PENGARUH ASIMETRI INFORMASI DAN TINGKAT DISCLOSURE TERHADAP BIAYA EKUITAS DENGAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013)
i
PENGARUH ASIMETRI INFORMASI DAN TINGKAT DISCLOSURE TERHADAP BIAYA EKUITAS DENGAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL
SEBAGAI VARIABEL MODERATING
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
RATRI NURJANATI NIM: 1111082000115
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
vi DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS DIRI
1. Nama : Ratri Nurjanati
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 26 Januari 1994
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Alamat : Jl. Pinang Emas XII Rt. 010/003 No. 26
Kel. Pondok Pinang, Kec. Kebayoran Lama Jakarta Selatan, 12310
6. Telepon : 0882 1144 3699 (HP)
7. Email : ratrirats@yahoo.com
8. Ayah : Muhammad Saebani
9. Ibu : Sudaryanti
10.Anak ke-, dari : 1 dari 2 bersaudara
II. PENDIDIKAN
1. Tahun 1999 – 2005 : SD Negeri 09 Pagi Manggarai Jakarta
2. Tahun 2005 – 2008 : SMP Negeri 3 Jakarta
3. Tahun 2008 – 2011 : SMA Negeri 87 Jakarta
4. Tahun 2011 – 2015 : Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Pengurus Bidang Kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi
Periode 2012 – 2013.
2. Sekretaris Koordinator Bidang Seni dan Budaya Himpunan Mahasiswa
(7)
vii
3. Sekretaris Bidang 3 (Hubungan Masyarakat dan Data dan Informasi)
Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi Periode 2013 – 2014.
4. Ketua SEISDANCE (Tari Saman Fakultas Ekonomi dan Bisnis) Periode
2013 – 2014.
5. Wakil Bendahara Umum Komisariat Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Pergerakan Mahsiswa Islam Indonesia (PMII) Periode 2013 – 2014.
IV. PENGALAMAN KEPANITIAAN
1. Koordinator Divisi Bazaar Milad Fakultas Ekonomi dan Bisnis Badan
Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Tahun 2012.
2. Bendahara Umum Masa Penerimaan Anggota Baru (MAPABA) Komisariat
Fakultas Ekonomi dan Bisnis PMII Tahun 2012.
3. Wakil Sekretaris Dekan Cup Fakultas Ekonomi dan Bisnis Badan Eksekutif
Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Tahun 2012.
4. Ketua TRIVIA (Togetherness in Adventure with Accounting) atau Makrab
(Malam Keakraban) Akuntansi Himpunan Jurusan Akuntansi Tahun 2013.
V. SEMINAR DAN WORKSHOP
1. Sebagai peserta dalam “Dialog Jurusan dan Seminar Konsentrasi:, βγ
September 2013, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Sebagai peserta dalam “ Peluang dan Tantangan Profesi Akuntan”, 17 April 2014, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Sebagai peserta dalam “Kredibilitas Seorang Akuntan dalam εenghadapi
Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia”, 1δ εaret β01δ, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Sebagai peserta dalam “ Akuntansi Keuangan Syariah”, 6 εei β01δ, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
(8)
viii THE INFLUENCE OF INFORMATION ASYMMETRY AND LEVEL OF DISLCOSURE TO COST OF EQUITY WITH MANAGERIAL OWNERSHIP AS MODERATING VARIABLE
(Study on Manufacturing Companies listed in the Indonesian Stock Exchange During Years 2010-2013)
ABSTRACT
This study aimed to: (1) analyze the information asymmetry to cost of equity, (2) to analyze the level of disclosure to cost of equity, (3) to analyze the managerial ownership to cost of equity of the manufacturing industry which are listed in Indonesian Stock Exchange (IDX) in 2010-2013. The cost of equity practices used in this study is the development of research from Indayani and Mutia (2013), which measures the cost of equity using 2 perspectives, that is: information asymmetry and voluntary disclosure. And this research adds perspective managerial ownership as moderating variable.
This research is a quantitative study, it was also using positive economics scientific research. Type of this research is descriptive method used is based on literature survey. This research used samples of 35 manufacturing industry which are listed in Indonesian Stock Exchange (IDX) in 2010-2013. The sample selection method used purposive sampling method. The type of data used in this research was secondary data in the form of annual reports and financial statements of the company. Hypothesis in this research were tested by Partial Least Square (PLS) with SmartPLS version 2.0.M3.
Result of research conducted by Indayani and Mutia (2013), indicate that information asymmetry and voluntary disclosure influences to cost of equity, which means that any increasing in information asymmetry and voluntary disclosure will increase the cost of equity, and conversely any decreasing information asymmetry and voluntary disclosure would decrease the cost of equity. Result of this study indicate that: (1) information asymmetry influences to cost of equity, (2) level of disclosure does not influences to cost of equity, (3) managerial ownership influences to cost of equity.
Keyword: Information asymmetry, disclosure level, managerial ownership, cost of equity, Capital Asset Pricing Model (CAPM), bid-ask-spread, and Partial Least Square (PLS).
(9)
ix PENGARUH ASIMETRI INFORMASI DAN TINGKAT DISCLOSURE TERHADAP BIAYA EKUITAS DENGAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL
SEBAGAI VARIABEL MODERATING
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis pengaruh asimetri
informasi terhadap biaya ekuitas, (2) menganalisis pengaruh tingkat disclosure
terhadap biaya ekuitas, (3) menganalisis pengaruh kepemilikan manajerial terhadap biaya ekuitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indnesia (BEI) tahun 2010-2013. Biaya ekuitas yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan penelitian yang dilakukan oleh Indayani dan Mutia (2013), yang mengukur biaya ekuitas dengan 2 perspektif, yaitu: informasi
asimetri dan voluntary disclosure. Dan dalam penelitian ini menambahkan
kepemilikan manajerial sebagai variabel moderating.
Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan keilmuan berupa ekonomi positif. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan metode yang digunakan berdasarkan survey literatur. Penelitian ini menggunakan 35 sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2010-2013. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah
metode purposive sampling. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan data sekunder berupa laporan tahunan dan laporan keuangan
perusahaan. Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan Partial Least
Square (PLS) dengan bantuan software SmartPLS versi 2.0.M3.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Indayani dan Mutia (2013),
menunjukkan bahwa informasi asimetri dan voluntary disclosure berpengaruh
terhadap biaya ekuitas, yang berarti setiap peningkatan asimetri informasi dan
voluntary disclosure akan meningkatkan biaya ekuitas dan sebaliknya setiap
penurunan informasi asimetri dan voluntary disclosure akan menurunkan biaya
ekuitas. Sedangkan, hasil uji hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
(1) asimetri informasi berpengaruh terhadap biaya ekuitas, (2) tingkat disclosure
tidak berpengaruh terhadap biaya ekuitas, (3) kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap biaya ekuitas.
Kata kunci: Asimetri informasi, tingkat disclosure, kepemilikan manajerial, biaya
ekuitas, Capital Asset Pricing Model (CAPM), bid-ask-spread, dan Partial Least
(10)
x KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah memberikan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman, yang telah membimbing umatnya menuju jalan kebenaran. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih atas bantuan, bimbingan, dukungan, semangat dan doa, baik langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, kepada:
1. Kedua orang tua yang paling saya cintai yaitu Ayahanda Muhammad Saebani
dan Ibunda Sudaryanti yang dengan ikhlas memberikan dukungan dengan penuh kasih sayang selalu mencurahkan perhatian, cinta, bimbingan, nasihat, serta dukungan moril maupun materil serta doa tiada henti kepada penulis.
2. Adik saya Rino Adi Pangestu yang senantiasa memberikan semangat dan
dukungan kepada penulis, dan selalu mengantar jemput ke kampus.
3. Dr. M. Arief Mufraeni, Lc., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, selaku Dosen Pembimbing I, terimakasih atas
waktu yang telah diluangkan untuk ilmu, arahan dan nasehatnya selama penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas semua saran yang telah Bapak berikan selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi.
5. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si, Ak., CA., selaku Dosen Pembimbing II,
terimakasih atas waktu yang telah diluangkan untuk ilmu, arahan dan nasehatnya selama penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas semua saran yang telah Ibu berikan selama proses penulisan skripsi sampai akhir terlaksananya sidang skripsi.
(11)
xi
6. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA., selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Seluruh Dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah banyak memberikan ilmu-ilmu kepada penulis.
8. Seluruh staf Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan bantuan kepada penulis.
9. Sahabat-sahabat tercinta Nur Vitriani, Fitriyanti, Vania Eka Putri, Najmiyatul
Husna, Na’ama Iklila Aelia, δiliek Khanah Aisyah, dan Eva εusyarofah yang
tidak pernah lelah untuk memberikan semangat, dorongan, nasihat, dan doanya.
10.Sahabat-sahabat seperjuangan Akuntansi B 2011, Irlan, Rafiq, Haekal,
Ichwan, Yudho, Rian, Vicky, Nunu, dan seluruh Akuntansi B yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terimakasih telah menjadi teman seperjuangan.
11.Sahabat-sahabat seperjuangan Akuntansi 2011, terimakasih banyak atas
bantuan, support, doa, serta kenangan yang telah diberikan selama menempuh perjalanan selama kuliah. See u on top Guys!
12.Sahabat-sahabat yang selalu menemani dalam suka dan duka, Gita Syardiana,
Monawaroh, Rika Pratiwi, Indana Mutiara, M. Ilham Abrar, Muhammad Caesar (Eca), dan Rizky Badilla Akbar (Bea), terimakasih telah memberikan canda dan tawanya selama perjalanan kuliah.
13.Terimakasih untuk partner yang selalu memberikan semangat dalam
pembuatan skripsi ini, Fahmi Nur Islami. Terimakasih atas waktu, tenaga, fikiran, doa, dan dukungan, serta memberikan canda tawanya.
