Analisis Permintaan Dinamis

C. Analisis Permintaan Dinamis

1. Estimasi Fungsi Analisis Permintaan Dinamis

Analisis permintaan dinamis dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (permintaan tahun sebelumnya, harga kedelai, harga beras,harga jagung, harga telur, pendapatan penduduk, dan jumlah penduduk) terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten baik jangka pendek maupun jangka panjang, di lakukan dengan menambah variabel lag (jumlah permintaan kedelai tahun sebelumnya) sebagai variabel bebas.

Berdasarkan hasil analisis permintaan dinamis diperoleh model fungsi permintaan kedelai di Kabupaten Klaten adalah sebagai berikut :

Ln Qd = – 15,668 – 0,134 Ln X 1 – 0.082 Ln X 2 – 0,096 Ln X 3

– 0,029 Ln X 4 + 0,94 Ln X 5 + 2,150 Ln X 6 + 0,160 Ln Q dt-1

Fungsi permintaan tersebut kemudian dikembalikan ke bentuk asal sehingga bentuknya menjadi :

Qd = 1,569.10 0,114 .X

1 . X 2 . X 3 .X 4 .X 5 .X 5 .Q dt-1

Keterangan : Qd : Permintaan kedelai (Kg/Tahun) Qd t-1 : Permintaan kedelai tahun sebelumnya t-1 (Kg/Tahun)

X 1 : Harga kedelai (Rp/Kg)

X 2 : Harga beras (Rp/Kg)

X 3 : Harga jagung (Rp/Kg)

X 4 : Harga telur (Rp/Kg)

X 5 : Pendapatan penduduk (Rp/Tahun)

X 6 : Jumlah penduduk (Jiwa)

2. Pengujian Model

Untuk menganalisis hubungan antara permintaan kedelai di Kabupaten Klaten dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya digunakan model regresi non linier berganda dalam bentuk fungsi logaritma natural. Agar dapat memperoleh hasil regresi yang terbaik maka harus memenuhi kriteria statistik sebagai berikut :

a. 2 Uji R Adjusted

Nilai koefisien determinasi menunjukkan seberapa besar sumbangan variable-variabel bebas secara bersama-sama terhadap variable tidak bebasnya. Berdasarkan hasil dari analisis diperoleh nilai

adjusted 2 R sebesar 0,869. Hal ini menunjukkan bahwa 86,9% permintaan kedelai di Kabupaten Klaten dapat dijelaskan oleh variabel

bebas yang digunakan dalam model yaitu harga kedelai, harga beras, harga jagung, harga telur, pendapatan penduduk, jumlah penduduk, dan permintaan kedelai tahun sebelumnya. Sedangkan sisanya sebesar 13,1% dijelaskan oleh variabel lain di luar model. misalnya: selera konsumen dan preferensi konsumen.

b. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas yang diteliti secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten. Hasil analisis uji F dapat dilihat pada Tabel 28.

Tabel 28. Hasil Analisis Varian Variable-Variabel yang Berpengaruh Terhadap Permintaan Kedelai di Kabupaten Klaten

df Square

F Sig. Regression a 0,083 7 0,012 14,222 0,001

14 Sumber : Diadopsi dari Lampiran 2

Berdasarkan Tabel 28 analisis uji F yang dilakukan dapat diketahui bahwa signifikasi sebesar 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa variabel- Berdasarkan Tabel 28 analisis uji F yang dilakukan dapat diketahui bahwa signifikasi sebesar 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa variabel-

c. Uji t

Uji - t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yang diteliti secara individual terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 29.

Tabel 29. Hasil Analisis Uji - t Masing-Masing Variabel Bebas

Variabel

t Signifikasi regresi hitung Permintaan kedelai tahun sebelumnya

Koefisien

0,160 ns 0,556 0,595 v(Qdt-1)

Harga kedelai (X1) -0,134 ** -2,576 0,037 Harga beras (X2) ns -0,082 -0,671 0,524

Harga jagung (X3) -0,096 ns -0,693 0,510 Harga telur (X4) ns 0,029 0,281 0,787

Pendapatan penduduk (X5) 0,094 * 2,336 0,052 Jumlah penduduk (X6) ** 2,150 2,523 0,040

Sumber : Diadopsi dari Lampiran 3 Keterangan :

