Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi

Menurut Almatsier 2002, pola pangan adalah cara seseorang atau sekelompok orang memanfaatkan pangan yang tersedia sebagai reaksi terhadap tekanan ekonomi dan sosio budaya yang dialaminya, dimana pola pangan erat kaitannya dengan kebiasaan. Konsumsi pangan adalah susunan dari berbagai pangan dan hasil olahannya yang biasa dimakan oleh seseorang yang dicerminkan dalam jumlah, jenis, frekuensi dan sumber bahan makanan Suhardjo, dkk. 1986. Menurut Suhardjo, dkk 1986 terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi pola konsumsi pangan sebagian besar penduduk yaitu : 1 Produksi pangan untuk keperluan rumah tangga, 2 pengeluaran untuk keperluan rumah tangga, dan 3 pengetahuan gizi dan ketersediaan pangan. Menurut Hardiansyah 1986 dalam Rangga, dkk 2002, hukum-hukum dasar yang mengawali analisis gizi adalah Hukum Engel dan Hukum Bennet. Menurut Engel, adalah persentase pengeluaran rumah tangga yang dibelanjakan untuk pangan akan semakin berkurang dengan meningkatnya pendapatan sedangkan Hukum Bennet adalah persentase bahan pangan pokok berpati dalam konsumsi pangan rumah tangga semakin berkurang dengan meningkatnya pendapatan rumah tangga dan cenderung beralih pada pangan yang berenergi lebih mahal.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi

Menurut Rahardja, dan Mandala 2000 banyak faktor yang mempengaruhi besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga. Faktor-faktor tersebut dapat di klasifikasikan menjadi tiga besar yaitu : 1 Faktor-faktor ekonomi Empat faktor ekonomi yang menentukan tingkat konsumsi adalah : a. Pendapatan rumah tangga Pendapatan rumah tangga amat besar pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi. Biasanya makin tinggi tingkat pendapatan, tingkat konsumsi makin tinggi, karena ketika pendapatan meningkat, kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi menjadi makin besar atau mungkin juga pola hidup menjadi konsumtif, setidak-tidaknya semakin menuntut kualitas yang baik. b. Kekayaan rumah tangga Kekayaan rumah tangga adalah kekayaan riil rumah, tanah, dan mobil dan finansial deposito berjangka panjang, saham, dan surat-surat berharga. Kekayaan tersebut dapat meningkatkan konsumsi, karena menambah pendapatan. c. Perkiraan tentang masa depan Jika rumah tangga memperkirakan masa depannya makin baik, mereka akan merasa lebih leluasa untuk melakukan konsumsi. Karenanya pengeluaran konsumsi cenderung meningkat. Jika rumah tangga memperkirakan masa depannya makin jelek, mereka pun mengambil ancang-ancang dengan menekan pengeluaran konsumsi. 2 Faktor-faktor demografi Menurut Sumarwan 2003, ada beberapa faktor demografi yang mempengaruhi konsumsi masyarakat, yaitu : a. Jumlah anggota rumah tangga Jumlah anggota rumah tangga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi suatu produk atau jenis makanan tertentu. Rumah tangga dengan jumlah anggota yang lebih banyak akan membeli dan mengkonsumsi beras, daging, sayuran, buah-buahan, dan kacang-kacangan yang lebih banyak dibandingkan dengan rumah tangga yang memiliki anggota lebih sedikit. b. Usia Perbedaan usia juga akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap jenis makanan tertentu. Anak-anak akan memiliki selera yang berbeda dari orang dewasa, sehingga para ibu akan lebih banyak menyajikan makanan sesuai dengan selera anggota rumah tangga. Semakin banyak jenis yang harus dihidangkan, maka tingkat konsumsi suatu rumah tangga akan semakin tinggi. c. Pendidikan dan pekerjaan Pendidikan dan pekerjaan adalah dua karakteristik konsumen yang saling berhubungan. Pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh seorang konsumen. Profesi dan pekerjaan seseorang akan mempengaruhi pendapatan yang diterima. Pendapatan dan pendidikan tersebut kemudian akan mempengaruhi pola konsumsi seseorang. 3 Faktor-faktor non ekonomi Faktor-faktor non ekonomi yang paling berpengaruh terhadap besarnya konsumsi adalah faktor sosial budaya masyarakat. Misalnya, berubahnya pola kebiasaan makan, perubahan etika dan tata nilai karena ingin meniru kelompok masyarakat lain yang dianggap lebih hebat. Menurut Suhardjo 2003, untuk mengetahui pola makan sseorang dapat dilihat dari dua segi salah satunya segi sosial budaya. Segi sosial budaya dibagi menjadi : a. Budaya pangan Budaya suatu rumah tangga mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pola makan seseorang. Budaya juga dapat mempengaruhi seseorang dalam memilih bahan makanan, hal ini juga mempengaruhi jenis, cara, dan bagaimana makanan tersebut disajikan. Pada umumnya kebiasaan makan sesesorang tidak didasarkan atas keperluan fisik akan zat gizi yang terkandung dalam pangan. Kebiasaan ini berasal dari pola pangan yang diterima budaya kelompok dan diajarkan seluruh anggota rumah tangga. Sehingga masing-masing anggota rumah tangga mempunyai selera yang berbeda untuk tiap jenis pangan tertentu. b. Pola makanan Jumlah jenis makanan serta banyaknya bahan makanan dalam pola pangan suatu daerah tertentu, biasanya berkembang dari pangan yang telah ditanam di tempat tersebut untuk jangka waktu panjang. Disamping itu kelangkaan pangan dan kebiasaan bekerja dari rumah tangga berpengaruh pula tehadap pola pangan. c. Pembagian makan dalam rumah tangga Secara tradisional, ayah mempunyai prioritas utama atas jumlah dan jenis makanan tertentu dalam rumah tangga. Jika kebiasaan budaya tersebut diterapkan, maka setelah kepala rumah tangga dan anak pria dilayani, biasanya dimulai dari yang tertua. Wanita, anak wanita dan anak yang masih kecil boleh makan bersama anggota rumah pria, tetapi beberapa lingkungan budaya, mereka terpisah pada meja lain atau bahkan setelah anggota pria selesai makan. d. Besar rumah tangga Hubungan antara laju kelahiran yang tinggi dan kurang gizi, sangat nyata pada masing-masing rumah tangga. Sumber pangan rumah tangga terutama mereka yang sangat miskin, akan lebih mudah memenuhi kebutuhan makanannya yang harus diberi makanan jumlahnya sedikit. Pangan yang tersedia untuk suatu rumah tangga yang besar mungkin cukup untuk rumah tangga yang besarnya setengah dari rumah tangga tersebut, tetapi tidak cukup untuk mencegah gangguan gizi pada rumah tangga yang besar tersebut. e. Faktor pribadi Faktor pribadi dan kesukaan mempengaruhi jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi penduduk. Beberapa diantaranya adalah : 1 banyaknya informasi yang dimiliki seseorang tentang kebutuhan tubuh akan gizi selama beberapa masa dalam perjalanan hidupnya, 2 kemampuan seseorang untuk menerapkan pengetahuan gizi dalam pemilihan pangan dan pengembangan cara pemanfaatan yang sesuai, 3 hubungan keadaan kesehatan seseorang dengan kebutuhan akan pangan untuk pemeliharaan kesehatan dan pengobatan penyakit. f. Pengetahuan gizi Suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada tiga kenyataan : 1 status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan, 2 setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan dan energi, 3 ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi. Kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah umum dijumpai setiap negara di dunia. Kemiskinan dan kekurangan persediaan makanan yang bergizi merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi.