14.Sahabat-sahabat yang telah memberikan semangat, Dhea, Aya, Nita, Cuplis,
Kahfi, Ipul. Terimakasih telah memberikan dorongan dan canda tawanya.
15.Sahabat-sahabati di HMJ Akuntansi dan PMII KOMFEIS, Wahyu, Mufti, Try,
Ujang, Adi, Arghea, dan semua anggota HMJ Akuntansi dan kader PMII. Terimakasih atas semua pembelajaran dan kebersamaannya selama kuliah.
16.Sahabat-sahabati BPH PMII KOMFEIS, Ketum Anggit, Sekum Bashir,
(12)
xii
Walad, Haikal, Eki, Ipul, dan Isti. Terimakasih atas semua pengalaman dan pembelajaran organisasi yang telah dibangun bersama.
17.Teman-teman KKN SINEMA, Andin, Any, Hanum, Putri, Rifqi, Mawan,
Adhi, Firman, Gilang, Dodo, Kholid, dan Ipang. Terimakasih atas canda tawa dan pembelajaran bersamanya selama sebulan penuh di Desa Tapos 2.
18.Terimakasih untuk Kak Alif dan Kak Umi atas waktu dan ilmu yang telah
diberikan yang pasti sedikit banyak berkontribusi dalam skripsi ini.
19.Sahabat-sahabati, Kakak-kakak, dan Adik-adik di Himpunan Mahasiswa
Jurusan Akuntansi dan PMII Komisariat Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terimakasih sebanyak-banyaknya atas dukungan dan doanya untuk penulis.
20.Seluruh anggota Tim SEISDANCE yang telah menorehkan banyak prestasi
dalam bidang tari saman. Terimakasih teman-teman dan adik-adik yang telah mengisi kebersamaan dalam melakukan hobi bersama, Nia, Dina, Ella, Anek, Fizah, Vivi, Riri, Latul, dan yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Keep dancing! Dan lanjutkan perjuangkan SEISMOGRAF!
21.Dan terimakasih kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak atas bantuan dan amal baik yang telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini sampai dengan selesai.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarekanan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan.
Wasslamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 25 September 2015
(13)
xiii DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP... vi
ABSTRACT ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 14
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 15
1. Tujuan Penelitian ... 15
2. Manfaat Penelitian ... 15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 17
A. Landasan Teori ... 17
1. Teori Keagenan (Agency Theory) ... 17
(14)
xiv
a. Pengertian dan Fungsi Biaya Ekuitas ... 19
b. Komponen Biaya Ekuitas ... 20
c. Capital Asset Pricing Model (CAPM) ... 21
3. Asimetri Informasi ... 25
a. Tipe Asimetri Informasi ... 27
b. Bid-Ask Spread ... 27
4. Tingkat Disclosure ... 29
a. Disclosure Index ... 31
5. Kepemilikan Manajerial ... 32
B. Hasil Penelitian Terdahulu ... 36
C. Kerangka Pemikiran ... 41
D. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis ... 43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 48
A. Ruang Lingkup Penelitian ... 48
B. Metode Penentuan Sampel ... 49
C. Metode Pengumpulan Data ... 50
D. Metode Analisis Data ... 52
1. Statistik Deskriptif ... 52
2. Uji Hipotesis ... 52
a. Spesifikasi Model ... 54
1. Inner Model ... 55
2. Outer Model ... 56
(15)
xv
1. Convergent Validity ... 58
2. Discriminant Validity ... 58
3. Composite Reliability ... 59
4. R-Squared (R2) ... 60
E. Kriteria Penerimaan dan Penolakan Hipotesis ... 60
F. Operasional variabel Penelitian ... 67
1. Variabel Dependen ... 67
2. Variabel Independen ... 70
3. Variabel Moderating ... 72
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 74
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 74
1. Deskripsi Objek Penelitian... 74
B. Deskripsi Sampel ... 75
C. Hasil Uji Analisis Data ... 77
1. Statistik Deskriptif ... 77
2. Partial Least Square (PLS) ... 78
3. Hasil Pengujian Hipotesis ... 88
BAB V PENUTUP ... 96
A. Kesimpulan ... 96
B. Saran ... 97
DAFTAR PUSTAKA ... 98
(16)
xvi DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Harga Saham Perusahaan Manufaktur di BEI 2010-2013 ... 3
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 36
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ... 73
Tabel 4.1 Rincian Perolehan Sampel Penelitian ... 75
Tabel 4.2 Daftar Perusahaan Manufaktur ... 76
Tabel 4.3 Hasil Pengolahan Statistik Deskriptif ... 77
Tabel 4.4 Nilai AVE Variabel Asimetri Informasi ... 81
Tabel 4.5 Nilai Composite Reliability Variabel Asimetri Informasi ... 81
Tabel 4.6 Nilai AVE Variabel Tingkat Disclosure ... 83
Tabel 4.7 Nilai Composite Reliability Variabel Tingkat Disclosure ... 83
Tabel 4.8 Nilai AVE Variabel Kepemilikan Manajerial... 85
Tabel 4.9 Nilai Composite Reliability Variabel Kepemilikan Manajerial .... 85
Tabel 4.10 Nilai AVE Variabel Biaya Ekuitas ... 87
Tabel 4.11 Nilai Composite Reliability Variabel Biaya Ekuitas ... 87
Tabel 4.12 Nilai R-Square ... 88
(17)
xvii DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 41 Gambar 3.1 Hipotesis Pertama Hubungan Asimetri Informasi Terhadap
Biaya Ekuitas ... 61
Gambar 3.2 Hipotesis Kedua Hubungan Tingkat Disclosure Terhadap
Biaya Ekuitas ... 62 Gambar 3.3 Hipotesis Ketiga Hubungan Kepemilikan Manajerial Terhadap Biaya Ekuitas ... 63 Gambar 3.4 Hipotesis Keempat Hubungan Asimetri Informasi Terhadap
Biaya Ekuitas dengan Kepemilikan Manajerial sebagai
Variabel Moderating ... 64
Gambar 3.5 Hipotesis Kelima Hubungan Tingkat Disclosure Terhadap
Biaya Ekuitas dengan Kepemilikan Manajerial sebagai
Variabel Moderating ... 66
Gambar 4.1 Outer Loadings (Measurement Model) Variabel Asimetri
Informasi ... 80
Gambar 4.2 Outer Loadings (Measurement Model) Variabel Tingkat
Disclosure ... 82
Gambar 4.3 Outer Loadings (Measurement Model) Variabel Kepemilikan
Manajerial ... 84
Gambar 4.4 Outer Loadings (Measurement Model) Variabel Biaya
(18)
xviii DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Item Pengungkapan ... 103
Lampiran 2 Daftar Sampel Perusahaan ... 108
Lampiran 3 Daftar Rincian Data Perusahaan 2010-2013 ... 110
(19)
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan. Ringkasan tersebut terdiri dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Sebagaimana yang dinyatakan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1, laporan keuangan untuk tujuan umum disusun dengan tujuan untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggung
jawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya
yang dipercayakan kepada mereka. Pada laporan keuangan, modal perusahaan dicatat di sisi pasiva yang menunjukkan sumber dana perusahaan. Di sisi lain, perusahaan sebagai pihak yang menerbitkan statemen keuangan menggunakan statemen tersebut sebagai media untuk mendapatkan pendanaan, baik pendanaan kewajiban maupun ekuitas. Dalam melakukan pemenuhan dana, perusahaan dapat memperoleh dana tersebut dari dalam perusahaan (modal sendiri) dan dari luar perusahaan (modal asing) (Mayangsari, 2003: 1255).
Dalam Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1,
(20)
2
berguna untuk investor, kreditur, dan pemakai lain dalam pengambilan keputusan investasi, kredit, dan keputusan lain yang sejenis dan rasional. Menurut Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) No. SE-02/PM/2002, tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Oleh karena itu, laporan keuangan yang dibuat haruslah relevan agar tidak menyesatkan pengguna laporan keuangan dalam membuat keputusan, salah satunya yaitu keputusan investasi.
Era globalisasi ini memunculkan persaingan bebas yang membuat persaingan antar perusahaan semakin meningkat. Semakin ketatnya persaingan antar perusahaan ini membuat perusahaan melakukan perluasan usaha agar dapat bertahan dan mampu bersaing. Perluasan usaha berdampak pada kebutuhan dana yang semakin meningkat. Kebutuhan dana yang terus meningkat seiring dengan peningkatan operasi perusahaan akan menyulitkan perusahaan tersebut untuk memenuhinya. Oleh sebab itu, dalam menjalankan kegiatan operasional, perusahaan membutuhkan dana tambahan dari pihak lain seperti investor dan kreditur. Pihak eksternal membutuhkan informasi yang dapat menggambarkan kondisi perusahaan, informasi tersebut disajikan di dalam laporan keuangan.
Bursa efek atau Pasar modal adalah satu tempat yang menyediakan fasilitas untuk melakukan transaksi terkait jual beli sekuritas, baik obligasi
(21)
3
maupun saham atau sekuritas lain, dengan masa berlaku lebih dari satu tahun. Artinya bursa efek atau pasar modal merupakan media yang menyediakan fasilitas yang dapat mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) yang akan memberikan dana dengan pihak yang membutuhkan dana (issuer), sehingga perusahaan dapat memperoleh tambahan dana yang dibutuhkan melalui pasar modal dengan penerbitan saham atau obligasi yang akan diperjual belikan di pasar modal (Gumanti, 2011).