*** : signifikasi pada tingkat kepercayaan 99% ** : signifikasi pada tingkat kepercayaan 95%

* : signifikasi pada tingkat kepercayaan 90%

ns

: tidak signifikan Berdasarkan Tabel 29 diketahui bahwa variabel harga kedelai dan

jumlah penduduk berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 95%. Hal ini ditunjukkan oleh probabilitas atau nilai signifikansi dari masing-masing variabel tersebut yang lebih kecil dari nilai α = 0,05 (P < 0,05). Sedangkan jumlah penduduk berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 95%. Hal ini ditunjukkan oleh probabilitas atau nilai signifikansi dari masing-masing variabel tersebut yang lebih kecil dari nilai α = 0,05 (P < 0,05). Sedangkan

dari nilai α = 0,10 (P < 0,10). Variabel harga beras, harga jagung, dan harga telur tidak berpengaruh nyata pada permintaan kedelai di

Kabupaten Klaten, hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansinya yang lebih besar dari nilai α = 1%, 5%, dan 10%.

d. Variabel Bebas yang Paling Berpengaruh

Untuk mengetahui variabel bebas yang paling berpengaruh dapat diketahui dari nilai standar koefisien regresi. Semakin besar nilai standar koefisien regresi maka semakin besar pengaruh variabel bebas tersebut terhadap permintaan kedelai. Nilai standar koefisien regresi dapat dilihat pada Tabel 30.

Tabel 30. Nilai Standar Koefisien Regresi Variabel-Variabel yang Berpengaruh Terhadap Permintaan Kedelai di Kabupaten Klaten

Variabel Standar Koefisien Regresi Peringkat

Jumlah penduduk (X 5 )

Harga kedelai (X 1 )

0,01942 3 Sumber : Diadopsi dari Lampiran 4

Pendapatan penduduk (X 4 )

Berdasarkan Tabel 30 dapat diketahui bahwa variabel jumlah penduduk (X 5 ) memiliki nilai standar koefisien regresi yang terbesar. Hal ini menunjukkan jumlah penduduk mempunyai pengaruh yang terbesar terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten. Sedangkan variabel yang mempunyai pengaruh paling kecil adalah pendapatan penduduk.

3. Pengujian Asumsi Klasik

Agar koefisien-koefisien regresi yang dihasilkan dengan metode OLS (Ordinary Least Square) bersifat BLUE (Best Linier Unbiassed Estimated), maka asumsi-asumsi persamaan regresi linier klasik harus dipenuhi oleh model. Uji penyimpangan terhadap asumsi klasik yang dilakukan meliputi uji deteksi multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Berikut ini adalah hasil pengujian model fungsi permintaan kedelai di Kabupaten Klaten terhadap asumsi klasik :

a. Multikolinieritas

Multikolinieritas merupakan keadaan adanya korelasi antar variabel bebas dalam model regresi. Sedangkan untuk model regresi yang baik seharusnya tidak ada korelasi antar variabel bebas. Oleh karena itu. untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas dapat dilihat dari nilai matrik Pearson Correlation (PC<0,8). Hasil dari analisis diperoleh nilai matrik Pearson Correlation tidak ada yang lebih besar dari 0,8 (nilai matrik Pearson Correlation yang terbesar adalah 0,746). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas di antara variabel-variabel bebas.

b. Autokorelasi

Autokorelasi merupakan suatu keadaan dimana dalam suatu persamaan regeresi terdapat hubungan atau korelasi antara kesalahan penggangu. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat diketahui dengan melihat nilai Durbin Watson (D-W). Sedangkan kriteria pengujian yang digunakan adalah :

1. 1,65 < DW < 2,35 artinya tidak terjadi autokorelasi.

2. 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW <2,79 artinya tidak dapat disimpulkan.

3. DW < 1,21 atau DW > 2,79 artinya terjadi autokorelasi. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui nilai Durbin Watson

yaitu sebesar 2,161 sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model yang digunakan tidak terjadi autokorelasi karena nilai tersebut berada di antara 1,65 < DW < 2,35.

c. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan uji park dan diagram scatterplot. Berdasarkan hasil uji park (lampiran 3) menunjukkan bahwa hasil uji-t tidak signifikan. Hal ini berarti bahwa kesalahan pengganggu mempunyai varians yang sama atau terjadi homoskedastisitas. Oleh karena itu dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model yang digunakan. Dari diagram scatterplot dapat diketahui bahwa titik-titik yang ada dalam diagram menyebar dan tidak membentuk suatu pola tertentu, ini berarti bahwa tidak terjadi heterokedastisitas.

