Hasil Penelitian

A. Hasil Penelitian

Data dan hasil analisis dari masing-masing dari variabel yang di teliti dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Permintaan Kedelai di Kabupaten Klaten

Tingkat permintaan kedelai di Kabupaten Klaten yang dimaksud adalah jumlah kedelai yang diminta untuk dikonsumsi dan jumlah kedelai yang diminta untuk kebutuhan pakan ternak, oleh masyarakat di Kabupaten Klaten, dinyatakan dalam satuan kg/tahun. Besarnya permintaan kedelai di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Permintaan Kedelai di Kabupaten Klaten Tahun 1993 – 2008

Kebutuhan Perkem-

Permintaan Perkembangan

Kedelai

bangan

pakan ternak

bangan

Kedelai (Kg) Permintaan

Kg/th

(%)

(kg/th)

(%)

Kedelai(%)

Sumber : Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Klaten Tabel 17 menyatakan bahwa permintaan kedelai di Kabupaten Klaten dari tahun 1993-2008 rata-rata adalah 12.651.627,29 kg/tahun. Sedangkan untuk rata-rata perkembangan permintaan kedelai di Kabupaten Klaten mengalami peningkatan sebesar 123.985,95 kg/tahun atau 0,98%. Pada tahun 1997 terjadi penurunan permintaan kedelai sebesar -11,82 atau sebesar 1.495.422,35 kg/tahun. Hal ini dikarenakan pada tahun 1997-1998 kondisi perekonomian Indonesia sedang tidak stabil. Pada tahun ini terjadi krisis ekonomi yang menyebabkan harga barang maupun jasa termasuk harga pangan mengalami peningkatan sedangkan tingkat pendapatan masyarakat cenderung tetap, selain itu penyebab lainnya dikarenakan jumlah produksi kedelai dalam negeri berkurang dan jumlah impor kedelai pada tahun tersebut mengalami penurunan, sehingga menyebabkan permintaan akan kedelai dalam negeri mengalami penurunan.

Namun seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan dan gizi serta kebutuhan akan pakan ternak yang terus meningkat mempengaruhi peningkatan permintaan kedelai di Kabupaten Klaten. Hal ini di karenakan kedelai merupakan sumber protein nabati yang bagus untuk pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat dan olahan kedelai seperti tempe, tahu, susu kedelai dan sebagainya, merupakan makanan yang akrab dan harganya juga terjangkau Namun seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan dan gizi serta kebutuhan akan pakan ternak yang terus meningkat mempengaruhi peningkatan permintaan kedelai di Kabupaten Klaten. Hal ini di karenakan kedelai merupakan sumber protein nabati yang bagus untuk pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat dan olahan kedelai seperti tempe, tahu, susu kedelai dan sebagainya, merupakan makanan yang akrab dan harganya juga terjangkau

Permintaan Kedelai

Gambar 4. Grafik Perkembangan Permintaan Kedelai di Kabupaten

Klaten Tahun 1993-2008

2. Harga Kedelai

Harga kedelai dalam penelitian ini adalah sejumlah uang yang dibayarkan untuk mendapatkan satu kilogram kedelai. Data mengenai perkembangan harga kedelai dari tahun 1994-2008 sebelum dan setelah dideflasi dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Perkembangan Harga Kedelai di Kabupaten Klaten Tahun 1994-2008

Tahun Harga Sebelum Indeks Harga Harga Setelah Perkembangan

Terdeflasi

Konsumen

Terdeflasi Harga Setelah

(Rp/kg) (2002 = 100)

(Rp/kg) Terdeflasi (%) 1994

3.030,30 - 1995

2.500,00 -20,00 1997

3.980,32 -8,40 1999

3.638,21 -8,60 2000

3.152,61 -13,35 2001

2.731,23 -20,06 2003

3.157,89 -12,81 2007

2.926,59 -7,32 2008

4.430,08 51,37 Rata-rata

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Klaten Tabel 18 menyatakan bahwa rata-rata perkembangan harga kedelai

dari tahun 1994-2008 meng alami peningkatan sebesar 5,09% dengan rata-rata harga sebesar Rp3.382,36 per Kg. Pada tahun 1997 harga kedelai meningkat sebesar 73,82% hal ini dikarenakan adanya krisis moneter yang menyebabkan harga-harga melambung tinggi. Naiknya harga tersebut juga berdampak terhadap usahatani kedelai karena harga input meningkat sehingga harga dari kedelai itu sendiri juga meningkat. Pada tahun 2008 harga kedelai juga mengalami peningkatan yang sangat tajam hal ini disebabkan adanya pengaruh harga kedelai impor mengalami peningkatan akibat permintaan kedelai dunia juga meningkat sedangkan produksinya cenderung tetap. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengimpor kedelai sehingga ikut terkena imbas peningkatan harga kedelai dunia. Upaya pemerintah untuk mengatasi kenaikan harga kedelai dunia yang meningkat tersebut, pemerintah mengambil kebijakan menurunkan bea masuk kedelai impor menjadi 0%, namun ternyata keadaan yang seperti ini belum dapat menjadikan harga kedelai dalam negeri turun seperti tahun sebelumnya. Perkembangan harga kedelai di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Gambar 5.