Berkembangnya pasar modal di Indonesia, ditandai dengan semakin banyaknya perusahaan yang listing di BEI dan kebutuhan informasi yang semakin meningkat. Informasi dibutuhkan investor karena berhubungan dengan biaya yang akan dikeluarkan oleh investor dalam berinvestasi atau menanamkan modalnya. Perusahaan manufaktur adalah salah satu sektor industri yang paling dilirik oleh investor untuk menanamkan modalnya, karena perusahaan manufaktur tidak terikat pada aturan pemerintah, serta perusahaan manufaktur merupakan salah satu asset yang memiliki peranan penting dalam menghadapi era persaingan bebas, karena perusahaan manufaktur dituntut untuk semakin efektif dalam mempublikasikan laporan keuangannya. Dan selain itu karena biasanya perusahaan manufaktur menjanjikan pengembalian saham yang tinggi. Berikut disajikan data mengenai perkembangan harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010-2013.
(22)
4 Tabel 1.1
Harga Saham Perusahaan Manufaktur dan IHSG di BEI Tahun 2010-2013
Indikator Tahun Keterangan
2010 2011 2012 2013
IHSG 3,095.13 3,746.07 4,118.83 4,606.25 Berfluktuasi
CTBN 2,618.18 3,108.33 4,527.08 4,595.83 Berfluktuasi
INDF 4,345.83 5,252.08 5,300.00 6900.00 Berfluktuasi
SMSM 1,036.67 1,244.17 2,103.33 2,793.75 Berfluktuasi
Sumber: www.SahamOK.com
Sesuai dengan data yang disajikan dalam table 1.1 harga saham terus berfluktuasi setiap tahunnya. Adanya fluktuasi ini disebabkan karena adanya respon yang berbeda dari setiap investor terhadap informasi-informasi yang terdapat di pasar.
Laporan keuangan merupakan suatu media penghubung dan penyalur informasi yang bermanfaat baik bagi perusahaan yang listing di
BEI maupun bagi stakeholder. Investor lebih menyukai perusahaan yang
mengungkapkan lebih banyak informasi tentang perusahaannya, dengan demikian mereka menganggap risiko perusahaan tersebut rendah. Apabila risiko perusahaan dianggap rendah oleh investor, maka tingkat pengembalian yang diminta juga rendah. Dengan demikian tingkat biaya modal yang dikeluarkan perusahaan juga rendah (Tandelilin, 2001).
Sehingga biaya modal dapat diidentifikasikan sebagai tingkat return
minimum yang disyaratkan oleh pengguna modal ekuitas atas investasi. Semakin tinggi tingkat pengembalian yang disyaratkan maka biaya modal akan semakin meningkat. Namun, dilihat dari perekonomian Indonesia saat ini, fenomena yang terjadi adalah semakin tingginya biaya modal pada suatu perusahaan maka dampaknya cukup besar untuk investasi, di
(23)
5
mana sedikitnya perusahaan yang melakukan penawaran umum saham, dan rendahnya aktivitas perusahaan untuk mencari dana. Secara umum, keputusan investasi sangat tergantung pada kemampuan investasi tersebut untuk memenuhi biaya modal yang ditanggung dari dana yang diinvestasikan tersebut (Indayani dan Mutia, 2013:373).
Biaya modal ini berkaitan dengan risiko investasi saham perusahaan. Perusahaan dapat memperoleh modal ekuitas dengan dua cara yaitu, dengan laba perusahaan dan dengan mengeluarkan saham baru. Manajemen tidak boleh menginvestasikan uang pemegang saham jika mereka tidak dapat menghasilkan tingkat pengembalian yang sekurangnya sama dengan apa yang diperoleh pemegang saham apabila melakukan investasi di tempat lain dengan risiko yang sama.
Biaya modal perusahaan keseluruhan akan mencerminkan biaya-biaya yang dikombinasikan dari semua sumber keuangan yang digunakan perusahaan. Biaya tersebut mencerminkan proporsi pembiayaan total dari masing-masing sumber, dan merupakan tingkat pengembalian yang harus di dapatkan perusahaan, sehingga dapat memberikan kompensasi kepada kreditur dan pemegang saham dengan tingkat pengembalian hasil yang dibutuhkan. Perusahaan perlu menghitung biaya modalnya untuk membuat keputusan investasi dan untuk menentukan kompensasi insentif dan mencoba menjaganya untuk tetap sederhana (Khomsiyah, 2003:1008).
Terdapat biaya modal yang berasal dari ekuitas (cost of equity). Sartono (2000) dalam Murni (2003:316) mengemukakan biaya ekuitas
(24)
6
(cost of equity) dapat didefinisikan sebagai rate of return minimum yang disyaratkan oleh pengguna modal sendiri atas suatu investasi agar harga saham tidak berubah. Biaya ekuitas diakui sebagai tingkat pengembalian yang diperlukan untuk memenuhi komitmen yang dibuat kepada pemegang saham umum korporasi. Umumnya, biaya ekuitas diharapkan sama dengan tingkat pengembalian yang diharapkan dari modal yang dipasok. Untuk menentukan biaya ekuitas perlu diketahui nilai pasar saat ini berhubungan dengan saham.
Dalam kerangka dasar Standar Akuntansi Indonesia (2002), misalnya, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mendefinisikan ekuitas sebagai berikut (pasal 49): ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Pada umumnya, tujuan pelaporan informasi ekuitas pemegang saham adalah menyediakan informasi kepada
yang berkepentingan tentang efisiensi dan kepengurusan (stewardship)
manajemen.
Biaya ekuitas merupakan tingkat pengembalian yang harus dicapai
oleh perusahaan untuk memenuhi tingkat pengembalian harapan (expected
return) para pemegang saham (Bodie et al., 2008). Biaya ekuitas yang rendah dalam suatu perusahaan menunjukkan rendahnya tingkat risiko yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga tingkat pengembalian risiko yang diharapkan oleh investor pun akan rendah. Hal ini sesuai dengan prinsip
high risk high return dan low risk low return yang secara umum dikenal oleh investor dalam melakukan investasi. Oleh karena itu, biaya ekuitas
(25)
7
merupakan salah satu faktor penentu estimasi besarnya tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor dalam melakukan investasi dan merupakan besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk bisa memperoleh dana dari investor.
Biaya ekuitas salah satunya dipengaruhi oleh asimetri informasi yang membahas masalah keagenan. Komalasari (2000) menyebutkan
bahwa dalam teori keagenan (agency theory) mengimplikasikan adanya
asimetri informasi antara manajer sebagai agent dan pemilik (pemegang
saham) sebagai principal. Hubungan agensi muncul karena adanya suatu
kontrak yang dilakukan oleh satu orang atau lebih principal yang
mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan
mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent.
Manajer sebagai pihak pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang
dibandingkan pemegang saham dan stakeholder lainnya.
Kreditur dan pemegang saham merupakan kelompok pemakai informasi akuntansi yang dominan. Setiap informasi yang bermanfaat bagi para pemakai dan kreditur juga sangat besar kemungkinannya akan bermanfaat bagi pihak-pihak eksternal lainnya. Oleh karena itu, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan yang sesungguhnya kepada pemilik. Akan tetapi, adanya perbedaan kepentingan antara manajemen dengan kreditur dan investor (pemegang saham), mengakibatkan manajemen cenderung menyembunyikan atau tidak
(26)
8
mengungkapkan informasi yang diketahuinya kepada kreditur dan investor dan tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sesungguhnya (Ifonie, 2012:103). Ketidakseimbangan penguasaan informasi akan memicu munculnya suatu kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi.
Asimetri informasi terjadi karena adanya perbedaan kepentingan antara manajemen dengan pemilik modal. Menurut Suwardjono (2005:74), mengatakan bahwa karena manajemen dan investor/kreditur merupakan pihak-pihak yang hubungan kedua pihak tersebut dipandang sebagai hubungan keagenan, dikhawatirkan akan terjadi asimetri informasi antara kedua pihak tersebut dengan manajemen sebagai pihak yang lebih menguasai informasi. Menurut Supriyono (2000:186), Asimetri Informasi
adalah situasi yang terbentuk karena principal (pemegang saham) tidak
memiliki informasi yang cukup mengenai kinerja agent (para manajer)
sehingga principal tidak pernah dapat menentukan kontribusi usaha-usaha
agent terhadap hasil-hasil perusahaan yang sesungguhnya.
Penurunan asimetri informasi yang lebih besar dialami oleh perusahaan besar dibandingkan dengan perusahaan kecil, sehingga penurunan/kenaikan biaya modal untuk perusahaan besar adalah lebih besar dibandingkan perusahaan kecil sebagai akibat penurunan/kenaikan asimetri informasi (Adriani, 2013:4). Asimetri informasi menyebabkan risiko yang akan dihadapi oleh investor juga semakin tinggi, sehingga ketidakpastian investor dimasa yang akan datang semakin besar dan biaya modal juga tinggi. Semakin kecil asimetri informasi yang terjadi di antara
(27)
9
manajer dengan pemegang saham atau stakeholder lainnya, maka semakin
kecil biaya modal sendiri yang ditanggung oleh perusahaan (Yelly, 2008). Selain itu, disebutkan pula aktivitas yang dilakukan oleh investor di pasar modal ditentukan oleh informasi yang mereka peroleh baik secara
langsung (laporan publik) maupun tidak langsung (insider trading). Oleh
karena itu pelaku pasar modal mempunyai kemampuan yang terbatas terhadap persepsi masa yang akan datang, maka adanya asimetri informasi
menimbulkan masalah adverse selection yang mendorong dealer untuk
menutupi kerugian dari pedagang terinformasi dengan meningkatkan
spread-nya terhadap pedagang likuid. Jadi, dapat dikatakan bahwa asimetri informasi yang terjadi antara dealer dan pedagang terinformasi
tercermin pada spread yang ditentukannya (Indayani dan Mutia,
2013:374).
