BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Definisi diabetes mellitus gestational GDM menurut World Health Organization WHO dengan sedikit modifikasi yang telah dilakukan oleh American Diabetes
Association ADA, adalah intoleransi glukosa pada waktu kehamilan, pada wanita normal atau yang mempunyai gangguan toleransi glukosa setelah terminasi
kehamilan. Estimasi kasus diabetes mellitus berdasarkan prevalensi global pada tahun 1995 adalah kira-kira 135 juta orang manakala projeksinya ke tahun 2025
akan menunjukkan angka peningkatan yaitu kira-kira 300 juta. Kira-kira 135,000 wanita hamil yang mengalami GDM setiap tahun yaitu kira-kira 3-5. Bagi data
statistik bagi kasus GDM di Indonesia , penulis tidak bisa mendapat datanya karena tidak ada penelitian yang sahih telah dilakukan di negara Indonesia
mengenai GDM.
Faktor risiko dapat mempengaruhi insidensi GDM. Menurut data skrining dan diagnosis GDM yang dikeluarkan oleh ADA,2008 Standard of Medical Care,
pada wanita ras Hispanik, Afrika, Amerika, Asia Timur dan Asia Selatan mempunyai risiko mendapat GDM berada di kategori sedang. Mereka perlu
melakukan melakukan tes gula darah pada kehamilan 24 - 28 minggu. Ditambah lagi, risiko mendapat GDM pada ibu hamil yang umurnya kurang dari 21 tahun
adalah 1, lebih dari 25 tahun adalah 14, umur ibu diantara 21 – 30 tahun adalah kurang dari 2 dan pada ibu yang umurnya lebih dari 30 tahun adalah 8 -
14 mengikut statistik yang didapatkan dari buku Diabetology of Pregnancy, oleh M.Porta, F.M. Matschinsky Vol 17 dengan tahun publikasi 2005. Dengan ini,
kita bisa merangkupkan wanita di Negara Asia atau di Negara Indonesia sendiri menpunyai risiko untuk mendapat GDM dan pada lingkupan usia lebih dari 25
tahun mempunyai risiko tinggi mendapat GDM.
Universitas Sumatera Utara
Teknik skrining dianjurkan bagi semua wanita hamil menurut American Diabetes Association 2005 dengan memberikan pasien dengan 50 g beban glukosa oral,
dan kadar gula darahnya diperiksa 1 jam kemudian. Bila kadar glukosa plasma lebih dari 140 mgdl maka perlu dilanjutkan dengan tes toleransi glukosa 3 jam.
Tes ini cukup efektif untuk mengidentifikasikan wanita dengan diabetes gestational. Tes toleransi glukosa oral adalah tes dimana pasien diberikan 100 g
beban glukosa oral, kemudian diperiksa kadar gula darahnya dengan hasil pada pasien normal. Standar-standar pengukuran kadar gula darah yang telah
ditentukan oleh American Diabetes Association adalah pada keadaan puasa ialah 95 mgdl, pada jam 1 ialah 180mgdl, pada jam 2 155mgdl dan akhirnya
pada jam 3 140mgdl. Bila ditemukan 2 nilai abnormal maka ibu tersebut menderita diabetes mellitus. Tes tesebut dilakukan pada awal kehamilan
kemudian diulangi pada usia kehamilan 34 minggu.
Dengan ini, komplikasi yang bakal yang dihadapi oleh ibu GDM berdasarkan statistik yang dipublikasi di buku A Practical Manual of Diabetes In Pregnancy,
oleh David R. McCance, Micheal Maresh dan Davis A. Sacks dengan tahun publikasi 2010 menyatakan bahwa ibu-ibu GDM, kira-kira 1,7 dapat
menyebabkan mortilitas perinatal, 4,3 melahirkan anak secara cesarean, 7,3 melahirkan anak yang berat badan lahirnya lebih dari 4,5kg dan 23,5 bisa
menimbulkan kasus distosia bahu saat dilahirkan bayi. Tambahan lagi, komplikasi-komplikasi yang bisa terjadi kepada neonates yang ibunya mengalami
GDM adalah gangguan pada sistem saraf pusat 18,4, penyakit jantung congenital 21,0, penyakit respiratori 7,9, atresia intestitum 2,6, defek
pada kandung kemih dan ginjal 11,8, atresia anal 2,6, defisiensi anggota gerak atas 3,9, defisiensi anggota gerak bawah 6,6, kelainan di spinal
bagian atas dan bawah 6,6 dan disgenesis kaudal 5,3. Penelitian ini telah dibahaskan oleh Dr. Nam-Han Cho, Associated Professor of Preventive Medicine
Director for Centre For Clinical Epidemiology dari Ajau University School of Medicine Suwon, Korea.
Universitas Sumatera Utara
Akhirnya dari segi antenatal care bagi ibu yang menghidap GDM, mengikut data dari buku A Practical Manual of Diabetes In Pregnancy, oleh David R. McCance,
Micheal Maresh dan Davis A. Sacks dengan tahun publikasi 2010; Tempe et al, tahun 2006 yang penelitiannya dilakukan pada ibu dengan diabetes tipe 1
mendapati ibu yang tidak lakukan antenatal care mempunyai kecederungan 14,2 partus kurang dari 34 minggu berbanding yang melakukan antenatal care yaitu 5
sahaja. 43,4 bayi dilahirkan makrosomia bagi ibu yang tidak melakukan antenatal care berbanding yang melakukan antenatal care adalah 44 dan bagi
kasus pre-eklampsia pula 12,7 kasus bisa ditemui kalau ibunya tidak melakukan antenatal care manakala yang melakukan antenatal care adalah 13,1.
Berdasarkan data-data yang dikumpul dari pelbagai penelitian , jelas sekali ibu hamil di negara ASEAN mempunyia risiko tinggi untuk mendapat GDM. Hal ini
telah menarik perhatian penulis dan mendorong penulis melakukan penelitian mengenai GDM pada mahasiswa kedokteraan yang bakal memasuki dunia
kedokteran. Penulis berharap penelitian ini dapat menilai tingkat pengetahuan mahasiswa kedokteran angkatan 2008 yang telah memasuki kuliah reproduksi
pada semester tiga dan bakal memasuki koas pada semester lapan serta meningkatkan kesadaran mahasiswa kedokteraan mengenai kasus GDM pada ibu
hamil. Penulis berharap penelitian ini juga dapat membantu mahasiswa kedokteran untuk memberi perhatian yang lebih pada kasus GDM yang bakal
mereka temui di dunia koas dan setelah mereka mula berkerja di rumah sakit. Mereka juga dapat mengurangkan prevalensi dan insidensi kasus GDM ini dengan
memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu hamil mengenai GDM dan sekaligus dapat menurukan kasus GDM yang sering berlaku di kalangan ibu hamil di negara
ASEAN atau di Indonesia sendiri.
1.2. Rumusan Masalah