a. Teori Permintaan

Kegunaaan yang dimiliki oleh suatu barang untuk memenuhi kebutuhan manusia mengakibatkan barang tersebut dikonsumsi. Konsumsi seseorang terhadap suatu barang dalam jangka waktu tertentu dengan harga tertentu menunjukkan kuantitas jumlah barang yang diminta. Bila harga barang dihubungkan dengan dimensi waktu, maka harga barang dapat berubah-ubah sepanjang waktu. Perubahan tersebut dimungkinkan karena adanya perubahan dalam biaya produksi, persaingan, keadaan perekonomian dan pengaruh lainnya. Dengan demikian harga suatu barang dapat berbeda-beda pada jangka waktu tertentu. Kuantitas barang yang diminta pada tingkat harga pada jangka waktu tertentu disebut sebagai pemintaan. Menurut Wijaya 1991, pemintaan menunjukkan berbagai jumlah suatu produk yang para konsumen ingin dan mampu membeli pada berbagai tingkat harga yang mungkin selama suatu periode tertentu. Menurut Suhartati, dkk 2003, permintaan adalah berbagai jumlah barang dan jasa yang diminta pada berbagai tingkat harga pada suatu waktu tertentu. Menurut Winardi 1988, permintaan merupakan jumlah barang yang sanggup dibeli oleh para pembeli pada saat tertentu dengan harga yang berlaku pada saat itu. Definisi lain mengatakan permintaan dalam terminology ekonomi adalah jumlah yang diinginkan dan dapat dibeli konsumen dari pasar pada berbagai tingkat harga. Menurut Leftwich 1984, permintaan atas barang adalah berbagai jumlah barang yang akan dibeli oleh konsumen di pasar pada berbagai tingkat harga. Menurut Winardi 1976 dalam Soekartawi 2002 menyatakan bahwa pengertian permintaan adalah jumlah barang yang sanggup dibeli oleh para pembeli pada tempat dan waktu tertentu dengan harga yang berlaku pada saat itu. Menurut Kardariah 1994, jika orang menyatakan permintaan, maka yang dimaksud adalah permintaan yang disertai daya beli terhadap suatu benda. Dalam menganalisis suatu fungsi pemintaan harus dibedakan antara pemintaan dan jumlah yang diminta. Permintaan menggambarkan keadaan keseluruhan daripada hubungan diantara harga dan jumlah permintaan. Sedangkan jumlah barang yang diminta dimaksudkan sebagai banyaknya permintaan pada suatu tingkat harga tertentu Sukirno, 2000. Menurut Sugiarto, dkk 2005, permintaan seseorang atau masyarakat terhadap suatu komoditas ditentukan oleh banyak faktor yaitu : 1. Harga komoditas itu sendiri 2. Harga komoditas lain yang berkaitan erat dengan komoditas tersebut 3. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat 4. Corak distribusi pendapatan mayarakat 5. Citarasa masyarakat 6. Jumlah penduduk 7. Ramalan mengenai keadaan dimasa yang akan datang ,dll Menurut Lipsey 1995, banyaknya barang yang akan dibeli semua rumah tangga pada periode waktu tertentu dipengaruhi oleh : 1 Harga barang itu sendiri, 2 Harga barang yang berkaitan, 3 Rata-rata penghasilan rumah tangga, 4 Selera, 5 Distribusi pendapatan di antara rumah tangga, dan 6 Besarnya populasi atau jumlah penduduk. Untuk mengetahui masing-masing faktor diasumsikan faktor- faktor yang lain tetap ceteris paribus. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : Dx = f Px,Py,Y,T,u Keterangan : Dx = Jumlah barang yang diminta Px = Harga barang itu sendiri Py = Harga barang yang berkaitan Y = Pendapatan konsumen T = Selera u = faktor lainnya Selanjutnya Lipsey 1995, mengatakan bahwa perubahan faktor-faktor diatas akan mempengaruhi kurva permintaan. Kurva permintaan menggambarkan hubungan fungsional antara harga dan jumlah yang diminta. Perubahan harga barang itu sendiri akan menyebabkan perpindahan sepanjang kurva permintaan, kenaikan harga menyebabkan keatas kearah kiri sepanjang kurva permintaan, dengan demikian kuantitas yang diminta akan menurun. Sedangkan perubahan pendapatan, perubahan harga barang yang berkaitan, perubahan selera, perubahan IC 3 jumlah penduduk atau perubahan distribusi pendapatan akan menggeser seluruh kurva permintaan kearah kiri atau kearah kanan. Pergeseran kurva permintaan kearah kiri menunjukkan adanya penurunan permintaan sedangkan pergeseran kurva kearah kanan menunjukkan adanya kenaikan permintaan berarti bahwa banyak yang diminta pada setiap tingkat harga. Proses tersebut dapat dijelaskan melalui Gambar 1. Y IC 2 ICC IC 1 BL 1 BL 2 BL 3 0 x 1 x 2 x 3 X P D 3 D 1 D 2 x 1 x 2 x 3 X Gambar 1. Pergeseran kurva permintaan Hubungan antara harga dengan jumlah yang diminta adalah berbanding terbalik negatif. Jika harga barang naik maka jumlah yang diminta akan turun dan sebaliknya jika harga turun maka jumlah yang diminta akan naik dengan faktor lain tetap. Hubungan yang d emikian disebut “Hukum Permintaan”. Hubungan ini dapat dijelaskan oleh dua keadaan, pertama jika harga suatu barang naik konsumen akan mencari barang pengganti, hal ini dilakukan jika konsumen menginginkan tingkat kepuasan yang lebih tinggi dari setiap rupiah yang dimiliki. Kedua harga naik, pendapatan merupakan kendala pembatas bagi pembelian yang lebih banyak Arsyad, 1987. Menurut Reksoprayitno 2000, faktor-faktor yang menyebabkan perubahan permintaan adalah : 1 Perubahan pendapatan konsumen, 2 Perubahan barang pengganti, 3 Perubahan harga barang komplementer, dan 4 Perubahan citra rasa konsumen. Pada dasarnya permintaan menunjukkan hubungan antara harga dan jumlah barang yang diminta. Hukum permintaan mengatakan bahwa apabila harga suatu barang tinggi, maka jumlah barang yang diminta sedikit dan sebaliknya apabila harga suatu barang rendah, maka jumlah yang diminta banyak. Hukum permintaan tersebut tentunya dengan menggunakan asumsi faktor selain harga dianggap tetap. Dari hukum permintaan terlihat bahwa terjadi hubungan yang terbalik antara harga dan jumlah yang diminta. Harga yang harus dibayar oleh konsumen merupakan halangan yang mencegahnya untuk membeli barang tersebut. Semakin tinggi harga, maka rintangan untuk membeli barang tersebut semakin besar yang mengakibatkan semakin jumlah barang yang dibeli dan sebaliknya Wijaya,1991. Secara teoritis kurva permintaan digambarkan dengan fungsi garis lurus guna memudahkan pemahaman, melalui Gambar 2. H H2 H1 D 0 Q2 Q1 Q Gambar 2. Kurva Permintaan Dari Gambar 2, dapat dijelaskan bahwa pada saat harga berada pada H 1 , maka jumlah yang diminta sebanyak Q 1 dan pada saat harga berada pada H 2 , maka jumlah yang diminta sebanyak Q 2 . Dengan kata lain, semakin tinggi harga, maka jumlah barang yang diminta semakin sedikit dan sebaliknya. Kurva permintaan demand curve menyatakan berapa banyak para konsumen bersedia membeli pada setiap harga per unit yang harus mereka bayar. Fungsi permintaan tersebut menyatakan