Faktor-faktor Hakim Pengadilan Agama Bekasi Dalam Memutus

72 Hakim Harus berani meninggalkan yurisprudensi kalau sekiranya yurisprudensi itu telah usang dan sudah tidak sesuai dengan keadaan zaman dan sesuai dengan nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat. 88 Faktor Agama sebagai penghalang bagi seseorang untuk mendapatkan warisan sendiri sudah merupakan kesepakatan sebagian ulama yang menyatakan bahwa ada 3tiga hal yang dapat menghalangi untuk mewarisi, yaitu perbudakan, pembunuhan, dan perbedaan agama 89 . Ketentuan ini dikuatlah melalui salah satu hadist Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh bukhori dan Muslim, dari Usamah bin Zaid yang artinya: Tidak mewarisi seorang muslim terhadap non-muslim” Dari ketentuan tersebut, maka faktor agama merupakan salah satu penghalang bagi seseorang ahli waris untuk mendapatkan bagian warisan. 90 Penerapan faktor penghalang bagi ahli waris non muslim diimplementasikan berbeda dalam praktek pengadilan. Dalam salah satu putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap 91 , Mahkamah Agung memutuskan untuk memberikan warisan melalui wasiat wajibah. Dari putusan ini terlihat bahwa faktor perbedaan agama yang menjadi penghalang untuk mendapatkan bagian waris diabaikan melalui penetapan wasiat wajibah. Ketentuan dalam Al-Qur’an dan 88 Basiq Djalil” Peradilan Agama Di Indonesia” Jakarta: Kencana Prenada Media Group 2006,h. 156. 89 Munchit A.Karim” Problematika Hukum Waris Islam Di Indonesia”, Jakarta: Publitbang Kehidupan Keagamaan 2002, h. 263. 90 Habiburrahman” Rekontruksi Hukum Kewarisan Islam Di Indonesia” Jakarta: Kementeran Agama RI 2011, h. 190. 91 Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 368 KAG1995 tanggal 16 juli 1998. 73 Hadist sebagai sumber hukum Islam, ketentuan yang menjadi dasar hukum halangan bagi ahli waris non muslim adalah sura at tahrim, yang berbunyi,                        ﱘﺮﲢاا ٦٦ ٦ Artinya” Hai Orang –orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan –NYA kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. QS.At-tahrim 66 : 6 Ayat ini merupakan dasar hukum Islam kewajiban setiap muslim untuk memelihara dan menjaga seluruh anggota keluarga dari hal-hal yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak keimanan terhadap Allah SWT. Dikaitkan dengan aqidah dan keimanan seorang muslim, maka ayat ini memerintahkan agar setiap muslim melakukan seluruh daya upaya untuk menjaga, memelihara, sekaligus juga mencengah terjadinya penyimpangan keimanan baik yang dilakukan oleh dirinya sendiri maupun orang-orang dalam ikatan kekeluargaan lainnya. 74 Al-Qur’an dalam surat al-lukman juga dijadikan dasar penghalang kewarisan bagi non muslum yaitu surat al-lukman ayat: 13                 نﺎﻤﻘﻟ ۳۱ ۱۳ Yang artinya” Dan ingatlah ketika lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya,” wahai anakku’ janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar.” QS. Al-lukman 31: 13. Dari ayat ini dapat diambil suatu perintah dimana yang pertama kali diajarkan kepada anak kita adalah untuk tidak mempersekutukan Allah, dimana yang pertama sekali diajarkan kepada anak adalah tauhid, memegang teguh agama Islam dan tidak mempersekutukan Allah. Dengan dihapusnya hak seorang ahli waris karena yang bersangkutan meninggalkan aqidah Islam, maka niat untuk murtad akan dapat diminimalisir. Dan Ayat yang dijadikan rujukan adalah, QS.Al- hud 11: 42 dan QS.Al- hud 11:46.                     دﻮھ ۱۱ ٤۲ Yang artinya: Dan kapal itu berlayar membawa mereka kedalam gelombang laksana gunung-gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, ketika dia anak itu berada di tempat yang jauh terpencil, “wahai anakku’ Naiklah kekapal bersama kami dan janganlah engkau bersama orang-orang kafir.”