Richardus Chandra Wirakristama Kerangka Konseptual

18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

a. Nur Ainil Putri

Penelitian dalam bentuk skripsi ini berjudul “Pengaruh Peran Ganda Terhadap Kinerja Wanita Karir di Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Makasar”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh peran ganda terhadap kinerja wanita karir di Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Makassar. Data penelitian ini diperoleh dari kuesioner primer dan beberapa observasi serta wawancara langsung dengan wanita karir di Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Makassar. Temuan penelitian menunjukkan bahwa kinerja dapat dipengaruhi oleh peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan sebagai pegawai sebesar 23.6, sedangkan sisanya 76.4 dijelaskan oleh variabel lain di luar penelitian.

b. Richardus Chandra Wirakristama

Penilitian dalam bentuk Skripsi ini berjudul ‘Analisis Pengaruh Konflik Peran Ganda Work Family Conflict terhadap Kinerja Karyawan Wanita di PT. Nyonya Meneer di Semarang dengan Stress Kerja sebagai Variabel Intervening’. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh konflik peran ganda terhadap kinerja dengan variable intervening adalah stress kerja di PT. Nyonya Meneer. Metode pengumpulan Universitas Sumatera Utara 19 data menggunakan kuesioner dengan 57 orang responden. Temuan dari penelitian ini adalah dengan menggunakan regresi linear berganda konflik peran ganda berpengaruh positif dan signifikan terhadap stress kerja. Sedangkan dengan menggunakan regresi berganda variable peran ganda berpengaruh positif dan signifikan terhadap stress kerja, dan variable stress kerja berpengaruh negative dan signifikan terhadap kinerja karyawan PT. Nyonya Meneer. Dan hasil analisis path variable peran ganda berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan dengan stress kerja sebagai variable interveningnya.