bahwa jumlah komoditas yang diminta merupakan fungsi dari harganya. Jumlah komoditas yang diminta menggambarkan jumlah komoditas yang diminta pada tingkat harga tertentu. Secara umum hubungan antara harga dan jumlah komoditas yang diminta mempunyai sifat hubungan yang berlawanan arah negatif sehingga pada umumnya kurva permintaan suatu komoditas bersudut negatif terhadap sumbu horizontal. Naiknya nilai suatu variabel diikuti dengan turunnya nilai variabel yang satunya, sehingga kurva permintaan berbagai jenis komoditas pada umumnya menurun dari kiri atas ke kanan bawah. Menurut Suhartati dan Fathororrozi 2003, hukum permintaan tidak berlaku dalam beberapa kasus yaitu : a. Kasus barang Giffen Barang giffen merupakan barang inferior, dimana barang giffen memiliki pengertian semakin tinggi tingkat harga menyebabkan permintaan terhadap barang ini menunjukkan angka yang semakin meningkat. b. Kasus pengaruh harapan dinamis Dynamic Expectation Effect Dalam hal ini, perubahan jumlah yang diminta dipengaruhi oleh perubahan harga yang terkait dengan harapan konsumen. Artinya kenaikan harga suatu barang akan diikuti kenaikan permintaan terhadap barang tersebut, karena terselip adanya harapan bahwa harga barang tersebut akan terus mengalami kenaikan. c. Kasus barang prestise Pada kasus ini memasukkan kepuasan konsumen dalam membeli suatu barang. Semakin tinggi harga suatu barang semakin tinggi kepuasan konsumen sehingga meningkatkan unsur prestise. Menurut Suhartati dan Fathororrozi 2003, perubahan permintaan terhadap suatu barang disebabkan oleh perubahan pendapatan konsumen dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis barang. Jenis barang tersebut adalah : 1. Barang Inferior Yaitu jenis barang yang memiliki kualitas lebih rendah daripada barang normal, barang ini memiliki ciri khas, semakin tinggi tingkat pendapatan konsumen, semakin sedikit permintaan terhadap barang ini, karena konsumen beralih pada barang yang lebih baik. 2. Barang Normal Yaitu jenis barang yang mempunyai ciri khas mengalami kenaikan permintaan sebagai akibat adanya kenaikan pendapatan konsumen. 3. Barang Esensial Yaitu barang kebutuhan pokok atau barang yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Peningkatan pendapatan tidak berpengaruh terhadap peningkatan jumlah permintaannya selama dalam asumsi untuk kebutuhan sehari-hari. Menurut Reksoprayitno 2000, beberapa penyebab perubahan permintaan adalah : a. Perubahan pendapatan konsumen b. Perubahan harga pengganti c. Perubahan harga barang komplementer d. Perubahan cita rasa konsumen Menurut Sugiarto, dkk 2005, pengaruh faktor bukan harga terhadap permintaan adalah : a. Kaitan suatu komoditas dengan berbagai jenis komoditas lainnya. Dalam hubungannya dengan permintaan akan suatu komoditas, kaitan suatu komoditas dengan berbagai jenis komoditas lainnya dapat dibedakan menjadi : 1 Komoditas pengganti Komoditas pengganti adalah komoditas yang dapat menggantikan fungsi dari komoditas lainnya sehingga harga dari komoditas pengganti dapat mempengaruhi permintaan komoditas yang dapat menggantikannya. 2 Komoditas penggenap Komoditas penggenap adalah suatu komoditas yang selalu digunakan bersama-sama dengan komoditas yang lainnya. 3 Komoditas netral Komoditas netral adalah komoditas yang tidak memiliki hubungan sama sekali dengan komoditas lainnya sehingga perubahan permintaan atas salah satu komoditas tidak akan mempengaruhi permintaan komoditas lainnya. b. Pendapatan para pembeli Pendapatan para pembeli merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan pola permintaan atas berbagai jenis barang. c. Distribusi pendapatan Perubahan distribusi pendapatan dapat mempengaruhi corak permintaan terhadap berbagai jenis komoditas. Bila konsentrasi pendapatan berada di kalangan kelas atas, maka permintaan akan komoditas-komoditas mewah maupun komoditas sekunder meningkat. Sekarang bila konsentrasi pendapatan bergeser ke kelas bawah, maka permintaan akan komoditas- komoditas yang dibutuhkan oleh kelas bawah akan meningkat dan permintaan akan komoditas-komoditas mewah akan menurun. d. Jumlah penduduk Pertambahan jumlah penduduk biasanya diikuti dengan perkembangan dengan permintaan suatu komoditas karena dalam kondisi tersebut akan lebih banyak orang yang membutuhkan komoditas tersebut. e. Cita rasa masyarakat Perubahan cita rasa masyarakat mempengaruhi permintaan. Bila selera konsumen terhadap suatu komoditas meningkat maka permintaan komoditas tersebut akan meningkat, demikian pula bila selera konsumen berkurang maka permintaan komoditas tersebut menurun f. Ramalan mengenai masa datang Perubahan-perubahan yang diramalkan mengenai keadaan di masa datang dapat mempengaruhi permintaan akan suatu komoditas. Bila prospek suatu komoditas di masa datang baik, maka permintaan komoditas tersebut akan naik, dan bila sebaliknya maka permintaan akan komoditas tersebut akan turun. Setiap orang akan berusaha memaksimumkan nilai guna dari barang-barang yang dikonsumsi, setiap orang akan berusaha untuk memaksimumkan kepuasan yang dapat dinikmatinya. Seorang konsumen akan memilih barang-barang yang dikonsumsinya yang dapat memaksimumkan utilitasnya dengan tunduk pada kendala anggaran. Tingkat utilitas total yang dicapai seorang konsumen merupakan fungsi kuantitas barnag yang dikonsumsinya, dan utilitas marginal dari setiap unit tambahan barang yang dikonsumsi akan menurun. Syarat utilitas yang maksimum adalah perbandingan antara utilitas marginal dan harga adalah sama untuk setiap barang yang dikonsumsinya Arsyad,1987. Menurut Sukirno 2000, nilaiguna atau utilitas total mengandung arti jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsikan sejumlah barang tertentu. Sedangkan nilaiguna marginal berarti pertambahan atau pengurangan kepuasan sebagai akibat dari pertambahan atau pengurangan penggunaan satu unit barang tertentu. Tambahan nilaiguna atau utilitas yang akan diperoleh seseorang dari mengkonsumsi suatu barang akan semakin berkurang apabila orang tersebut terus menerus menambahkan konsumsinya barang tersebut. Pada akhinya tambahan utilitas akan menjadi negative, maka utilitas total akan semakin menurun. Menurut Arsyad 1987, sekelompok barang yang memberikan tingkat kepuasan tertinggi yang biasa dicapai konsumen tersebut dengan kendala anggaran tertentu harus memenuhi dua syarat yaitu : 1 Keadaan tersebut terjadi pada kurva indeferens tertinggi yang bersinggungan dengan garis anggaran, dan 2 Keadaan tersebut akan terjadi pada titik singgung antara kurva indeferens tertinggi dengan garis anggaran.

