Dukungan sarana prasarana dalam
© 2015 LPPM IKIP Mataram
Analisis Kemampuan Problem Solving Mahasiswa Calon Guru Matematika Berdasarkan Standar PISA
Ita Chairun Nissa dan Puji Lestari Fakultas Pendidikan Matematika dan IPA, IKIP Mataram
E-mail: chairunnissaitayahoo.co.id
Abstract : This research aimed to describe capability of students and prospective math teacher of IKIP
Mataram in problem solving as understanding and skill mapping in math problem solving based on PISA standard. Capability of problem solving in this research divided into two indicators, 1 capability of problem
solving in how to solve math problem in PISA standard, and 2 students’ ability in understanding theory of problem solving and its technique. Students’ ability of problem solving measured by math test with PISA
standard, and student’s ability of understanding problem solving theory and its technique measured by questionnaire and interview. Subject of this research was students of undergraduate Math Department IKIP
Mataram which have forth grade in practice teaching. So, it is choosen 20 students used proportionate random sampling technique. Material of test adapted from PISA exercises and translated into indonesia which consists
of content and context materials with PISA standard. The result of 20 students and prospective teacher have good research problem formulate, but have weakness of conducting employ and ability of
interpretingevaluating because they didn’t have properly strategy to conduct process of math so they have impact on wrong result of analysis and justification. The result of this test used questionnaire and interview
showed that some prospective teacher of math didn’t understand about problem solving theory and didn’t enrich technique how to solve problem and made math problem.
Abstrak
: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kemampuan problem solving mahasiswa calon guru matematika IKIP Mataram sebagai upaya untuk memetakan pemahaman dan keterampilan memecahkan
masalah matematika berdasarkan standar PISA. Kemampuan problem solving pada penelitian ini dikategorikan menjadi dua indikator, yaitu 1 kemampuan problem solving pada saat memecahkan masalah matematika
standar PISA, dan 2 kemampuan mahasiswa dalam memahami teori problem solving dan tekniknya. Kemampuan problem solving dalam diri mahasiswa diukur menggunakan tes kemampuan matematika standar
PISA, sedangkan kemampuan mahasiswa dalam memahami teori problem solving dan tekniknya diukur menggunakan angket dan wawancara. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa program studi pendidikan
matematika IKIP mataram dengan yang memperoleh peringkat 4 empat nilai Praktek Pengalaman Lapangan PPL terbaik di kelasnya masing-masing. Sehingga diperoleh sebanyak 20 orang mahasiswa yang dipilih
menggunakan teknik proportionate random sampling. Materi tes diadaptasi dari soal PISA dengan melakukan alih bahasa ke dalam bahasa Indonesia serta memuat konteks dan konten matematika standar PISA.. Hasil
penelitian terhadap 20 orang mahasiswa calon guru matematika, menunjukkan bahwa mahasiswa calon guru matematika memiliki kemampuan merumuskan masalah formulate yang baik, tetapi memiliki kelemahan
pada kemampuan melaksanakan employ dan kemampuan menafsirkan interpretevaluate karena tidak memiliki strategi yang tepat untuk melakukan proses matematika selanjutnya sehingga berakibat pada hasil
perhitungan yang salah dan justifikasi yang kurang tepat. Hasil tes ini didukung oleh data angket dan wawancara yang menunjukkan bahwa banyak calon guru matematika yang tidak memahami dengan baik
mengenai teori problem solving dan belum kaya dengan teknik memecahkan masalah maupun membuat problem matematika.
Kata kunci
: Analisis, Problem Solving, dan PISA
Pendahuluan
Penelitian yang dilakukan oleh Nissa dan Kinasih 2013 mengenai kemampuan
problem solving guru matematika SMPMts negeri
dan swasta
se-kota Mataram
berdasarkan standar PISA Programme for International Student Assessment menun-
jukkan bahwa guru matematika SMPMts memiliki kemampuan merumuskan masalah
formulate yang cukup baik rata-rata 52,
46 kemampuan
melakukan matematika
employ yang kurang baik rata-rata 33, dan
kemampuan menafsirkan
hasil interpret yang sangat kurang baik rata-
rata 20, sehingga hal ini mempengaruhi kemampuan guru dalam membelajarkan
problem solving kepada siswa di kelas yang tidak
secara kontinu
dan konsisten
membentuk pola pikir problem solving kepada siswanya. Selain itu pula guru juga
tidak secara rutin melatih dirinya sendiri untuk
mengasah kemampuan
problem solving dikarenakan beban tugas mengajar
di sekolah yang banyak dan tidak memiliki waktu khusus maupun kelompok sejawat
yang memusatkan perhatian pada pem- belajaran problem solving matematika. Oleh
karena itu, berdasarkan hasil penelitian tersebut maka pembelajaran problem solving
yang menjadi tuntutan dalam pelaksanaan kurikulum 2013 belum dapat diimplemen-
tasikan secara optimal.
