terbentuknya tindakan sesorang, dimana dalam hal ini tindakan yang dimaksud adalah dalam hal mengkonsumsi makanan, itu dikarenakan tidak semua orang
yang berpengetahuan yang baik maka pola makan atau tindakannya dalam mengkonsumsi makanan juga baik pula, begitu juga sebaliknya. Hal ini tidak
sejalan dengan penelitian Nurbaiti 2013 yang menyatakan bahwa pengetahuan remaja putri yang diteliti di SMA Negeri 11 Banda Aceh berhubungan dengan
frekuensi makan.
5.4. Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Jenis Makanan yang
Dikonsumsi
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan gizi dengan frekuensi makan dengan nilai p = 0,557 p
0,05. Hasil tabulasi silang yang dilakukan antara pengetahuan gizi dengan jenis makanan yang dikonsumsi, menunjukkan bahwa remaja putri yang memiliki
pengetahuan gizi baik tetapi konsumsi jenis makanan yang dianjurkan 4 jenis bahan makanan dalam sehari berada pada kategori tidak baik 68,8. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan yang cukup baik belum tentu siswi dapat mengkonsumsi makanan dalam jenis yang beragam, ini disebabkan bukan
hanya pengetahuan mereka tentang makanan yang baik dan sehat tetapi juga karena kurangnya biaya untuk memenuhi kebutuhan akan jenis makanan yang
dikonsumsi mereka. Hal ini sesuai dengan pendapat Almatsier 2001 yang mengatakan
konsumsi makanan dalam keluarga dipengaruhi jumlah dan jenis pangan yang dibeli, pemasakan, distribusi dalam keluarga dan kebiasaan makan secara
Universitas Sumatera Utara
perseorangan, selain itu konsumsi juga tergantung pada pendapatan, agama, adat istiadat dan pendidikan keluarga yang bersangkutan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Iqbal 2013, yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan jenis makanan yang
dikonsumsi, hal ini menunjukkan bahwa pola makan seseorang bukan hanya dipengaruhi oleh pengetahuan gizi, melainkan ada juga beberapa faktor lain yang
mempengaruhinya. Asumsi faktor lain tersebut berupa ketersediaan waktu untuk makan, ketersediaan bahan makanan, uang jajan, dan pendapatan keluarga.
5.5. Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Jumlah Makanan yang
Dikonsumsi
1. Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Jumlah Makanan Pokok yang Dikonsumsi
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan gizi dengan jumlah makanan pokok
yang dikonsumsi, dengan nilai p = 0,659 p 0,05. Hasil tabulasi silang yang dilakukan antara pengetahuan gizi dengan jumlah makanan pokok
yang dikonsumsi, menunjukkan bahwa remaja putri yang memiliki pengetahuan gizi yang baik tetapi konsumsi jumlah makanan pokoknya
berada pada kategori tidak baik 73,9 . Hal ini dikarenakan siswi SMP Negeri 2 Kotapinang lebih sering makan itu 2 bahkan 1 hari sekali, mereka
lebih sering mengkonsumsi makanan jajanan, alasannya karena makanan jajanan lebih enak daripada makan nasi.
Universitas Sumatera Utara
2. Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Jumlah Lauk Pauk yang Dikonsumsi Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
bermakna antara tingkat pengetahuan gizi dengan jumlah lauk pauk yang dikonsumsi, dengan nilai p = 0,944 p 0,05. Hasil tabulasi silang yang
dilakukan antara pengetahuan gizi dengan jumlah lauk pauk yang dikonsumsi, menunjukkan bahwa remaja putri yang memiliki pengetahuan
gizi baik justru dalam mengkonsumsi jumlah lauk pauk dalam keadaan tidak baik 62,5. Hal ini dikarenakan pemenuhan makanan khususnya
lauk pauk sangatlah kurang pada keluarga remaja putri yang disebabkan ketidak adaan biaya orang tua untuk memnuhi kebutuhan makan lauk pauk
yang lebih mengandung zat besi tinggi seperti daging, dan ikan karena didaerah Kotapinang itu sendiri harga daging dan ikan itu sangat mahal
terutama daging, mereka hanya bisa mengonsumsi daging hampir setiap 1 tahun sekali pada saat musim lebaran haji tiba, karena keadaan inilah yang
membuat mereka hanya bisa mengonsumsi lauk pauk yang seadanya. 3. Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Jumlah Sayuran yang Dikonsumsi
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan gizi dengan jumlah sayuran yang
dikonsumsi, dengan nilai p = 0,097 p 0,05. Hasil tabulasi silang yang dilakukan antara pengetahuan gizi dengan jumlah sayuran yang
dikonsumsi, menunjukkan bahwa remaja putri yang memiliki pengetahuan gizi baik tetapi konsumsi jumlah sayur setiap harinya sangatlah tidak baik .
Hal ini dikarenakan pengetahuan remaja putri tentang pentingnya
Universitas Sumatera Utara
mengonsumsi sayuran agar terhindar dari permasalahan gizi seperti anemia sangatlah rendah, selain itu juga remaja putri lebih suka makan itu
tidak dengan sayuran, mereka lebih sering makan itu hanya dengan nasi dan lauk pauk alasan mereka tidak mau memakan sayuran itu dikarenakan
rasa dan aroma dari sayuran itu sendiri sangatlah tidak enak, kalaupun mereka mau memakan sayuran itu hanya sayuran jenis tertentu saja karena
rasa dan aromanya berbeda dengan sayuran yang lain. 4. Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Jumlah Buah yang Dikonsumsi
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan gizi dengan jumlah buah yang
dikonsumsi, dengan nilai p = 0,140 p 0,05. Hasil tabulasi silang yang dilakukan antara pengetahuan gizi dengan jumlah buah yang dikonsumsi,
menunjukkan bahwa remaja putri yang memiliki pengetahuan gizi baik tetapi jumlah konsumsi buah pada remaja putrid berada dalam kategori
tidak baik. Hal ini dikarenakan sama seperti konsumsi sayuran kurangnya pengetahuan remaja putri itu tentang pentingnya mengonsumsi buah setiap
harinya untuk memenuhi kebutuhan gizi didalam tubuh setiap harinya, selain itu juga ketersediaan buah didaerah tersebut sangatlah sedikit,
karena sedikitnya buah yang ada disana menyebabkan harga buah didaerah tersebutpun sangatlah mahal, dan di daerah tersebut buah banyak dijumpai
ketika musim buah tiba.
Universitas Sumatera Utara
5.6 Hubungan Pengetahuan Gizi dengan kejadian Anemia