b. Konsep Elastisitas

Menurut Sugianto 2005, elastisitas permintaan merupakan suatu ukuran kuantitatif yang menunjukkan besarnya pengaruh perubahan harga atau faktor- faktor lainnya terhadap perubahan permintaan suatu komoditas Elastisitas = perubahan jumlah barang yang diminta perubahan faktor yang mempengaruhinya Menurut Sugianto 2005, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya elastisitas permintaan suatu komoditas, yaitu : 1 Tingkat kemampuan komoditas lain untuk menggantikan komoditas tersebut. Suatu komoditas yang mempunyai banyak komoditas pengganti, permintaan cenderung bersifat elastis. Perubahan harga sedikit saja akan menimbulkan perubahan besar atas jumlah komoditas tersebut yang diminta. 2 persentase pendapatan yang akan dibelanjakan untuk membeli komoditas tersebut. Makin besar bagian pendapatan yang diperlukan untuk membeli suatu komoditas akan semakin elastis permintaan akan komoditas tersebut. 3 jangka waktu untuk menganalisis permintaan makin lama jangka waktu untuk menganalisis permintaan atas suatu komoditas makin elastis sifat permintaan komoditas tersebut 4 Katagori suatu komoditas Elastisitas permintaan dibagi menjadi tiga yaitu elastisitas permintaan terhadap harga, elastisitas silang atas permintaan, dan elastisitas permintaan terhadap pendapatan.

