19
2.6.4 Nitrit oksida NO
Nitrit Oksida berasal dari sintesis konversi enzim dari L-Arginine menjadi L-Citrulline oleh nitrit oxide synthase NOS. Elektron yang tidak berikatan
menyebabkan NO merupakan radikal bebas yang sangat reaktif dan dapat menyebabkan kerusakan protein, karbohidrat, nukleotida dan lipid bersama-sama
dengan mediator inflamasi yang lain yang menyebabkan kerusakan sel. NO berpotensi merelaksasi arteri dan vena otot polos dan secara kuat menghambat
agregasi dan adhesi. Asupan NO berperan sebagai agen vasodilator dan mungkin berguna untuk terapi. NO juga berperan pada regulasi jaringan pada proses
fisiologi namun jika berlebihan dapat menyebabkan toksisitas. NO mengaktifkan guanilil siklase yang membentuk guanosin monofosfat siklik cyclic guanosine
monophosphatecGMP dari guanosine trifosfat. cGMP menghasilkan relaksasi otot polos melalui reduksi konsentrasi Ca
2+
intraseluler Mycek et al., 2001.
2.7 Antagonis Muskarinik
Obat ini beraksi secara selektif menghambat aktvitas saraf parasimpatik, sehingga disebut juga parasimpatolitik. Efek dari obat antagonis muskarinik
adalah berlawanan dengan efek agonis muskarinik. Efek antagonis muskarinik pada organ usus yaitu penurunan motilitas. Contoh antagonis muskarinik dari
senyawa alami adalah atropin Atropa belladona dan hyosin Datura stramonium Nugroho, 2012. Hambatan oleh atropin bersifat reversibel dan
dapat diatasi dengan pemberian asetilkolin dalam jumlah berlebihan atau pemberian antikolinesterase Zunilda, 2007.
20 Pada reseptor muskarinik terdapat lima subtipe reseptor M
1
, M
2
, M
3
, M
4
, M
5
dengan respon yang berbeda pada tiap jaringan tubuh manusia. Semua subtipe reseptor muskarinik dapat diblok oleh atropin Tabel 2.1.
Tabel 2.1
Subtipe reseptor muskarinik dengan antagonisnya Subtipe Antagonis
Jaringan Transduser Efektor
M
1
Atropin, Pirenzefin
Ganglion otonom
G
q
Fosfolipase C meningkatkan Ca
2+
sitosol M
2
Atropin, AFDX
384 Miokardium,
otot polos G
1
, G
o
Mengaktivasi saluran K
+
, inhibisi adenilil siklase
M
3
Atropin Otot polos,
kelenjar sekretori
G
q
Fosfolipase C meningkatkan Ca
2+
sitosol M
4
Atropin, AFDX
384 G
1
, G
o
inhibisi adenilil siklase
M
5
Atropin G
q
Fosfolipase C meningkatkan Ca
2+
sitosol Harahap, dkk., 2015
2.8 Organ Terisolasi
Organ terisolasi adalah suatu metode percobaan in vitro. Pada prinsipnya penelitian ini menggunakan organ yang direndam dalam larutan fisiologis yang
sesuai, temperatur diatur atau dikondisikan pada kondisi yang sama dari mana organ tersebut berasal serta pengaturan aliran oksigen. Percobaan organ terisolasi
ini menggunakan alat organ bath Perry, 1970. Percobaan dengan organ terisolasi mempunyai keuntungan tidak
dipengaruhi oleh faktor farmakokinetika, dengan demikian obat yang digunakan relatif lebih sedikit dosisnya dibandingkan in vivo. Percobaan dengan organ
terisolasi lebih ditekankan untuk mengobservasi mekanisme pada sel target sebagai tempat kerja. Hasil yang didapat dari percobaan organ terisolasi adalah
21 respon kontraktilitas terhadap rangsangan yang diberikan. Respon kontraktilitas
dapat direkam dan dapat diukur untuk selanjutnya dapat dibuat kurva dosis respon. Untuk mendapatkan hasil percobaan yang akurat, maka diperlukan
persiapan yang baik dan seluruh percobaan harus betul-betul terkontrol. Hewan percobaan yang digunakan dibunuh tanpa anastesi sehingga tidak mempengaruhi
kontraktilitasnya. Organ yang diambil segera dimasukkan ke dalam cairan fisiologis dan dikontrol oksigenasinya dan dihubungkan ke transducer dan
diteruskan ke alat pencatat misalnya, kymograph atau maclab computer Syamsudin dan Darmono, 2011.
2.9 Konstipasi