Pendapatan Pengeluaran Rumah Tangga

4. Pendapatan

Tingkat pendapatan konsumen dilihat dari pendekatan jumlah pengeluaran konsumen perbulan. Pendapatan yang diterima dalam suatu keluarga akan mempengaruhi permintaan daging sapi. Pendapatan yang diterima tiap kelas berbeda-beda. Pendapatan rata-rata kelas menengah atas akan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan kelas menengah bawah. Pendapatan total keluarga merupakan jumlah total pendapatan yang didapat dari seluruh anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah tersebut. Jumlah pengeluaran oleh masing-masing kelompok masyarakat kelas menengah atas dan kelas menengah bawah dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Jumlah konsumsi daging sapi oleh konsumen berdasarkan penggolongan kelas rumah tangga di Kota Bandar Lampung Kelas Jumlah responden rumah tangga Rata-rata pengeluaran Rp Jumlah konsumsi daging sapi Kgbln Kelas menengah atas a. Kedamaian 33 3.076.082 6,66 b. Tanjung Gading 9 1.556.786 0,5 Kelas Menengah bawah a. Garuntang 18 1.528.003 0,7 b. Way Lunik 16 1.362.883 0,7 Jumlah 76 7.523.753 8,56 Berdasarkan Tabel 11, dapat dilihat bahwa pendapatan yang diterima dalam suatu keluarga akan mempengaruhi permintaan daging sapi. Pendapatan tertinggi diterima oleh masyarakat menengah atas yaitu Kelurahan Kedamaian sebesar Rp 3.076.082 dan pendapatan terendah diterima oleh masyarakat menengah bawah yaitu Kelurahan Way Lunik sebesar Rp 1.362.883. Konsumsi daging sapi pada kelas menengah atas adalah sebesar 7,16 kg per bulan, sedangkan pada kelas menengah bawah sebesar 1,4 kg per bulan. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat menengah atas dengan pendapatan yang tinggi akan lebih banyak mengkonsumsi lauk yang memiliki prestise tinggi dengan harga yang relatif mahal, seperti daging sapi, dibandingkan dengan masyarakat dengan pendapatan rendah akan lebih banyak mengkonsumsi tahu dan tempe.

