Gambaran Umum Objek Penelitian

45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Perkembangan Return On Assets ROA Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia saat ini banyak diminati oleh lapisan masyarakat, khususnya masyarakat menengah ke bawah, salah satu Lembaga Keuangan Syariah selain Bank Umum adalah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah atau lebih di kenal dengan sebutan BPRS. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas atau kinerja suatu lembaga khususnya lembaga keuangan adalah ROA. ROA penting bagi bank karena ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfatkan aktiva yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sesudah pajak terhadap total asset. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena tingkat pengembalian return semakin besar. Berikut tabel perkembangan Return On Asset ROA pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia dari Januari 2010 hingga Maret 2015. Tabel 4.1 ROA pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Bulan ROA dalam 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Januari 3.55 2.83 2.65 3.07 2.78 2.31 Februari 3.48 2.84 2.70 3.05 2.81 2.23 Maret 3.57 2.71 2.73 3.06 2.71 2,07 April 3.67 2.65 2.66 3.14 2.56 Mei 3.97 2.73 2.59 3.10 2.47 Juni 3.71 2.72 2.74 2.98 2.77 Juli 3.68 2.74 2.67 2.87 2.45 Agustus 3.52 2.72 2.57 2.63 2.49 September 3.47 2.80 2.58 2.85 2.26 Oktober 3.61 2.39 2.82 2.90 2.18 November 3.59 2.53 2.76 2.89 2.21 Desember 3.49 2.67 2.64 2.79 2.26 Sumber : Bank Indonesia Dari tabel 4.1 diatas dapat tercatat return on assets tertinggi terjadi pada bulan Mei 2010 yaitu sebesar 3.97 . namun peningkatan ini tidak terus terjadi. dan return on assets terendah terjadi pada bulan Maret 2015 yaitu sebesar 2.07, ini merupakan penurunan yang cukup tajam dan merupakan nilai terendah selama tahun penelitian. Grafik 4.2 ROA pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia Sumber : Bank Indonesia data diolah Dari grafik 4.2 di atas dapat dilihat perkembangan return on assets ROA mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Terlihat pada bulan Januari 2010 tercatat return on assets sebesar 3.55 namun pada bulan Oktober 2011 tercatat return on assets mengalami penurunan, yaitu sebesar 2.39, dan meningkat kembali pada bulan April 2013 yaitu sebesar 3.14. Penurunan jumlah return on assets ROA ini disebabkan oleh suku bunga perbankan konvensional yang meningkat dan menjadi daya saing tersendiri bagi bank syariah. Oleh karena itu laba yang dihasilkan oleh perbankan syariah dialokasikan untuk bagi hasil kepada nasabah. 2.0 2.4 2.8 3.2 3.6 4.0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 2010 2011 2012 2013 2014 ROA Pada tahun selanjutnya return on assets ROA terus mengalami peningkatan, dari Oktober 2014 yaitu sebesar 2.18 meningkat sedikit demi sedikit menjadi 2.26 di Desember 2014. Hal ini membuktikan bahwa BPR Syariah meskipun masih baru masuk dalam salah satu lembaga keuangan masyarakat, tetapi sudah mampu mengatasi masalah internal maupun eksternal dengan baik. 2. Tingkat pembiayaan mudharabah pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia Pembiayaan mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnyaa menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan pendanaan. Produk-produk tersebut dapat diterapkan untuk pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa. Faktor yang menjadi sumber utama pendapatan utama bank syariah sampai saat ini adalah asset produktif dalam bentuk pembiayaan. Semakin banyak dana yang bisa disalurkan dalam pembiayaan berarti semakin tinggi earning assets, artinya dana yang dihimpun dari masyarakat dapat disalurkan dalam bentuk pembiayaan yang produktif sehingga tidak banyak asset yang menganggur. Berikut tabel pertumbuhan penyaluran pembiayaan mudharabah di Indonesia dari bulan Januari tahun 2010 sampai dengan Maret tahun 2015 Tabel 4.2 Pembiayaan Mudharabah pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia Bulan Pembiayaan Mudharabah dalam jutaan rupiah 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Januari 53.283 63.569 73.856 95.465 100.689 118.415 Februari 55.735 63.080 74.985 91.994 105.018 118.353 Maret 58.421 64.963 77.306 93.794 109.039 123.975 April 58.065 68.145 81.099 97.595 111.776 Mei 59.665 69.188 85.799 101.908 111.637 Juni 63.453 72.177 90.665 106.968 117.505 Juli 64.044 76.442 88.533 115.038 120.765 Agustus 64.635 79.774 93.411 113.784 120.617 September 66.693 77.476 94.931 120.376 123.717 Oktober 69.549 77.644 94.929 114.559 123.691 November 67.443 75.325 96.085 112.799 124.847 Desember 65.471 75.807 99.361 106.851 122.467 Sumber : Bank Indonesia Dari tabel 4.2 diatas dapat tercatat penyaluran pembiayaan mudharabah tertinggi terjadi pada bulan November 2014 yaitu sebesar 124.847 juta rupiah dan penyaluran pembiayaan mudharabah terendah terjadi pada bulan Januari 2010 yaitu sebesar 53.283 juta rupiah. Grafik 4.2 Pembiayaan Mudharabah Sumber : Bank Indonesia data diolah Dari grafik 4.2 diatas dapat dilihat bahwa pembiayaan mudharabah terus mengalami peningkatan di setiap tahunnya dan dapat dilihat bahwa pembiayaan tertinggi pada tahun 2014. Pada quartal III 2013 jumlah pembiayaan mudharabah menurun, namun keadaan tersebut tidak berlangsung lama, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah masih memiliki daya tahan yang sangat baik dengan dapat meningkatkan fungsi intermediasi bank syariah yang terus berjalan efektif sebagaimana tercermin dari komposisi asset yang didominasi pembiayaan kepada sektor rill terutama sektor usaha kecil dan menengah. 