Rp/Kg 4000,00 3000,00 2000,00 1000,00

Tahun

Harga Sebelum Terdeflasi

Harga Setelah Terdeflasi Gambar 5. Grafik Perkembangan Harga Kedelai di Kabupaten Klaten

Tahun 1994-2008

3. Harga Beras

Harga beras dalam penelitian ini adalah jumlah uang yang dibayarkan oleh penduduk untuk mendapatkan satu kilogram beras. Harga beras yang diteliti dalam penelitian adalah beras varietas IR 64. Data mengenai perkembangan harga beras sebelum dan setelah dideflasi dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Perkembangan Harga Beras di Kabupaten Klaten Tahun 1994-2008

Tahun

Harga Sebelum Indeks Harga Harga Setelah

Terdeflasi Harga Setelah

(Rp/kg) (2002 = 100)

Terdeflasi (%) (Rp/kg)

2.660,25 1,86 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Klaten

Harga beras yang dianalisis dalam penelitian ini adalah harga setelah terdeflasi. Berdasarkan Tabel 19 dapat diketahui bahwa harga beras setelah terdeflasi selama tahun 1994-2008 mengalami perkembangan yang meningkat dengan peningkatan rata-rata sebesar 1,86 % per tahun, sedangkan rata-rata harga Rp 2.660,25 per kg.

Harga beras mangalami kenaikan tertinggi tarjadi pada tahun 2005 yaitu meningkat sebesar 14,63%. Hal ini disebabkan pada tahun 2005 produksi beras di Indonesia tidak mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri, karena permintaan akan beras meningkat sedangkan ketersediaan beras berkurang maka terjadi kenaikan harga. Langkah-langkah yang di tempuh pemerintah saat itu dengan melakukan impor beras dan menggalakkan intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian untuk mencapai swasembada beras. Pada tahun 2008 Indonesia sudah mencapai swasembada beras, sehingga produksi dan ketersediaan beras dalam negeri mampu mencukupi kebutuhan penduduk indonesia, perekonomian sudah mulai membaik dan harga-harga mulai stabil. Perkembangan harga beras di Kabupaten Klaten di sajikan dalam Gambar 6.

Harga sebelum Terdeflasi

Harga Setelah Terdeflasi

Gambar 6. Grafik Perkembangan Harga Beras di Kabupaten Klaten Tahun 1994-2008

4. Harga Jagung

Harga jagung dalam penelitian ini adalah jumlah uang yang dibayarkan untuk mendapatkan satu kilogram jagung. Data mengenai perkembangan harga jagung dari tahun 1994-2008 sebelum dan setelah dideflasi dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Perkembangan Harga Jagung di Kabupaten Klaten Tahun 1994- 2008

Tahun Harga Sebelum

Indeks Harga

Harga Setelah Perkembangan

Terdeflasi

Terdeflasi Harga Setelah

Konsumen

(Rp/kg)

Terdeflasi (%) (Rp/kg)

1.615,97 -2,08 Rata-rata

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Klaten

Harga jagung yang dianalisis dalam penelitian ini adalah harga setelah terdeflasi. Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa harga jagung setelah terdeflasi selama tahun 1994-2008 mengalami perkembangan yang menunjukkan kenaikan dengan rata-rata sebesar 2,80 % per tahun, sedangkan rata-rata harga Rp 1.301,82 per kg.

Selain itu harga jagung yang berfluktuatif naik turun ini disebabkan karena perubahan permintaan, perubahan produksi dan pasokan jagung dari daerah lain di luar kabupaten Klaten, serta terjadinya perubahan harga di tingkat distributor. Perkembangan harga jagung di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Gambar 7.

Rp/Kg 1000

Tahun

Harga Sebelum Terdeflasi

Harga Setelah Terdeflasi

Gambar 7. Grafik Perkembangan Harga Jagung di Kabupaten Klaten Tahun 1994-2008

5. Harga Telur

Harga telur dalam penelitian ini adalah jumlah uang yang dibayarkan oleh penduduk untuk mendapatkan satu kilogram telur. Data mengenai perkembangan harga telur dari tahun 1994-2008 sebelum dan setelah dideflasi dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 21. Perkembangan Harga Telur di Kabupaten Klaten Tahun 1994-2008

Tahun Harga Sebelum Indeks Harga Harga Setelah Perkemba-

Terdeflasi

Konsumen

Terdeflasi ngan

(Rp/kg) (2002 = 100)

(Rp/kg) (%) 1994

6.122,66 5,71 Sumber : BPS Kabupaten Klaten, 1994-2008 Harga telur yang dianalisis dalam penelitian ini adalah harga setelah

terdeflasi. Berdasarkan Tabel 22 dapat diketahui bahwa harga telur setelah terdeflasi selama tahun 1994-2008 mengalami perkembangan yang meningkat dengan peningkatan rata-rata sebesar 5,71% per tahun, sedangkan rata-rata harga Rp 6.122,66 per kg.