Komalasari (2000) menunjukkan bahwa dengan mengungkapkan informasi privat maka, tuntutan investor terhadap kompensasi menurun
karena biaya transaksi juga turun sehingga komponen adverse selection
dan bid-ask spread berkurang dan pada akhirnya cost of equity capital
juga turun. Apabila dihubungkan dengan peningkatan kinerja perusahaan, ketika terdapat asimetri informasi, manajer dapat memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada investor guna memaksimalkan nilai
perusahaan. Sinyal yang diberikan adapat dilakukan melalui
(28)
10
Investor perlu menilai ekuitas mereka yang ada pada perusahaan melalui laporan keuangan yang disampaikan perusahaan. Pentingnya
perbaikan sistem pelaporan keuangan dan disclosure dinyatakan oleh U.S.
Securities and Exchange Commission (SEC), sebagaimana dikutip oleh
Stanko (2001) dalam Business and Economic Review (BER) bahwa
peranan pelaporan keuangan dan disclosure adalah untuk
mengkomunikasikan informasi yang mendukung pengambilan keputusan bisnis termasuk keputusan investasi oleh investor. Oleh karena itu informasi yang disampaikan harus relevan, tepat waktu dan bernilai.
Stanko (2001) juga mengatakan bahwa misi utama SEC dalam peraturan
mengenai fair disclosure adalah untuk memproteksi investor dan
mempertahankan integritas pasar sekuritas. Pendapat yang sama juga diutarakan oleh Healy dan Palepu (2001), yang menyatakan perlunya komunikasi yang lebih baik antara investor dan pihak manajemen dengan
membangun strategi-strategi disclosure guna mengurangi adanya asimetri
informasi yang timbul dalam hubungan kedua pihak.
Laporan keuangan merupakan signal untuk mengkomunikasikan
informasi “penting” yang dimiliki manajemen perusahaan, misalnya
perkiraan manajemen dan profitabilitas perusahaan. Laporan keuangan
yang tidak memberikan tingkat disclosure yang memadai oleh sebagian
investor dipandang sebagai laporan keuangan yang berisiko. Apabila investor menilai suatu perusahaan berisiko tinggi berdasarkan laporan
(29)
11
investor juga tinggi, yang pada gilirannya akan menyebabkan tingginya biaya ekuitas yang harus dikeluarkan oleh perusahaan (Clarkson et al. 1996:69,79)
Pengaruh tingkat disclosure terhadap biaya ekuitas ini, sebelumnya
telah banyak diteliti, diantaranya oleh Financial Reporting of the American
Institute of CertifiedPublic Accountants (Jenkin Committee) sebagaimana dikutip oleh Botosan (1997:324) yang menyatakan bahwa keuntungan
pentingnya disclosure adalah biaya yang rendah untuk equity capital.
Demikian pula hasil penelitian yang disimpulkan oleh Botosan (1997:346)
mendukung adanya hubungan negatif antara tingkat disclosure dan biaya
ekuitas perusahaan. Meskipun memang pengaruh tingkat disclosure
terhadap biaya ekuitas perusahaan dirasa kurang signifikan pada perusahaan yang menjadi pusat perhatian sejumlah besar analis keuangan.
Ketika perusahaan ternyata mempunyai banyak “masalah”, maka
dengan tingkat disclosure yang tinggi, semakin banyak informasi yang
riskan akan diketahui oleh investor sehingga investor meminta return yang
tinggi dan akibatnya tingkat biaya ekuitas yang harus ditanggung oleh
perusahaansemakin tinggi. Financial Executive Institute juga menyatakan
bahwa bila informasi yang dilaporkan dalam disclosure tersebut adalah
ditujukan pada pedagang saham (stock trader), maka hanya akan
menambah ketidakstabilan harga saham, sehingga menaikkan risiko dan membawa biaya ekuitas yang lebih tinggi.
(30)
12
Meskipun masih mengundang perdebatan apakah disclosure yang
tinggi akan menurunkan biaya ekuitas atau sebaliknya, tampaknya semua
sepakat bahwa terdapat pengaruh tingkat disclosure yang cukup signifikan
terhadap biaya ekuitas. Menentukan tingkat disclosure atau pengungkapan
laporan keuangan suatu perusahaan yang diduga berpengaruh terhadap tingkat biaya ekuitas perusahaan yang bersangkutan tidaklah mudah.
Pengaruh tingkat disclosure terhadap biaya ekuitas adalah suatu
masalah yang menarik dan penting bagi komunitas pelaporan keuangan.
Berbagai penelitian lain yang meneliti pengaruh tingkat disclosure
terhadap biaya modal dengan metode yang berbeda-beda dan pendekatan secara tidak langsung dilakukan oleh Botosan (1997), Komalasari dan
Baridwan (2001), Juniarti dan Junita (2003), Adriani (2013), Petrova et
al., (2014).
Suatu kajian lain yang perlu diteliti adalah kepemilikan manajerial dan dampaknya terhadap biaya ekuitas. Karena adanya hasil pro dan kontra seputar penelitian pengaruh asimetri informasi dan tingkat
disclosure terhadap biaya ekuitas, peneliti memasukkan kepemilikan manajerial sebagai variabel moderating, yaitu variabel yang memperkuat atau memperlemah hubungan antara asimetri informasi dan tingkat
disclosure terhadap biaya ekuitas. Yao dan Sun (2008) menunjukkan bahwa perusahaan dengan kepemilikan manajerial sebagai pemegang saham mayoritas memiliki biaya ekuitas yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan lainnya. Hal ini disebabkan karena kontrol yang dimiliki oleh
(31)
13
pemegang saham mayoritas dan peluang untuk memperoleh keuntungan pribadi lebih besar sehingga investor menginginkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi untuk mengkompensasi risiko tersebut. Di satu sisi, kepemilikan manajerial dapat mengurangi asimetri informasi antara manajer dan pemegang saham. Namun disisi lain, kepemilikan manajerial juga meningkatkan insentif untuk memperoleh keuntungan pribadi yang lebih besar.
Byun et al., (2008:140) menyatakan bahwa ketika perusahaan
dimiliki secara mayoritas oleh dewan direksi tertentu, risiko informasi menjadi lebih besar dan menyebabkan biaya ekuitas perusahaan menjadi lebih tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan dengan kepemilikan manajerial sebagai pemegang saham mayoritas dimana risiko informasi cenderung lebih besar akan memiliki biaya ekuitas yang lebih tinggi.
Perusahaan dengan pemegang saham yang terdiversifikasi menuntut adanya mekanisme untuk memantau manajemen karena tidak satupun pemegang saham yang memiliki insentif untuk mengawasi
manajemen (Asbaugh et al., 2004:2). Dengan kata lain, terdapat masalah
free rider. Namun, seiring dengan meningkatnya kepemilikan saham, insentif untuk melakukan pengawasan semakin besar.
Berdasarkan dari penelitian sebelumnya masih perlu diteliti lebih
lanjut mengenai pengaruh asimetri informasi dan tingkat disclosure
(32)
14
penentu estimasi besarnya tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor dalam melakukan investasi dan merupakan besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk bisa memperoleh dana dari investor. Maka dari itu diperlukan kepemilikan manajerial sebagai variabel moderating untuk menurunkan asimetri informasi dan masalah keagenan antara pemegang saham dan manajemen. Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“Pengaruh Asimetri Informasi dan Tingkat Disclosure Terhadap Biaya Ekuitas dengan Kepemilikan Manajerial sebagai Variabel Moderating” Yang dalam hal ini penelitian akan dilakukan pada perusahaan-perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu pada tahun 2010-2013 yang selanjutnya akan dipaparkan peneliti lebih lanjut pada bab selanjutnya.
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Indayani dan Mutia (2013) yang menganalisa Pengaruh Informasi
Asimetri dan Voluntary Disclosure terhadap Cost of Capital pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Namun terdapat beberapa perbedaan yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Peneliti terdahulu menggunakan variabel independen Voluntary
disclosure, sedangkan pada penelitian ini menggunakan tingkat
disclosure.
2. Menggunakan variabel tambahan yaitu Kepemilikan Manajerial
(33)
15
3. Tahun pemilihan populasi dan sampel yang dilakukan penelitian
sebelumnya yaitu dari tahun 2007-2010. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan tahun 2010-2013.
4. Metode Analisis data pada penelitian sebelumnya menggunakan
regresi berganda dengan software SPSS, sedangkan pada penelitian ini
menggunakan PLS (Partial Least Square) dengan software SmartPLS.
B. Rumusan Masalah
Setelah menguraikan latar belakang masalah diatas, maka dapat diambil permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh asimetri informasi terhadap biaya ekuitas?
2. Bagaimana pengaruh tingkat disclosure terhadap biaya ekuitas?
3. Bagaimana pengaruh kepemilikan manajerial terhadap biaya ekuitas?
4. Bagaimana pengaruh interaksi antara asimetri informasi dan
kepemilikan manajerial terhadap biaya ekuitas?
5. Bagaimana pengaruh interaksi antara tingkat disclosure dan
kepemilikan manajerial terhadap biaya ekuitas?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka penelitian bertujuan untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:
a. Menganalisis pengaruh asimetri informasi terhadap biaya ekuitas.
(34)
16
c. Menganalisis pengaruh kepemilikan manajerial terhadap biaya
ekuitas.
d. Menganalisis pengaruh interaksi antara asimetri informasi dan
kepemilikan manajerial terhadap biaya ekuitas.
e. Menganalisis pengaruh interaksi antara tingkat disclosure dan
kepemilikan manajerial terhadap biaya ekuitas.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:
a) Manfaat Teoritis
1) Memahami dan menambah pengetahuan tentang pengaruh
asimetri informasi, tingkat disclosure, dan kepemilikan
manajerial terhadap biaya ekuitas
2) Sebagai bahan untuk mengembangkan materi perkuliahan dan
sebagai tambahan ilmu dari realita yang ada.