4. Elastisitas Permintaan Kedelai di Kabupaten Klaten

Nilai elastisitas permintaan jangka pendek dari model ini merupakan nilai koefisien regresi masing-masing variabel penduganya karena salah satu ciri menarik dari model logaritma berganda adalah nilai koefisien regresi menunjukkan nilai elastisitasnya. Sedangkan untuk elastistas jangka panjang di peroleh dengan membagi antara elastisitas jangka pendek dengan koefisien penyesuaiannya (adjustment coefficient).

Tabel 31. Elastisitas Permintaan Kedelai dalam Jangka Pendek dan Jangka

Panjang di Kabupaten Klaten

Elastisitas Jangka Variabel

Elastisitas Jangka

Panjang Harga Kedelai

Pendek

-0,1595 Pendapatan penduduk

0,1119 Jumlah Penduduk

2,5595 Sumber : Diolah dari Lampiran 2

a. Elastisitas Harga Terhadap Permintaan

Nilai elastisitas harga terhadap permintaan kedelai untuk jangka pendek sebesar -0,134 dan nilai elastisitas harga terhadap permintaan kedelai untuk jangka panjang sebesar -0,1595. Angka ini mengandung pengertian bahwa jika harga kedelai meningkat 1 % maka permintaan diharapkan akan menurun 0,134% untuk jangka pendek dan permintaan menurun 0, 1595% untuk jangka panjang. Demikian pula sebaliknya bila harga kedelai menurun, maka permintaan akan meningkat. Harga mutlak dari koefisien elastisitas harga kurang dari satu menandakan bahwa permintaan kedelai bersifat inelastis atau dengan kata lain kenaikan harga kedelai diikuti oleh penurunan jumlah kedelai yang diminta dalam jumlah yang lebih kecil.

b. Elastisitas Harga Silang Terhadap Permintaan

Berdasarkan analisis diketahui bahwa besarnya elastisitas silang dari harga beras, harga jagung, dan harga telur tidak dapat dijelaskan baik jangka pendek maupun jangka panjang, karena variabel harga beras, harga jagung, dan harga telur berdasarkan uji t parsial tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten. Berarti peningkatan maupun penurunan jumlah kedelai yang diminta tidak dipengaruhi oleh naik turunnya harga harga jagung, dan harga telur, melainkan di sebabkan oleh variabel-variabel lain yang tidak di teliti.

c. Elastisitas Pendapatan penduduk dan Jumlah penduduk Terhadap Permintaan

Nilai elastisitas pendapatan terhadap permintaan untuk jangka pendek sebesar 0,094, sedangkan jangka panjang sebesar 0,1119, yang berarti jika terjadi kenaikan pendapatan sebesar 1% maka diharapkan jumlah permintaan kedelai bertambah sebesar 0,094% untuk jangka pendek dan 0,1119 untuk jangka panjang. Nilai elastisitas pendapatan jangka pendek mapun jangka panjang kurang dari satu menandakan kedelai merupakan barang normal, artinya perubahan pendapatan atau jumlah kedelai yang diminta lebih kecil dari proporsi kenaikan pendapatan.

Elastisitas Permintaan terhadap jumlah penduduk bernilai positif. Nilai elastisitas positif artinya dalam jangka pendek maupun jangka panjang kenaikkan jumlah Penduduk akan menaikkan permintaan kedelai. Nilai elastisitas jangka pendek dan jangka panjang untuk jumlah penduduk bersifat elastis. Artinya bahwa persentase perubahan jumlah permintaan lebih besar daripada persentase perubahan jumlah penduduk. Variabel jumlah penduduk memiliki nilai koefisien regresi sebesar 2,150 yang merupakan pengaruh perubahan jumlah penduduk untuk jangka pendek, sedangkan untuk jangka panjang pengaruh sebesar 2,5595. Hal ini berarti apabila terjadi pertambahan penduduk 1% maka permintaan kedelai diharapkan akan meningkat 2,150 % untuk jangka pendek dan meningkat 2,5595% untuk jangka panjang. Jumlah penduduk mempunyai pengaruh yang positif terhadap permintaan kedelai dan berpengaruh secara nyata pada tingkat kepercayaan 95 %.