peningkatan pelepasan norepinefrin serta hambatan terhadap sintesis vasodilator endotel PGE2 dan PGI2.
2.8.4. Efek Aspirin Terhadap Berbagai Organ
5,34
Efek aspirin terhadap pernafasan yaitu salisilat merangsang pernafasan baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan dosis tinggi salisilat
mempertinggi konsumsi oksigen dan produksi CO
2
. Peninggian PCO
2
akan merangsang pernafasan sehingga pengeluaran CO
2
melalui alveoli bertambah dan PCO
2
dalam plasma menurun. Lebih lanjut salisilat yang mencapai medula, merangsang langsung pusat pernafasan sehingga terjadi hiperventilasi dengan
pernafasan yang dalam dan cepat. Pada keadaan intoksikasi, hal ini berlanjut menjadi alkalosis respirasi yang dapat berpengaruh pada keseimbangan asam
basa. Efek aspirin terhadap saluran pencernaan yaitu komplikasi saluran pencernaan dispepsia, gangguan perut. Untuk menolong menghindari masalah
ini aspirin diberikan saat atau sesudah makan atau diberikan dalam bentuk enteric coated. Pasien yang menerima dosis tinggi dan atau terapi jangka lama diberikan
obat pencegahan pada lambung dengan dosis tinggi seperti antasida, ranitidin atau omeperazol. Efek aspirin terhadap Susunan Saraf Pusat bila diberikan dosis tinggi
seperti tinitus, vertigo, kehilangan pendengaran, gangguan penglihatan media- sentral, sakit kepala, pusing, berkeringat bila diberikan dosis tinggi. Efek aspirin
terhadap hati, ginjal dan kulit yaitu pemakaian jangka lama dengan dosis tinggi sering meningkatkan enzim hati tanpa gejala dan bersifat reversibel. Nepritis
kronik pada pemakaian jangka lama, biasanya digunakan bersama dengan obat analgetik yang lain. Kondisi ini dapat menyebabkan gagal ginjal kronik. Reaksi
alergi kulit, angioedema dan bronkospasme tidak sering terjadi.
5,32,33,34
Universitas Sumatera Utara
2.8.5 Aspirin sebagai obat kumur
Ditinjau dari farmakokinetik, aspirin memiliki onset dengan konsentrasi plasma terdeteksi dalam waktu 5 menit dan memiliki konsentrasi puncak 1 – 3
jam serta lama kerja 8 – 12 jam. Absorpsi yang cepat dari aspirin menunjukkan onset analgesia yang lebih cepat untuk mengatasi nyeri. Pengurangan nyeri
diakibatkan oleh intervensi pemberian obat kumur aspirin yang diberikan sebelum intubasi endotrakeal dapat memblok stimulasi nosiseptif selama dan pascaoperasi.
Akibatnya proses modulasi menuju sel–sel kornu dorsalis medula spinalis terhambat dan transmisi ke otak talamus tidak tercapai sehingga nyeri tidak
terjadi. Aspirin sebagai obat kumur topikal berperan dalam:
a. Proses penghambatan nyeri oleh aspirin akibat dari penghambatan
sintesis prostaglandin, sehingga terjadi hambatan sensitisasi nyeri terhadap stimulus mekanik atau dengan mengurangi sensitisasi
mediator kimia lainnya yang terlibat pada proses nyeri seperti bradikinin dan histamin.
b. Obat kumur aspirin juga bersifat anti inflamasi dengan menghambat
sintesis prostaglandin dan tromboksan, menghambat sistem kalikrein sehingga terjadi penghambatan perlekatan granulosit pada pembuluh
darah yang rusak, dan menstabilkan membran lisosom, menghambat migrasi leukosit polimorfonuklear dan makrofag ke tempat peradangan
yang dapat dicapai dengan pemberian obat topikal. Pemberian obat topikal adalah langsung pada tempat kerjanya seperti
pemberian topikal obat antiinflamasi pada membran mukosa atau kulit. Pemberian obat topikal membuat konsentrasi menjadi maksimum pada tempat kerja dan
menghindari efek firstpass.
5
Universitas Sumatera Utara
2.9 KERANGKA TEORI