10.8 11.0 11.2 11.4 11.6 11.8 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 2010 2011 2012 2013 2014 LN Mudharabah Hal ini terbukti pada bulan Januari 2013 pembiayaan mudharabah terus mengalami peningkatan yaitu sebesar 95.465 juta rupiah, dan pembiayaan mudharabah terus mengalami peningkatan hingga Maret 2015 yaitu sebesar 123.975 juta rupiah. 3. Tingkat Pembiayaan Musyarakah di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Akad musyarakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan suatu proyek dimana nasabah dan bank bersama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut. Setelah proyek itu selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk bank. Menurut data Bank Indonesia, penggunaan akad musyarakah di Indonesia hingga Maret 2015 adalah sebesar 572.606 juta rupiah. Berikut adalah data perkembangan akad musyarakah dari Januari 2010 hingga Maret 2015. Tabel 4.3 Pembiayaan Musyarakah pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia Bulan Pembiayaan Musyarakah dalam jutaan rupiah 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Januari 136060 215144 238496 312475 394772 537.147 Februari 141483 221510 240671 327014 412607 551.971 Maret 146010 224816 245889 340097 431663 572.606 April 157879 225507 251945 366134 469876 Mei 171155 232499 264210 392032 494356 Juni 178137 239430 283352 402825 505405 Juli 189606 246849 290704 416194 516556 Agustus 195530 255598 297996 412185 531182 September 211680 257560 308354 425588 556451 Oktober 223120 263986 320615 422013 562979 November 225719 264445 335117 434527 567939 Desember 217954 246796 321131 426528 567658 Sumber : Bank Indonesia Dari tabel 4.3 diatas dapat tercatat penyaluran pembiayaan musyarakah tertinggi terjadi pada bulan Maret 2015 yaitu sebesar 572.606 juta rupiah dan penyaluran pembiayaan musyarakah terendah terjadi pada bulan Januari 2010 yaitu sebesar 136.060 juta rupiah. Grafik 4.3 Pembiayaan Musyarakah Sumber : Bank Indonesia data diolah Dari grafik 4.3 diatas menunjukkan bahwa pembiayaan yang disalurkan kepada nasabah dalam bentuk akad musyarakah mengalami kenaikan di setiap tahunnya. Terbukti pada bulan Januari 2010 jumlah pembiayaan musyarakah yang disalurkan adalah sebesar 136.060 juta rupiah, dan pada bulan Maret 2015 total pembiayaan musyarakah yang disalurkan adalah sebesar 572.606 juta rupiah. Pembiayaan dengan prinsip musyarakah, lebih mengutamakan aplikasinya di sektor rill karena menutup kemungkinan disalurkannya dana pada kepentingan konsumtif dan hanya pada usaha produktif. Dampak lain dari tingginya sistem bagi hasil seperti musyarakah akan mendorong timbulnya pengusaha atau investor yang mengambil keputusan 11.8 12.0 12.2 12.4 12.6 12.8 13.0 13.2 13.4 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 2010 2011 2012 2013 2014 LN Musyarakah bisnis yang berisiko. Hal ini akan menyebabkan berkembangnya berbagai inovasi baru, yang pada akhirnya akan meningkatkan jumlah pembiayaan yang akan disalurkan kepada para nasabah. 4. Tingkat pembiayaan Murabahah di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia Murabahah adalah akad jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Selanjutnya Undang-Undang No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah juga memberikan definisi tentang murabahah dalam penjelasan Pasal 19 ayat 1 huruf D. menurut Penjelasan Pasal 19 ayat 1 huruf D tersebut, yang dimaksud dengan akad murabahah aalah akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang disepakati. Menurut data bank Indonesia, penggunaan akad murabahah di Indonesia paling banyak diminati oleh masyarakat dibandingkan dengan akad mudharabah dan musyarakah, sehingga jumlah pembiayaan yang diberikan kepada nasabah paling besar. Hingga Maret 2015 adalah sebesar 4.132.430 miliar rupiah. Berikut tabel data perkembangan pembiayaan murabahah pada Bank Pembiayaan rakyat Syariah di Indonesia dari bulan Januari tahun 2010 hingga Maret tahun 2015. Tabel 4.4 Pembiayaan Murabahah pada Bank Pembiayaan rakyat Syariah di Indonesia Bulan Pembiayaan Murabahah dalam jutaan rupiah 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Januari 1277588 1648173 2206455 2875131 3569175 3.990.394 Februari 1331195 1692259 2287665 2949093 3650853 4.054.034 Maret 1359346 1706035 2362617 3015982 3718012 4.132.430 April 1406532 1753431 2430331 3120674 3769009 Mei 1448029 1848734 2509860 3221051 