5. Pengeluaran Rumah Tangga

Pengeluaran rumah tangga di Kota Bandar Lampung terdiri dari pengeluaran pangan dan non pangan. Pengeluaran pangan terdiri dari pangan pokok, sayur- mayur, lauk-pauk, makanan jajanan, dan makanan lain. Sedangkan pengeluaran non pangan terdiri dari biaya trasportasi, komunikasi, pemeliharaan badan, kesehatan, bahan bakar, iuran, pajak, pendidikan, pakaian, pemeliharaan, aktifitas sosial, dan lain-lain. Rata-rata pengeluaran rumah tangga pada kelas menengah atas di Kota Bandar Lampung baik pangan maupun non pangan per bulan adalah sebesar Rp 2.750.518 Tabel 12, pengeluaran rumah tangga untuk pangan 40,51 persen lebih kecil dibandingkan pengeluaran untuk non pangan 59,49 persen. Sedangkan rata-rata pengeluaran rumah tangga pada kelas menengah bawah di Kota Bandar Lampung baik pangan maupun non pangan per bulan adalah sebesar Rp 1.450.299 Tabel 12, pengeluaran rumah tangga untuk pangan 51,41persen lebih besar dari pada pengeluaran untuk non pangan 48,59 persen. Rincian pengeluaran rumah tangga berdasarkan penggolongan kelas di Kota Bandar Lampung dapat dilihat pada berikut. Tabel 12. Rata-rata pengeluaran rumah tangga berdasarkan penggolongan kelas di Kota Bandar Lampung, tahun 2010 Kelas Jenis Pengeluaran Rumah Tangga Rata-rata Pengeluaran Rp Persentase Kelas menengah atas Pengeluaran pangan : 1.114.361 40.51 a. Pangan pokok 269.883 9.81 b. Sayur-mayur 35.000 1.27 c. Lauk-pauk 258.368 9.39  Daging sapi 8.975 0.33  Olahan daging sapi 67.274 2.45  Ikan segar 45.595 1.66  Ikan tawar 4.655 0.17  Ikan asin 4.460 0.16  Ayam ras 22.405 0.81  Ayam buras 7.643 0.28  Tempe 43.190 1.57  Olahan Tempe 5.725 0.21  Tahu 17.167 0.62  Telur 31.280 1.14 d. Buah-buahan 31.405 1.14 e. Makanan jajanan 186.036 6.76 f. Lain-lain bumbu dapur, bawang, kopi, dsb 333.670 12.13 Pengeluaran non pangan : 1.636.157 59.49 a. Pemeliharaan badan dan kesehatan 89.690 3.26 b. Transportasi dan komunikasi 475.107 17.27 c. Bahan bakar 61.131 2.22 d. Iuran dan pajak 143.952 5.23 e. Pendidikan 126.000 4.58 f. Pemeliharaan 115.714 4.21 g. Pakaian dan sandal 17.976 0.65 h. Aktifitas sosial dan lain- lain rekreasi, mainan, dsb 606.586 22.05 Jumlah 2.750.518 100.00 Kelas menengah bawah Pengeluaran pangan : 745.590 51.41 a. Pangan pokok 242.271 16.70 b. Sayur-mayur 20.221 1.39 c. Lauk-pauk 120.962 8.34  Daging sapi 2.151 0.15  Olahan daging sapi 28.735 1.98  Ikan segar 17.176 1.18  Ikan tawar 1.706 0.12  Ikan asin 5.082 0.35  Ayam ras 7.375 0.51  Ayam buras 0.00  Tempe 29.515 2.04  Olahan Tempe 2.544 0.18  Tahu 7.838 0.54  Telur 18.838 1.30 d. Buah-buahan 5.676 0.39 e. Makanan jajanan 93.285 6.43 f. Lain-lain bumbu dapur, bawang, kopi, dsb 263.175 18.15 Pengeluaran non pangan : 704.709 48.59 a. Pemeliharaan badan dan kesehatan 34.782 2.40 b. Transportasi dan komunikasi 234.176 16.15 c. Bahan bakar 49.588 3.42 d. Iuran dan pajak 83.529 5.76 e. Pendidikan 60.559 4.18 f. Pemeliharaan 48.529 3.35 g. Pakaian dan sandal 3.088 0.21 h. Aktifitas sosial dan lain- lain rekreasi, mainan, dsb 190.456 13.13 Jumlah 1.450.299 100.00 Berdasarkan Tabel 12, dapat dilihat bahwa distribusi pendapatan dapat mempengaruhi permintaan terhadap berbagai jenis komoditas. Bila pendapatan berada pada kalangan menengah atas, maka permintaan akan komoditas mewah maupun komoditas sekunder tinggi. Sedangkan pada kalangan menengah bawah, permintaan terhadap komoditas yang dibutuhkan tinggi dan permintaan akan komoditas mewah maupun komoditas sekunder rendah. Jenis Pekerjaan Besarnya pendapatan total keluarga ditentukan oleh jenis pekerjaan yang menjadi pekerjaan tetap kepala rumah tangga. Pekerjaan yang menjadi sumber pendapatan konsumen ada tujuh jenis yaitu wiraswasta, karyawan swasta, Pegawai Negri Sipil PNS, pedagang, buruh, supir dan tukang. Responden sebagian besar bekeja sebagai buruh yaitu 23,68 persen sedangkan responden yang bekerja sebagai supir jumlahnya paling sedikit yaitu 3,94 persen. Adapun jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Jenis pekerjaan, jumlah, pendapatan, dan konsumsi daging sapi oleh konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung no Jenis pekerjaan Jumlah responden rumah tangga Rata-rata pendapatan Rpbulan Konsumsi daging sapirumah tangga kgbln 1 Wiraswasta 11 4.655.775 4.61 2 Kary.Swasta 16 2.323.861 1.15 3 PNS 12 2.555.840 2.55 4 Pedagang 6 1.637.742 0.25 5 Buruh 18 1.304.600 6 Supir 3 1.156.258 7 Tukang 10 898.855 Jumlah 76 14.532.931 8.56 Dari Tabel 13, terlihat bahwa besarnya pendapatan yang diterima suatu rumah tangga dengan jenis pekerjaan yang berbeda mengakibatkan banyaknya konsumsi daging sapi yang dikonsumsi juga berbeda. Rumah tangga dengan jenis pekerjaan sebagai wiraswasta lebih banyak mengkonsumsi daging sapi, kemudian diikuti oleh rumah tangga dengan pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil PNS dan karyawan swasta. Rumah tangga dengan pekerjaan sebagai buruh, supir dan tukang, tidak mengkonsumsi daging sapi, ini disebabkan rumah tangga dengan pekerjaan tersebut menerima pendapatan lebih sedikit sehingga alokasi pendapatan untuk konsumsi daging sapi tidak ada.

