Aparatus Lakrimalis Dinamika Sekresi Air Mata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Lakrimasi

Air mata melewati empat proses yaitu produksi dari aparatus atau sistem sekretori lakrimalis, distribusi oleh berkedip, evaporasi dari permukaan okular, dan drainase melalui aparatus atau sistem ekskretori lakrimalis. Abnormalitas salah satu saja dari keempat proses ini dapat menyebabkan mata kering Kanski et al, 2011.

2.1.1. Aparatus Lakrimalis

Aparatus atau sistem lakrimalis terdiri dari aparatus sekretori dan aparatus ekskretori Kanski et al, 2011; Sullivan et al, 2004; AAO, 2007, yaitu : 1. Aparatus Sekretorius Lakrimalis. Aparatus sekretorius lakrimalis terdiri dari kelenjar lakrimal utama, kelenjar lakrimal assesoris kelenjar Krausse dan Wolfring, glandula sebasea palpebra kelenjar Meibom, dan sel-sel goblet dari konjungtiva musin. Sistem sekresi terdiri dari sekresi basal dan refleks sekresi. Sekresi basal adalah sekresi air mata tanpa ada stimulus dari luar sedangkan refleks sekresi terjadi hanya bila ada rangsangan eksternal Kanski et al, 2011; Sullivan et al, 2004; AAO, 2007. 2. Aparatus Ekskretorius Lakrimalis. Dalam keadaan normal, air mata dihasilkan sesuai dengan kecepatan penguapannya sehingga hanya sedikit yang sampai ke sistem ekskresi Sullivan, 2004. Dari punkta, ekskresi air mata akan masuk ke kanalikulus kemudian bermuara di sakus lakrimalis melalui ampula. Pada 90 orang, kanalikulus superior dan inferior akan bergabung menjadi kanalikulus komunis sebeum ditampung dalam sakus lakrimalis. Di kanalikulus, terdapat katup Rosenmuller yang berfungsi untuk mencegah aliran balik air mata. Setelah ditampung di sakus lakrimalis, air mata akan diekskresikan melalui duktus nasolakrimalis sepanjang 12-18 mm ke bagian akhir di meatus inferior. Disini juga Universitas Sumatera Utara terdapat katup Hasner untuk mencegah aliran balik Sullivan et al, 2004; AOA, 2007. Gambar 2.1. Anatomi Sistem Lakrimalis Wagner et al, 2006

2.1.2. Dinamika Sekresi Air Mata

Laju pengeluaran air mata dengan fluorofotometri sekitar 3,4 µLmenit pada orang normal dan 2,8 µLmenit pada penderita mata kering Eter et al, 2002. Sedangkan menurut Nichols 2004, laju pengeluaran air mata adalah 3,8 µLmenit dengan interferometri. Antara dua interval berkedip, terjadi 1-2 evaporasi, menyebabkan penipisan 0,1 µm PTF dan 20 pertambahan osmolaritas On et al, 2006. Distribusi volume air mata pada permukaan okular umumnya sekitar 6-7 µL yang terbagi menjadi tiga bagian, yakni Sullivan, 2002 : 1. Mengisi sakus konjungtiva sebanyak 3-4 µL. 2. Melalui proses berkedip sebanyak 1 µL akan membentuk TF dengan tebal 6-10 µm dan luas 260 mm². 3. Sisanya sebanyak 2-3 µL akan membentuk tear meniscus seluas 29 mm² dengan jari-jari 0,24 mm Yokoi et al, 2004. Menurut Wang et al 2006, TF digabungkan dari tear meniscus atas dan bawah saat berkedip. Universitas Sumatera Utara Ketebalan TF bersifat iregular pada permukaan okular sehingga tidak ada ketebalan yang tepat untuk ukuran TF Wang et al, 2006. Menurut Smith et al 2000 ketebalan berkisar antara 7-10 µm sedangkan Pyrdal et al 1992 menyatakan TF seharusnya memiliki ketebalan 35-40 µm dan mayoritas terdiri dari gel musin. Menurut Palakuru et al 2007, TF berada dalam keadaan paling tebal saat segera setelah mengedip dan berada dalam keadaan paling tipis saat kelopak mata terbuka. Dalam penelitian mereka, angka perubahan ketebalan ini menunjukkan nilai yang sama dengan kelompok yang disuruh melambatkan kedipan matanya. Mereka menyimpulkan hal ini disebabkan oleh refleks berair yang segera.

2.1.3. Mekanisme Distribusi Air Mata

Dokumen yang terkait

Gambaran Tingkat Lama Penggunaan Komputer Dengan Terjadinya Gejala-gejala Computer Vision Syndrome (CVS) Pada Pekerja Pengoperasian Komputer di Wilmar Group, Tahun 2012

5 101 91

ANALISIS HUBUNGAN LAMA INTERAKSI KOMPUTER TERHADAP TERJADINYAGEJALA COMPUTER VISION Analisis Hubungan Lama Interaksi Komputer Terhadap Terjadinya Gejala Computer Vision Syndrome pada Mahasiswa Jurusan Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 3 14

ANALISIS HUBUNGAN LAMA INTERAKSI KOMPUTER TERHADAP TERJADINYA Analisis Hubungan Lama Interaksi Komputer Terhadap Terjadinya Gejala Computer Vision Syndrome pada Mahasiswa Jurusan Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

2 5 18

PENDAHULUAN Analisis Hubungan Lama Interaksi Komputer Terhadap Terjadinya Gejala Computer Vision Syndrome pada Mahasiswa Jurusan Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 3 9

DAFTAR PUSTAKA Analisis Hubungan Lama Interaksi Komputer Terhadap Terjadinya Gejala Computer Vision Syndrome pada Mahasiswa Jurusan Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 6 6

Hubungan paparan monitor komputer dengan keluhan computer vision syndrome di bpjs, Surakarta AWAL

0 0 11

Gambaran Tingkat Lama Penggunaan Komputer Dengan Terjadinya Gejala-gejala Computer Vision Syndrome (CVS) Pada Pekerja Pengoperasian Komputer di Wilmar Group, Tahun 2012

1 2 29

Gambaran Tingkat Lama Penggunaan Komputer Dengan Terjadinya Gejala-gejala Computer Vision Syndrome (CVS) Pada Pekerja Pengoperasian Komputer di Wilmar Group, Tahun 2012

0 0 8

Gambaran Tingkat Lama Penggunaan Komputer Dengan Terjadinya Gejala-gejala Computer Vision Syndrome (CVS) Pada Pekerja Pengoperasian Komputer di Wilmar Group, Tahun 2012

0 1 15

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KOMPUTER DENGAN KEJADIAN COMPUTER VISION SYNDROME PADA PEGAWAI PENGGUNA KOMPUTER DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG -

0 0 97