10
b. Data Sekunder: Bahan-bahan yang memberikan penjelasan mengenai
bahan hukum primer, berupa buku-buku yang terkait dengan bahasan, artikel yang terkait dengan tema penelitian.
3. Pengumpulan data
a. Wawancara Yaitu dialog
10
yang dilakukan dengan semua hakim di Pengadilan Agama Bekasi tentang kewarisan anak non muslim.
b. Dukumentasi yaitu: Data-data yang terkait dengan penelitian dalam
bentuk Perundang-undangan, Laporan, Putusan Hakim, Yurisprudensi MA, Khi.
4. Analisis Data
Dalam penganalisisan data, menggunakan data deskriptif analisis
11
yaitu teknik analisa untuk menjabarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara di lapangan, kemudian menganalisa dengan berpedoman pada
sumber data tertulis yang di dapat dari kepustakaan. Sedang dalam penyusunan tulisan berpedoman pada prinsip-prinsip
yang diatur dalam buku pedoman karya Ilmiah skripsi, Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.
F. Sistematika Penulisan
Agar Penulisan skripsi ini lebih sistematis dan terarah, maka penulisan skrifsi ini disusun dalam lima bab terdiri dari sub-sub bab sebagai berikut:
10
Bambang Sunggono,Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003, h.45
11
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, : Sinar Grafika, 2009, h.175.
11
BAB I Pendahuluan,Yang meliputi latar belakang masalah, pembatasan
masalah dan perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II Hukum Kewarisan
A. Pengertian hukum tentang kewarisan
B. Pembagian Waris Muslim
C. Pembagian Waris Non Muslim
BAB III Profil Pengadilan Agama Bekasi
A. Profil Pengadilan Agama
B. Struktur Organisasi Pengadilan Agama
C. Tugas dan Kewenamgan Pengadilan Agama
BAB IV Pandangan Hakim Pengadilan Agama
A. Pandangan Hakim Terhadap Yurisprudensi MA
B. Dasar Pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Bekasi dalam
Memutus Perkara Kewarisan Anak Non Muslim C.
Faktor-faktor Hakim Pengadilan Agama Bekasi Dalam Memutus Perkara Kewarisan Anak non muslim
D. Analisis Penulis
BAB V Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB II HUKUM KEWARISAN
A. Pengertian Hukum Kewarisan
Hukum kewarisan Islam mengatur peralihan harta dari seseorang yang telah meninggal kepada yang masih hidup. Aturan tentang peralihan harta ini
disebut dengan berbagai nama
12
. Dalam literatur hukum islam ditemui istilah untuk menamakan Hukum Kewarisan Islam: Faraid, Fikih Mawaris dan Hukum
al- waris. Perbedaan dalam penamaan ini terjadi karena perbedaan dalam arah yang dijadikan titik utama dalam pembahasan. Kata yang lazim dipakai adalah
faraid. Kata ini digunakan oleh an-nawawi dalam kitab fikih Minhaj al- Thalibin. Oleh al- Mahalliy dalam komentarnya atas matan Minhaj, disebutkan alasan
penggunaan kata tersebut: “Lafazh Faraid merupakan jama’ bentuk plural dari lafazh
faridhah yang mengandung arti mafrudhah, yang sama artinya dengan muqaddarah yaitu: suatu yang ditetapkan bagiannya secara jelas. Di
dalam ketentuan kewarisan Islam terdapat bagian yang ditentukan dibandingkan bagian yang tidak ditentukan. Oleh karena itu, hukum ini
dinamai dengan faraid”.
13
Dengan demikian penyebutan Faraid didasarkan pada bagian yang diterima oleh ahli waris.
Adapun penggunaan kata mawaris lebih melihat kepada yang menjadi objek dari hukum ini yaitu harta yang beralih kepada ahli waris yang masih hidup.
12
Muhammad Amin Suma” Keadilan Hukum Waris Islam “ Jakarta: Raja Grafindo Persada 2013, h. 12.
13
Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, Jakarta:, Prenada 2004 h.5.
12