nantinya dapat dimungkinkan untuk dikembangkan kegiatan pemancingan. Komponen ruang yang dialokasikan antara lain:
• Restoran
• Jalan setapak menyusuri danau
• Dermaga perahu
• Pemancingan
Kawasan Non Terbangun
Terdiri dari kawasan pertanian, perkebunan, dan kawasan hutan. Kawasan ini diarahkan sebagai kawasan ruang terbuka open space, untuk menjaga view
ke danau. Pada beberapa lahan pertanian dan perkebunan memungkinkan untuk dijadikan sebagai cadangan lahan pengembangan permukiman kawasan
perkotaan. Sementara, kawasan hutanbukit terdiri atas agroforestry dan
dikembangkan pula sebagai salah satu lokasi objekkegiatan wisata, seperti hiking atau lintas alam, jogging, dan lain-lain. Termasuk ke dalam pengembangan
kawasan ini adalah pemanfaatan atraksi-atraksi unik, seperti flora, fauna, dan sebagainya
Pengalokasian komponen-komponen ruang itu nantinya memerlukan pertimbangan awal kesesuaian arahan makro yang telah dirumuskan sebelumnya
dengan kondisi eksisting penggunaan lahan secara lebih mendalam dan rinci. Kesesuaian ini akan menjadi dasar bagi perumusan arahan detail selanjutnya,
sehingga arahan makro dapat lebih implementatif.
5.7.5 Penanganan Sedimentasi
Hal yang urgen untuk mendapatkan prioritas penanganan untuk saat ini adalah penanganan sedimentasi yang terjadi di danau lebo. Menurut penelitian
yang dilakukan ada 935 nelayan ikan darat Danau Lebo Taliwang terancam kehilangan mata pencaharian. Alasannya, karena telah terjadi sediment
pendangkalan lebo dan belum ada upaya penanganan yang pasti. Akibatnya, penghasilan nelayan ikan darat ini turun drastic dari semula rata-rata
per hari lebih dari Rp100 ribu, kini hanya mendapatkan Rp15 ribu hingga Rp20 ribu.
Salah seorang nelayan ikan darat dari Desa Meraran, Abu Syam mengungkapkan,
masyarakat yang
menggantungkan hidupnya
dari hasil Danau Lebo Taliwang ini kini
mengeluh akibat
sulitnya menangkap ikan akibat telah terjadi sediment maupun penumpukan
pohon-pohon liar. “Sekarang kami susah mendapat ikan. Bukan ikannya yang tidak ada,
melainkan ikan-ikan itu berada di dasar dan tertutup oleh beberapa lapisan, baik lumpur maupun tanaman liar”.
Rencana Pemerintah KSB untuk membangun lokasi pariwisata seluas areal 10 hektare dengan anggaran total Rp3,5 miliar, bukannya tidak
disambut baik masyarakat nelayan ikan darat. Namun perlu juga dipikirkan bagaimana kehidupan mereka nantinya, karena mustahil bisa masuk ke
lingkungan pariwisata dengan modal SDM pas-pasan. Bagaimana dengan adanya bantuan ikan karamba seperti yang
sudah ada,
Abu Syam
menegaskan, bukannya
menampik bantuan,
tetapi bantuan ikan karamba seperti yang sudah ada, hanya bisa dinikmati sedikit orang. Apalagi sekarang ini rata-rata ikan mati di karamba
mencapai 20 ekor sebagai indikasi keasaman air terlalu tinggi. Ketua Kesatuan Nelayan Konfersi Lebo, Rodianto mengatakan, pemerintah harus sesegara
mungkin mengatasi masalah keluhan nelayan ikan darat di Lebo Taliwang. Bulan Mei ini, adalah waktu tepat jika mengupayakan menanggulangi masalah tanaman
liar. “Masyarakat
nelayan ikan
darat memberi
garansi jika
pekerjaan membersihkan Lebo Taliwang diberikan kepada mereka, hanya dalam waktu satu
bulan permasalahan bisa diatasi, tapi itu harus dilakukan bulan Mei ini karena waktunya memang tepat,” kata Rodianto.
Bagaimana jika pembersihan lebo dilakukan setelah bulan Mei? Berdasarkan
pengalaman dari
para nelayan
itu sendiri
yang mengetahui kondisi sebenarnya, jika pembersihan dilakukan di atas bulan Mei
akan menjadi pekerjaan sia-sia. Hal itu pernah terjadi pada beberapa tahun silam
dan nyatanya tanaman liar tetap ada. Selain yang menggarap proyek pembersihan bukan kalangan nelayan ikan darat, tata cara pembersihan diindikasi asal-asalan.
Salah seorang Tokoh Masyarakat Seteluk. H. Zulkifli Daud mengungkapkan, master plan Lebo Taliwang memang perlu dilakukan kajian
ulang. Sehingga dia minta kepada Bupati KSB untuk men-status quo-kan anggaran untuk Danau Lebo Taliwang sebesar Rp3,2 miliar hingga ada kejelasan
yang pasti
5.8 Usulan Konsep Pengelolaan Lingkungan Sosial
Strategi yang dipilih untuk menyusun rencana proyek khususnya dalam sektor pariwisata harus mampu menghasilkan
model partisipasi masyarakat sejelas mungkin. Partisipasi masyarakat setempat sejak awal perencanaan, penyusunan
rencana itu sendiri, pelaksanaan proyek, penglolaan dan pembagian hasilnya merupakan hal yang mutlak sehingga harus
ditegaskan dalam draf rencana. Partisipasi harus memberdayakan masyarakat untuk menjadi salah satu penentu
tahap-tahap proyek, namun sekaligus juga membelajarkan mereka untuk memiliki tanggung jawab maupun komitmen dan
hasil maupun resiko yang mungkin dicapai melalui proyek. Oleh sebab itu bisa dimaklumi mengapa perencanaan partisipatif
dalam setiap proyek selalu memakan waktu lama dan biaya yang besar.
Untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat maka perlu diciptakan suasana kondusif yakni situasi yang menggerakkan
masyarakat untuk menaruh perhatian dan kepedulian pada
kegiatan yang dilaksanakan dan kesediaan untuk bekerja sama secara aktik dan berlanjut
Berikut ini beberapa konsep penglolaan lingkungan social yang dapat diimplementasikan dalam pengelolaan Kawasan
Wisata Danau Lebo Kecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat pada beberapa tahap kegiatan mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, monitoring hingga evaluasi pelaksanaan.
5.8.1 Prinsip Perencanaan Bercermin dari Melirik Kegagalan Wisata di Sumatra