16
BAB II LANDASAN TEORI
A. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
1. Pengertian Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Sebelumnya disebut sebagai Bank Perkreditan Rakyat Syariah BPRS disebut juga Bank At-Tamwil as-
Sya’bi al-islami, yaitu bank yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatan usahanya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan
syariah mendefinisikan Bank Perkreditan Rakyat Syariah sebagai Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
4
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah BPRS sebagai salah satu lembaga keuangan perbankan syariah, yang pola operasionalnya mengikuti prinsip-
prinsip syariah ataupun muamalah Islam. BPR Syariah didirikan sebagai langkah aktif dalam rangka restrukturisasi perekonomian Indonesia yang
dituangkan dalam berbagai paket kebijakan keuangan, moneter, dan perbankan secara umum, dan secara khusus mengisu peluang terhadap
kebijakan bank konvensional dalam penetapan tingkat suku bunga rate of
4
Ahmad Ifham Sholihin. “ Buku Pintar Ekonomi Syariah” 2010 Jakarta : PT Gramedia Pusta Utama. h. 149
interest, yang selanjutnya BPRS secara luas dikenal sebagai system perbankan bagi hasil atau system perbankan Islam.
Menurut Undang-undang UU Perbankan No. 7 Tahun 1992, Bank Perkreditan Rakyat adalah lembaga keuangan yang menerima simpanan uang
hanya dalam bentuk deposito berjangka tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dalam bentuk itu dan menyalurkan dana sebagai usaha
BPR. Sedangkan pada Undang-undang Perbankan No. 10 Tahun 1998, disebutkan bahwa BPR adalah lembaga keuangan bank yang melaksanakan
kegiatan usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah.
5
Bank Perkreditan Rakyat Syariah BPRS merupakan perbankan yang unik, dimana bank ini beroperasi dalam skala kecil, diperuntukkan melayani
Usaha Kecil dan Mikro UMK, dan tidak diperkenankan melayani simpanan dalam bentuk rekening giro. BPRS beroperasi pada wilayah Kabupaten
ataupun Kotamadya dengan jangkauan yang terbatas sebagaimana permodalannya yang relative kecil.
6
2. Landasan Hukum Pendirian BPR Syariah pada mulanya mempunyai tujuan utama yakni
menghindari riba dan mengamalkan prinsip-prinsip syariah dalam perbankan khususnya, akan tetapi BPRS dibentuk untuk tujuan kemaslahatan umat.
5
Lukman Hakim dan Muhammad Sholahuddin. “Lembaga Ekonomi dan Keuangan Syariah Kontemporer
”. 2008 Surakarta : Muhammadiyah University Press hal.109
6
Siregar Sapruddin, “ Performance Appraisal pada BPRS”. Jurnal Manajemen Bisnis, Voulume 1 Nomor 1tahun 2008 hal.27
Di dalam Al-Quran, beberapa ayat yang berhubungan dengan pelarangan riba, diantaranya Q,S, Ar-Rum [30] : 39, Q,S, Al-Baqarah [2] :
275, Q,S, Al-Baqarah [2] : 278 dan Q,S, An-Nisa [4] : 146. 1 Al-
Qur’an :
Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa Riba yang belum dipungut jika kamu orang-orang
yang beriman” Q,S, Al-Baqarah [2] : 278
2 Al-Hadits
“Dikatakan Muhammad ibn ash-shobbah dan zuhairu ibn harb dan ustman ibn abi syaibah mereka berkata diceritakan husyaim dikabarkan
abu zubair dari jabir r.a beliau berkata : Rasulullah SAW mengutuk makan riba, wakilnya dan penulisnya, serta dua orang saksinya dan
beliau mengatakan mereka itu sama-sama dikutuk. Diriwayatkan oleh Muslim
7
3. Perbedaan BPR Syariah dengan BPR Konvensional Pada dasarnya aktifitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah BPRS
tidak jauh berbeda dengan BPR pada umumnya, perbedaan terletak pada konsep dasar operasionalnya yang berlandaskan pada ketentuan-ketentuan
7
As- shanani, “subulussalam”, terjemahan Abu Bakar Muhammad Surabaya: Al-Ikhlas
1995, h. 126-128
Islam. Hal pokok yang menjadi faktor pembeda BPR Syariah dengan BPR konvensional yaitu adanya insentif bunga pada BPR konvensional dan
insentif bagi hasil pada BPR Syariah. Selain itu, penyaluran dana pada BPR Konvensional ke masyarakat disebut dengan “kredit” serta dalam
menentukan harga atau cara penentuan keuntungan yang akan diperoleh manajemen bank menggunakan prinsip bunga.
Sedangkan pada BPR Syariah, penyaluran dana ke masyarakat disebut dengan “pembiayaan” serta menggunakan prinsip-prinsip yang
sesuai dengan ajaran Islam. Prinsip-prinsip tersebut adalah prinsip bagi hasil mudharabah.
Prinsip penyertaan modal musyarakah, prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan murabahah atau pembiayaan barang modal
berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan ijarah atau dengan adanya pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh
pihak lain ijarah wa iqtina. Perbedaan BPR Syariah dengan BPR Konvensional :
8
1 Untuk Akad, BPRS memiliki akad yang sesuai dengan hukum Islam dimana segala macam bentuk perjanjian atau perikatan dibuat di awal
transaksi.
8
Budisantoso Totok.”Bank dan Lembaga Keuangan Lain”. 2006 Jakarta : Salemba Empat,hal. 100
2 Untuk Prinsip, merupakan landasan awal terjadinya akad yang berbasis syariah.
3 Untuk Pola Operasi, dimana dalam BPRS tidak menempatkan sistem bunga sebagai pijakan peminjaman kredit melainkan menggunakan
sistem “bagi hasil” sebagai dasarnya. Sedangkan BPR Konvensional menggunakan sistem bunga.
4 Untuk Pendapatan, hal ini dapat dibuktikan dengan pesatnya hasil yang diperoleh pada pola bagi hasil yang sudah diperhitungkan dengan
baik. 5 Untuk Sistem Pengawasan, BPRS mempunyai Dewan Syariah
Nasional dan Dewan Pengawas Syariah yang langsung di audit oleh tenaga-tenaga professional, dibawah BI Bank Indonesia dan IB
Islamic Bank 6 Untuk Hubungan, antara nasabah dengan pegawai memiliki kesamaan
hak, berbeda dengan BPR Konvensional.
B. Pembiayaan