2.2 Konflik Peran Ganda

2.2.1 Pengertian Konflik Peran Ganda

Dalam kehidupan manusia memang tidak akan pernah lengkap tanpa adanya konflik. Karena dari tanpa adanya suatu konflik yang terjadi, manusia tidak akan pernah mengenal dirinya apakah dia benar atau salah dalam melakukan suatu tindakan. Konflik biasanya muncul ketika ada suatu kepentingan yang muncul secara bersamaan dengan menimbulkan efek negative yang memaksa seseorang harus bisa memilih salah satu dari kepentingan tersebut. Konflik peran ganda merupakan salah satu konflik yang paling banyak terjadi saat ini pada wanita yang telah berkeluarga. Tuntutan ekonomi menjadikan alasan utama seorang wanita harus memiliki dua peran untuk membantu perekomian keluarga sehingga peran ayah tidak lagi memonopoli tugas sebagai pencari nafkah Universitas Sumatera Utara 20 untuk keluarganya. Saparinah 2010 mengatakan ada nilai-nilai yang berubah tanpa direncanakan secara khusus yaitu perkembangan perilaku perempuan yang sebagai pribadi, istri dan ibu, saat ini telah memiliki perilaku baru yaitu bekerja diluar rumah. Apalagi dengan tingginya taraf pendidikan yang didapat oleh seorang wanita, menjadikan wanita tersebut tidak ingin menyia-nyiakan pengorbanan yang sudah dia berikan untuk mendapatkan gelar pendidikan yang tinggi tanpa disalurkan pada dunia luar. Perempuan masa kini sesuai dengan keterampilan yang dimiliki, telah mengisi peran dari menjadi karyawati dengan kedudukan rendah yang merupakan mayoritas sampai dengan mereka yang mengisi peran sebagai manajer yang masih minoritas. Hal ini dapat menyebabkan perhatian terhadap keluarga yang harusnya diberikan penuh oleh seorang wanita menjadi berkurang bahkan terancam tidak ada sama sekali. Akibatnya konflik dalam keluarga tidak akan bisa dihindari. Saparinah 2010 mengatakan konflik mudah terjadi karena perubahan peran dari salah satu anggota keluarga akan menuntut penyesuaian diri dari sesame anggota keluarga lainnya. Dalam proses penyesuaian inilah keluarga rantan terhadap konflik baik skala kecil maupun besar. Menurut Kahn dalam Cooper and Dawe, 2010 konflik peran adalah adanya ketidakcocokan antara harapan-harapan yang berkaitan dengan suatu peran dimana dalam kondisi yang cukup ekstrem kehadiran atau lebih harapan peran. Menurut Hanessy dalam Kelloway Front, 2005 konflik peran ganda merupakan konflik Universitas Sumatera Utara 21 yang terjadi sebagai hasil dari kewajiban pekerjaan yang mengganggu kehidupan rumah tangga. Menurut Gibson dkk dalam Ricardus, 2011 konflik peran terbagi dalam tiga bentuk: a. Konflik peran itu sendiri person role conflict Konflik ini sering terjadi apabila persyaratan peran melanggar nilai dasar, sikap dan kebutuhan individu tersebut. b. Konflik intra peran intra role conflict Konflik ini sering terjadi karena beberapa orang berbeda-beda menentuka sebuah peran menurut rangkaian harapan yang berbeda-beda sehingga tidak mungkin bagi seseorang untuk memenuhi peran tersebut. Hal ini terjadi apabila peran tersebut rumit. c. Konflik antar peran inter role conflict Konflik ini muncul karena orang memiliki peran ganda, hal ini terjadi jika seseorang memainkan banyak peran sekaligus dan beberapa peran tersebut bertentangan dengan tanggung jawab yang berbeda-beda. Wanita bekerja menghadapi situasi rumit yang menempatkan posisi mereka di antara kepentingan keluarga dan kebutuhan untuk bekerja. Muncul sebuah pandangan bahwa perempuan ideal adalah superwoman yang mampu bekerja dengan agresif, kompetitif dan dapat menjalankan komitmen atau supermom yang mampu memberikan kasih sayang, menjaga dan merawat anak dan suami. Universitas Sumatera Utara 22 Ada tiga tugas utama wanita dalam rumah tangga yaitu : a. Sebagai istri, supaya dapat mendampingi suami sebagai kekasih dan sahabat untuk bersama membimbing keluarga yang bahagia. b. Sebagai pendidik, untuk membina generasi muda supaya anak-anak dibekali kekuatan rohani maupun jasmani yang berguna bagi nusa dan bangsa. c. Sebagai ibu rumah tangga, supaya mempunyai tempat aman dan teratur bagi seluruh anggota keluarga. Greenhaus dan Beutell dalam nur, 2012 Faktor-faktor penyebab peran ganda, di antaranya : a. Permintaan waktu akan satu peran yang tercampur dengan pengambilan bagian dalam peran yang lain. b. Stress yang dimulai dalam satu peran yang terjatuh ke dalam peran lain dikurangi dari kualitas hidup dalam peran itu. c. Kecemasan dan kelelahan yang disebabkan ketegangan dari satu peran dapat mempersulit untuk peran yang lainnya. d. Perilaku yang efektif dan tepat dalam suatu peran tetapi tidak efektif dan tidak tepat saat dipindahkan ke peran yang lainnya. Terjadinya perubahan demografi pada saat ini seperti peningkatan angkatan kerja wanita yang bekerja serta meningkatnya sepasang suami istri yang bekerja telah meningkatkan resiko terjadinya konflik akibat tidak bisanya mengatur waktu dengan baik sehingga peran dalam masyarakat dan keluarga tidak seimbang. Konflik peran Universitas Sumatera Utara 23 ganda bersifat bidirectional dan multidimensi, sehingga peran satu akan berpengaruh terhadap peran yang lainnya. Meskipun antara pria dan wanita berpotensi mendapatkan konflik antara pekerjaan dan keluarga, tetapi wanita lebih banyak melaporkan adanya konflik dari peran ganda yang dilakukan. Menurut Greenhous dan Beutell dalam wulan, 2012 Peran ganda bidirectional terdiri dari 2 aspek yang saling terkait yaitu : a. Work family conflict Yaitu konflik yang muncul dikarenakan tanggung jawab pekerjaan yang mengganggu tanggung jawab terhadap keluarga. b. Family work conflict Yaitu konflik yang muncul dikarenakan tanggung jawab terhadap keluarga mengganggu tanggung jawab terhadap pekerjaan. Konflik peran ganda biasanya terjadi jika seseorang berusaha memenuhi tuntutan dalam pekerjaan tetapi dipengaruh oleh tuntutan dalam memenuhi kebutuhan keluarga atau sebaliknya. Konflik pekerjaan-keluarga terjadi ketika kehidupan rumah tangga seseorang berbenturan dalam memenuhi tanggung jawab terhadap pekerjaan seperti datang tepat waktu, memenuhi deadline, dan lain sebagainya. Sedangkan kehidupan pekerjaan seseorang selalu menghalangi untuk meluangkan waktu bersama keluarga. Secara multidimensi ada tiga jenis konflik peran ganda yaitu : Universitas Sumatera Utara 24 a. Time based conflict Yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menjalani salah satu tuntutan baik itu pekerjaan atau keluarga dapat mengurangi tuntutan lainnya pekerjaan atau keluarga. b. Strain based conflict Terjadi jika salah satu peran memberikan tekanan sehingga mempengaruhi peran lainnya. c. Behavior based conflict Berhubungan dengan ketidak sesuaiannya antara pola perilaku yang diinginkan oleh masing-masing peran keluarga atau pekerjaan. Konflik peran ganda sering kali berdampak pada psikologis seseorang, terutama pada kaum wanita. Konflik peran ganda dapat menimbulkan stress, depresi, rasa malu, rasa bersalah dan lainnya. Akibatnya banyak hal lain yang terjadi dikarenakan stress yang dialami. Bisa saja berdampak kepada perceraian antara suami dan istri yang tentunya juga bisa berdampak pada perkembangan psikologis anak- anak mereka.