Melihat keadaan ini, maka perlu untuk menyelidiki lebih lanjut mengenai dasar
penyebab para guru SMPMts tersebut masih
memiliki kemampuan
problem solving yang rendah, padahal para guru
tersebut telah berprofesi menjadi guru matematika selama bertahun-tahun dan
bahkan seringkali mendapat pelatihan- pelatihan mengenai pengajaran termasuk
kurikulum 2013 yang sarat dengan konten matematika yang menuntut kemampuan
problem solving. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa keyakinan awal tentang
bagaimana cara mengajar sangat resistif untuk diubah Cooney, 2003 dalam Andrew,
2006. Pada kenyataannya, kesamaan atas keyakinan prakonsepsi ini tetap hampir tidak
dapat diubah dari waktu ke waktu baik melalui pengalaman maupun pelatihan
pendidikan Pajares, 1992 dalam Andrew, 2006. Oleh karena itu, untuk lebih
memahami fenomena ini maka peneliti memutuskan untuk menyelidiki kemampuan
problem solving calon guru matematika sebagai upaya untuk memperoleh deskripsi
yang lebih jelas mengenai cara terbaik dan pada tingkat mana sebaiknya problem
solving mulai diajarkan agar guru-guru matematika yang memiliki tugas mendidik
dan mengajar benar-benar dapat menularkan problem solving secara baik dan kuat kepada
siswanya di kelas.
Pentingnya untuk meneliti bagaimana kemampuan problem solving mahasiswa
calon guru matematika dikarenakan banyak peneliti
telah menyelidiki
keadaan rekalsitran ini dan telah menawarkan strategi
bagi para pendidik untuk digunakan dalam kuliah matematika dan sains yang dirancang
bagi para calon guru Bryan, Abell Anderson, 1996; Clark, 1998; Goodman,
1998; Thomas Pederson, 2003; Ullrich, 1999 dalam Andrew, 2006. Selain resistansi
ini, sering kali ada pendapat umum di kalangan calon guru bahwa mereka sudah
mengetahui matematika yang mereka akan ajarkan, sehingga para calon guru tersebut
seringkali menganggap bahwa yang mereka benar-benar butuhkan sekarang adalah
kuliah mengenai metode, bukan kuliah konten matematika. Mereka ingin fokus
pada cara mengajar matematika untuk tingkatan
kelas tertentu
dan bukan
memusatkan perhatian utama kepada konten matematika Ebby, 2000; McDiarmid, 1990
dalam Andrew 2006. Kenyataan ini kontradiktif dengan konsep problem solving
Polya 1988 yang menekankan bahwa guru
47 harus terlebih dahulu memiliki pemahaman
mendalam mengenai konten matematika dan melatih dirinya sendirinya terlebih dahulu
untuk memecahkan masalah matematika sebelum ia meminta siswanya untuk
melakukan pemecahan masalah. Karena dengan memahami konten matematika dan
telah bergelut dengan matematika, maka guru akan mengetahui keterampilan apa
yang
diperlukan siswa
untuk dapat
memecahkan masalah dan bagaimana cara mengajarkannya.
Konsepsi mengenai kemampuan sese- orang menggunakan matematika untuk
memecahkan masalah kehidupan sehari-hari telah menjadi perhatian utama suatu badan
evaluasi pendidikan dunia yaitu PISA Programme for International Student
Assessment yang didirikan oleh organisasi OECD
Organisation for
Economic Cooperation and Development. PISA
merupakan program yang dimulai pada tahun 2000 dan berulang tiga-tahunan yang
menguji penguasaan siswa sekolah usia 15 tahun
terhadap literasi
membaca, matematika, dan sains. Survei tiga-tahunan
ini dilakukan untuk mengukur tingkat kesiapan anak berusia 15 tahun, yaitu usia di
ujung masa wajib belajar dalam menghadapi tantangan kehidupan masa kini. Indonesia
sebagai negara mitra OECD ikut disurvei oleh PISA pada tahun 2012 dan hasilnya
menunjukkan bahwa Indonesia menduduki ranking 64 dari 65 negara yang berarti
bahwa siswa Indonesia masih sangat lemah dalam kemampuan literasi matematika dan
problem solvingnya. Oleh karena itu, untuk mampu
membuat siswa
memiliki kemampuan
problem solving
maka diperlukan guru-guru matematika yang juga
memiliki kemampuan problem solving yang sangat baik agar mampu mengajarkan
problem solving dengan membentuk pola pikir matematika yang kritis, logis, dan
kreatif.
Untuk memiliki guru-guru matematika yang memiliki kecakapan dalam problem
solving, maka perlu dibentuk sejak awal sebelum mereka menjadi guru praktisi di
kelas. Sehingga sangat penting untuk menjadikan
mahasiswa calon
guru matematika sebagai perhatian utama yang
harus terlebih dahulu dievaluasi kemampuan problem solvingnya terutama menggunakan
standar PISA agar Indonesia dapat bersaing secara global dalam hal literasi dan problem
solving matematika.
Metode Penelitian
Subjek penelitian ini adalah 20 mahasiswa calon guru matematika. Data pada penelitian
ini dikumpulkan dengan teknik tes, angket dan wawancara. Tes yang digunakan pada
penelitian ini adalah tes uraian yang merupakan soal matematika PISA tahun
2012 yang dialihbahasa ke dalam bahasa Indonesia serta memuat konteks dan konten
standar PISA.
Tabel berikut mendeskripsikan tes yang diberikan kepada guru:
Tabel 1. Deskripsi Tes Kemampuan Problem
Solving Standar PISA
Topik masalah dan deskripsinya Kode soal: A1, Topik: Memori USB
Flashdisk, context: personal dan content: quantity, Deskripsi:
1. Mampu membaca data pada diagram
lingkaran, tabel dan hubungannya 2.
Mampu membuat keputusan menggunakan sifat-sifat bilangan bulat
Kode soal: A2, Topik: Memori USB Flashdisk, context: personal dan content:
48
uncertainty and data, Deskripsi: 1.
