kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung sesuai dengan porsi dana masing- masing.
15
G. Pengertian Pembiayaan Murabahah
Murabahah al- bai’ bi tsaman ajil lebih dikenal sebagai murabahah saja.
Murabahah yang berasal dari kata ribhu keuntungan, adalah transaksi jual beli di mana bank menyebut jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual,
sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan marjin.
16
Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah
disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya akad. Dalam perbankan murabahah selalu dilakukan dengan cara pembayaran cicilan bi tsaman ajil, atau
muajjal. Dalam transaksi ini barang diserahkan segera setelah akad, sementara pembayaran dilakukan secara tangguh atau cicilan.
17
H. NPF Non Performing Financing
Perkembangan pemberian pembiayaan yang paling tidak menggembirakan bagi pihak bank adalah apabila pembiayaan yang diberikannya ternyata menjadi
15
Penjelasan Pasal 19 ayat 1 huruf c UU Perbankan Syariah
16
Adiwarman A.Karim, “Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta : PT
Rajagrafindo. h. 98
17
Adiwarman A.Karim, “Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan h. 98
bermasalah. Hal ini terutama disebabkan oleh kegagalan pihak debitur memenuhi kewajibannya untuk membayar angsuran cicilan pokok pembiayaan beserta bagi
hasil yang telah disepakati kedua belah pihak dalam perjanjian pembiayaan.
18
NPF Non performing Financing adalah tingkat pengembalian pembiayaan yang diberikan deposan kepada bank dengan kata lain NPF
merupakan tingkat pembiayaan macet pada bank tersebut. NPF diketahui dengan cara menghitung pembiayaan non lancar terhadap total pembiayaan. Apabila
semakin rendah NPF maka bank tersebut akan semakin mengalami keuntungan, sebaliknya bila tingkat NPF tinggi bank tersebut akan mengalami kerugian yang
diakibatkan tingkat pengembalian pembiayaan macet. Perhitungan Non Performing Financing NPF sesuai dengan Peraturan
Bank Indonesia No 13 Tahun 2011 yaitu perbandingan antara pembiayaan yang memiliki Kualitas Kurang Lancar Kol 2, Diragukan Kol 3, dan Macet Kol 4
dibandingkan dengan Total Pembiayaan yang disalurkan.
19
Rumus : NPF =
Pembiayaan kol 2-4 x 100
Total Pembiayaan
I. ROA Return On Asset
18
Lukman Dendawijaya, ” Manajemen Perbankan Ed. 2” , Galia Indonesia : Bogor, 2005.
h.81
19
www.bi.go.id di akses pada 10 Januari 2010
Laba merupakan tujuan utama bank dalam mengelola dana yang tersedia. Semakin banyak dana yang dikelola maka diharapkan semakin banyak pula
keuntungan yang didapat. Dalam menghitung laba, ada banyak rasio yang digunakan. Dalam pengukuran profitabilitas ini penulis memilih pendekatan
Return On Assets ROA, karena dengan menggunakan ROA dapat mempertimbangkan bagaimana kemampuan manajemen bank dalam memperoleh
laba secara keseluruhan. Tingkat profitabilitas dengan pendekatan ROA ini bertujuan untuk mengukur kemampuan bank dalam mengelola aktiva yang
dikuasainya untuk menghasilkan income. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas
adalah ROA. ROA penting bagi bank karena ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan
aktiva yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sesudah pajak terhadap total asset. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan
semakin baik, karena tingkat pengembalian return semakin besar.
20
Rumus untuk menghitung Return On Assets ROA tersebut adalah :
= x 100
20
Dahlan Siamat, “Manajemen Lembaga Keuangan Kebijakan Moneter dan Perbankan”, Edisi ke 5. 2005 Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. h. 102
ROA penting bagi bank karena ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan
asset yang dimiliki. Menurut ketentuan Peraturan Bank Indonesia No. 623DPNP tahun 2004, bahwa standar yang paling baik untuk ROA dalam ukuran bank-bank
Indonesia minimal 1,5. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank
tersebut dari segi penggunaan asset.
21
J. Keterkaitan Antar Variabel