2.2.2 Strategi Penyelesaian Konflik Peran Ganda

Setiap permasalahan tentunya mempunyai jalan keluar yang baik. Penanganan yang baik terhadap suatu masalah tentunya tidak akan memberikan dampak negative tetapi dampak positif. Penanganan konflik peran ganda seharusnya dapat memberikan Universitas Sumatera Utara 25 solusi baik oleh individu maupun perusahaan, agar keharmonisan rumah tangga dapat tercapai dan tujuan dari perusahaan juga dapat tercapai. Terdapat dua strategi dalam mengatasi konflik peran ganda yaitu: a. Strategi individu Strategi yang harus dilakukan oleh seorang indiviu adalah manajemen waktu yang baik, sehingga akan tercipatanya keseimbangan antara keluarga dan pekerjaan sehingga dapat memberikan peran yang maksimal untuk masing-masing peran yang dilakukan b. Strategi perusahaan Menurut Nelson dan Quick 2010 ada beberapa strategi perusahaan yang harus dilakukan agar konflik peran ganda dapat diminimalisir dan tidak menganggu pekerjaan yaitu 1. Waktu kerja yang fleksibel 2. Adanya jadwal kerja yang alternative 3. Adanya fasilitas penitipan anak 4. Kebijakan izin keluarga 5. Job sharing Antara inividu dan perusahaan haruslah bersama-sama menentukan kebijakan apa yang diambil sehingga tidak merugikan masing-masing pihak. Dan yang terpenting pekerja wanita tidak mengalami stress yang berpengaruh terhadap kinerja Universitas Sumatera Utara 26 perusahaan maupun mutu dari kehidupan berkeluarga wanita tersebut sehingga tidak mengurangi keharmonisan dalam berkeluarga.