3) Sebagai sumbangan ilmiah dalam khasanah ilmu pengetahuan,
khususnya dalam bidang akuntansi dan sebagai bahan
informasi bagi peneliti selanjutnya dalam mengkaji
permasalahan.
b) Manfaat Praktis
1) Bagi perusahaan: menambah informasi mengenai biaya modal
untuk pertimbangan biaya-biaya dalam pendanaan
(35)
17
2) BAPEPAM dan Komite Penyusunan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK): membantu regulator dalam mengevaluasi regulasi-regulasi dan standar akuntansi yang telah dikeluarkan. Hasil evaluasi tersebut dapat dijadikan acuan dalam mengeluarkan regulasi-regulasi dan standar akuntansi dimasa yang akan datang.
3) Investor: memberikan masukan dalam rangka pengambilan
keputusan investasi atas saham-saham yang diperdagangkan di bursa.
4) Bagi Peneliti: Memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menerapkan teori-teori yang telah dipelajari selama ini sehingga dapat memperdalam pengetahuan tentang penelitian dan menambah wawasan serta pemahaman tentang pengaruh
asimetri informasi dan tingkat disclosure terhadap biaya
ekuitas dengan kepemilikan manajerial sebagai variabel moderating.
(36)
18 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Dasar perlunya praktik pengungkapan laporan keuangan oleh manajemen kepada pemegang saham atau investor dijelaskan dalam
agency theory. Menurut Jensen dan Meckling (1976:5) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah hubungan kontraktual antara pihak yang mendelegasikan pengambilan keputusan tertentu (pemilik atau
pemegang saham sebagai principal) dengan pihak yang menerima
pendelegasian tersebut (direksi atau manajemen sebagai agent).
Agency theory muncul setelah fenomena terpisahnya kepemilikan perusahaan dengan pengelolaan yang terdapat di perusahaan-perusahaan besar yang modern, sehingga teori perusahaan-perusahaan yang klasik tidak bisa lagi dijadikan basis analisis perusahaan seperti itu. Pada teori perusahaan klasik, pemilik perusahaan yang berjiwa wiraswasta, mengendalikan sendiri perusahaannya, mengambil keputusan demi kelangsungan hidup perusahaannya sehingga yang diharapkan adalah maksimum profit sebagai syarat utama untuk bisa bertahan hidup dan berkembang. Dalam konteks pemisahan kepemilikan dan pengelolaan perusahaan, selalu muncul masalah dimana kepentingan para pengelola tidak selalu selaras dengan kepentingan pemilik modal. Di sinilah
(37)
19
peran agency theory yang mengidentifikasi potensi konflik
kepentingan antara pihak-pihak dalam perusahaan yang mempengaruhi perilaku perusahaan dalam berbagai cara yang berbeda (Jensen dan Warner, 1988:25).
Eisenhardt (1989:63) menyatakan bahwa teori agensi
menggunakan tiga asumsi sifat manusia: (1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya
pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded
rationality), dan (3) manusia selalu menghindari risiko (risk adverse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut, manajer sebagai
agent akan bertindak opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya. Hal inilah yang kemudian menyebabkan konflik dalam hubungan antara principal dan agent (agency conflict). Konflik ini
timbul sebagai akibat keinginan manajemen (agent) untuk melakukan
tindakan yang sesuai dengan kepentingannya yang dapat
mengorbankan kepentingan pemegang saham (principal) untuk
memperoleh return dan nilai jangka panjang perusahaan. Dengan
demikian, terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan dimana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki (Ali, 2002). Kesenjangan antara kepentingan pemegang saham sebagai pemilik dan
(38)
20
Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham. Untuk itu manajemen diberikan sebagian kekuasaan untuk membuat keputusan bagi kepentingan terbaik pemegang saham. Manajemen sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik
(pemegang saham). Oleh karena itu, manajemen wajib
mempertanggung jawabkan semua upayanya dan memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemegang saham
berupa laporan periodik tentang usaha yang dijalankan. Dan principal
akan menilai kinerja agent-nya melalui laporan keuangan yang
disampaikan kepadanya. Laporan keuangan tersebut penting bagi para pengguna eksternal, terutama karena kelompok ini berada salam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya (Ali, 2002).
2. Biaya Ekuitas (cost of equity)
a. Pengertian dan Fungsi Biaya Ekuitas
Biaya ekuitas/biaya modal adalah biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik yang berasal dari
hutang, saham preferen, dan saham biasa, maupun laba ditahan untuk
mendanai suatu investasi atau operasi perusahaan. Penentuan besarnya biaya modal ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa besarnya biaya
(39)
21
riil yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh dana yang diperlukan.
Menurut Bodie et al. (2008), biaya ekuitas adalah suatu rate
tertentu yang harus dicapai oleh perusahaan untuk dapat memenuhi
imbalan yang diharapkan (expected return) oleh para pemegang saham
biasa (common stockholders) atas dana yang telah ditanamkan pada
perusahaan tersebut sesuai dengan risiko yang akan diterimanya. Biaya ekuitas erat hubungannya dengan konsep mengenai
pengertian tingkat keuntungan yang disyaratkan (required rate of
return). Tingkat keuntungan yang disyaratkan sebenarnya dapat dilihat dari dua pihak yaitu sisi investor dan perusahaan. Dari sisi investor,
tinggi rendahnya required rate of return merupakan tingkat
keuntungan (rate of return) yang mencerminkan tingkat risiko dari
aktiva yang dimiliki. Sedangkan bagi perusahaan yang menggunakan
dana (modal), besarnya reuired rate of return merupakan biaya modal
(cost of capital) yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan modal tersebut.
Biaya ekuitas biasanya digunakan sebagai ukuran untuk menentukan diterima atau ditolaknya suatu usulan investasi atau
tingkat diskonto (discount rate), yaitu dengan membandingkan tingkat
keuntungan (rate of return) dari usulan investasi tersebut dengan biaya
modalnya atau dari arus kas masa depan yang diharapkan (epected
(40)
22 b. Komponen Biaya Ekuitas
1. Debt (Hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang) 2. Preferred (Saham Preferen)
3. Common Equity (Saham biasa atau Laba ditahan)
Biaya ekuitas mencerminkan besar ekuitas yang dimiliki perusahaan. Semakin besar biaya ekuitas yang ditanggung perusahaan maka semakin tinggi pula ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Pada kondisi seperti ini biasanya perusahaan tidak akan menutup-nutupi keadaan yang sebenarnya, perusahaan cenderung mengungkap laporan keuangannya tanpa ragu-ragu. Akan tetapi, jika biaya ekuitas kecil perusahaan cenderung menutupi laporan keuangannya. Tetapi di lain pihak, investor ingin mengetahui kondisi perusahaan pada saat itu
sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
investasinya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah biaya ekuitas yang ditanggung perusahaan maka perusahaan dituntut untuk mengungkapkan laporan keuangannya secara lebih luas.
c. Capital Asset Pricing Model (CAPM)
Biaya ekuitas dapat diukur dengan menggunakan beberapa
pendekatan, di antaranya adalah Dividend Growth Model dan Capital
Asset Pricing Model (CAPM). Biaya ekuitas sulit diukur karena tidak ada cara untuk mengamati atau mengetahui secara langsung tingkat
return yang diharapkan oleh investor. Apabila menggunakan Dividend Growth Model sebagai proksi dari biaya ekuitas, maka penelitian
(41)
23
hanya akan menggunakan perusahaan-perusahaan yang membagikan dividen setiap tahun sehingga membatasi jumlah sampel yang dapat diteliti. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, pendekatan kedua atau CAPM akan digunakan untuk mengukur biaya ekuitas. Penggunaan CAPM ini dipilih tidak terlepas dari ketersediaan data-data yang ada di pasar modal Indonesia dan cara penghitungan CAPM yang relatif lebih mudah dibandingkan metode lainnya. Hingga saat ini CAPM masih tetap banyak digunakan sebagai ukuran dari biaya ekuitas.
Capital Asset Pricing Model (CAPM) dikembangan oleh William Sharpe, John Lintner, dan Jan Mossin dua belas tahun setelah Harry Markowitz mengemukakan teori portofolio modern pada tahun 1952 (Warsono, 2000). CAPM adalah sebuah model keseimbangan antara
risiko dan expected return suatu sekuritas atau portofolio. Model
tersebut dapat digunakan untuk menentukan harga dari asset yang berisiko. Menurut pendekatan CAPM, risiko yang dinilai oleh investor
yang rasional hanyalah systematic risk karena risiko tersebut tidak
dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi. CAPM menyatakan
bahwa expected return sebuah sekuritas atau portofolio sama dengan
return sekuritas bebas risiko (risk-free asset) ditambah dengan risk premium dikalikan dengan systematic risk sekuritas tersebut diukur dengan beta.
Berbeda dengan model portofolio Markowitz yang menggunakan varian atau deviasi standar sebagai ukuran risiko, yang digunakan
(42)
24
dalam CAPM adalah beta. Beta digunakan karena mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan varian atau deviasi standar. Kelebihan utama beta terletak pada stabilitasnya (Warsono, 2000).
Biaya ekuitas dalam Capital Asset Pricing Model (CAPM) dapat
dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini:
COE = Rf + βi (Rm - Rf)
Dimana:
COE = cost of equity atau expected return perusahaan
Rf = Return bebas risiko yang diproksikan dengan tingkat
suku
bunga Sertifikat Bank Indonesia rata-rata selama satu tahun
Rm = Return pasar yang diperoleh dari Indeks Harga Saham
Gabunga (IHSG) pada hari t ditambah IHSG pada hari t-1 dibagi dengan IHSG pada hari t-1
i = Risiko tidak sistematis untuk setiap saham perusahaan i,
nilai merupakan risiko tidak sistematis
Market risk premium atau (Rm - Rf) diartikan sebagai return
tambahan (additional return) yang diinginkan oleh investor karena
berinvestasi pada sekuritas yang berisiko. Pendekatan CAPM mengasumsikan beberapa kondisi sebagai berikut:
(43)
25
1. Tidak ada biaya transaksi, yaitu biaya-biaya pembelian dan
penjualan saham, seperti biaya broker, biaya penyimpanan saham
(custodian), dan lain-lain.