a. Elastisitas permintaan terhadap harga

elastisitas permintaan terhadap harga mengukur seberapa besar perubahan jumlah komoditas yang diminta apabila harga berubah. Jadi elastisitas permintaan terhadap harga adalah ukuran kepekaan perubahan jumlah komoditas yang diminta terhadap perubahan harga komoditas tersebut dengan asumsi ceteris paribus. Elastisitas permintaan terhadap perubahan harga dapat dihitung dengan rumus : Ep = persentase perubahan jumlah yang diminta persentase perubahan harga = dQQ dPP = dQdP. PQ Keterangan : Q = Jumlah permintaan P = Harga Menurut Sugianto 2005, permintaan dikatakan elastis jika jumlah komoditas yang diminta peka terhadap perubahan harga dan dikatakan inelastis tidak elastis jika jumlah komoditas yang diminta kurang peka terhadap perubahan harga. Bila kurva permintaan komoditas yang dihadapi memiliki kecenderungan yang umum berlaku dalam kehidupan sehari-hari memiliki kemiringan negatif, maka nilai elastis permintaan terhadap harga selalu negatif. Klasifikasi elastisitas suatu komoditas mengikuti kaidah : 1. Elastisitas nol tidak elastis sempurna. Dalam hal ini perubahan harga suatu komoditas tidak akan merubah jumlah komoditas yang diminta. Kurva permintaan komoditas sejajar dengan sumbu tegak. 2. Elastisitas sempurna. Perubahan yang kecil sekali dalam harga akan mengakibatkan perubahan yang besar sekali dalam permintaan. Kurva permintaan komoditas sejajar dengan sumbu datar. 3. Elastisitas uniter nilai mutlak elastisitas sama dengan 1. Perubahan harga komoditas tersebut dalam suatu persentase tertentu, akan diikuti dengan perubahan jumlah komoditas yang diminta tersebut dalam persentase yang sama. 4. Tidak elastis nilai mutlak elastisitas bernilai diantara 0 dan 1. Dalam hal ini, persentase perubahan harga adalah lebih daripada persentase perubahan jumlah yang diminta. 5. Elastis nilai mutlak Ep1. Jumlah komoditas yang diminta akan mengalami perubahan dengan persentase yang melebihi persentase perubahan harga.

b. Elastisitas silang atas permintaan

Barang-barang yang dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia biasanya tidak berdiri sendiri, tetapi mempunyai hubungan yang erat dengan barang lain. Hubungan tersebut dapat bersifat subtitusi terhadap barang lain bila barang tersebut dapat menggantikan fungsinya terhadap barang lain bila barang semula tidak dapat dimiliki. Sedangkan barang memiliki sifat komplementer terhadap barang lain bila barang tersebut dapat melengkapi kegunaan barang lain. Sifat subtitusi dan komplementer yang dimiliki suatu barang terhadap barang lain sangat berhungan erat dengan harga barang masing-masing. Dalam keadaan demikian menurut Mubyarto 1989, perubahan harga barang yang satu tidak saja mempengaruhi jumlah yang diminta atas barang itu, tetapi juga mempengaruhi jumlah yang diminta atas barang lainnya. Perubahan jumlah barang yang diminta sebagai akibat dari perubahan atas harga barang lain disebut sebagai elastisitas silang atas permintaan cross elasticity of demand. Menurut Sugianto 2005, koefisien elastis permintaan silang sering digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan komplemen atau substitusi diantara berbagai komoditas. Nilai elastisitas permintaan silang berkisar dari negatif tak hingga sampai positif tak hingga. Rumus perhitungan elastisitas permintaan silang komoditas X terhadap komoditas Y adalah : Ec = Persentase perubahan jumlah komoditas X yang diminta Persentase perubahan harga komoditas Y = dQxQx dPyPy = dQxdPy. PyQx Keterangan : Qx = Jumlah barang X yang diminta Qy = Jumlah barang Y yang diminta Px = Harga barang X Py = Harga barang Y Menurut Sugianto 2005, tanda dari elastisitas silang akan tergantung kepada komoditas apakah komoditas yang terkait merupakan komoditas pelengkap atau komoditas pengganti. Untuk komoditas pelengkap complements, elastisitas silang bernilai negatif. Sedangkan untuk komoditas pengganti substitusi, elastisitas silang bernilai positif. Menurut Reksoprayitno 2000, Acuan umum pengelompokan katagori suatu komoditas adalah sebagai berikut : Ec = 0. Ini memiliki makna tidak ada hubungan antara barang X dengan barang Y Ec 0. Ini memiliki makna bahwa antara barang X dan barang Y terdapat hubungan komplementer. Ec 0. Ini memiliki makna bahwa antara barang X dengan barang Y terdapat hubungan substitusi. c . Elastisitas Permintaan Terhadap Pendapatan Ei Elastisitas permintaan terhadap pendapatan adalah besar kecilnya perubahan jumlah yang diminta sebagai akibat dari perubahan pendapatan konsumen. Kenaikan pendapatan konsumen akan menaikkan daya beli yang selanjutnya akan meningkatkan jumlah barang yang diminta. Menurut Sugianto 2005, elastisitas permintaan terhadap pendapatan merupakan suatu besaran yang berguna untuk menunjukan responsivitas konsumsi suatu komoditas terhadap suatu perubahan pendapatan. Menurut Suhartati dan Fathororrozi 2003, Nilai yang diperoleh dapat digunakan untuk membedakan komoditas apakah termasuk dalam katagori komoditas mewah, normal, atau inferior. Rumus elastisitas permintaan terhadap pendapatan adalah : Ei = persentase perubahan jumlah komoditas X yang diminta Persentase perubahan pendapatan = dQQ dII = dQdI. IQ Keterangan : Q = Jumlah permintaan I = Pendapatan Acuan umum pengelompokan katagori suatu komoditas adalah sebagai berikut : Ei = - Komoditas inferior komoditas bermutu rendah Ei = + Komoditas normal Ei = 1 Komoditas mewah Ei = 0Ei1 Komoditas kebutuhan pokok