2.3 Stres Kerja

2.3.1 Pengertian Stres kerja

Menurut Saparinah 2010 stres merupakan suatu kondisi seseorang yang dipersepsikan sebagai kurang menyenangkan, adanya ketegangan atau kecemasan yang tidak terlalu jelas penyebabnya. Keluarga yang memiliki dua karir akan mudah mengalami stress karena tuntutan kerja yang dialami. Bagi wanita yang berkarir, penyebab stress ditambah dengan adanya tuntutan dari diri sendiri. Sering kali keinginan wanita yang berkarir dapat menyediakan waktu untuk anak-anaknya dan suaminya. Ukuran sukses bagi wanita yang berkarir adalah jika dapat memenuhi keseimbangan antara tanggung jawab dirumah tangga dan pekerjaan. Menurut Ivancevich, et all 2006 stress merupakan sebuah respon adaptif, dihubungkan dengan karakteristik dan proses psikologi individu yang merupakan konsekuensi dari setiap tindakan eksternal, situasi atau peristiwa yang menempatkan tuntutan psikologis dan fisik khusus pada seseorang. Dalam pekerjaan setiap orang pernah mengalami stress, jika stress dalam skala kecil tidak akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja seseorang, sedangkan stress dengan skala besar akan berpengaruh signifikan terhadap kinerja seeorang yang bisa mengganggu pekerjaan. Stress timbul dikarenakan tidak seimbangnya antara persepsi terhadap Universitas Sumatera Utara 27 tuntutan yang dialami dengan persepsi terhadap cara menanggulangi tuntutan tersebut. Stress kerja merupakan suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi, emosi, proses berfikir, dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu besar dapat mempengaruhi seseorang dalam merespon lingkungan disekitarnya Menurut Robin 2006 stress didefenisikan sebagai suatu kondisi yang dinamis dimana seorang individu dihadapkan pada suatu peluang, tuntutan dan sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan individu tersebut dan hasilnya dipandang tidak pasti tetapi penting. Tuntutan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup yang dilakukan oleh wanita tanpa disadari menimbulkan sikap dan perilaku untuk menjadikan stress sebagai bagian dari kehidupan berkeluarga. Akibatnya akan sulit tidur, tidak saling mengacuhkan antara suami dan istri, cepat marah, tidak betah dirumah, tekanan darah naik, dan sebagainya. Dalam hal ini, yang disalahkan bukan hanya dari tempat kerja yang terkadang tidak memberikan banyak waktu bagi seorang wanita untuk keluarganya, juga salah seorang wanita yang tidak bisa manajemen waktu. Yang jadi permasalahannya adalah stress yang dialami dibiarkan begitu saja tanpa ada penyelesaian sehingga menimbulkan stress kronis. Stres kronis mudah merenggangkan hubungan antara suami dan istri dan menimbulkan keretakan bahkan perceraian. Universitas Sumatera Utara 28 Gangguan stres biasanya timbul secara lamban, tidak jelas kapan mulainya dan sering kali tidak disadari. Ada beberapa tahapan dalam stress yaitu: a. Stres tingkat pertama Tahapan ini merupakan tingkat stres yang paling ringan dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut: semangat besar, penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya, kemampuan menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya Tahapan ini biasanya menyenangkan sehingga orang bertambah semangat tanpa disadari sebenarnya cadangan energinya sedang menipis. b. Stres tingkat kedua Dalam tahapan ini dampak stres yang menyenangkan sudah mulai hilang, keluhan yang sering muncul adalah: merasa letih sewaktu bangun pagi, merasa lelah setelah makan siang, merasa lelah menjelang sore hari, terkadang muncul gangguan sistem pencernaan, perasaan tegang pada otot punggung dan tengkuk, perasaan tidak bisa santai c. Stres tingkat ketiga Tahapan ini keluhan keletihan mulai tampak disertai dengan gejala-gejala: gangguan usus lebih terasa, otot lebih tegang, gangguan tidur, perasaan tegang semakin meningkat, badan terasa goyang dan mau pingsan d. Stres tingkat empat Tahapan ini menunjuk pada keadaan yang lebih buruk dengan