2. Tidak ada pajak pendapatan pribadi sehingga bagi investor tidak
masalah apakah mendapatkan return dalam bentuk dividend atau
capital gain.
3. Seseorang tidak dapat mempengaruhi harga saham melalui
tindakan membeli atau menjual saham yang dimilikinya. Informasi tersedia untuk semua investor dan dapat diperoleh dengan bebas tanpa biaya sehingga harga saham sudah mencerminkan semua informasi yang ada. Asumsi ini mengindikasikan bahwa pasar modal analog dengan bentuk pasar persaingan sempurna.
4. Investor adalah orang yang rasional. Mereka membuat keputusan
investasi hanya berdasarkan risiko dan expected return portofolio.
Investor mempunyai input yang sama dalam membentuk portfolio
yang efisien. Asumsi ini disebut juga sebagai homogeneus
expectations. Semua investor mendefinisikan periode investasinya
dengan cara yang persis sama (one-period horizon) sehingga
expected return dan risiko portofolio pada periode tersebut akan sama untuk setiap investor.
5. Investor adalah risk adverse sehingga jika diberikan pilihan antara
dua portofolio dengan expected return yang identik, maka mereka
(44)
26
6. Short-sale dibolehkan dan tidak terbatas. Artinya , semua invetor dapat menjual saham yang tidak dimilikinya sebanyak yang diinginkannya.
7. Lending dan borrowing pada tingkat bunga bebas risiko dapat dilakukan dalam jumlah yang tidak terbatas. Investor dapat
meminjamkan (lending) dan meminjam (borrowing) sejumlah dana
yang diinginkannya pada tingkat bunga yang sama dengan tingkat bunga bebas risiko.
Asumsi-asumsi yang diuraikan di atas memang terlihat kurang realistis karena tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya. CAPM mengasumsikan bahwa pasar saham dan sekuritas lainnya adalah pasar yang berbentuk sempurna sehingga tidak terdapat pajak, tidak ada
biaya transaksi, dan tingkat bunga lending sama dengan borrowing.
Dalam prakteknya, jual-beli saham dikenakan biaya transaksi, dividend
dan capital gain dikenakan pajak, serta lending dan borrowing rate
lebih tinggi daripada tingkat bunga bebas risiko (risk-free rate). Selain
itu, Elton (1999) dan Chen et al. (2003) juga menyatakan bahwa
realized return yang digunakan dalam pendekatan CAPM merupakan
ukuran yang kurang tepat dari expected return. Namun, hingga saat ini,
belum ditemukan alternatif model yang tepat untuk menggantikan CAPM (Yao dan Sun, 2008). Oleh karena itu, pendekatan CAPM masih sering digunakan untuk menghitung biaya ekuitas dari suatu perusahaan.
(45)
27 3. Asimetri Informasi
Menurut Supriyono (2000:186), asimetri informasi adalah situasi
yang terbentuk karena principal tidak memiliki informasi yang cukup
mengenai kinerja agent sehingga principal tidak pernah dapat
menentukan kontribusi usaha-usaha agent terhadap hasil-hasil
perusahaan yang sesungguhnya. Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki akses informasi atas prospek
perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan. Agency
theory mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer (agent) dan pemilik (principal). Kondisi ini memberikan kesempatan
kepada agent menggunakan informasi yang diketahuinya untuk
memanipulasi pelaporan keuangan.
Menurut Ifonie (2012:103), perspektif asimetri informasi mengimplikasikan bahwa manajer berupaya untuk mengurangi asimetri informasi guna memaksimumkan nilai perusahaan dengan cara yang dikehendaki. Ketika terdapat asimetri informasi, keputusan pengungkapan yang dibuat oleh manajer dapat mempengaruhi harga
saham karena asimetri informasi antara investor yang lebih informed
dan kurang informed akan menimbulkan biaya transaksi dan
mengurangi likuiditas dalam pasar saham suatu perusahaan. Pengukuran tingkat asimetri informasi seringkali diproksi dengan likuiditas. Likuiditas dalam suatu pasar mempunyai berbagai definisi
(46)
28
dan interpretasi. Pengertian likuiditas yang paling sederhana adalah kemampuan untuk melakukan transaksi tanpa mengeluarkan biaya yang signifikan.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa asimetri informasi adalah suatu kondisi dimana terdapat ketidakseimbangan perolehan informasi antara manajemen sebagai penyedia informasi
dengan pihak pemegang saham dan stakeholder pada umumnya
sebagai pengguna informasi.
Menurut Supriyono (2000:186) asimetri informasi dapat timbul dalam beberapa bentuk, yaitu:
a. Tanpa pemantauan, hanya agent yang mengetahui apakah
bekerja dengan baik demi kepentingan principal.
b. Agent mungkin mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan daripada principalnya.
c. Agent dalam melaksanakan tugasnya mungkin diarahkan oleh informasi pribadi.
a. Tipe Asimetri Informasi
Ada 2 tipe asimetri informasi, yaitu (Yelly, 2008): 1. Adverse selection
Adverse selection adalah jenis asimetri informasi yang mana satu pihak atau lebih yang melangsungkan suatu transaksi usaha atau transaksi usaha potensial memiliki informasi lebih atas pihak-pihak lain. Adverse selection terjadi karena beberapa orang seperti manajer
(47)
29
perusahaan dan para pihak dalam lainnya lebih mengetahui kondisi kini dan prospek ke depan suatu perusahaan daripada para investor luar.
2. Moral Hazard
Moral hazard adalah jenis asimetri informasi yang mana satu pihak atau lebih yang melangsungkan atau akan melangsungkan suatu transaksi usaha potensial dapat mengamati tindakan-tindakan mereka dalam penyelesaian transaksi-transaksi mereka sedangkan pihak lainnya tidak. Moral hazard dapat terjadi karena adanya pemisahan pemilikan dengan pengendalian yang merupakan karakteristik kebanyakan perusahaan besar.
b. Bid-Ask Spread
Bid-ask spread adalah perbedaan harga penawaran dan permintaan terhadap saham (Arifin, 2005:161). Ketika seorang investor berkeinginan untuk membeli saham, maka broker akan mengajukan
harga yang dimintanya (disebut dengan permintaan atau ask). Dan bila
seorang investor berkeinginan menjual sahamnya, broker akan
memberikan harga penawaran (disebut harga penawaran atau bid).
Dua jenis bid ask spread menurut Arifin (2005:162) yaitu : (1)
Quoted spreed, yaitu perbedaan harga penawaran dan permintaan yang ditawarkan oleh market maker kepada pelanggan potensial. (2)
Effective spread, yaitu perbedaan antara yang sebenarnya diterima dan sebenarnya dibayarkan market maker atas suatu saham.
(48)
30 Bid-ask spread merupakan fungsi dari tiga komponen biaya yang berasal dari:
1. Pemilikan saham
Biaya pemilikan saham menunjukkan trade off antara memiliki
terlalu banyak saham dan terlalu sedikit saham, atas biaya pemilikan
saham tersebut akan menimbulkan oportunity cost.
2. Pemrosesan pesanan
Biaya pemrosesan pesanan meliputi biaya administrasi, pelaporan proses komputer, telepon, dan lain-lain.
3. Asimetri informasi
Biaya asimetri informasi lahir karena adanya dua pihak trader yang tidak sama dalam memiliki dan mengakses informasi.
Penelitian ini memfokuskan pada fungsi ketiga yaitu asimetri informasi. Pengukuran terhadap asimetri informasi seringkali
diproyeksikan dengan bid ask spread disebabkan asimetri informasi
tidak dapat diobservasi secara langsung. Pihak pertama adalah
informed trader yang memiliki informasi superior dan pihak lain yaitu
uninformed trader yang tidak memiliki informasi. Jika kedua belah
pihak bertransaksi maka uninformed trader menghadapi risiko rugi
jika bertransaksi dengan informed trader, upaya mengurangi risiko
(49)
31
Pengukuran asimetri informasi dilakukan dengan menggunakan
relative bid-ask spread yang dioperasikan sebagai berikut (Ifonie, 2012):
RBAt = (HAt – HBt) . 100% 1/2 (HAt + HBt)
Dimana :
RBAt = Bid-ask spread pada periode t
HAt = Harga penawaran penjualan pada periode t
HBt = Harga penawaran pembelian pada periode t
4. Tingkat Disclosure
Menurut Suwardjono (2005:578), pengungkapan secara konseptual merupakan bagian integral dari pelaporan keuangan. Secara teknis, pengungkapan merupakan langkah akhir dalam proses akuntansi yaitu penyajian informasi dalam bentuk seperangkat penuh statemen keuangan.
Menurut Hendriksen (1982:203) dalam Adriani (2013:7),
pengungkapan (disclosure) adalah penyajian informasi yang
diperlukan dalam laporan keuangan untuk mencapai operasi optimal pasar modal yang efisien. Pengungkapan informasi keuangan dan informasi relevan lainnya dalam laporan tahunan suatu perusahaan
merupakan aspek penting akuntansi keuangan (Khomsiyah,
(50)
32
investor yang potensial dan pemakai lain terutama dalam pengambilan keputusan.
Menurut Juniarti dan Yunita (2003:151), peranan pelaporan keuangan dan pengungkapan adalah untuk mengkomunikasikan informasi yang mendukung pengambilan keputusan bisnis. Oleh karena itu, informasi yang disampaikan harus relevan, tepat waktu, dan bernilai. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengungkapan merupakan hal yang sangat penting dilakukan oleh perusahaan untuk mengungkapkan kinerja perusahaannya melalui laporan tahunan. Laporan tahunan digunakan oleh investor untuk mengambil keputusan untuk menilai perusahaan mana yang memiliki prospek yang lebih baik dimasa yang akan datang.
