10
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Setiap makhluk di muka bumi diciptakan berpasang-pasangan. Ketika seorang laki-laki dan perempuan memutuskan untuk menikah, artinya mereka siap
membangun sebuah keluarga kecil untuk melanjutkan keturunan. Keluarga merupakan ruang lingkup terkecil dari masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu, dan
anak. Setiap anggota keluarga memiliki fungsinya masing-masing. Seorang ayah yang lelah bekerja demi mencari nafkah untuk kelangsungan hidup istri dan anaknya,
harus memiliki istri yang setia menghibur dan selalu memberikan motivasi dan kasih sayang pada suaminya dan anak-anaknya. Sedangkan anak harus menempuh
pendidikan demi masa depan yang baik. Agar menjadi keluarga sakinah, mawadah, dan warahmah, setiap anggota keluarga haruslah menjalankan perannya masing-
masing dengan baik. Keluarga merupakan dasar dari terbentuknya tingkah laku seseorang di dalam
masyarakat. Cara keluarga dalam mendidik seorang anak akan menentukan bagaimana anak melakukan sosialisasi dengan masyarakat. Jika didalam keluarga
anak dibentuk dengan pola ajar yang tidak baik, maka yang terjadi adalah hal yang juga tidak baik di dalam masyarakat. Tetapi sebaliknya, jika anak dibentuk dengan
pola ajar yang baik, maka anak tersebut akan bisa menyesuaikan diri dengan baik dengan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
11
Didalam keluarga, suami dan istri memiliki peran yang berbeda. Sering konflik keluarga terjadi dikarenakan tidak adanya pola komunikasi yang baik didalam
keluarga sehingga antara suami dan istri sering mempertahankan egoisnya masing- masing dikarenakan perebutan peran yang lebih dominan dalam keluarga sehingga
konflik ini juga akan berpengaruh kepada psikologis masing-masing anggota keluarga, tak terkecuali anak. Seorang suami sebagai kepala rumah tangga tidak dapat
mendominasi tugas dan fungsinya dalam rumah tangga, bahkan sebaliknya seorang istri sebagai pendamping tidak dapat memaksakan kehendak sebagai seseorang yang
paling berperan dalam rumah tangga karena kehidupan rumah tangga membutuhkan partisipasi keduanya sehingga rumah tangga menjadi harmonis.
Zaman yang semakin berkembang menciptakan masalah yang sangat kompleks untuk dihadapi sehingga merubah pola pikir masyarakat. Perubahan pola
pikir ini sangat dirasakan dalam berbagai aspek, salah satunya berkaitan dengan gender dimana laki-laki dan perempuan selalu dibandingkan dalam berbagai masalah
seperti halnya perempuan adalah makhluk yang lemah, dan laki-laki adalah makhluk yang kuat
Dalam hidup, kita tidak akan pernah lepas dari tuntutan ekonomi. Kasih sayang dalam keluarga tidaklah cukup untuk bertahan hidup, tetapi juga harus diikuti
dengan perekonomian yang baik. Tuntutan hidup semakin tinggi, dan perekonomian semakin sulit membuat peran ayah sebagai tulang punggung dalam keluarga selalu
mendapatkan tantangan yang luar biasa dalam memenuhi kebutuhan hidup anggota
Universitas Sumatera Utara
12
keluarganya. Perekonomian dalam keluarga tidak akan pernah bisa dipandang sebelah mata karena perekonomian merupakan akar masalah yang sering dapat memicu
pertengkaran dalam keluarga. Dari alasan perekonomian ini peran ayah dalam keluarga bukan lagi sebagai
pencari nafkah satu-satunya. Tetapi seiring dengan tuntutan hidup yang semakin tinggi, seorang ibu yang biasanya hanya mendapatkan tugas untuk mengurusi rumah
tangga, sekarang sudah bertambah dengan tugas mencari nafkah untuk kelangsungan hidup keluarganya. Apalagi dengan kategori pendidikan wanita sekarang yang cukup
tinggi, seorang wanita juga tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik lagi dengan hanya mendapatkan nafkah dari
suami. Wanita saat ini juga menginginkan keterampilan yang mereka punya harus tersalurkan dengan baik untuk mendapatkan kepuasan kerja.
Tingginya minat kerja wanita saat ini dapat dilihat dari kehidupan sehari-hari. Banyak dari wanita saat ini telah menduduki jabatan penting dalam suatu organisasi.
Ini membuktikan bahwasanya keahliah dari wanita juga bisa disamakan dengan laki- laki. Bahkan negara Indonesia pernah dipimpin oleh wanita.
Memiliki peran ganda merupakan peran yang sangat berat bagi seorang wanita zaman sekarang. Keluarga dan pekerjaan merupakan dua hal yang jauh
berbeda. Di satu sisi, seorang wanita harus mempunyai karakter sebagai istri dari suaminya, dan ibu dari anak-anaknya yang memberikan kehangatan, kasih dan
sayang bagi setiap anggota keluarganya, tetapi disisi lain seorang wanita harus
Universitas Sumatera Utara
13
mengubah karakternya sebagai seorang pekerja keras dan berani menerima segala resiko.
Peran ganda yang dimiliki oleh seorang wanita dapat memicu konflik dalam keluarga sehingga menimbulkan dampak psikologis seperti depresi dan stress dalam
bekerja. Tuntutan pekerjaan berhubungan dengan tekanan kerja yang berasal dari beban kerja yang berlebihan dan waktu dalam melaksanakan suatu pekerjaan.
