khususnya pada fase pertama sekresi insulin. Penurunan pada insulin fase pertama mungkin menandakan
kerusakan fungsi sel β. Xiang et al menemukan bahwa wanita dengan GDM Latino meningkat resistensi terhadap pengaruh insulin pada
clearance glukosa dan produksi dibandingkan dengan wanita hamil normal. Selain itu, mereka menemukan bahwa wanita dengan GDM mengalami penurunan
67 sebagai kompensasi β-sel mereka dibandingkan dengan normal peserta kontrol hamil.
Ada juga kebanyakan wanita dengan GDM yang memiliki bukti autoimun sel islet. Prevalensi dilaporkan antibodi sel islet pada wanita dengan GDM berkisar
1,6-38. Prevalensi autoantibodi lain, termasuk autoantibodi insulin dan antibodi asam glutamat dekarboksilase, juga telah variabel. Wanita-wanita ini mungkin
menghadapi risiko untuk mengembangkan bentuk autoimun diabetes di kemudian hari.
Akhirnya, dalam 5 dari semua kasus GDM, β-sel ketidakmampuan untuk mengkompensasi resistensi insulin adalah hasil dari cacat di β -sel, seperti mutasi
pada glukokinase. Sumber : Journal Clinical Diabetes January 2005 Vol 23
2.5 Gejala Klinis
Diabetes mellitus gestasional adalah bentuk sementara dalam banyak kasus diabetes dimana tubuh tidak memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup
untuk menangani gula selama kehamilan. Hal ini juga bisa disebut intoleransi glukosa atau intoleransi karbohidrat. Tanda dan gejala dapat termasuk:
Gula dalam urin
Sentiasa rasa haus
Sering buang air kecil
Kelelahan
Mual
Sering infeksi kandung kemih, vagina dan kulit
Penglihatan kabur
Universitas Sumatera Utara
2.6 Pemeriksaan
Tes Tolenrasi Glukosa Oral TTGO adalah rutin untuk semua wanita hamil. Tes ini juga dapat diindikasikan untuk diabetes pada kehamilan diabetes gestasional.
Banyak di antara ibu-ibu yang sebelum hamil tidak menunjukkan gejala, tetapi menderita gangguan metabolisme glukosa pada waktu hamil.
Prosedur pemeriksaan bagi Tes Tolenrasi Glukosa Oral TTGO Selama 3 hari sebelum tes dilakukan penderita harus mengkonsumsi sekitar
150 gram karbohidrat setiap hari. Terapi obat yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium harus dihentikan hingga tes dilaksanakan. Beberapa jenis obat
yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium adalah insulin, kortikosteroid kortison, kontrasepsi oral, estrogen, anticonvulsant, diuretik, tiazid, salisilat,
asam askorbat. Selain itu penderita juga tidak boleh minum alkohol.
Protokol urutan pengambilan darah berbeda-beda; kebanyakan pengambilan darah setelah puasa, dan setelah 1 dan 2 jam. Ada beberapa yang mengambil
darah jam ke-3, sedangkan yang lainnya lagi mengambil darah pada ½ jam dan 1½ jam setelah pemberian glukosa. Yang akan diuraikan di sini adalah
pengambilan darah pada waktu ½ jam, 1 jam, 1½ jam, dan 2 jam.
Sebelum dilakukan tes, penderita harus berpuasa selama 12 jam. Pengambilan sampel darah dilakukan sebagai berikut :
Pagi hari setelah puasa, penderita diambil darah vena 3-5 ml untuk uji glukosa darah puasa. Penderita mengosongkan kandung kemihnya dan
mengumpulkan sampel urinenya.
Penderita diberikan minum glukosa 75 gram yang dilarutkan dalam segelas air 250ml. Lebih baik jika dibumbui dengan perasa, misalnya
dengan limun.
Universitas Sumatera Utara
Pada waktu ½ jam, 1 jam, 1½ jam, dan 2 jam, penderita diambil darah untuk pemeriksaan glukosa. Pada waktu 1 jam dan 2 jam penderita
mengosongkan kandung kemihnya dan mengumpulkan sampel urinenya secara terpisah.
Selama TTGO dilakukan, penderita tidak boleh minum kopi, teh, makan permen, merokok, berjalan-jalan, atau melakukan aktifitas fisik yang berat.
Minum air putih yang tidak mengandung gula masih diperkenankan. Faktor yang Dapat Mempengaruhi Hasil laboratorium
Penggunaan obat-obatan tertentu
Stress fisik, emosional, demam, infeksi, trauma, tirah baring, obesitas dapat meningkatkan kadar glukosa darah.
Aktifitas berlebihan dan muntah dapat menurunkan kadar glukosa darah. Obat hipoglikemik dapat menurunkan kadar glukosa darah.
Usia. Orang lansia memiliki kadar glukosa darah yang lebih tinggi. Sekresi insulin menurun karena proses penuaan.
Intepretasi hasil Lab TTGO bagi GDM
Puasa: 95 mg dL atau lebih tinggi
Jam Pertma: 180 mg dL atau lebih tinggi
Jam Kedua: 155 mg dL atau lebih tinggi
Jam Ketiga: 140 mg dL atau lebih tinggi Sumber : PERKENI, 2002
Universitas Sumatera Utara
2.7 Diagnosa