Mampu membaca data pada diagram lingkaran, tabel dan hubungannya
2. Mampu
membuat konjektur
dan menjustifikasinya
menggunakan konsep
persen dan sudut Kode soal: B, Topik: Sepeda Baru Helen
context: personal dan content: change and relationship, Deskripsi:
1. Mampu membaca data pada diagram
lingkaran, tabel dan hubungannya 2.
Mampu menentukan kebenaran suatu pernyataan menggunakan konsep jarak,
waktu, dan kecepatan Kode soal: C1, Topik: Audio dan Video Player
yang Rusak, context: occupational dan content: uncertainty and data, Deskripsi:
1. Mampu membaca data pada diagram
lingkaran, tabel dan hubungannya 2.
Mampu menentukan kebenaran suatu pernyataan menggunakan konsep pecahan
desimal dan persen Kode soal: C2, Topik: Audio dan Video Player
yang Rusak, context: occupational dan content :uncertainty and data, Deskripsi:
1. Mampu membaca data pada diagram
lingkaran, tabel dan hubungannya 2.
Mampu menentukan kebenaran suatu pernyataan
menggunakan konsep
perbandingan Kode soal: C3, Topik: Audio dan Video Player
yang Rusak, context: occupational dan content: uncertainty and data, Deskripsi:
1. Mampu membaca data pada diagram
lingkaran, tabel dan hubungannya 2.
Mampu menentukan kebenaran suatu pernyataan menggunakan konsep peluang
Kode soal: D, Topik: Toko Es Krim context: occupational dan content: space and
shape, Deskripsi: 1.
Mampu membaca
denah dan
memahami situasinya 2.
Mampu menyusun
suatu bentuk
menggunakan konsep bangun datar Kode soal: E1, Topik: Mendaki Gunung
Rinjani, context:
societal dan
content: quantity, Deskripsi:
1. Mampu membaca data dan informasi yang
berkaitan dengan waktu 2.
Mampu membuat keputusan menggunakan konsep nilai rata-rata dan pembulatan angka
Kode soal: E2, Topik: Mendaki Gunung Rinjani, context: societal dan content: change
and relationship, Deskripsi: 1.
Mampu membaca data dan informasi yang berkaitan dengan waktu
2. Mampu membuat keputusan menggunakan
konsep jarak
Kemudian data
tes dianalisis
secara kuantitatif
dalam bentuk
persentase kemampuan problem solving untuk setiap
indikator yang ditentukan dengan rumus:
Dimana adalah prosentase kemampuan per indikator, adalah skor yang diperoleh per
indikator, dan adalah skor maksimal per
indikator. Adapun indikator kemampuan problem solving dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2. Indikator Kemampuan Problem
Solving Berdasarkan Standar PISA
Kemampuan merumuskan masalah formulate 1.
Mampu membaca datainformasi 2.
Mampu melihat
hubungan antar
datainformasi 3.
Mampu memahami konteks permasalahan 4.
Mampu menentukan nilaikondisi apa yang akan dipecahkan
5. Menuliskan semua tahapan dengan sistematis
Kemampuan melaksanakan employ 1.
Memilih strategi pemecahan masalah yang tepat
2. Melakukan perhitungan sesuai dengan
prinsipprosedur matematika 3.
Memperoleh hasil perhitungan yang benar 4.
Menggunakan notasi variabelsatuan hitung dengan benar
5. Menuliskan semua langkah perhitungan
dengan sistematis Kemampuan menafsirkan interpretevaluate
1. Menerjemahkan hasil perhitungan menjadi
solusi yang sesuai dengan konteks masalah 2.
Memberikan justifikasi logis yang mendasari jawaban
3. Menuliskan dengan kalimat lengkap sesuai
49
dengan konteks masalah
Persentase hasil tes kemudian dikonversi ke dalam kriteria kemampuan problem solving
yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 3. Kriteria Kemampuan Problem
Solving
Interval Kriteria
Sangat Baik SB Baik B
Cukup Baik CB Kurang Baik KB
Sangat Kurang Baik SKB
Sedangkan data angket dianalisis secara kualitatif
dalam bentuk
narasi yang
mengungkapkan alasan mahasiswa calon guru matematika terhadap jawaban yang
dipilihnya dan dianalisis secara kuantitatif dalam
bentuk prosentase
banyaknya mahasiswa yang memilih jawaban terhadap
setiap pertanyaan pada angket yang dihitung dengan rumus:
Dimana adalah prosentase banyaknya
responden terhadap pilihan jawaban, adalah banyak responden yang memilih
jawaban, dan adalah jumlah responden. Pertanyaan pada angket diuraikan pada tabel
di bawah ini:
Tabel 4. Daftar pertanyaan angket
Aspek pertanyaan pilihan ganda 1.
Memahami konsep problem solving 2.
Memahami pengertian problem dalam matematika
3. Memiliki tutor untuk melatih problem
solving 4.
Terampil dalam teknik problem solving 5.
Sumber belajar teori problem solving 6.
Sumber belajar teknik problem solving 7.
Sumber belajar memadai belajar problem solving
8. Pada saat PPL, melatih siswa memahami
masalah matematika sesuai konteksnya 9.
Pada saat PPL, melatih siswa membuat model matematika dari masalah
10. Pada saat PPL, melatih siswa melakukan
perhitungan sesuai prosedur matematika 11.
Pada saat PPL, melatih siswa menafsirkan hasil perhitungan menjadi
solusi 12.
Mengikuti perkembangan penelitian mengenai problem solving
13. Memanfaatkan hasil penelitian untuk
meningkatkan kemampuan
problem solving
14. Memiliki motivasi untuk melakukan
problem solving Aspek pertanyaan uraian
15. Strategi mahasiswa calon guru melatih
siswa memahami masalah 16.
