Pengamatanpengumpulan data Analisis Kemampuan Problem Solving Mahas

© 2015 LPPM IKIP Mataram Motif Kekerasan pada Perempuan Suku Sasak Studi Kasus Tentang Perceraian Sukarman, Made Piliani, dan M. Syarafuddin Program Studi Bimbingan Konseling, FIP IKIP Mataram E-mail: carmenz_oneyahoo.com Abstract : This research is motivated by the many cases of violence experienced by women Sasak. Motive force experienced physical violence and verbal form, so it is often an impact on the issue of divorce. The purpose of this study is to provide a learning process Sasak women to avoid divorce due to domestic violence. This study uses descriptive qualitative method and consists of 3 respondents who divorced status. While the focus of this research is the interview process conducted by researchers at the respondent. The results of this study is that physical violence includes kicking as much as 35.42, 22.92 suffocating, knock heads on the wall 16.67, hit with a broom 14:58, 10:42 throw hard objects. whereas verbal violence includes 34.48 dirty talk, cheating 32.76, 12.93 leaving his wife, does not provide for the wife 11:21, and 8.62 discuss wife ugliness. Based on the above results show that the level of violence on women Sasak more dominant in physical violence and verbal abuse in the form of a kick to talk dirty and rude to his wife. Abstrak : Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya terjadi kasus kekerasan yang dialami oleh perempuan suku Sasak. Motif kekerasan yang dialami berupa kakarasan fisik dan verbal, sehingga hal tersebut sering berdampak pada masalah perceraian. Adapun tujuan penelitian ini adalah memberikan proses pembelajaran pada perempuan suku Sasak agar terhindar dari perceraian yang disebabkan adanya tindak kekerasan dalam rumah tangga KDRT. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dan terdiri dari 3 orang responden yang berstatus bercerai. Sedangkan fokus dalam penelitian ini adalah proses interview yang dilakukan peneliti pada responden. Adapun hasil penelitian ini adalah kekerasan fisik yang meliputi menedang sebanyak 35.42, mencekin, 22.92, benturkan kepala di tembok, 16.67, memukul dengan sapu, 14.58, melempar dengan benda keras, 10.42. sedangkan kekerasan verbal yang meliputi bicara kotor, 34.48, selingkuh, 32.76, meninggalkan istri, 12.93, tidak menafkahi istri, 11.21, dan membicarakan kejelekan istri 8.62. Berdasarkan hasil penelitian diatas menunjukan bahwa tingkat kekerasan pada Perempuan suku Sasak lebih dominan pada kekerasan fisik menendang dan kekerasan verbal berupa berbicara kotor dan kasar terhadap istri. Kata kunci : Kekerasan, Perempuan Suku Sasak, dan Perceraian Pendahuluan Suku Sasak berasal dari keturunan Austronesia yang bermigrasi dari daratan Asia sekitar 5.000 tahun SM dan tinggal di daerah-daerah di Asia Tenggara sampai ke Kepulauan Pasifik Selatan. Saat ini 85 dari populasi Lombok adalah suku Sasak. Meskipun Lombok sangat dipengaruhi oleh budaya Bali yang mayoritas memeluk agama Hindu Bali tetapi suku Sasak di Lombok mayoritas memeluk agama Islam Diktat, Pembda NTB, 2011. Penduduk pulau Lombok pada tahun 2012 yang terdapat dari 265 Desa sebanyak 3.608.238 jiwa diantaranya 98.000 merupakan suku bangsa pendatang bukan Suku Sasak. Data tersebut akan dirincikan berdasarkan pada kabupaten kota tempat peneliti melakukan penelitian yaitu dilingkungan masyarakat suku Sasak kabupaten Lombok Tengah. 104 Tabel 1: Proyeksi Jumlah Penduduk Tahun 2011 di Kab. Lombok Tengah. No Kecamatan Laki-laki Perempuan Total 1 Batukeliang Utara 22.330 25.517 47.847 2 Praya Barat 33.425 36.431 69.856 3 Praya Barat Daya 24.509 27.268 51.777 4 Pujut 46.946 50.911 97.857 5 Praya Timur 30.172 33.113 63.285 6 Janapria 32.718 38.215 70.933 7 Kopang 35.071 41.221 76.292 8 Praya 50.241 54.354 104.595 9 Praya Tengah 28.978 31.541 60.519 10 Jonggat 43.369 46.733 90.102 11 Pringgarata 30.267 33.470 63.737 12 Batukliang 33.166 38.929 72.095 Total 411.192 457.703 868.895 Sumber: Badan Pusat Statistik BPS Kabupaten Lombok Tengah 2011. Suku Sasak yang berada di sebagian wilayak Lombok tengah biasanya melakukan tradisi yang unik dalam melaksanakan upacara adat, khususnya adat pernikahan. Ketika seorang mengadakan ritual adat pernikahan, seorang laki-laki mencuri perempuan yang akan dinikahi. Adapun pencurian kawin lari yang dilakukan oleh seorang laki-laki kepada perempuan tidak termasuk pelanggaran hukum karena perbuatan tersebut dilindungi oleh hukum adat masyarakat setempat. Namun sumber masalah yang muncul adalah perempuan suku Sasak sering mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari laki-laki suami. Adapun bentuk perilaku tersebut adalah seorang suami sering melakukan tindakan kekerasan dalam menyelesaikan masalah dalam rumah tangga KDRT, sehingga kejadian tersebut berujung pada kasus perceraian. Menurut Atkinson Atkinson, dan Hilgard 1993 kekerasan adalah tindakan yang dimaksudkan untuk melukai orang lain secara fisik atau verbal dan merusak harta benda. Barkowitz 1999 menyebutkan bahwa kekerasan sebagai bentuk perilaku yang bertujuan menyakiti orang lain secara fisik maupun mental. Kekerasan juga diartikan sebagai bentuk pelanggaran hak asasi orang lain, tindakan atau cara yang menyakitkan, sampai pada cara yang memaksakan kehendak. Dari sudut pandang yang lain, kekerasan paling tepat dianggap sebagai bentuk dari “penyaluran stimulus berbahaya kepada orang lain yang lemah dan tak berdaya”. Sehingga sasaran yang paling tepat cenderung dialami oleh perempuan pasangan suami-istri yang menikah pada usia muda. Adapun kasus- kasus perceraian yang dilaporkan akibat tindakan kekerasan dikecamatan Praya Timur kabupaten Lombok Tengah pada tahun 2010-2013 adalah sebagai berikut: