41
Tabel 4.1 Hasil karakteristik simplisia daun keji beling.
No Pemeriksaan Karakteristik
Kadar Standar MMI
edisi I 1
Kadar air 5,96
- 2
Kadar abu total 10,41
16 3
Kadar abu tidak larut asam 2,07
4 4
Kadar sari larut dalam air 18,04
16 5
Kadar sari larut dalam etanol 5,72
4 Monografi dari simplisia daun keji beling tertera di buku Materia Medika
Indonesia MMI Edisi I kecuali untuk parameter kadar air. Hasil penetapan kadar air simplisia daun keji beling adalah 5,96
telah memenuhi standarisasi kadar air simplisia secara umum yaitu tidak lebih dari 10 Ditjen POM, 1995. Kelebihan
air dalam simplisia menyebabkan pertumbuhan mikroba, jamur atau serangga, serta mendorong kerusakan bahan aktif yang terkandung didalamnya karena dapat
terurai hidrolisis WHO, 1998. Berdasarkan hasil dari penetapan kadar simplisia daun keji beling pada
Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa kadar abu total, kadar abu tidak larut asam, kadar sari larut dalam air, kadar sari larut dalam etanol dari simplisia daun keji beling
telah memenuhi persyaratan menurut Materia Medika Indonesia Edisi I. Perhitungan hasil karakterisasi simplisia daun keji beling dapat dilihat pada
Lampiran 9 halaman 63-67.
4.2 Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia dilakukan untuk mengetahui golongan metabolit sekunder yang mempunyai aktivitas biologi yang terdapat dalam simplisia dan
ekstrak etanol daun keji beling. Skrining fitokimia yang dilakukan adalah pemeriksaan golongan senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, glikosida, saponin dan
42 steroidtriterpenoid. Hasil skrining fitokimia simplisia dan ekstrak dari daun keji
beling dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil skrining fitokimia simplisia dan ekstrak etanol daun keji beling
No Pemeriksaan Kandungan
Hasil Simplisia
Ekstrak 1
Alkaloid +
+ 2
Flavonoid +
+ 3
Tanin +
+ 4
Glikosida +
+ 5
Saponin +
+ 6
Steroidtriterpenoid +
+ Keterangan: + : ada
- : tidak ada Berdasarkan hasil skrining diketahui bahwa simplisia dan ekstrak etanol
daun keji beling mengandung alkaloid, flavonoid, tanin, glikosida, saponin dan steroidtriterpenoid.
4.3 Ekstraksi Serbuk Simplisia Daun Keji Beling
Pembuatan ekstrak dilakukan dengan metode perkolasi menggunakan pelarut etanol 96. Serbuk kering simplisia daun keji beling yang diperoleh
sebanyak 855 gram setelah perkolasi dan dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator diperoleh ekstrak kental sebanyak 156,8 gram.
4.4. Hasil Pengujian Kontraksi Seri konsentrasi Asetilkolin Terhadap Otot Polos Ileum
Pengujian kontraksi otot polos ileum terisolasi dengan penambahan konsentrasi bertingkat asetilkolin 10
-8
M sampai 3 x 10
-3
M dilakukan untuk mendapatkan effective concentration EC
80
asetilkolin yang selanjutnya akan digunakan untuk pengujian efek kontraksi ekstrak etanol keji beling sebagai
pembanding. Hasil pengujian ini diamati melalui perubahan respon kontraksi
43 otot polos ileum terisolasi terhadap peningkatan konsentrasi asetilkolin 10
-8
M sampai 3 x 10
-3
M Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Grafik kontraksi otot polos organ ileum terisolasi yang dikontraksi
dengan pemberian seri konsentrasi asetilkolin 10
-8
– 3 x 10
-3
M. Data yang disajikan adalah nilai rata-rata ± SEM, n = 3.
Penambahan seri konsentrasi asetilkolin menyebabkan terjadinya kontraksi pada otot polos ileum terisolasi. Kontraksi otot polos ileum meningkat dengan
meningkatnya konsentrasi asetilkolin. Respon kontraksi maksimal otot polos ileum diperoleh pada konsentrasi asetilkolin 2 x 10
-2
M, karena peningkatan konsentrasi asetilkolin yang lebih tinggi tidak lagi menunjukkan peningkatan
kontraksi. Jumlah reseptor membatasi efek yang ditimbulkan, sehingga walaupun konsentrasi ditingkatkan, respon tidak bertambah. Respon terhadap dosis obat
yang rendah biasanya meningkat sebanding langsung dengan dosis. Namun, dengan meningkatnya dosis peningkatan respon menurun. Pada akhirnya
tercapailah dosis yang tidak dapat meningkatkan respon lagi Bourne dan Zastrow, 2001. Hasil pengujian kontraksi otot polos ileum marmut dengan
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
110
-8,0 -7,5
-7,0 -6,5
-6,0 -5,5
-5,0 -4,5
-4,0 -3,5
-3,0 -2,5
K on
tr ak
si
Log konsentrasi M
ACh
EC
80
44 penambahan seri konsentrasi asetilkolin dapat dilihat pada Lampiran 14 halaman
63. Asetilkolin bekerja pada reseptor ACh reseptor asetilkolin – muskarinik =
kolinoseptor pada sel-sel pascasinaptik di sel-sel efektor otot polos, otot jantung dan kelenjar. Asetilkolin menstimulasi sekresi kelenjar dan menyebabkan
kontraksi otot polos melalui aktivasi reseptor M
3
. Pemberian obat agonis muskarinik akan merangsang sekresi kelenjar terutama kelenjar ludah dan
lambung, serta meningkatkan aktifitas motorik saluran cerna dan merelaksasi sfinkter. Keadaan ini disebabkan oleh depolarisasi dan Ca
++
pada otot polos saluran cerna Munaf, 1994.
4.5 Hasil Pengujian Kontraksi Ekstrak Daun Etanol Keji Beling EEDKB Pada Otot Polos Ileum