Strategi mahasiswa calon guru melatih siswa membuat model matematika dari
masalah 17.
Strategi mahasiswa calon guru melatuh siswa
melakukan perhitungan
matematika 18.
Strategi mahasiswa calon guru melatih siswa menafsirkan hasil pemecahan
masalah 19.
Strategi mahasiswa
calon guru
memotivasi siswa untuk melakukan problem solving
20. Pandangan mahasiswa calon guru
terhadap matematika
Hasil dan Pembahasan
A. Kemampuan problem solving dalam diri
guru matematika Penelitian
menunjukkan hasil
tes pemecahan masalah matematika standar
PISA adalah
memiliki kemampuan
merumuskan masalah formulate yang cukup baik rata-rata 54, kemampuan
melakukan matematika employ yang
kurang baik
rata-rata 33,
dan kemampuan menafsirkan hasil interpret
yang kurang baik rata-rata 21. Tabel
50 berikut
ini menunjukkan
kemampuan problem solving dari 20 mahasiswa calon
guru matematika yang dinotasikan dengan M1 sd M20:
i
Kemampuan merumuskan formulate
Tabel 5. Rata-Rata Persentase Kemampuan Merumuskan
M Kriteria
M1 53
CB M2
60 B
M3 51
CB M4
49 CB
M5 36
KB M6
67 B
M7 51
CB M8
53 CB
M9 60
B M10
67 B
M11 53
CB M12
67 B
M13 36
KB M14
16 SKB
M15 42
CB M16
49 CB
M17 60
B M18
69 B
M19 67
B M20
67 B
Rata-Rata 54
Cukup Baik
ii Kemampuan melaksanakan employ
Tabel 6. Rata-Rata Persentase Kemampuan Melaksanakan
M Kriteria
M1 27
KB M2
40 CB
M3 38
KB M4
38 KB
M5 22
KB M6
31 KB
M7 38
KB M8
49 CB
M9 40
CB M10
31 KB
M11 29
KB M12
36 KB
M13 13
SKB M14
7 SKB
M15 36
KB M16
38 KB
M17 51
CB M18
27 KB
M19 31
KB M20
44 CB
Rata-Rata 33
Kurang Baik
iii Kemampuan menafsirkan interpret
Tabel 7. Rata-Rata Persentase Kemampuan Menafsirkan
M Kriteria
M1 19
SKB M2
19 SKB
M3 19
SKB M4
19 SKB
M5 22
KB M6
30 KB
M7 19
KB M8
19 KB
M9 19
KB M10
30 KB
M11 15
SKB M12
22 KB
M13 11
SKB M14
11 SKB
M15 15
SKB M16
19 SKB
M17 22
KB M18
30 KB
M19 31
KB M20
26 KB
Rata-Rata 20
Sangat Kurang Baik
Berikut ini adalah grafik yang menunjukkan kemampuan problem solving menurut tiga
kategori standar PISA:
51
Gambar 1. Grafik Kemampuan Problem Solving Mahasiswa
B. Kemampuan
guru membelajarkan
problem solving kepada siswa di kelas Hasil analisis terhadap data angket
ditunjukkan dengan tabel di bawah ini yang menunjukkan prosentase jawaban responden
terhadap setiap
indikator kemampuan
problem solving.
Tabel 8. Hasil Angket Indikator Nomor 1
1. Memahami istilah problem solving No
Jenis Jawaban a
Sangat Memahami 20
00.00 b
Memahami 3
20 15.00
c Cukup Memahami
9 20
45.00 d
Kurang Memahami 6
20 30.00
e Tidak Memahami
2 20
10.00
Tabel 9. Hasil Angket Indikator Nomor 2
2. Memahami pengertian problem matematika No
Jenis Jawaban a
Soal Rutin 1
20 4.35
b Soal Cerita
10 20
43.48 c
Soal Tidak Rutin 6
20 26.09
d Soal Latihan
20 00.00
e Soal Uraian
2 20
26.09
Tabel 10. Hasil Angket Indikator Nomor 3
3. Memiliki tutor untuk melatih problem solving No
Jenis Jawaban a
Tutor khusus 20 00.00
b Teman mahasiswa
1 20
5.00 c
Dosen 1
20 5.00
d Guru Pamong
2 20 10.00
e Tidak memiliki tutor
16 20 80.00
Tabel 11. Hasil Angket Indikator Nomor 4
4. Terampil dalam teknik problem solving No
Jenis Jawaban a
Sangat Terampil 20
6.25 b Terampil
2 20
12.50 c
Cukup Terampil 5
20 18.75
d Kurang Terampil
13 20
62.50 e
Tidak Terampil 20
0.00
52
Tabel 12. Hasil Angket Indikator Nomor 5
Tabel 13. Hasil Angket Indikator Nomor 6
6. Sumber belajar teknik problem solving No
Jenis Jawaban a
BukuModul 1
20 5.00
b Internet
13 20 65.00
c Rekan Mahasiswa
1 20
5.00 d
Dosen 2
20 1.00
e Guru Pamong
3 20
15.00
Tabel 14. Hasil Angket Indikator Nomor 7
7. Sumber belajar memadai untuk belajar problem solving
No Jenis Jawaban
a Sangat Memadai
1 20
5.00 b
Memadai 2
20 10.00
c Cukup Memadai
4 20
20.00 d
Kurang Memadai 13
20 65.00
e Tidak Memadai
20 0.00
Tabel 15. Hasil Angket Indikator Nomor 8
8. Pada saat PPL,melatih siswa memahami masalah matematika sesuai konteksnya
No Jenis Jawaban
a Selalu
2 20
10.00 b
Sering 4
20 20.00
c Kadang-kadang
12 20
60.00 d
Jarang 2
20 10.00
e Tidak Pernah
20 0.00
Tabel 16. Hasil Angket Indikator Nomor 9