c. Hasil Penelitian Terdahulu

Faktor-faktor yang mempengaruhi daging sapi oleh konsumen rumah tangga di Sulawesi Tenggara menurut Rusma dan Suharyanto 2001, adalah harga daging sapi, harga daging ayam, harga ikan dan konsumsi daging sapi tahun sebelumnya. Daging sapi bagi masyarakat Sulawesi Tenggara merupakan barang normal, artinya semakin tinggi pendapatan konsumen maka tidak berpengaruh terhadap permintaan daging sapi. Permintaan ayam ras pedaging oleh konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung menurut Andaryani 2004, dipengaruhi oleh harga ayam ras pedaging, harga telur ayam, harga ikan, harga tahu, harga tempe, umur dan pendidikan. Sedangkan tingkat pendapatan tidak mempengaruhi permintaan ayam ras pedaging. Permintaan kopi bubuk oleh konsumen rumah tangga di Bandar Lampung bersifat inelastis, bersubtitusi dengan teh bubuk dan susu bubuk. Kopi bubuk termasuk barang inferior, artinya semakin tinggi pendapatan konsumen maka akan semakin rendah tingkat permintaan kopi bubuk. Menurut Marlinda 2006, pada rumah tangga menengah bawah rata-rata konsumsi protein kacang kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau mencapai 80,05 gram per hari dengan kontribusi protein terhadap angka kecukupan protein sebesar 36,68 per hari, sementara pada rumah tangga menengah atas rata-rata konsumsi protein sebesar 76,046 gram per hari dengan kontribusi sebesar 31,09 per hari.

g. Kerangka Pemikiran

Salah satu tujuan konsumen mengkonsumsi suatu komoditas adalah untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan. Teori permintaan konsumen didasarkan pada teori tingkah laku konsumen yaitu teori kegunaan Utility theory dimana konsumen akan memaksimumkan utilitasnya kepuasannya. Konsumen akan membeli barang jika barang tersebut berguna baginya, namun dalam memaksimumkan utilitas, konsumen dibatasi oleh ketersediaan anggaran. Bertambahnya jumlah penduduk, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan serta kesadaran pemenuhan pangan yang bergizi menyebabkan terjadinya perubahan konsumsi bahan makanan, yaitu terjadi penurunan konsumsi energi yang berasal dari karbohidrat dan peningkatan konsumsi energi yang berasal dari protein baik protein nabati maupun protein hewani. Daging sapi merupakan salah satu sumber protein hewani yang disukai oleh konsumen. Selain itu, daging sapi juga memiliki kandungan protein dan zat besi paling tinggi dibandingkan dengan bahan pangan hewani yang lainnya. Kota Bandar Lampung memiliki tingkat kepadatan penduduk paling tinggi yaitu 4.209km 2 pada tahun 2007. Tingkat kepadatan yang tinggi menyebabkan wilayah Kota Bandar Lampung merupakan wilayah permintaan daging sapi terbanyak dan konsumsinya di Kota Bandar Lampung pada setiap tahunnya mengalami peningkatan yang signifikan. Permintaan daging sapi oleh konsumen rumah tangga dipengaruhi oleh harga daging sapi, harga barang lain harga daging ayam ras pedaging, harga telur ayam, harga ayam buras, harga ikan, harga tahu, dan harga tempe, jumlah anggota, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, dan umur. Harga barang yang bersangkutan mempengaruhi permintaan atas suatu barang karena sesuai dengan hukum permintaan yaitu semakin tinggi harga suatu barang maka permintaan akan barang tersebut akan semakin rendah dan sebaliknya jika harga barang tersebut rendah maka permintaan semakin banyak. Ini berarti pendapatan riil dan daya beli konsumen semakin bertambah. Demikian halnya dengan harga daging sapi, semakin tinggi harga daging sapi maka semakin sedikit jumlah daging sapi yang dikonsumsi oleh konsumen rumah tangga. Harga barang lain juga mempengaruhi permintaan terhadap suatu barang tergantung keterkaitan penggunaan antara barang yang satu dengan barang yang lain. Keterkaitan itu dapat berupa saling melengkapi atau saling menggantikan. Kenaikan harga barang subtitusi akan menaikan permintaan barang yang disubtitusi. Harga subtitusi adalah harga barang lain yang dapat menggantikan nilai suatu barang semula, apabila barang semula tidak dapat diperoleh atau dimiliki. Sebagai barang substitusi dalam penelitian ini adalah ayam ras, ayam buras, ikan, telur, tahu dan tempe. Semakin tinggi harga ayam ras, ayam buras, ikan, telur, tahu dan tempe, maka jumlah daging sapi yang diminta akan semakin banyak dan sebaliknya. Faktor pendapatan sangat berpengaruh pada jumlah dan barang yang akan dikonsumsi. Meningkatnya pendapatan konsumen akan meningkatkan permintaan terhadap suatu barang. Dalam hal ini semakin tinggi pendapatan konsumen maka semakin banyak pengeluaran dari rumah tangga yang dialokasikan untuk konsumsi daging sapi, sehingga permintaan akan daging sapi oleh konsumen rumah tangga akan semakin tinggi. Meningkatnya jumlah penduduk merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan suatu barang. Namun, peningkatan jumlah penduduk harus diikuti dengan kemampuan daya beli, jika tidak akan mengakibatkan penurunan permintaan terhadap suatu barang. Seperti halnya jumlah penduduk, jumlah anggota keluarga juga mempengaruhi permintaan terhadapi daging sapi. Semakin besar jumlah anggota keluarga, maka semakin besar jumlah konsumsi daging sapi oleh konsumen rumah tangga. Faktor lama pendidikan juga mempengaruhi permintaan terhadap suatu barang. Hal ini berkaitan dengan tingkat pengetahuan seseorang terhadap kesehatan dan kebutuhan akan gizi. Seorang dengan tingkat pendidikan tinggi, maka tinggi pula pengetahuan tentang gizi. Sehingga dengan pengetahuan tersebut, ia akan mengkonsumsi zat gizi sesuai dengan kebutuhan. Dengan demikian semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi daging sapi yang dikonsumsi. Hubungan antara variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi permintaan atas daging sapi dan variabel terikat yaitu jumlah jumlah permintaan daging sapi dapat dijelaskan melalui paradigma pada Gambar 3.

h. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah bahwa permintaan daging sapi oleh konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung diduga dipengaruhi oleh harga daging sapi itu sendiri, harga ayam ras pedaging, harga ayam buras, harga telur, harga ikan, harga tahu, harga tempe, jumlah anggota keluarga, pendapatan total konsumen, pendidikan, dan umur konsumen. Gambar 3. Paradigma kerangka pemikiran analisis permintaan daging sapi di Kota Bandar Lampung. Faktor-faktor yang mempengaruhi : - Harga daging sapi - Jumlah anggota rumah tangga - Harga ayam ras pedaging - Pendapatan rumah tangga - Harga ayam buras - Pengetahuan gizi - Harga telur - Umur - Harga ikan - Pendidikan - Harga tahu - Harga tempe Analisis permintaan daging sapi Konsumsi daging sapi Peningkatan permintaan daging sapi oleh konsumen di Kota Bandar Lampung  Peningkatan jumlah penduduk  Peningkatan pendapatan dan daya beli masyarakat Pemenuhan kebutuhan gizi AKG Elastisitas permintaan

III. METODE PENELITIAN

A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional

Responden adalah ibu rumah tangga atau anggota keluarga lain yang mengkonsumsi atau melakukan pembelian daging sapi potong di Kota Bandar Lampung dan bersedia diwawancarai dengan bantuan kuisioner. Permintaaan daging sapi potong adalah jumlah daging sapi potong yang dikonsumsi oleh konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung yang dinyatakan dalam satuan kilogram per bulan. Harga daging sapi adalah jumlah uang yang dikeluarkan responden untuk mendapatkan daging sapi, yang diukur dalam satuan rupiah per kilogram Rpkg. Harga ayam ras pedaging adalah jumlah uang yang dikeluarkan responden untuk mendapatkan ayam ras pedaging, yang diukur dalam satuan rupiah per kilogram Rpkg. Harga telur ayam adalah jumlah uang yang dikeluarkan responden untuk mendapatkan telur, yang diukur dalam satuan rupiah per kilogram Rpkg. Harga ayam buras adalah jumlah uang yang dikeluarkan responden untuk mendapatkan ayam buras, yang diukur dalam satuan rupiah per kilogram Rpkg. Harga ikan adalah jumlah uang yang dikeluarkan responden untuk mendapatkan ikan, yang diukur dalam satuan rupiah per kilogram Rpkg. Harga tahu adalah jumlah uang yang dikeluarkan responden untuk mendapatkan tahu, yang diukur dalam satuan rupiah per kilogram Rpkg. Harga tempe adalah jumlah uang yang dikeluarkan responden untuk mendapatkan tempe, yang diukur dalam satuan rupiah per kilogram Rpkg. Jumlah anggota rumah tangga adalah banyaknya orang atau individu yang menjadi tanggungan keluarga diukur berdasarkan anggota yang menjadi tanggungan atau tinggal dalam satu rumah dinyatakan dalam jiwa. Jumlah pendapatan rumah tangga dilihat melalui pendekatan tingkat pengeluaran total rumah tangga per bulan,diukur dalam satuan rupiah per bulan Rpbln. Pendidikan adalah tingkat atau jenjang sekolah dimiliki responden yang diukur dengan lamanya mengenyam pendidikan, diukur dalam satuan tahun. Pengetahuan gizi adalah pengetahuan gizi istri tentang makanan, gizi, dan kesehatan diukur dengan skor yang diperoleh dari jawaban kuesioner, hasil penilaian akan dikatagorikan baik dan rendah. Rumah tangga adalah sekelompok orang yang tinggal bersama dalam satu rumah dengan atau tanpa adanya hubungan darah dan pengelompokan keuangan dilakukan secara bersama-sama. Umur adalah umur ibu rumah tangga yang menjadi reponden, diukur dalam satuan tahun. Angka Kecukupan Gizi AKG adalah suatu kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi hampir semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, dan aktivitas untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Kontribusi konsumsi protein daging sapi adalah sumbangan besarnya jumlah protein yang berasal dari daging sapi yang dikonsumsi terhadap angka kecukupan protein yang dianjurkan dalam satuan persen.

B. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu penelitian

Penelitian dilakukan di Kota Bandar Lampung, pada bulan mei sampai Juli 2010 . Lokasi penelitian dipilih secara sengaja purposive, dengan pertimbangan Kota Bandar Lampung merupakan pusat aktivitas ekonomi Propinsi Lampung dan masyarakatnya memiliki karakteristik yang beragam seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, serta pendapatan yang berdampak pada perilaku konsumen dalam mengkonsumsi daging sapi. Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengambilan sampel gugus bertahap multistage sampling. Tahap pertama, yaitu mengelompokan kecamatan-kecamatan yang ada di Kota Bandar Lampung menjadi dua kelompok, kecamatan yang mewakili masyarakat kelas menengah atas dan kecamatan yang mewakili masyarakat kelas menengah kebawah. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Koordinasi Berencana BKKBN 2009, terdapat 13 Kecamatan di Kota Bandar Lampung. Dalam masing-masing kecamatan telah terbagi menjadi kelompok keluarga prasejahtera, keluarga sejahtera tahap I, keluarga sejahtera tahap II, keluarga sejahtera tahap III, dan keluarga sejahtera tahap III plus. Berdasarkan kelompok keluarga tersebut, kecamatan yang mewakili masyarakat kelas menengah atas menggunakan kelompok keluarga sejahtera tahap III dan keluarga sejahtera tahap III plus dan kecamatan yang mewakili masyarakat kelas menengah bawah menggunakan kelompok keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera tahap I. Untuk menentukan kecamatan yang dianggap mewakili kelompok menengah atas dan menengah bawah dilakukan secara sengaja purposive yang didasarkan dengan memilih kecamatan yang dianggap memenuhi kriteria. Menurut BKKBN Kota Bandar Lampung 2009, kriteria untuk mewakili wilayah menengah kebawah yaitu memiliki jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera I terbanyak dibandingkan dengan daerah lain di Kota Bandar Lampung, kriteria lain adalah ciri fisik yang terlihat yaitu rumah bertipe sederhana, berukuran sedang dan berdekatan, sehingga terpilih Kecamatan Teluk Betung Selatan. Untuk wilayah menengah atas diwakili oleh Kecamatan Tanjung Karang Timur, karena memiliki jumlah keluarga sejahtera tahap III dan keluarga sejahtera tahap III plus terbanyak serta memiliki ciri fisik rumah tertata rapi, rumah bertipe mewah, jalan penghubung lingkungan biasanya dilalui oleh kendaraan roda empat. Perincian penentu tempat penelitian analisis permintaan daging sapi oleh konsumen rumah tangga di Bandar Lampung dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Perincian penentu tempat penelitian analisis permintaan daging sapi oleh konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung. No Nama wilayah kecamatan Pentahapan keluarga sejahtera Prasejahtera Sejahtera I Sejahtera III Sejahtera III plus 1 Kedaton 4064 6411 3190 976 2 Kemiling 4703 2810 2121 678 3 Panjang 6279 4005 942 218 4 Rajabasa 2208 - - - 5 Sukabumi 3441 3775 - - 6 Sukarame 1754 2613 - - 7 Tanjung Karang Barat 4277 2581 2206 621 8 Tanjung Karang Pusat 4407 5219 1999 436 9 Tanjung Karang Timur 5642 4074 3878 945 10 Tanjung Senang 861 1339 1890 872 11 Teluk Betung Barat 6897 2363 778 179 12 Teluk Betung Selatan 6851 4112 3515 933 13 Teluk Betung Utara 4775 3325 2310 829 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2009. Tahap kedua yaitu memilih masing-masing dua kelurahan yang ada di masing- masing kecamatan yang terpilih tersebut secara acak melalui pengundian. Untuk kalangan menengah bawah, terpilih Kelurahan Way Lunik N= 1598 rumah tangga dan Kelurahan Garuntang N= 1718 rumah tangga, sedangkan untuk kalangan menengah atas terpilih Kelurahan Tanjung Gading N=879 rumah tangga dan Kelurahan Kedamaian N= 3149 rumah tangga. Tahap ketiga, dari masing-masing kelurahan ditentukan blok yang akan diambil sampelnya secara sengaja purposive. Tahap keempat, dari blok yang terpilih ditentukan rumah tangga sampel yang akan diwawancara dengan menggunakan metode acak sederhana simple random sampling. Penentuan jumlah sampel mengacu pada Suparmoko 1999 dengan perhitungan : n = NZ 2 S 2 Nd 2 +Z 2 S 2 Keterangan : n = Jumlah sampel N = Jumlah anggota dalam populasi Z = Derajat kepercayaan 95 =1,96 S 2 = Variance sampel 5 d = Derajat penyimpangan 5 73441,96 2 0,05 n = 73440,05 2 + 1,96 2 0,05 n = 1410,63552 18,55208 n = 76,03651 n = 76 Perincian responden tiap wilayah digunakan aloksi proporsional Supranto 1992 dengan rumus : ni = Ni n N Keterangan : ni = Jumlah sampel wilayah i Ni = Jumlah rumah tangga wilayah i N = Jumlah rumah tangga populasi n = Jumlah sampel Perhitungan jumlah sampel per wilayah : 1. Wilayah Way Lunik ni = 1598 x 76 = 16 7344 2. Wilayah Garuntang ni = 1718 x 76 = 18 7344 3. Wilayah Tanjung Gading ni = 879 x 76 = 9 7344 4. Wilayah Kedamaian ni = 3149 x 76 = 33 7344 C. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survai. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan mengadakan wawancara langsung terhadap responden dengan menggunakan daftar pertanyaan kuisioner yang telah dipersiapkan. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik BPS, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, dan instansi-instansi lain yang terkait.

D. Metode Analisis dan Pengujian Hipotesis

1. Metode analisis statistik Metode analisis statistik digunakan untuk menjawab tujuan pertama yaitu mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan daging sapi oleh konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung. Persamaan faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian daging sapi dibentuk dengan model persamaan regresi linier berganda. Parameternya diestimasi dengan metode statistic menggunakan alat bantu SPSS statistical package for social science versi 13. Faktor-faktor yang diteliti adalah harga daging sapi X 1 , harga ayam ras pedaging X 2 , harga telur ayam X 3 , harga ayam buras X 4 , harga ikan X 5 , harga tahu X 6 , harga tempe X 7 , jumlah anggota keluarga X 8 , pendapatan keluarga X 9 , tingkat pendidikan X 10 , dan Umur X 11 . Persamaannya adalah sebagai berikut : Yd = b + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + b 5 X 5 + b 6 X 6 + b 7 X 7 + b 8 X 8 + b 9 X 9 +b 10 X 10 + b 11 X 11 + Dm + e Keterangan : Yd = Jumlah permintaan daging sapi b = Intersep b 1 -b 11 = Koefisien regresi X 1 = Harga daging sapi X 2 = Harga ayam ras pedaging X 3 = Harga telur ayam X 4 = Harga ayam buras X 5 = Harga ikan X 6 = Harga tahu X 7 = Harga tempe X 8 = Jumlah anggota rumah tangga X 9 = Pendapatan rumah tangga X 10 = Pendidikan X 11 = Umur Dm = Pengetahuan Gizi 1 = pengetahuan gizi baik 0 = pengetahuan gizi kurang baik e = Kesalahan acak

2. Pengujian Hipotesis