3810577 Juni 1487086 1930667 2586517 3314377 3857695 Juli 1519599 1984548 2665612 3388590 3865210 Agustus 1540553 2044532 2686926 3374622 3854672 September 1549744 2031305 2742817 3424416 3899660 Oktober 1595058 2079543 2784644 3468913 3918522 November 1595644 2148849 2826537 3515764 3940199 Desember 1621526 2154494 2854646 3546361 3965543 Sumber : Bank Indonesia Dari tabel 4.4 diatas dapat tercatat penyaluran pembiayaan murabahah tertinggi terjadi pada bulan Maret 2015 sebesar 4.132.430 miliar rupiah dan penyaluran pembiayaan murabahah terendah terjadi pada bulan Januari 2010 yaitu sebesar 1.277.588 juta rupiah. Berikut grafik yang menunjukkan pertumbuhan penyaluran pembiayaan murabahah di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia. Grafik 4.4 Pembiayaan Murabahah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Sumber : Bank Indonesia data diolah Dari grafik 4.4 diatas dapat diketahui bahwa jumlah pembiayaan dengan akad murabahah terus mengalami peningkatan di setiap tahunnya. Pada grafik diatas menjelaskan adanya kenaikan di setiap tahunnya, dapat dilihat dari tahun 2010 bulan Januari jumlah penyaluran pembiayaan murabahah sebesar 1.277.588 miliar rupiah hingga Maret 2015 jumlah pembiayaan murabahah terus meningkat sebesar 4.132.430 miliar rupiah. Dari grafik1.6 pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah terdapat perbedaan dengan grafik pembiayaan murabahah, yaitu pada pembiayaan murabahah di setiap bulannya mengalami kenaikan yang signifikan, karena pembiayaan murabahah banyak diminati oleh masyarakat. 5. Tingkat NPF pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia 14.0 14.2 14.4 14.6 14.8 15.0 15.2 15.4 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 2010 2011 2012 2013 2014 LN Murabahah Pasa bank syariah istilah Non Performing Loan NPL diganti dengan Non Performing Financing NPF karena dalam bank syariah menggunakan prinsip pembiayaan non lancar atau yang juga di kenal dengan dengan istilah Non Performing Financing NPF dalam perbankan syariah adalah jumlah pembiayaan yang tergolong lancar yaitu dengan kualitas kurang lancar. Diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tentang kualitas aktiva produktif. Jadi, pembiayaan non lancar merupakan pembiayaan yang ada pada awalnya tergolong lancar, akan tetapi dalam perjalanannya pembiayaan tersebut dapat tergolong kepada pembiayaan yang kurang lancar, diragukan bahkan macet. NPF merupakan tingkat rasio yang dihadapi bank. NPF adalah jumlah pembiayaan yang bermasalah dan kemungkinan tidak dapat ditagih. Semakin besar nilai NPF maka semakin buruk kinerja bank tersebut. Berikut data perkembangan NPF pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia dari Januari 2010 hingga Maret 2015. Tabel 4.5 NPF Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia Bulan NPF dalam 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Januari 7.36 6.79 6.68 6.91 7.77 8.97 Februari 7.48 7.04 6.61 7.33 7.71 9.11 Maret 7.37 7.15 6.42 7.21 7.74 10.36 April 7.19 7.02 6.50 7.32 8.00 Mei 7.13 6.82 6.47 7.69 8.23 Juni 6.92 7.09 6.39 7.25 8.18 Juli 7.16 7.00 6.68 7.35 8.62 Agustus 7.18 7.05 6.91 7.89 8.63 September 7.43 7.05 6.87 7.58 8.68 Oktober 7.48 7.05 6.83 7.48 8.94 November 7.53 7.05 6.80 7.34 8.81 Desember 6.50 7.05 6.15 6.50 7.89 Sumber : Bank Indonesia Dari tabel 4.5 diatas dapat tercatat pembiayaan bermasalah NPF tertinggi terjadi pada bulan Maret 2015 sebesar 10.36 hal ini mengindikasikan bahwa mungkin Bank Pembiayaan Rakyat Syariah kurang berhati-hati dalam memberikan pinjaman, sedangkan pembiayaan bermasalah NPF terendah terjadi pada bulan Desember 2012 yaitu sebesar 6.15 hal ini membuktikan bahwa pada bulan Desember 2012 bank pembiayaan rakyat syariah dapat menyalurkan dananya secara tepat kepada peminjam. Sehingga jumlah pengembalian sesuai dengan akad yang telah ditentukan. Berikut grafik yang menunjukkan pembiayaan bermasalah pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia. Grafik 4.5 NPF Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia Sumber : Bank Indonesia data diolah Dari grafik 4.5 yang disajikan diatas, terlihat bahwa perkembangan nilai Non Performing Financing NPF mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat dari tidak stabilnya nilai Non Performing Financing NPF di setiap tahunnya. Ketidakstabilan ini disebabkan jumlah pembiayaan yang disalurkan cukup banyak namun tingkat pengembaliannya sedikit. Meskipun jumlah pembiayaan yang dikeluarkan semakin banyak. Namun tingkat risiko pengembalian juga meningkat. Pembiayaan non lancar hal yang selalu ditemukan dalam setiap lembaga keuangan syariah. Pembiayaan non lancar bukan merupakan suatu hal yang harus dihindari dan tidak boleh sama sekali terjadi, karena setiap pembiayaan adalah melibatkan nasabah dalam praktiknya, dan setiap nasabah menjalankan kegiatan dengan kondisi dan tingkat keberhasilan yang berbeda- beda. 6 7 8 9 10 11 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 2010 2011 2012 2013 2014 NPF