9. Pada saat PPL, melatih siswa membuat model matematika dari masalah
No Jenis Jawaban
a Selalu
1 20
5.00 b
Sering 6
20 30.00
c Kadang-kadang
11 20
55.00 d
Jarang 2
20 10.00
e Tidak Pernah
20 0.00
Tabel 17. Hasil Angket Indikator Nomor 10
10. Pada saat PPL, melatih siswa melakukan perhitungan sesuai prosedur matematika
No Jenis Jawaban
a Selalu
4 20
20.00 b
Sering 13
20 65.00
c Kadang-kadang
3 20
15.00 d
Jarang 20
0.00 e
Tidak Pernah 20
0.00
Tabel 18. Hasil Angket Indikator Nomor 11
11. Pada saat PPL, melatih siswa menafsirkan hasil perhitungan menjadi solusi
No Jenis Jawaban
a Selalu
1 20
5.00 b
Sering 3
20 15.00
c Kadang-kadang
9 20
45.00 d
Jarang 7
20 35.00
e Tidak Pernah
20 0.00
Tabel 19. Hasil Angket Indikator Nomor 12
12. Mengikuti
perkembangan penelitian
mengenai problem solving No
Jenis Jawaban a
Selalu 1
20 0.00
b Sering
3 20
15.00 c
Kadang-kadang 4
20 20.00
d Jarang
12 20
60.00 e
Tidak Pernah 20
0.00
Tabel 20. Hasil Angket Indikator Nomor 13
13. Memanfaatkan hasil penelitian untuk meningkatkan kemampuan problem solving
No Jenis Jawaban
a Selalu
20 0.00
b Sering 1
20 5.00
c Kadang-kadang 2
20 10.00
d Jarang 14
20 70.00
e Tidak Pernah 3
20 15.00
Tabel 21. Hasil Angket Indikator Nomor 14 14. Motivasi untuk melakukan problem solving
No Jenis Jawaban
a Selalu
2 20
10.00 b
Sering 4
20 20.00
c Kadang-kadang
14 20
70.00 d
Jarang 20
0.00 e
Tidak Pernah 20
0.00 5. Sumber belajar teori problem solving
No Jenis Jawaban
a BukuModul 1
20 5.00
b Internet 16
20 80.00
c Rekan Mahasiswa
1 20
5.00 d
Dosen 1
20 5.00
e Guru Pamong 1
20 5.00
53 Berikut ini adalah deskripsi hasil angket:
1 Pandangan terhadap matematika
Hasil angket menunjukkan pandangan mahasiswa calon guru mengenai matematika
yaitu : 1 Matematika adalah ilmu yang dibutuhkan dalam setiap kehidupan dan
digunakan untuk menyelesaikan berbagai masalah, dan 2 Matematika adalah ilmu
yang menuntut berpikir penalaran, kreatif, kritis dan teliti serta membentuk sikap tekun,
kerja keras, pantang menyerah dan rasa ingin tahu yang tinggi. Sedangkan, hasil tes
kemampuan problem solving menunjukkan bahwa mahasiswa calon guru masih sebatas
mengetahui mengenai manfaat matematika, tetapi masih belum memiliki keterampilan
untuk mewujudkan atau melaksanakan pembelajaran matematika seperti apa yang
telah didefinisikan oleh mahasiswa calon guru tersebut.
2 Pemahaman terhadap problem solving
Berdasarkan data angket bahwa 15 mahasiswa memahami problem solving,
45 cukup memahami, 30 kurang memahami, dan 10 tidak memahami.
Dimana
50 mahasiswa calon
guru memahami problem sebagai soal cerita,
padahal tidak semua problem matematika dinyatakan dalam bentuk soal cerita.
Selain itu, sebanyak 80 mahasiswa calon guru memahami problem solving
mengunakan sumber belajar dari internet yang sebagian besar diambil dari blog-blog
pendidikan. Sedangkan 5 mahasiswa mempelajari problem solving dari buku,
rekan mahasiswa, dosen dan guru pamong mereka. Menurut hasil wawancara, maha-
siswa menjelaskan bahwa mereka mem- butuhkan bahan ajar yang dapat menjadi
panduan mereka memahami problem solving dan yang paling penting adalah mengetahui
teknik-teknik memecahkan masalah. Seba- nyak 65 mahasiswa calon guru mem-
pelajari teknik memecahkan masalah secara otodidak melalui internet, 15 dipelajari
dari guru pamong, 10 dipelajari dari dosen, dan 5 dipelajari dari buku.
Walaupun sumber belajar mengenai problem solving cukup beragam, tetapi 65
mahasiswa menyatakan bahwa sumber belajar mereka masih kurang memadai untuk
membuat mereka menjadi terampil dalam melakukan problem solving. Hasil wawan-
cara, mengungkapkan bahwa sumber belajar yang berasal dari buku atau hasil-hasil
penelitian yang diperoleh dari internet sebenarnya yang mereka dapatkan sebenar-
nya cukup bagus, tetapi masih belum dapat digunakan secara masksimal, karena kesu-
litan dalam bahasa asing, sehingga 70 mahasiswa calon guru sering kehilangan
motivasi
untuk mempelajari
problem solving.
