Nilai 3 : Suara serak berat yaitu afonia
2.7. Ketamin
Ketamin merupakan molekul yang larut dalam air dengan pKa 7,5. Ketamin tersedia dalam larutan cair dengan konsentrasi 1, 5 dan 10 dan
mengandung pengawet benzetonium klorida. Molekul ketamin mengandung atom karbon asimetrik sehingga mengakibatkan adanya 2 isomer optikal yaitu S+ dan
R- isomer dalam jumlah yang seimbang dan saling berhubungan dengan rangsangan yang spesifik. Isometri yang S+ menghasilkan analgesia yang 2 – 3
kali lebih poten, kesadaran lebih cepat, dan lebih rendahnya insiden reaksi terbangun dibandingkan isomer R-. Kedua isometri ketamin mampu
menghalangi pengambilan kembali katekolamin ke saraf simpatik postganglion.
2.7.1. Farmakokinetik
Pada pemberian intravena, mulai masa kerja adalah dilihat dalam 30 detik, 1- 5 menit jika disuntikkan intramuskuler, 5 – 10 menit per nasal dan 10 – 15
menit per oral. Masa kerja ketamin biasanya berlangsung 30 – 45 menit bila diberi intravena, per nasal 45 – 60 menit, dan 1 – 2 jam akibat pemberian peroral.
Ikatan ketamin dengan protein plasma tidak bermakna dan dengan cepat meninggalkan darah untuk didistribusikan ke jaringan. Pada awalnya ketamin
didistribusikan ke jaringan dengan perfusi yang tinggi seperti otak, dengan konsentrasi puncaknya sekitar 4-5 kali konsentrasi dalam darah. Ketamin
diredistribusi dari otak dan jaringan dengan tingkat perfusi tinggi ke jaringan dengan perfusi yang rendah seperti otot dan lemak. Metabolisme ketamin di hepar
secara ekstensif oleh enzim sitokrom P-450 melalui proses demetilasi membentuk norketamin. Metabolit ini mempunyai potensi 13-15 ketamin dan dapat
menyebabkan pemanjangan efek ketamin terutama bila diberikan secara dosis bolus berulang atau infus kontinyu. Ketamin mempunyai rasio pengambilan obat
Universitas Sumatera Utara
oleh hepar yang tinggi 1 Lmenit dan volume distribusi yang besar 3 LkgBB yang menyebabkan waktu paruh yang singkat 2 – 3 jam, sehingga perubahan aliran
darah hepar dapat mempengaruhi kecepatan bersihan ketamin. Produk hidroksinorketamin terkonjugasi dengan derivat glukoroid menjadi senyawa yang
tidak aktif dan larut dalam air selanjutnya diekskresikan melalui ginjal.
2,29,30,31
2.7.2. Mekanisme Kerja
Ketamin berinteraksi dengan reseptor NMDA, merupakan neurotransmiter pemacu terbesar dalam Susunan Saraf Pusat. Ketamin juga dilaporkan dapat
berinteraksi dengan reseptor opioid yakni antagonis pada reseptor mu, delta dan agonis pada reseptor kappa. Toleransi silang antara ketamin dan opioids suatu
reseptor umum untuk induksi analgesia ketamin. Efek antinosiseptif mungkin juga akibat penghambatan jalur monoaminergik. Fakta bahwa ketamin menghasilkan
gejala antikolinergik delirium, bronkodilatasi, reaksi simpatomimetik menunjukan bahwa ketamin menyebabkan efek antagonis pada reseptor
muskarinik. Ketamin pada konsentrasi subanestetik merupakan analgetik poten. Efek anestesia ketamin secara parsial dapat dihilangkan oleh obat-obat
antikolinesterase.
2,29,30,31
2.7.3. Efek Ketamin pada Berbagai Organ