Sedangkan tuntutan keluarga dipenuhi dengan tuntutan untuk mengerjakan tugas- tugas rumah tangga dan menjaga anak ditentukan oleh besarnya keluarga. Jika
tuntutan ini tidak berjalan dengan baik dikarenakan tidak mampu memenuhi peran sebagai sepasang suami dan istri karena terlalu sibuk dalam bekerja dan
mengakibatkan cepat lelah, sering marah-marah, bahkan tidak memberikan perhatian kepada anak, maka tidak jarang seorang ayah dan ibu dalam rumah tangga dapat
terkena stress dalam bekerja sehingga dapat memicu pertengkaran dalam keluarga. Hal ini dapat diartikan seorang wanita yang bekerja selalu mendapatkan pertentangan
yang tajam antara pekerjaan dan kehidupan rumah tangganya. Peran wanita sebagai pekerja dan ibu rumah tangga merupakan peran yang sama-sama membutuhkan
waktu, tenaga, dan pikiran yang banyak. Sehingga jika salah satu peran saja yang difokuskan maka, peran lain akan terabaikan.
Perusahaan atau instansi selalu menginginkan karyawannya yang loyal dalam bekerja sehingga dapat mencapai visi suatu perusahaan instansi. Peran ganda dapat
juga memicu tidak disiplinnya karyawan dalam bekerja, menurunnya komitmen
Universitas Sumatera Utara
14
organisasi, turunnya motivasi, meningkatnya absensi bahkan turnover sehingga mempengaruhi produktifitas dalam bekerja. Contoh, banyak kaum ibu-ibu yang
terkadang membawa anaknya ketempat kerja dengan alasan tidak ada yang bisa menjaga anak dirumah, telat masuk kerja dengan alasan mengantarkan anak ke
sekolah, dan lain sebagainya. Hal ini dapat memicu penumpukan pekerjaan sehingga tak jarang dari kaum ibu-ibu dikejar deadline dalam melakukan pekerjaan bahkan
lembur agar pekerjaannya dapat selesai tepat waktu sehingga waktu yang diberikan untuk keluargapun semakin habis karena pekerjaan.
Memiliki peran ganda, seorang wanita akan rentan mendapatkan masalah. Ditempat bekerja wanita akan selalu mendapatklan tekanan-tekanan dalam
menyelesaikan pekerjaan. Sehingga wanita akan mendapatkan masalah dalam kedua peran yang dijalankannya secara berkepanjangan jika tidak mampu disiplin dalam
membagi waktu, tenaga dan pikiran dengan baik. Masalah yang berkepanjangan inilah yang akan menimbulkan stress. Sehingga semua yang dilakukanpun akan
menjadi semakin sulit untuk dilakukan. Sementara di setiap organisasi selalu menginginkan kinerja pegawainya untuk ditingkatkan secara optimal.
Dinas Pertanian Sumatera Utara merupakan salah satu unit organisasi di Sumatera Utara yang bergerak di bidang pangan dan hortikultura. Visi dari Dinas
Pertanian Sumatera Utara adalah “pertanian yang maju dan berdaya saing dalam mendukung swasembada pangan dan swasembada berkelanjutan”.
Universitas Sumatera Utara
15
Dalam mencapai visi tersebut, peran pegawai sebagai aparat negara sangatlah penting. Keberhasilan dalam menciptakan pertanian yang maju tidak lepas dari peran
serta pegawai dalam bekerja dengan baik. Tetapi kenyataannya, banyak terjadi masalah dalam bekerja khususnya pada pegawai perempuan, dikarenakan mereka
selalu memikirkan keluarga sehingga menghambat produktifitas pegawai tersebut atau mereka yang tidak memperhatikan keluarga mereka karena kesibukan dalam
bekerja. Contohnya ketika pegawai perempuan ditugaskan keluar kota dengan meninggalkan anak-anak yang masih membutuhkan perhatian menjadikan posisi
pegawai perempuan tersebut selalu bekerja dengan konsentrasi yang terpecah belah yaitu antara bekerja atau menghubungi keluarga yang ditinggalkan. Jika kondisi ini
semakin memburuk maka salah satu bisa menjadi korban dari peran ganda tersebut, yaitu antara keluarga yang tidak diperhatikan atau pekerjaan yang tidak bisa
dilaksanakan secara optimal. Masalah lainnya adalah banyak pegawai perempuan yang telat datang pada
jam kantor karena berbagai alasan dalam melaksanakan perannya dalam keluarga. Bahkan meninggalkan jam kantor disiang hari hanya untuk istirahat dan makan siang
dengan keluarga. Parahnya lagi pegawai tersebut juga mengalami keterlambatan untuk kembali ke kantor. Melihat dari fenomena yang terjadi, masih banyak pegawai
yang kurang disiplin dalam bekerja terutama bagi pekerja wanita yang memiliki peran ganda sehingga sering terlihat stress ketika membagi waktu antara pekerjaan
dan rumah tangga. Berdasarkan hasil pengamatan, masih banyak pegawai wanita
Universitas Sumatera Utara
16
yang lalai dalam mengerjakan tugas-tugasnya sebagai aparatur negara. Hal tersebut tentu akan mempengaruhi kinerja organisasi dalam mencapai tujuan organisasi.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dalam bentuk skripsi yang berjudul “ Pengaruh Peran Ganda terhadap Stress Kerja pada Karyawan Wanita di Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara”
.
1.2 Perumusan Masalah