Pandangan Hakim Pengadilan Agama Bekasi Tentang Hak Waris anak

70 yang lainnya.faktanya, hukum waris Islam di Indonesia hidup, berkembang, dan berdampingan dengan sistem hukum waris lain yaitu hukum waris BW. 85 Penemuan hukum yang memberikan wasiat wajibah bagi ahli waris yang terhalang akibat perbedaan agama merupakan upaya mengaktualisasikan hukum Islam di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang beragam baik di bidang sosial, budaya, hukum,maupun agama. Upaya ini sekaligus juga untuk memelihara jati diri hukum Islam sebagai rahmatan lil alamin. 86 Dengan diberikannya wasiat wajibah kepada ahli waris yang terhalang akibat perbedaan agama sebagai alternatif agar memperoleh haknya, sesungguhnya telah memberikan gambaran positif bahwa hukum hukum Islam tidaklah eksklusif dan diskriminatif yang seolah –olah telah menempatkan warga non muslim sebagai kelas dua didepan hukum. 87 Alasan ini juga dipertegas dengan tujuan hukum Islam yaitu untuk mencengah kemudharatan dalam suatu kondisi permasalahan dalam hak waris anak non muslim, maka putusan yang diambil haruslah mengedepankan kemudharatan yang lebih sedikit akibatnya bagi masyarakat secara umum. 85 Wawancara pribadi dengan bapak Drs.Amri, SH, Jakarta 20 Februari 2015. 86 Wawancara Pribadi dengan hakim pengadilan agama bekasi Ibu Dra.HJ.Salnah,SH,MH, Jakarta 20 Ferruari 2015 87 Wawancara Pribadi dengan hakim di pengadilan agama bekasi H.M.Arif, SH,MH. Jakarta 20 Feb 2015. 71

D. Analisis Penulis

Setelah penulis melakukan penelitian dan menganalisis pandangan hakim terhadap hak waris anak non muslim, penulis merujuk kepada hasil wawancara penulis dengan hakim pengadilan agama bekasi yang menghasilkan data deskriftif. Penulis berbeda pendapat dengan pandangan hakim pengadilan agama bekasi yang mana para hakim akan mempertimbangkan dalam memberikan harta warisan setelah faktor-faktor tersebut terpenuhi maka hakim akan memberikan wasiat wajibah kepada anak non muslim, akan tetapi penulis tidak setuju karna perbedaan agama adalah penghalang dalam memberikan wasiat wajibah dan dalam hal saling mewarisi. Yurisprudensi Dalam Kamus Fockema Andrea sebagaimana yang dikitip oleh Lilik Mulyadi,sh,1998:14 dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan Yurisprudensi adalah Pengumpulan yang sistematis dari keputusan Mahkamah Agung dan Keputusan Pengadilan Tinggi yang diikuti oleh hakim lain dalam memberikan keputusan sosial yang sama. Hakim tidak boleh terikat pada putusan Yurisprudensi tersebut,sebab Indonesia tidak menganut asas” The Binding force of precedent”, jadi bebas memilih antara meninggalkan Yurisprudensi dengan memakai dalam suatu perkara yang sejenis dan telah mendapat putusan sebelumnya.