3 Pengembangan kemampuan problem
solving Kesulitan mahasiswa calon guru mate-
matika dalam mempelajari problem solving berdampak pada 65 mahasiswa merasa
bahwa diri mereka masih kurang terampil dalam memecahkan masalah matematika,
bahkan pada saat mereka melaksanakan PPL di sekolah. Beberapa soal-soal matematika
yang terdapat di buku paket atau yang diajukan oleh siswa terkadang masih sulit
untuk dipecahkan.
Mahasiswa merasa masih kesulitan untuk mempelajari secara mandiri mengenai
teori maupun teknik problem solving, karena
54 sumber
belajar yang
sebagian besar
berbahasa asing dan tidak memiliki tutor yang dapat mendampingi mereka untuk
belajar dan berlatih problem solving.
Hal ini pula yang membuat 60 mahasiswa calon guru matematika jarang
mengikuti perkembangan penelitian menge- nai problem solving, sehingga hanya 5 saja
mahasiswa yang sering memanfaatkan hasil penelitian sebagai referensi untuk mening-
katkan
kemampuan problem
solving. Padahal dengan mengikuti perkembangan
penelitian dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman guru mengenai problem
solving yang berkontribusi sangat baik terhadap peningkatan kemampuan diri
maupun kualitas pengajaran di kelas.
4 Strategi
mahasiswa calon
guru matematika
untuk melatih
siswa merumuskan masalah formulate
Hasil angket dan wawancara dengan mahasiswa yang telah melaksanakan PPL di
sekolah menunjukkan bahwa haya 10 mahasiswa yang mampu melatihkan siswa
mereka untuk memahami masalah mate- matika sesuai konteksnya, dan hanya 5
saja mahasiswa calon guru yang kemudian melanjutkan sampai pada tahap membantu
siswa
agar mampu
membuat model
matematikanya. Strategi yang digunakan antara lain a menjelaskan kembali soal
kepada siswa secara perlahan, b memberi contoh
yang ada
kaitannya dengan
kehidupan siswa, c memperbanyak latihan soal yang bervariasi, c membimbing siswa
secara individu maupun kelompok. 5
Strategi mahasiswa
calon guru
matematika untuk
melatih siswa
melakukan perhitungan employ Hasil angket dan wawancara dengan
mahasiswa yang telah melaksanakan PPL di sekolah menunjukkan bahwa hanya 20
mahasiswa mampu melatihkan siswa mereka untuk
mampu melakukan
perhitungan matematika dengan benar. Strategi yang
digunakan antara lain a melakukan pengulangan
perhitungan kembali,
b memperbanyak latihan soal terutama yang
berkaitan dengan operasi dasar penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian, c
membimbing siswa secara individu dan kelompok, d menuliskan prosedur mate-
matikanya dan meminta siswa untuk mengikutinya.
6 Strategi
mahasiswa calon
guru matematika untuk melatih siswa
menafsirkan hasil menjadi solusi yang sesuai konteks interpretevaluate
Hasil angket dan wawancara dengan
mahasiswa yang telah melaksanakan PPL di sekolah menunjukkan bahwa hanya 5 saja
mahasiswa yang mampu melatihkan siswa mereka untuk dapat melakukan penafsiran
terhadap hasil perhitungan menjadi solusi dari masalah matematika. Strategi yang
digunakan antara lain 1 melakukan diskusi, 2 penyelesaiannya dihubungkan dengan
konteks sehari-hari
7 Strategi
mahasiswa calon
guru matematika
untuk menumbuhkan
motivasi siswa untuk melakukan problem solving
55 Hasil wawancara dengan mahasiswa ang
telah melaksanakan
PPL di
sekolah menunjukkan bahwa strategi yang mereka
gunakan untuk menumbuhkan motivasi melakukan problem solving kepada siswa,
antara lain a membuat masalah matematika yang menarik dan konteksnya terjangkau
bagi siswa, b menggunakan media ajaralat peraga
yang relevan
atau membuat
permainan matematika, c menanyakan pengetahuan awal siswa, d memberikan
penghargaanpujian yang
positif, e
menanamkan manfaat belajar matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Simpulan
Berdasarkan data yang telah dianalis maka dapat dibuat kesimpulan bahwa:
1. Kemampuan problem solving maha-
siswa calon guru matematika pada saat memecahkan masalah matematika standar
PISA adalah cukup baik rata-rata 54 memiliki
kemampuan merumuskan
masalah formulate, kurang baik rata- rata
33 memiliki
kemampuan melaksanakan employ, dan kurang baik
rata-rata 21 memiliki kemampuan menafsirkan interpretevaluate
2. Kemampuan mahasiswa calon guru
matematika dalam
memahami teori
problem solving dan tekniknya perlu ditingkatkan lagi.
Daftar Pustaka Arikunto,
Suharsimi. 2006.
Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta : Rineka Cipta Blomeke, S. dan Delaney, S. 2012.
Asessment of Teacher Knowledge Across Countries: A Review of State
of Research.
The International
Journal On Mathematics Education, 443,
223-247, Online,
http:springer.com, diakses
2 Desember 2013
Kramarski, Bracha. 2009. Developing a Pedagogical Problem Solving View
for Mathematics Teachers With Two Reflection Programs. International
Electronic Journal of Elementary Education, Vol.2, Issue 1, Online,
http:iejee.com,
diakses 1
Desember 2013 Haja, Shajahan. 2005. Investigating The
Problem Solving Competency Of Pre Service
Teachers In
Dynamic Geometry Environment. Proceedings
of the 29
th
Conference of The International
Group For
The Psychology
Of Mathematics
Education, Online,
http:emis.library.cornell.edu, diakses 2 Desember 2013
Kemendikbud. 2012. Dokumen Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud
MacLellan, Christopher. J; Langley, Pat; Walker, Collin. 2012. A Generative
Theory Of
Problem Solving.
