mahasiswa ppl Program studi pendidikan fisika FKIP Unej ta

1 6 107

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor terstruktur untuk meningkatkan aktivitas belajar matemetika siswa (penelitian tindakan kelas di SMP Islam al-Ikhlas Cipete)

1 9 47

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep fluida dinamis

0 8 192

Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis melalui model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation siswa kelas IV SD Negeri Sukamaju 3 Depok

0 6 189

Pengaruh strategi pemecahan masalah “ideal” dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap kemampuan berpikir kritis matematik siswa

1 10 208

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle (ioc) untuk meningkatkan hasil belajar ips siswa kelas VII-B smp muhammadiyah 17 ciputat tahun ajaran 2014/2015

3 43 0

Peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball 0hrowing pada siswa kelas III MI Hidayatul Athfal Depok

0 10 0

Meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas IVA SD Negeri 1 Metro Barat menggunakan media audio visual tahun pelajaran 2012/2013.

0 5 42

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair square pada materi ruang dimensi tiga untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 1 Baubau

1 3 12

Perbandingan aktivitas dan hasil belajar siswa antara model kooperatif tipe Jigsaw dan tipe Stad pada pokok bahasan usaha dan energi di SMP Muhammadiyah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 89