B. Hasil dan Pembahasan

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH NON PERFORMING FINANCING PEMBIAYAAN MURABAHAH, MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH TERHADAP PROFITABILITAS PADA BANK UMUM SYARIAH

0 5 96

Analisis Pengaruh Non Performing Financing Pembiayaan Murabahah, Mudharabah dan Musyarakah Terhadap Profitabilitas pada Bank Umum Syariah

0 12 7

Pengaruh Tingkat Risiko Pembiayaan Murabahah, Musyarakah dan Financing To Deposit Ratio (FDR) Terhadap Profitabilitas pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Periode 2012-2015

0 4 104

PENGARUH PEMBIAYAAN MURABAHAH, PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH Pengaruh Pembiayaan Murabahah, Pembiayaan Musyarakah Dan Pembiayaan Mudharabah Terhadap Profitabilitas Bank Syariah (Studi Kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.).

0 3 15

PENGARUH PEMBIAYAAN MURABAHAH, PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH Pengaruh Pembiayaan Murabahah, Pembiayaan Musyarakah Dan Pembiayaan Mudharabah Terhadap Profitabilitas Bank Syariah (Studi Kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.).

0 2 15

PENGARUH PEMBIAYAAN MURABAHAH, PEMBIAYAAN MUDHARABAH, DAN NON PERFORMING FINANCING (NPF) TERHADAP PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA TAHUN 2010-2014 - Perbanas Institutional Repository

0 0 17

PENGARUH PEMBIAYAAN MURABAHAH, PEMBIAYAAN MUDHARABAH, DAN NON PERFORMING FINANCING (NPF) TERHADAP PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA TAHUN 2010-2014 - Perbanas Institutional Repository

0 0 15

PENGARUH PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH TERHADAP NON PERFORMING FINANCING (NPF) PADA BANK UMUM SYARIAH - Perbanas Institutional Repository

0 0 22

PENGARUH PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH TERHADAP NON PERFORMING FINANCING (NPF) PADA BANK UMUM SYARIAH - Perbanas Institutional Repository

0 0 15

PENGARUH NON PERFORMING FINANCING PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN NON PERFORMING FINANCING PEMBIAYAAN MUSYARAKAH TERHADAP PROFITABILITAS PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA - repository perpustakaan

0 0 14