ciri: sulit untuk bertahan sepanjang hari, kegiatan yang semula menyenangkan kini terasa sulit, kehilangan kemampuan untuk menanggapi, situasi, pergaulan sosial, dan kegiatan-kegiatan lainya terasa berat, tidur Universitas Sumatera Utara 29 semakin susah, perasaan negativistik, kemampuan berkonsentrasi menurun tajam, perasaan takut yang tidak dapat dijelaskan e. Stres tingkat kelima Tahap ini lebih mendalam dari pada tahap keempat, yaitu: keletihan yang mendalam, pekerjaan sederhana saja kurang mampu dikerjakan, gangguan sistem pencernaan, perasaan yang mirip panik f. Stres tingkat keenam Tahap ini merupakan keadaan gawat darurat tidak jarang penderita dibawa ke ICCU, gejala tahap ini cukup mengerikan antara lain: debaran jantung yang amat kuat, sesak nafas, badan gemetar, tubuh dingin, keringat bercucuran, dan pingsan. Ada beberapa macam stress yang dihadapi oleh wanita yaitu : a. Wanita pekerja biasanya dipengaruhi oleh stress yang biasanya dihadapi oleh laki-laki seperti beban kerja yang banyak, overskill, kebosanan kerja, hubungan dengan anak dan pasangan, dan masalah keuangan. b. Stress yang berasal dari pekerjaan dan luar pekerjaan seperti kebosanan, tuntutan yang tinggi, rendahnya tingkat kekuasaan, dan sedikitnya promosi yang diberikan perusahaan. Stress sebenarnya dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi positif dan negative. Dalam posisi positif, stress dapat membantu seseorang mencapai karir yang lebih tinggi. Contohnya seorang karyawan yang ingin naik jabatan akan mendapatkan beban stress yang tinggi yang jika berhasil mengatasi stress tersebut. Maka jabatan itu Universitas Sumatera Utara 30 akan bisa didapatkan. Sedangkan dalam sisi negative, stress dapat menurunkan semangat kerja seseorang bahkan dapat mengganggu kesehatan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi stress seseorang, yaitu: a. Faktor lingkungan Ketidakpastian lingkungan akan menentukan tingkat stress seseorang. Seperti ketidakpastian politik, ekonomi, dan lainnya, sangat mempengaruhi eksistensi karyawan dalam bekerja. b. Faktor organisasional Ada beberapa hal yang menyebabkan stress dalam organisasi seperti tuntutan tugas, tuntutan peran, tuntutan antarpribadi, struktur organisasi dan kepemimpinan organisasi. c. Faktor individu Yaitu merupakan faktor yang terjadi diluar pekerjaan yang dapat mengganggu pekerjaan, seperti keluarga, ekonomi pribadi, serta karakter yang ada pada diri seseorang. Stress yang timbul kerena bekerja disebut dengan stress kerja. Menurut Kahn dalam Cooper Dawe, 2004, stress kerja merupakan sesuatu yang kompleks, bervariasi dan dinamis dimana seorang yang stress memiliki respon yang singkat, memiliki pandangan sendiri terhadap stress tersebut, dan berdampak pada kesehatan. Menurut Cooper dan Dawe 2004 stress kerja adalah ketidakmampuan memahami Universitas Sumatera Utara 31 dan menghadapi tekanan dimana tingkat stress tiap individu berbeda-beda dan bereaksi sesuai perubahan lingkungan atau keadaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi stress dapat digolongkan menjadi dua sebab yaitu: a. On the job Merupakan stress yang berhubungan dengan pekerjaan, hal-hal yang dapat menimbulkan stress adalah 1. Beban kerja yang berlebihan 2. Tekanan atau desakan waktu 3. Kualitas supervise yang tidak baik 4. Iklim politik yang tidak aman 5. Umpan balik tentang pelaksanaan kerja yang tidak memadai 6. Wewenang yang tidak cukup untuk melaksanakan tanggung jawab 7. Frustasi 8. Konflik antar pribadi atau antar kelompok 9. Perbedaan antara nilai-nilai perusahaan dan karyawan 10. Banyaknya terjadi perubahan b. Off the job Merupakan stress yang timbul dari luar organisasi. Permasalahan yang terjadi antara lain: 1. Lemahnya kekuatan finansial Universitas Sumatera Utara 32 2. Adanya masalah yang bersangkutan dengan keluarga 3. Adanya masalah pada fisik 4. Adanya masalah pada perkawinan 5. Perubahan-perubahan yang terjadi di tempat tinggal 6. Dan masalah pribadi lainnya.