B. Pola Konsumsi

Pola konsumsi daging sapi merupakan susunan dari beragam jenis makanan tersebut dan hasil olahannya yang biasa dimakan dalam jumlah, jenis, frekuensi maupun sumber bahan makanan tersebut. Daging sapi dapat dijadikan menu masakan yang bervariasi sesuai selera keluarga. Daging sapi biasanya diolah dalam berbagai bentuk masakan seperti digoreng, dibakar atau dipanggang, direbus dan lain sebagainya. Adapun beberapa alasan responden dalam melakukan pembelian daging sapi dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Alasan pembelian daging sapi No Alasan Pembelian Jumlah orang Persentase 1 Alasan mengkonsumsi daging sapi a. Sebagai lauk makanan 40 52.63 b. Sebagai kesukaan keluarga 15 19.74 c. Sebagai pemenuhan gizi seimbang 6 7.89 d. Sebagai alternatif menu makanan 15 19.74 2 Bila harga naik a. Ganti dengan lauk yang lebih murah 50 65.79 b. Tidak mengkonsumsi untuk sesaat 15 19.74 c. Tetap mengkonsumsi 3 3.95 d. Mengurangi frekuensi pembelian 8 10.53 3 Alternatif lauk jika tidak ada a. Daging ayam ras 15 19.74 b. Daging ayam buras 2 2.63 c. Ikan segar 30 39.47 d. Lainnya telur, tahu, tempe 29 38.16 4 Lauk yang dikonsumsi bersamaan a. Ikan segar 10 13.16 b. Tahu dan tempe 28 36.84 c. Telur 5 6.58 d. Tidak ada 33 43.42 Dari Tabel 14, terlihat bahwa alasan utama yang dirasakan oleh konsumen dalam mengkonsumsi daging sapi adalah sebagai lauk makan yaitu sebesar 52,63 persen dan 7,89 persen sebagai pemenuhan gizi seimbang. Hal ini menunjukkan bahwa daging sapi cukup banyak dikonsumsi oleh masyarakat di Kota Bandar Lampung. Bila daging sapi terjadi kenaikan harga, maka masyarakat akan menggantikannya dengan lauk yang lebih murah. Daging sapi memiliki prestise tinggi dan harga yang relatif mahal, untuk segi pengolahan daging sapi yang akan dibeli, konsumen cenderung memilih daging sapi yang masih segar, karena dapat dimasak atau diolah sesuai dengan selera keluarga dan harganya lebih murah jika dibandingkan dengan daging sapi yang telah dimasak seperti dendeng dan rendang yang dijual oleh rumah makan. Dalam mengkonsumsi daging sapi, konsumen biasanya menyediakan lauk lainnya seperti ikan, tahu, tempe dan telur. Akan tetapi sebagian besar konsumen tidak mengkonsumsi daging sapi secara bersamaan dengan lauk lain yaitu sebesar 43,42 persen. Sebagian besar konsumen mengkonsumsi daging sapi berdasarkan aspek kebutuhan dan karakteristik daging sapi dikarenakan rasa yang enak serta kandungan gizi yang cukup tinggi. Sedangkan untuk kepraktisan dan harga, konsumen akan cenderung memilih lauk pauk yaitu ikan segar, telur, tahu, dan tempe.