Proceeding Of
First Annual
Conference On Advance In Cognitive System, Online, http:cogsys.org,
diakses 5 Desember 2013
Rahman, H., dkk. 2005. Teachers’ Competency in The Teaching of
Mathematics in English in Malaysian Secondary Schools, Proceeding Of
The Eigth International Conference,
56 Online,
http:math.unipa.it, diakses 4 Desember 2013
Sawir, Agnes. 2003. Analisis Kinerja Keuangan
dan Perusahaan
Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Xenofontos, C. dan Andrews, P. 2007. Teachers’
Beliefs about
Mathematical Problem
Solving, Their Problem Solving Competence
and The Impact on Instruction: A Case Study of Three Cypriot Primary
Teachers,
Proceedings Of
The British Society For Research Into
Learning Mathematics, Online,
http:tsg.icme11.org, diakses
3 Desember 2013
© 2015 LPPM IKIP Mataram
Pengaruh Pelatihan Air Alert Menggunakan Metode Latihan Interval terhadap
Peningkatan Power Otot Tungkai
Lalu Hulfian
Program Studi Pendidikan Olah Raga dan Kesenian FPOK IKIP Mataram E-mail: laluhulfian2gmail.com
Abstract: This research aimed to determine the effect of water exercise program Alert interval training method
to increase leg muscle power. The research method used is a quasi-experimental method for sample selection using purposive sampling technique. This research is non-randomized experiment Control Groups Pre-Post test
design test. This research used a population of 30 people with a sample of the treatment group was given 15 Air Alert exercise using interval training and the control group 15 persons without treatment but basketball
practice as usual. The test used is the vertical jump test used to measure the jump DF leg muscle power. From the calculation of the data analysis with SPSS version 16.0 receipts paired sample test results obtained in the
treatment group is the value of significan
ce sig. Significance level 0.05, ie sig. 0,000 α 0.05, then H0 is rejected, H1 acceptable means there is an increase in leg muscle power. The conclusions of this study is
interval training program on the Air Alert Training has a significant effect on the increase in leg muscle power. Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari program latihan Air Alert menggunakan metode latihan interval terhadap peningkatan power otot tungkai. Penelitian ini menggunakan metode
eksperimen semu karena pemilihan sampel menggunakan teknik purposive sampling yaitu mahasisiswa UKM ekstrakurikuler bolabasket di IKIP Mataram. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen yaitu Non-
Randomized Control Groups Pre test-Post test Design. Penelitian ini menggunakan populasi berjumlah 30 orang dengan jumlah sampel kelompok perlakuan adalah 15 orang diberikan latihan Air Alert menggunakan
metode latihan interval dan kelompok kontrol 15 orang tanpa perlakuan tetapi berlatih bolabasket seperti biasa dilakukan. Tes yang digunakan adalah tes vertical jump menggunakan jump DF untuk mengukur power otot
tungkai. Dari perhitungan analisis data dengan program SPSS versi 16.0 meggunakan paired sampel test diperoleh hasil pada kelompok perlakuan adalah nilai signifikansi sig. taraf signifikan 0,05 yaitu sig.
0,000 α 0,05, maka H ditolak, H
1
diterima berarti ada peningkatan power otot tungkai. Simpulan dari penelitian ini adalah program latihan interval pada Air Alert Training memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap peningkatan power otot tungkai Kata kunci
: Latihan Interval, Air Alert Training, Power Otot Tungkai.
Pendahuluan
Olahraga bolabasket adalah salah satu olahraga paling populer di dunia dan
merupakan olahraga yang menyenangkan, kompetitif,
mendidik, menghibur,
dan menyehatkan Oliver, 2004. Bolabasket
dimainkan oleh dua tim dengan lima pemain per tim. Tujuannya adalah mendapatkan nilai
skor
dengan memasukkan
bola ke
keranjang dan mencegah tim lain melakukan hal serupa Wissel, 1996. Untuk mencapai
tujuan tersebut
maka diperlukan
keterampilan dan kondisi fisik yang prima. Teknik
dasar dalam
bermain bolabasket mencakup footwork gerakan
kaki, shooting
menembak, passing
operan, driblle, rebound, bergerak dengan bola, bergerak tanpa bola, dan bertahan
Wissel, 1996. Salah satu kondisi fisik yang menunjang peningkatan dalam melakukan
teknik dasar di atas adalah power otot tungkai. Tanpa ada kondisi fisik yang baik,
seorang atlet tidak dapat mencapai prestasi yang maksimal.
Salah satu program yang dapat meningkatkan power adalah plyometric
Plyometric merupakan program latihan yang menekankan
pada gerakan
isometric sehingga secara empiris gerakan tersebut
dapat meningkatkan power. Program latihan
58 Air Alert adalah salah satu program latihan
dimana gerakannya menyerupai latihan plyometric yang terdiri dari beberapa
gerakan. Gerakan dari latihan Air Alert ini yaitu antara lain: 1 leaps up, 2 calf rises, 3
step ups, 4 thrust up, 5 squat jump, 6 burnouts, Tukel, 2004.