2.3.2 Gejala stress kerja

Menurut Beehr dan Newman Carlson,et al 2000 terdapat tiga gejala yang akan dialami jika stress kerja ditanggapi secara berlebihan yaitu: a. Gejala fisiologis Gejala awal dari stress akan dirasakan pada gejala fisiologis seseorang seperti: 1. Meningkatnya detak jantung dan tekanan darah 2. Kelelahan fisik 3. Ketegangan otot 4. Insomnia 5. Sakit kepala b. Gejala psikologis Stress kerja akan menjadikan seseorang tidak puas dalam melakukan pekerjaan sehingga hal ini akan berdampak pada psikologi orang tersebut seperti: 1. Ketegangan, kecemasan, kebingungan, dan mudah tersinggung. Universitas Sumatera Utara 33 2. Perasaan frustasi, marah dan kesal. 3. Emosi berlebihan sehingga menjadi sensitive dan hiperaktif. 4. Kemampuan komunikasi efektif menjadi berkurang 5. Kebosanan dan ketidakpuasan dalam bekerja. 6. Mental menjadi lelah dan intelektual akan menurun. c. Gejala perilaku Stress dapat mempengaruhi perubahan perilaku seperti 1. Bermalas-malasan dan menghindari pekerjaan 2. Kinerja dan produktifitas menurun 3. Perobahan pola makan berlebihan karena pelarian dari suatu masalah atau menurunnya nafsu makan 4. Terciptanya hubungan yang tidak harmonis.

2.3.3 Sumber-sumber stress kerja

Waktu-waktu setiap orang yang bekerja kebanyakan habis didalam melaksanakan pekerjaan daripada melakukan aktifitas lainnya. Dampak dari memenuhi kebutuhan dan meningkatkan perekonomian merupakan salah satu faktor yang membuat orang harus banyak bekerja. Tetapi terkadang pekerjaan yang banyak tidak diimbangi dengan kompensasi yang cukup. Hal inilah yang menjadikan orang sering mendapatkan stress dalam bekerja sehingga akan berdampak pada kesehatan dan mental orang tersebut. Menurut cooper dalam wulandari, 2012, sumber-sumber stress kerja diidentifikasi sebagai berikut Universitas Sumatera Utara 34 a. Kondisi pekerjaan Meliputi: 1. Lingkungan kerja. Kondisi buruk yang tercipta dalam pekerjaan berpotensi menjadikan karyawan mudah stress, sakit, sulit konsentrasi dan menurunnya kinerja. 2. Overload. Dapat dibedakan secara kuantitatif dan kualitatif. Overload secara kuantitatif berarti banyaknya beban kerja yang diberikan kepada pekerja tersebut yang mengakibatkan lelah pada pekerja, sedangkan secara kualitatif pekerjaan yang diberikan sangatlah kompleks dan sulit. 3. Deprivational stress. Kondisi pekerjaan yang tidak menarik lagi bagi pekerja sehingga memunculkan rasa bosan dan ketidakpuasan dalam melakukan pekerjaan. 4. Pekerjaan beresiko tinggi. Jenis pekerjaan yang memiliki resiko tinggi contohnya adalah pekerjaan yang mempertaruhkan nyawa, seperti pemadam kebakaran. b. Stress karena peran Wanita berpotensi sebagai karyawan yang memiliki stress kerja paling tinggi dibandingkan dengan pria. Hal ini diakibatkan karena wanita yang bekerja memiliki peran lainnya yaitu peran wanita dalam rumah tangga. Jika peran ini tidak seimbang maka yang terjadi adalah stress kerja yang dapat berakbat buruk baik bagi pekerjaan maupun keluarga serta pribadi wanita itu sendiri. Universitas Sumatera Utara 35 c. Faktor interpersonal Hubungan interpersonal ditempat kerja merupakan hal yang paling penting dalam menjaga kondisi perasaan dan emosi seseorang ditempat kerja. Hubungan yang baik antar sesame pekerja, dan hubungan yang baik antara atasan dengan pekerja akan membantu menjagah pekerja dari keadaan stress kerja. d. Pengembangan karir Karyawan akan mendapat tantangan baru jika adanya pengembangan karir yang jelas. Pengembangan karir berarti menambah kualitas dari pekerja itu sendiri dan tentunya jika karir berkembang akan berdampak pada peningkatan perekonomian pada pekerja tersebut. Jika ini tidak ada, maka besar kemungkinan pekerja akan mendapatkan stress kerja akibat kebosanan dalam satu jenjang karir yang tidak berkembang. e. Stuktur organisasional Jika karyawan diperlakukan secara kaku dalam struktur organisasional, maka kemungkinan akan menimbulkan stress. Ini dapat terjadi jika karyawan tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan, kreatifitas karyawan tidak didukung, dan lain sebagainya. Universitas Sumatera Utara 36

2.3.4 Mengelola Stress

Para pakar menyebutkan bahwasanya stress sebenarnya menyehatkan, tetapi sesuatu yang berlebihan akan memberikan dampak yang buruk, tak terkecuali pada stress. Bagaimanapun juga stress yang berkepanjangan haruslah ditangani dengan baik dan tepat. Menurut Mondy 2008 ada sejumlah pendekatan-pendekatan yang bisa dilakukan seseorang guna mengendalikan stress yang berlebihan, yaitu: a. Olah raga. Stress menimbulkan perubahan kimiawi dalam tubuh, olahraga akan mengembalikan perubahan kimiawi dalam tubuh menjadi normal kembali. b. Tahu kapan berhenti sejenak. Relaksasi penting dalam meredakan stress dimana orang dapat melakukan hal lain yang menghibur dalam jeda waktu yang ada. c. Menempatkan situasi yang penuh stress dalam perspektif artinya tidak menganggap semua masalah sebagai penentuan hidup dan mati.. d. Menemukan seseorang yang mau mendengarkan curahan hati. e. Membangun keteraturan dalam hidup agar terciptanya keseimbangan. f. Kenali batasan diri sehingga apapun maslaah yang terjadi merupakan masalah yang dapat ditangani sendiri tanpa melewatkan batas kemampuan diri. g. Bersikap toleran. Universitas Sumatera Utara 37

2.4 Kerangka Konseptual

Menurut Hanessy dalam Kelloway Front, 2005 konflik peran ganda merupakan konflik yang terjadi sebagai hasil dari kewajiban pekerjaan rumah tangga yang mengganggu kehidupan rumah tangga pekerjaan. Konflik peran ganda terbagi menjadi dua yaitu work family conflict dan family work conflict. Menurut Greenhous dan Beutell dalam wulan, 2012 work family conflict yaitu konflik yang muncul dikarenakan tanggung jawab pekerjaan yang mengganggu tanggung jawab terhadap keluarga. Sedangkan family work conflict yaitu konflik yang muncul dikarenakan tanggung jawab terhadap keluarga mengganggu tanggung jawab terhadap pekerjaan. Konflik adalah persaingan yang kurang sehat berdasarkan ambisi dan sikap emosional dalam memperoleh kemenangan yang dapat menimbulkan stress. Menurut Saparinah 2010 stres merupakan suatu kondisi seseorang yang dipersepsikan sebagai kurang menyenangkan, adanya ketegangan atau kecemasan yang tidak terlalu jelas penyebabnya. Penelitian ini akan melihat pengaruh konflik peran ganda terhadap stress yang mengenai individu kerena tidak bisa membagi waktunya antara bekerja dan keluarga. Salah satu peran akan menghambat peran lain untuk melaksanakannya. Jika konflik ini tidak bisa diselesaikan dengan baik maka tekanan-tekanan yang akan terus terjadi dan mendesak seseorang, sehingga akan menimbulkan stress bagi individu tersebut Universitas Sumatera Utara 38 Konflik Peran Ganda karena merasa tidak mampu untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Kedua variable tersebut dapat dijelaskan dengan Gambar 2.1: Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.5 Hipotesa Penelitian