Tingkat disclosure adalah tingkat pengungkapan atas informasi
yang diberikan sebagai lampiran pada laporan keuangan dalam bentuk catatan kaki atau tambahan. Informasi ini menyediakan penjelasan yang lebih lengkap mengenai posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan. Informasi penjelasan mengenai kesehatan keuangan dapat juga diberikan dalam laporan pemeriksaan. Semua materi harus diungkapkan termasuk informasi kuantitatif dan kualitatif yang akan sangat membantu pengguna laporan keuangan (Siegel dan Shim, 2000:147 dalam Karamoy dan Wokas, 2011:20) .
Dalam tingkat disclosure terdapat beberapa bagian yaitu, Adequate
(51)
33
sehingga laporan tidak menyesatkan. Fair disclosure menyatakan
tujuan-tujuan etis untuk memberikan perlakuan yang sama bagi semua
pembaca potensial. Full disclosure berarti penyajian semua informasi
yang relevan. Bagi beberapa orang, full disclosure berarti penyajian
informasi secara melimpah, sehingga disclosure menjadi tidak tepat.
Informasi yang terlalu melimpah akan menyembunyikan informasi yang penting dan membuat laporan keuangan sulit diinterpretasikan.
Namun demikian, disclosure yang tepat atas informasi yang penting
bagi investor dan pemakai laporan lainnya harus disajikan dengan
adequate, fair, and full. Tidak ada perbedaan riil di antara ketiga konsep tersebut bila mereka digunakan dalam konteks yang tepat.
a. Disclosure Indeks
Pengungkapan diukur dengan menggunakan indeks disclosure
yang dianjurkan oleh PSAK serta SK Bapepam No. Kep-06/PM/2000
yang menyatakan bahwa skoring indeks disclosure adalah sebagai
berikut:
a. Pemberian skor untuk setiap pengungkapan dilakukan secara
dikotomis. Item yang diungkapkan diberi nilai 1 dan apabila tidak diungkapkan maka diberi 0. Pemberian skor ini tidak ada pembobotan atas item pengungkapan.
b. Skor yang diperoleh tiap perusahaan dijumlahkan untuk
(52)
34
c. Pengukuran indeks pengungkapan tiap perusahaan dilakukan
dengan membagi skor total setiap perusahaan dengan skor total yang diharapkan.
Variabel ini dukur dengan Disclosure Index yaitu indeks Wallace
dengan rumusan sebagai berikut (Adriani, 2013):
DI = n x 100% K
Dimana:
DI = Disclosure Index
n = Jumlah item yang diungkapkan oleh perusahaan
K = Jumlah item yang seharusnya diungkapkan
5. Kepemilikan Manajerial
Para pemegang saham yang mempunyai kedudukan di manajemen perusahaan baik sebagai kreditur maupun sebagai dewan komisaris
disebut sebagai kepemilikan manajerial (managerial ownership).
Adanya kepemilikan saham oleh pihak manajemen akan menimbulkan suatu pengawasan terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil oleh manajemen perusahaan. Kepemilikan manajerial juga dapat diartikan sebagai persentase saham yang dimiliki oleh manajer dan direktur perusahaan pada akhir tahun untuk masing-masing periode pengamatan.
(53)
35
Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham oleh
manajemen perusahaan yang diukur dengan presentase jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen (Sujono dan Soebiantoro, 2007 dalam Yenti dan Sofyan, 2013:205). Struktur kepemilikan manajerial dapat dijelaskan melalui dua sudut pandang, yaitu pendekatan keagenan dan pendekatan ketidakseimbangan. Pendekatan keagenan menganggap struktur kepemilikan manajerial sebagai suatu instrument atau alat yang digunakan untuk mengurangi konflik keagenan diantara beberapa klaim terhadap sebuah perusahaan. Pendekatan ketidakseimbangan informasi memandang mekanisme struktur kepemilikan manajerial sebagai suatu cara untuk mengurangi ketidakseimbangan informasi
antara insider dengan outsider melalui pengungkapan informasi
didalam perusahaan.
Masalah teknis tidak akan timbul jika kepemilikan dan pengelolaan perusahaan tidak dijalankan secara terpisah. Pemilik (pemegang saham) bertujuan untuk memaksimumkan kekayaannya dengan melihat nilai sekarang dari arus kas yang dihasilkan oleh investasi
perusahaan sedangkan manajer bertujuan pada peningkatan
pertumbuhan dan ukuran perusahaan. Tujuan manajer ini dilandasi oleh dua alasan, yaitu: 1). Pertumbuhan yang meningkat akan memberikan peluang bagi manajer bawah dan menengah untuk dipromosikan. Selain itu, manajer dapat membuktikan diri sebagai karyawan yang produktif sehingga dapat diperoleh penghargaan lebih
(54)
36
dari wewenang untuk menentukan pengeluaran (biaya-biaya), 2). Ukuran perusahaan yang semakin besar memberikan keamanan
pekerjaan atau mengurangi kemungkinan lay-off dan kompensasi yang
semakin besar.
Meningkatkan kepemilikan manajerial digunakan sebagai salah satu cara untuk mengatasi masalah yang ada di perusahaan. Dengan meningkatnya kepemilikan manajerial maka manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya sehingga dalam hal ini akan berdampak baik kepada perusahaan serta memenuhi keinginan dari para pemegang saham. Kepemilikan saham manajerial akan membantu penyatuan kepentingan antar manajer dengan pemegang saham. Semakin besar kepemilikan manajerial dalam perusahaan maka manajemen akan lebih giat untuk meningkatkan kinerjanya karena manajemen mempunyai tanggung jawab untuk memenuhi keinginan dari pemegang saham yang tidak lain adalah dirinya sendiri. Manajemen akan lebih berhati-hati dalam mengambil suatu keputusan, karena manajemen akan ikut merasakan manfaat secara langsung dari keputusan yang diambil. Selain itu manajemen juga ikut menanggung kerugian apabila keputusan yang diambil oleh mereka salah. Argumen
tersebut mengindikasikan mengenai pentingnya kepemilikan
(55)
37
Namun, tingkat kepemilikan manajerial yang terlalu tinggi juga dapat berdampak buruk terhadap perusahaan. Dengan kepemilikan manajerial yang tinggi, manajer mempunyai hak voting yang tinggi sehingga manajer mempunyai posisi yang kuat untuk mengendalikan perusahaan, hal ini dapat menimbulkan masalah pertahanan, dalam artian, adanya kesulitan bagi para pemegang saham eksternal untuk mengendalikan tindakan manajer.
Agency problem bisa dikurangi bila manajer mempunyai kepemilikan saham dalam perusahaan, semakin meningkat proporsi kepemilikan saham manajerial maka akan baik kinerja perusahaan. Kepemilikan saham yang besar dari segi ekonomisnya memiliki insentif untuk memonitor. Secara teoritis ketika kepemilikan manajerial rendah, maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya oportunistik manajemen akan meningkat. Kepemilikan manajerial terhadap saham perusahaan dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara pemegang saham luar dengan manajemen. Sehingga permasalahan keagenan diasumsikan akan hilang apabila seorang manajer adalah juga sekaligus sebagai seorang pemilik.
Kepemilikan manajerial dapat diperoleh dari jumlah saham yang dimiliki oleh direksi dan komisaris dibagi dengan jumlah saham yang beredar.
(56)
38 B. Hasil Penelitian Terdahulu
Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dari tabel. 2.1
Tabel. 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu No Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
1. Ifonie
(2012) Pengaruh Asimetri Informasi dan Manajemen Laba Terhadap
Cost Of
Equity Pada Perusahaan Real Estate yang Terdaftar di BEI Variabel: Asimetri Informasi sebagai variabel independen
dan Biaya
Ekuitas sebagai variabel dependen. Obyek penelitian: tidak terdapat variabel: Manajemen Laba. Sampel penelitian adalah perusahaan Real Estate. Asimetri Informasi menghasilkan arah positif tidak signifikan
terhadap cost of
equity 29
perusahaan real
estate yang
terdaftar di BEI
dalam kurun
waktu
2007-2009. Hal ini dikarenakan investor menilai pada saat ini,
emiten atau
perusahaan yang mengeluarkan saham biasa baru
adalah untuk
menutupi hutang operasional maupun investasinya, sehingga perusahaan kurang diminati oleh investor. Bersambung pada halaman selanjutnya
(57)
39 Tabel. 2.1 (Lanjutan)
Hasil Penelitian Terdahulu No Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
2. Natalia
dan Sun (2013) Analisis Pengaruh Wajibnya Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Biaya Ekuitas Pada Badan Usaha Milik Negara Yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2012 Variabel: Kepemilika n Manajerial sebagai variabel independen
dan Biaya
Ekuitas sebagai variabel dependen. Obyek penelitian, tidak terdapat variabel: Corporate Governance Index, Kepemilikan Institusional, dan Kualitas Audit.
Sampel penelitian adalah tahun 2009-2012
Kepemilikan manajerial terbukti memiliki pengaruh positif tidak signifikan
terhadap biaya
ekuitas
perusahaan. Hal
ini dapat
disebabkan karena persentase kepemilikan manajerial yang relatif kecil pada
sampel yang
diuji.