Dari pendapat di atas, peneliti tertarik mencoba membuat gabungan dari latihan Air
Alert dengan metode latihan interval sehingga latihan tersebut dapat mening-
katkan power otot tungkai dan volume oksigen maksimal secara serempak, secara
empiris gerakan dari latihan Air Alert menyebabkan perubahan terhadap power,
sedangkan metode latihan interval menye- babkan perubahan pada volume oksigen
maksimal. Hal ini perlu dibuktikan melalui sebuah penelitian sehingga program latihan
tersebut bisa digunakan oleh para pelatih sebagai salah satu pilihan dalam latihan.
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini mengkaji pengaruh pelatihan Air Alert
menggunakan
metode latihan
interval terhadap peningkatan power otot tungkai.
Metode Penelitian
Berdasarkan dari jenis penelitian, metode penelitian yang digunakan, dan teknik
pengambilan sampel, maka penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu
quasi experiment karena menggunakan purposive sampling dan tidak menggunakan
randomisasi sehingga desain penelitian yang digunakan adalah desai
n eksperimen “Non- Randomized Control Groups Pre test-Post
test Design” Hulfian, L. 2014.
Tabel 1. Desain penelitian non-randomized
control groups pre test-post test T1
X1 T2
T1 -
T2
Keterangan: T1 = Tes awal pre-test Power otot tungkai
dengan menggunakan Jump DF.
X1 = Kelompok perlakuan berupa program
pelatihan Air Alert dengan metode latihan interval
- = Kelompok dengan perlakuan konvensional
sebagai kelompok kontrol tanpa treatment Air Alert.
T2 = Tes akhir post-test Power otot tungkai dengan menggunakan Jump DF.
Sampel yang
digunakan dalam
penelitian ini adalah mahasiswa putra yang mengikuti UKM olahraga bolabasket di IKIP
Mataram. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu sebuah
teknik pengambilan sampel yang ciri dan karakterisitiknya sudah diketahui lebih
dahulu berdasarkan pada ciri atau sifat populasi. Oleh karena subjek yang akan
diteliti adalah semua mahasiswa putra yang mengikuti UKM olahraga bolabasket yang
berjumlah 30 mahasiswa maka penelitian ini disebut penelitian studi populasi.
Sampel penelitian ini terbagi menjadi dua
kelompok yang
masing-masing kelompok terdiri dari 15 orang, yaitu:
kelompok latihan interval pada Air Alert training dan kelompok kontrol dengan
pelatihan konvensional bolabasket. Hasil pre test dan post test explosive power otot tungai
diperoleh dengan menimbang masa tubuh dan mengukur waktu serta tinggi vertical
jump subjek kemudian dimasukkan ke dalam rumus power.
Dilakukan tes untuk menentukan 1 RM setelah pelaksanaan pre-test untuk
menentukan persentase beban pelatihan
59 permulaan mengenai repetisi setiap gerakan
sehingga dapat menyusun program pelatihan yang sesuai dengan yang direncanakan.
Pelaksanaan pelatihan juga diawasi secara ketat agar tidak terjadi kesalahan atau
penyimpangan antara pelaksanaan dengan program pelatihan yang sudah disusun sesuai
dengan rencana. Pelaksanaan pelatihan pada sore hari pukul 16.00 wita, tiga kali
seminggu selama dua bulan sehingga berjumlah 24 kali pertemuan.
Setelah dianalisis, diperoleh hasil pre- test dari Power otot tungkai adalah normal
dan homogen. Setelah uji prasayarat tersebut, dilakukan analisis data penelitian yang dapat
menjawab hipotesis dalam penelitian ini, yaitu; pengaruh latihan interval pada Air
Alert training terhadap Power otot tungkai.
Analisis data pada penelitian ini menggunakan uji-t paired sample test dan
Analisis of Varians Anova dengan taraf signifikansi 5 menggunakan SPSS versi
16.0. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan kolmogorov-smirnov, sedang-
kan untuk uji homogenitas data digunakan levene’s statistic test.
Hasil Penelitian
Hasil perhitungan uji normalitas data dengan menggunakan
pengujian Kolmogorov-
Smirnov diperoleh nilai sig. α p0,05,
maka hasil pre-test explosive power otot tungkai pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol berdistribusi normal. Sedangkan hasil perhitungan uji homo-
genitas data pre-test untuk explosive power otot tungkai diperoleh nilai sig. α p0,05,
maka data homogen.
Pengujian Hipotesis
Explosive Power Otot Tungkai
1.
Kelompok Kontrol
Pengujian hipotesis
peningkatan Power otot tungkai dan volume oksigen
maksimal pada penelitian ini menggunakan SPSS dengan paired sample test dan Anova.
Sebelum menguji hipotesis, terlebih dahulu menganalisis hasil dari kelompok kontrol
agar terlihat apakah peningkatan terjadi karena perlakuan atau tidak. Hasil analisis
dapat dilihat pada tabel 2, berikut.
Tabel 2. Hasil Analisis Peningkatan Power Otot Tungkai pada Kelompok Kontrol
Variabel Mean
N Std deviasi
t Df
Sig. Kelompok Treatment
6.46667 15
6.77365 3.697 14
.002
Dari tabel di atas, tabel power otot tungkai nilai sig. α 0,05 yaitu 0,02
0,05, berarti ada peningkatan Power otot tungkai yang signifikan pada kelompok
kontrol tetapi hal itu sangat sedikit karena sampel melakukan kegiatan yang tidak di
kontrol ketat oleh peneliti. Hal ini sebagai salah satu keterbatasan penelitian.