Harga telur yang mangalami kenaikan tertinggi tarjadi pada tahun 1998 yaitu meningkat sebesar 49,59%. Hal ini disebabkan pada tahun 1998 terjadi krisis moneter yang melanda negara Indonesia sehingga menyebabkan harga barang maupun jasa mengalami peningkatan. Sedangkan harga terendah dari telur terjadi pada tahun 1999 dengan penurunan sebesar -21,31%. Hal ini dikarenakan perekonomian sudah mulai membaik dan harga-harga mulai stabil sehingga harga telur menurun.

Harga Telur yang berfluktuatif naik turun ini disebabkan karena perubahan produksi dan pasokan telur dari daerah lain di luar kabupaten Klaten, serta terjadinya perubahan harga ditingkat distributor. Perkembangan harga telur di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Gambar 8.

10000

9000 8000

g 7000 6000 /K p 5000

Harga Sebelum Terdeflasi

Harga Setelah Terdeflasi

Gambar 8. Grafik Perkembangan Harga Telur di Kabupaten Klaten Tahun 1994-2008

6. Pendapatan Penduduk Kabupaten Klaten

Pendapatan penduduk klaten yang dimaksud adalah rata-rata pendapatan riil perkapita masyarakat di Kabupaten Klaten per tahun. Pendapatan riil perkapita didapatkan dengan melakukan pendeflasian terhadap PDRB perkapita tahun yang bersangkutan dengan indeks implisit tahun dasar (2002 = 100). Data mengenai perkembangan pendapatan penduduk sebelum dan setelah dideflasi dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Perkembangan Pendapatan Penduduk di Kabupaten Klaten, 1994- 2008

Tahun

Pendapatan Perkembangan Penduduk Sebelum

Pendapatan

Indeks Implisit

Penduduk Setelah Pendapatan Setelah Dideflasi (Rp)

PDRB

Dideflasi (Rp) Dideflasi (%) 1994

(2002=100)

36,00

895.719,31

2.488.247,43 -

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten Berdasarkan Tabel 22 dapat diketahui bahwa pendapatan penduduk di

Kabupaten Klaten mengalami peningkatan sebesar 9,55% atau Rp 2.596.807,18 per tahun. Peningkatan pendapatan disebabkan oleh semakin meningkatnya pembangunan yang menyebabkan peningkatan laju pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan kesempatan kerja yang berdampak pada peningkatan pendapatan penduduk. Kenaikan pendapatan penduduk yang paling mencolok adalah pada tahun 2001 yaitu sebesar 163,60 %. Peningkatan pendapatan penduduk ini disebabkan karena kegiatan perekonomian di Kabupaten Klaten menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari adanya perbaikan maupun penambahan jumlah sarana dan prasarana yang telah dibangun oleh pemerintah untuk memperlancar kegiatan perekonomian misalnya, perbaikan jalan raya, transportasi dan komunikasi, pembangunan pusat pertokoan dan perbelanjaan. Dengan peningkatan sarana dan prasarana tersebut maka akan memperlancar kegiatan-kegiatan perekonomian sehingga dapat mendorong masyarakat untuk membuka usaha maupun pengusaha untuk memperbesar usahanya sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Perkembangan pendapatan masyarakat di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Gambar 8.

Tahun Pendapatan perkapita Sebelum Terdeflasi

Pendapatan perkapita Setelah Terdeflasi

Gambar 9. Grafik Perkembangan Pendapatan penduduk Kabupaten Klaten Tahun 1994-2008

7. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah penduduk yang menetap di Kabupaten Klaten. Data mengenai perkembangan jumlah penduduk dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23. Perkembangan Jumlah Penduduk di Kabupaten Klaten Tahun

Jumlah Penduduk (jiwa)

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten Tabel 23 menyatakan bahwa perkembangan jumlah penduduk di

Kabupaten Klaten menunjukkan peningkatan sebesar 0,52%, sedangkan Kabupaten Klaten menunjukkan peningkatan sebesar 0,52%, sedangkan

Tahun Jumlah Penduduk

Gambar 10. Grafik Perkembangan Jumlah Penduduk di Kabupaten Klaten Tahun 1 994-2008