Kepemilikan manajerial yang dominan dalam perusahaan dengan
penerapan GCG
yang belum
optimal juga
dapat menaikkan
biaya ekuitas
perusahaan karena manajer merupakan pihak
yang paling
memahami informasi dalam perusahaan, sehingga control manajemen yang berlebihan dikhawatirkan dapat meningkatkan permasalahan keagenan. Bersambung pada halaman selanjutnya
(58)
40 Tabel. 2.1 (Lanjutan)
Hasil Penelitian Terdahulu No Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian Persamaan Perbedaan
Hasil Penelitian
3. Putri
(2013) Pengaruh Luas Pengungkapan Sukarela Terhadap Biaya Modal dengan Asimetri Informasi Sebagai Variabel Intervening Variabel: Biaya Modal sebagai variabel dependen. Obyek penelitian: tidak terdapat variabel: Luas Pengungkapan Sukarela Sampel penelitian adalah tahun 2007-2011.
Terdapat pengaruh signifikan negative antara luas
pengungkapan sukarela dengan biaya modal. Tidak terdapat pengaruh
signifikan
positif antara
asimetri informasi
dengan biaya
modal Terdapat hubungan signifikan negative antara luas
pengungkapan sukarela dengan asimetri
informasi.
4. Adriani
(2013) Pengaruh Tingkat Disclosure, Manajemen Laba, Asimetri Informasi Terhadap Biaya Modal Variabel: Tingkat Disclosure dan Asimetri Informasi sebagai variabel independen dan Biaya Modal sebagai variabel dependen. Obyek penelitian: tidak terdapat variabel: Manajemen Laba. Sampel penelitian adalah tahun 2009-2011.
Tingkat
Disclosure tidak berpengaruh terhadap biaya modal.
Asimetri
Informasi yang
diukur dengan
spread, berpengaruh positif terhadap biaya modal.
(59)
41 Tabel. 2.1 (Lanjutan)
Hasil Penelitian Terdahulu No Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
5. Yenti dan
Sun (2013) Pengaruh Konservati sme Akuntansi Terhadap Penilaian Ekuitas dengan Good Corporate Governanc e Sebagai Variabel Pemoderasi Variabel: Kepemilika n Manajerial sebagai variabel pemoderasi. Obyek penelitian, tidak terdapat variabel: Konservati sme Akuntansi dan Jumlah Dewan Komisaris.
Kepemilikan manajerial bukan variabel
pemoderasi atau tidak berpengaruh signifikan terhadap hubungan konservatisme akuntansi dengan penilaian ekuitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di PT BEI.
6. Indayani
dan Mutia (2013) Pengaruh Informasi Asimetri dan Voluntary Disclosure terhadap
Cost of
Capital pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Variabel: Informasi Asimetri sebagai variabel independen
dan Biaya
Modal sebagai variabel dependen. Obyek Penelitian tidak terdapat variabel: Voluntary Disclosure. Sampel penelitian adalah tahun 2007-2010. Infromasi
asimetri dan
voluntary
disclosure secara bersama-sama berpengaruh terhadap cost of
capital pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Informasi
asimetri secara
individual dan
voluntary
disclosure secara individual
berpengaruh terhadap cost of
capital pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI Bersambung pada halaman selanjutnya.
(60)
42 Tabel. 2.1 (Lanjutan)
Hasil Penelitian Terdahulu No Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
7. Petrova
et al., (2012)
Relationship between
Cost of
Equity Capital And Voluntary Corporate Disclosures
Variabel:
Disclosure
dan biaya
ekuitas Obyek penelitian, tidak terdapat variabel: Pengungka pan Sukarela Hasil menunjukkan bahwa
perusahaan di
Swiss dapat
mengurangi
biaya modal
ekuitas dengan
meningkatkan tingkat
pengungkapan sukarela. Tetapi terdapat
hubungan negatif
antara kualitas
pengungkapan
dengan biaya
modal ekuitas.
8. Kazemi
dan Rahmani (2013) Relationship between Information Asymmetry and Cost of Capital Variabel: Informasi Asimetri Obyek Penelitian tidak terdapat variabel: Tingkat Disclosure. Adanya
hubungan yang
positif dan
signifikan antara asimetri
informasi dan
biaya modal.
Bahwa di Bursa
Efek Teheran,
perusahaan dengan Asimetri
Informasi yang
tinggi memiliki
biaya ekuitas
yang lebih besar dibandingkan dengan asimetri
informasi yang
rendah. Maka,
dapat dikatakan
bahwa asimetri
informasi
berdampak pada biaya modal.
(61)
43 C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar 2.1
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Bersambung pada halaman selanjutnya
Variabel Independen Variabel Dependen
Variabel Moderating
Adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan yang berpengaruh terhadap biaya ekuitas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya ekuitas
Basis Teori : Agency Theory
Asimetri Informasi (X1)
Kepemilikan Manajerial (X3)
Tingkat Disclosure (X2)
Biaya Ekuitas (Y) Pengaruh Asimetri Informasi dan Tingkat Disclosure Terhadap Biaya Ekuitas dengan Kepemilikan Manajerial sebagai Variabel
(62)
44 Gambar 2.1 (Lanjutan)
Kerangka Pemikiran
Metode Analisis: SEM based PLS
Hasil Pengujian dan Pembahasan
(63)
45 D. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis
1. Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Biaya Ekuitas
Semakin besar asimetri informasi yang terjadi antara partisipan maka biaya modal akan semakin besar pula, begitu sebaliknya. Hal ini konsisten dengan teori keagenan yaitu, semakin banyak informasi yang disembunyikan pihak agen, maka akan semakin tinggi risiko yang
harus ditanggung oleh pemilik modal. Asimetri informasi
menyebabkan risiko informasi semakin tinggi, tingginya risiko informasi akan berdampak pada tingginya biaya ekuitas yang akan dikeluarkan oleh perusahaan.
Asimetri informasi dimana perusahaan lebih mengetahui prospek perusahaan dimasa yang akan datang dibandingkan investor, apabila harga saham perusahaan sekarang tinggi yang menandakan bahwa kinerja perusahaan lebih baik, maka investor memiliki keputusan untuk menanamkan modalnya pada perusahaan, akan tetapi investor tidak mengetahui lebih pasti prospek perusahaan dimasa yang akan datang, apakah lebih baik atau bahkan lebih buruk. Apabila kinerja perusahaan dimasa yang akan datang lebih buruk yang hanya diketahui oleh manajemen perusahaan, maka perusahaan akan mengeluarkan biaya yang lebih besar atas tindakannya. Selain itu, itu investor juga akan menganggung kerugian atas investasinya, seperti kemungkinan dividen tidak akan diterimanya kembali, sehingga biaya modal akan semakin tinggi.
(1)
127
LAMPIRAN 4
HASIL OUTPUT
PLS
(2)
128 Lampiran 4: Hasil Perhitungan Manual dengan SmartPLS 2.0.M3
Diagram Jalur
Keterangan:
AI: Asimetri Informasi
AI1: Asimetri Informasi tahun 2010 AI2: Asimetri Informasi tahun 2011 AI3: Asimetri Informasi tahun 2012 AI4: Asimetri Informasi tahun 2013 TD: Tingkat Disclosure
TD1: Tingkat Disclosure tahun 2010 TD2: Tingkat Disclosure tahun 2011 TD3: Tingkat Disclousre tahun 2012 TD4: Tingkat Discosure tahun 2013 KM: Kepemilikan Manajerial
(3)
129 KM2: Kepemilikan Manajerial tahun 2011
KM3: Kepemilikan Manajerial tahun 2012 KM4: Kepemilikan Manajerial tahun 2013 BE: Biaya Ekuitas
BE1: Biaya Ekuitas tahun 2010 BE2: Biaya Ekuitas tahun 2011 BE3: Biaya Ekuitas tahun 2012 BE4: Biaya Ekuitas tahun 2013
(4)
130
Composite Reliability Cronbachs Alpha
AV E
R Square Composite Reliability
AI 0.664036
TD 0.984929
KM 0.978272
BE 0.612277
AI * KM 0.160873
TD * KM 0.993634
Cronbachs Alpha
AI 0.485944
TD 0.979725
KM 0.970282
BE 0.335479
AI * KM 0.720537
TD * KM 0.993739
AVE
AI 0.364212
TD 0.942331
KM 0.918492
BE 0.332617
AI * KM 0.294133
TD * KM 0.907080
R Square AI
TD KM
BE 0.579156
AI * KM TD * KM
(5)
131 Diagram Jalur setelah Bootstrapping
Keterangan:
AI: Asimetri Informasi
AI1: Asimetri Informasi tahun 2010 AI2: Asimetri Informasi tahun 2011 AI3: Asimetri Informasi tahun 2012 AI4: Asimetri Informasi tahun 2013 TD: Tingkat Disclosure
TD1: Tingkat Disclosure tahun 2010 TD2: Tingkat Disclosure tahun 2011 TD3: Tingkat Disclousre tahun 2012 TD4: Tingkat Discosure tahun 2013 KM: Kepemilikan Manajerial
KM1: Kepemilikan Manajerial tahun 2010 KM2: Kepemilikan Manajerial tahun 2011 KM3: Kepemilikan Manajerial tahun 2012
(6)
132 KM4: Kepemilikan Manajerial tahun 2013
BE: Biaya Ekuitas
BE1: Biaya Ekuitas tahun 2010 BE2: Biaya Ekuitas tahun 2011 BE3: Biaya Ekuitas tahun 2012 BE4: Biaya Ekuitas tahun 2013
Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Values) Original Sample (O) Sample Mean (M) Standard Deviation (STDEV) Standard Error (STERR)
AI → BE -0.380793 -0.395280 0.066214 0.066214
TD → BE -0.109953 -0.097709 0.084836 0.084836
KM → BE 0.225384 0.202681 0.084742 0.084742 AI * KM →
BE 0.457677 0.424859 0.071999 0.071999
TD * KM →
BE
-0.111340 -0.093788 0.078757 0.078757
T Statistics (|O/STERR|)
AI → BE 5.750926
TD → BE 1.296059
KM → BE 2.659637
AI * KM → BE 6.356720