C. Pengetahuan Gizi

Pangan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi, karena dalam pangan terkandung berbagai macam zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Namun, kebutuhan akan pangan hanya diperlukan secukupnya. Kekurangan atau kelebihan zat gizi yang terdapat pada makanan dari kecukupan yang diperlukan oleh tubuh dalam jangka waktu yang lama akan berakibat buruk bagi kesehatan. Oleh karena itu, pengetahuan gizi sangat diperlukan agar dapat memilih makanan yang baik bagi tubuh. Untuk mengetahui pengetahuan gizi responden, maka kepada setiap responden diajukan 12 pertanyaan mengenai pangan dan gizi dimana setiap pertanyaan diberi nilai skor nol, satu, dua dan tiga. Skor 3 diberikan jika jawaban benar, dan skor nol diberikan jika jawabanya salah. Lalu skor-skor tersebut dijumlahkan kemudian ditentukan predikat berdasarkan skor yang telah ditetapkan, yaitu bila skor responden dari 23 maka memperoleh predikat pengetahuan gizi baik, namun bila ≤ 23 maka akan memperoleh predikat rendah. Skor tertinggi yang diperoleh responden adalah 34, sedangkan yang terendah adalah 11. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 14 lampiran. Sebanyak 37 responden 48,7 mempunyai pengetahuan gizi baik, sedangkan sisanya 38 responden 51,3 mempunyai pengetahuan gizi yang rendah. Pengetahuan gizi responden diperoleh melalui berbagai sumber antara lain pada saat disekolah, buku, majalah, surat kabar, televisi dan radio.

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan daging sapi oleh

konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung Analisis ini ditentukan berdasarkan analisis regresi linier berganda dengan menggunakan program SPSS Statistical Package for Social Science versi 13.0 dengan memasukkan seluruh variabel bebas yang diduga berpengaruh terhadap permintaan daging sapi. Model regresi yang digunakan adalah model Ordinary Least Square OLS. Berdasarkan hasil pengolahan data tahap pertama dengan menggunakan metode enter, diperoleh variabel-variabel bebas yang diduga mempengaruhi permintaan terhadap daging sapi yang dapat dilihat di Tabel 14. Tabel 15 menunjukkan bahwa hasil regresi pendugaan model permintaan daging sapi oleh konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung memperlihatkan nilai F hitung untuk konsumen rumah tangga sebesar 22,837, dengan nilai probabilitas 0,000. Hasil tersebut menunjukkan F hitung yang dihasilkan dari analisis regresi permintaan daging sapi oleh konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung tersebut menerangkan bahwa variabel – variabel bebas harga daging sapi X 1 , harga ayam ras pedaging X 2 , harga telur ayam X 3 , harga ayam buras X 4 , harga ikan X 5 , harga tahu X 6 , harga tempe X 7 , jumlah anggota rumah tangga X 8 , pendapatan X 9 , pendidikan X 10 , umur X 11 , dan pengetahuan gizi Dm secara bersama-sama berpengaruh terhadap permintaan daging sapi Y pada tingkat kepercayaan 95 persen. Hasil analisis selanjutnya koefisien determinasi R 2 yang diperoleh sebesar 0,813 yang berarti bahwa 81,3 dari variabel-variabel bebas yaitu, harga daging sapi X 1 , harga ayam ras pedaging X 2 , harga telur ayam X 3 , harga ayam buras X 4 , harga ikan X 5 , harga tahu X 6 , harga tempe X 7 , jumlah anggota rumah tangga X 8 , pendapatan X 9 , pendidikan X 10 , umur X 11 , dan pengetahuan gizi Dm menjelaskan keragaan permintaan daging sapi oleh konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung, sedangkan 18,7 sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi. Tabel 15. Hasil analisis regresi pendugaan model permintaan daging sapi Variabel Koef. Regresi P-value Konstanta -2434 0,004 Harga daging sapi X 1 -2,8 . 10 -6 0,577 Harga ayam ras pedaging X 2 2,33 . 10 -5 0,137 Harga telur X 3 1,54 . 10 -5 0,599 Harga ayam buras X 4 4,36 . 10 -5 0,003 Harga ikan X 5 -4,0 . 10 -6 0,248 Harga tahu X 6 1,17 . 10 -5 0,171 Harga tempe X 7 1,01 . 10 -5 0,485 Jumlah anggota rumah tangga X 8 -0,023 0,079 Pendapatan X 9 1,13 . 10 -7 0,000 Pendidikan X 10 -0,005 0,353 Umur X 11 0,000 0,750 Pengetahuan gizi Dm 0,054 0,108 F-hitung 22,837 R 2 adjutsted 0,777 R 2 0,813 Durbin Watson Sig. 1,970 0,000 Keterangan : = Nyata pada tingkat kepercayaan 80 persen = Nyata pada tingkat kepercayaan 85 persen = Nyata pada tingkat kepercayaan 90 persen = Nyata pada tingkat kepercayaan 95 persen = Nyata pada tingkat kepercayaan 99 persen

1. Uji Asumsi Klasik